Professional Documents
Culture Documents
REFERAT
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
RSD MADANI PALU
Oleh :
PUTRI AULIYAH, S.Ked
N 111 16 007
PEMBIMBING KLINIK:
dr. PATMAWATI, Sp.KJ
BAB I PENDAHULUAN
SINDROM PENYAKIT
TINGKAT
KESADARAN
BANYAK
DELIRIUM
KAUSA
GANGGUAN
KOGNITIF PASIEN
▪ Delirium merupakan salah satu jenis gangguan mental organik yang penting yang sering di
jumpai dalam klinik.
▪ Kondisi ini begitu penting karena dalam menegakan diagnosisnya perlu kecermatan dan
ketelitian, sehingga kesalahan diagnosis yang dapat berakibat fatal bagi pasien dapat
dihindari.
Delirium 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.DEFINISI
• Harfia:
• "keluar dari jalur"
Delirium 5
D. PATOFISIOLOGI
Delirium 6
E. DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR
untuk Delirium Akibat Kondisi Medik Umum untuk Delirium pada Intoksikasi Zat
A. Gangguan kesadaran (misalnya, berkurangnya kejernihan kesiagaan terhadap A. Gangguan kesadaran (misalnya, berkurangnya kejernihan kesiagaan terhadap
lingkungan) disertai penurunan kemampuan memfokuskan, mempertahankan, atau lingkungan) disertai penurunan kemampuan memfokuskan, mempertahankan, atau
mengalihkan atensi. mengalihkan atensi.
B. Perubahan kognisi (seperti defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa) atau
B. Perubahan kognisi (seperti defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa) atau
timbulnya gangguan persepsi yang tidak disebabkan oleh demensia yang telah ada
timbulnya gangguan persepsi yang tidak disebabkan oleh demensia yang telah ada
sebelumnya, telah ditegakkan sebelumnya, atau sedang berkembang.
sebelumnya, telah ditegakkan sebelumnya, atau sedang berkembang.
C. Gangguan tersebut muncul dalam jangka waktu singkat (biasanya dalam hitungan
jam atau hari) dan cenderung berfluktuasi sepanjang hari.
C. Gangguan tersebut muncul dalam jangka waktu singkat (biasanya dalam hitungan jam D. Terdapat bukti berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
atau hari) dan cenderung berfluktuasi sepanjang hari. adanya poin (1) atau (2):
(1) Gejala pada Kriteria A dan B timbul saat intoksikasi zat.
D. Terdapat bukti berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium (2) Penggunaan obat secara etiologis berkaitan dengan gangguan*
bahwa gangguan tersebut disebabkan oleh konsekuensi fisiologis langsung dari suatu Catatan: Diagnosis ini sebaiknya dibuat untuk menggantikan diagnosis intoksikasi zat
kondisi medis umum. hanya bila gejala kognitif melebihi yang biasa disebabkan oleh sindrom intoksikasi
dan bila gejala cukup parah hingga memerlukan perhatian klinis tersendiri.
Catatan pengkodean: jika delirium terjadi bersamaan pada demensia vaskular yang telah ada *Catatan: Diagnosis sebaiknya dicatat sebagai delirium terinduksi zat bila berkaitan
sebelumnya, nyatakan delirium dengan kode demensia vaskular, dengan delirium.
dengan penggunaan obat.
Kode delirium pada intoksikasi (zat spesifik):
Catatan pengkodean: sertakan nama kondisi medis umum pada Aksis I, contoh: Delirium (Alkohol; Amfetamin [atau zat yang menyerupai amfetamin]; Kanabis; Kokain;
akibat ensefalopati hepatik, juga kode kondisi medis umum pada Aksis II. Halosinogen; Inhalan; Opioid; Fensiklidin [atau zat yang menyerupai fensiklidin];
Sedativa, hipnotik, atau ansiolitik; Zat lain [atau yang tidak diketahui] [contoh:
simetidin, digitalis, benztropin]).
Delirium 7
E. DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR
untuk Delirium pada Keadaan Putus Zat untuk Delirium Akibat Etiologi Multipel
A. Gangguan kesadaran (misalnya, berkurangnya kejernihan kesiagaan terhadap A. Gangguan kesadaran (misalnya, berkurangnya kejernihan kesiagaan
lingkungan) disertai penurunan kemampuan memfokuskan, mempertahankan, terhadap lingkungan) disertai penurunan kemampuan memfokuskan,
atau mengalihkan atensi. mempertahankan, atau mengalihkan atensi.
B. Perubahan kognisi (seperti defisit memori, disorientasi, gangguan
B. Perubahan kognisi (seperti defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa)
berbahasa) atau timbulnya gangguan persepsi yang tidak disebabkan
atau timbulnya gangguan persepsi yang tidak disebabkan oleh demensia yang
oleh demensia yang telah ada sebelumnya, telah ditegakkan
telah ada sebelumnya, telah ditegakkan sebelumnya, atau sedang berkembang.
sebelumnya, atau sedang berkembang.
C. Gangguan tersebut muncul dalam jangka waktu singkat (biasanya dalam C. Gangguan tersebut muncul dalam jangka waktu singkat (biasanya
hitungan jam atau hari) dan cenderung berfluktuasi sepanjang hari. dalam hitungan jam atau hari) dan cenderung berfluktuasi sepanjang
D. Terdapat bukti berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan hari.
laboratorium bahwa gejala pada Kriteria A dan B timbul selama, atau segera D. Terdapat bukti berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan
setelah suatu sindrom putus zat. laboratorium bahwa delirium tersebut memiliki lebih dari satu etiologi
(contoh: lebih dari satu kondisi medis umum sebagai etiologi, satu
Catatan: Diagnosis ini sebaiknya dibuat sebagai ganti diagnosis keadaan putus zat kondisi medis umum plus intoksikasi zat atau efek samping obat).
hanya bila gejala kognitif melebihi yang biasa disebabkan oleh sindrom putus Catatan pengkodean: Gunakan kode multipel yang mencerminkan delirium
zat dan bila gejala cukup parah hingga memerlukan perhatian klinis tersendiri. spesifik dan etiologi spesifik, contoh: Delirium akibat ensefalitis viral;
Kode delirium pada intoksikasi (zat spesifik): Delirium pada keadaan putus alkohol.
(Alkohol; Sedativa, hipnotik, atau ansiolitik; Zat lain [atau yang tidak diketahui]).
Delirium 8
E. DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR Kriteria DSM-V
untuk Delirium yang Tak Tergolongkan Untuk Withdrawal Delirium (Delirium Tremens)
Contohnya meliputi:
1. Tampilan klinis delirium yang dicurigai diakibatkan oleh
suatu kondisi medis umum atau penggunaan zat namun
belum ada cukup bukti untuk menetapkan etiologi yang
spesifik.
2. Delirium akibat kausa yang tidak terdaftar di bagian ini
(contoh: Deprivasi sensorik)
Delirium 9
F. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan status mental di bangsal rawat- Beberapa langkah-langkah yang digunakan untuk
mengidentifikasi delirium meliputi berikut ini:
Mini-Mental State Examination (MMSE)
▪ Confusion Assessment Method (CAM)
▪ Delirium Symptom Interview (DSI)
dapat digunakan untuk
mendokumentasikan hendaya ▪ Confusion Assessment Method for the
kognitif serta untuk Intensive Care Unit (CAM-ICU)
memberikan landasan untuk ▪ Intensive Care Delirium Screening Checklist
mengukur perjalanan klinis (ICDSC)
pasien.
Keparahan gejala delirium dapat dinilai dengan
Delirium Detection Scale (DDS) dan Memorial
Delirium Assessment Scale (MDAS).[3]
Delirium 10
Confusion Assessment Method Brief Confusion Assessment Method
(CAM & CAM-ICU) (bCAM) Flow Sheet
Delirium 11
Intensive Care Delirium Screening Checklist (ICDSC)
Delirium 12
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes laboratorium
Neuroimaging
Electroencephalogram (EEG)
Rontgen dada
Delirium 13
H. DIAGNOSIS BANDING
Perbedaan Gambaran Klinis Delirium dan Demensia
Delirium Demensia
Delirium 14
H. DIAGNOSIS BANDING
Delirium 15
I. PENATALAKSANAAN
dukungan fisik
Manajemen Delirium
lingkungan
Haloperidol
Psikosis
(Haldol)
Farmakologis Gejala utama
Insomnia lorazepam
Delirium 16
J. PROGNOSIS
Pneumonia aspirasi
Pressure ulcers
Delirium 18
BAB III
KESIMPULAN
1. Delirium merupakan sindrom, bukan suatu penyakit, dan memiliki banyak kausa,
yang semuanya mengakibatkan pola gejala yang serupa berkaitan dengan tingkat
kesadaran dan gangguan kognitif pasien.
2. Delirium ditandai oleh kebingungan jangka pendek serta gangguan kognisi.
3. Terdapat empat subkategori delirium berdasarkan sejumlah penyebab: (1) kondisi
medis umum, seperti infeksi; (2) terinduksi obat, seperti kokain, opioid, fensiklidin;
(3) etiologi multipel seperti trauma kepala dan penyakit ginjal; dan (4) delirium yang
tak tergolongkan di tempat lain, seperti kurang tidur.
4. Dalam mengobati delirum, tujuan utamanya adalah mengatasi penyebab yang
mendasari. Komponen manajemen delirium termasuk terapi suportif dan manajemen
farmakologis.
5. Semakin tua pasien dan semakin lama pasien mengalami delirium, semakin lama
waktu yang dibutuhkan delirium untuk mereda.
Delirium 19
Delirium 20