Professional Documents
Culture Documents
MUSKULOSKELETAL
PENDAHULUAN
Hal-hal yang terkait dengan sistem muskuloskeletal
• Sistem muskuloskeletal penting terkait fungsi lokomotorik / gerak
anggota badan.
• Secara fisiologis, sistem muskuloskeletal membutuhkan zat / nutrisi
untuk menjalankan metabolismenya.
• Mengalami proses metabolisme dan melakukan adaptasi sel / jaringan
terhadap apapun aksi yang mempengaruhinya.
• Ada kalanya akibat aksi-reaksi tersebut sistem musculoskeletal
membutuhkan terapi menggunakan obat-obatan.
• Sebagian besar pasien dengan gangguan muskuloskeletal tidak ada
terapi obat-obatan spesifik.
• Contoh: tidak ada terapi obat khusus untuk meningkatkan akselerasi
pertumbuhan normal jaringan lunak setelah mengalami injuri.
• Walaupun begitu, peran terapi obat-obatan sangat penting dalam
penatalaksanaan gangguan muskuloskeletal.
• Setelah berkembangnya preparat farmasi, beberapa obat memberikan
dampak terhadap penatalaksanaan berbagai gangguan muskuloskeletal.
• Terapi obat-obatan yang lazim digunakan untuk gangguan
muskuloskelatal, meliputi: antibiotik, analgetik, obat antiinflamasi
agen kemoterapi, vitamin, mineral dan obat-obat khusus seperti
muscle relaxan dan anastetik
ANTIBIOTIK
• Antibiotik : senyawa kimia yg dihasilkan o/ mikroorganisme a/ dihasilkan
secara sintetik yg dapat membunuh atau menghambat perkembangan
biokimiawi khususnya dalam infeks bakteri
• Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit
infeksi
• Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu
mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri.
• Berbeda dengan desinfektan, desifektan membunuh kuman dengan
menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Secara umum terapi dengan antibiotika dibagi 2:
1. Terapi secara empiris
• Pemilihan antibiotik berdasarkan perkiraan kuman penyebab. Pertimbangan terapi ini
untuk memperkecil resiko komplikasi atau perkembangan lebih lanjut dari infeksinya.
2. Terapi definitif
• Berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis yang sudah pasti, yaitu jenis kuman dan
kepekaan terhadap antibiotika.
Kuman penyebab infeksi :
1. Kuman gram positif:
• Aerob : Streptokokus, Stafilokokus, Basilus, Treponema, Kosinbakteria, …
• Anaerob : Klostridium (C.Tetani, C.Ganggren,…)
2. Kuman gram negatif:
• Aerob : N.Gonorhoe, E.Coli, Klebsiela, Salmonella, Sigella, Pseudomonas, …
• Anaerob : Bakteriuodes, Fusobakterium
• Jenis Antibiotik :
1. Antibiotika Narrow-Spektrum (aktivitas sempit)
Obat ini terutama aktif terhadap beberapa jenis kuman saja
Misal :
2. Antibiotika Broad Spektrum (aktivitas luas)
Bekerja terhadap lebih banyak kuman baik jenis kuman Gram-positif maupun jenis kuman
Gram-negatif.
• Mekanisme Kerja Antibiotik:
1. Inhibit synthesis of bacterial cell wall
2. Inhibit cell membrane function
3. Inhibit protein synthesis
4. Inhibit DNA replication
Contoh anti biotik yang sering digunakan:
A. Sefalosforin generasi III : misal, cefotaxime, ceftriaxon. Paling sering
digunakan pada terapi infeksi gram negatif.
• Mechanism of action
o Inhibition of cell wall synthesis, Bactericidal
• Differ in spectrum, resistance to beta lactamases, penetration into CNS
• IV, IM, oral
• ESO :
o Allergic reactions – 10% cross reactivity with penicillins
o Biliary stasis with high dose ceftriaxone
o Clostridium difficile infection
B. Makrolida : didistribusikan secara luas ke tulang, cairan dan jaringan. Pada gram
positif dan beberapa gram negatif (Mycoplasma and legionella, Chlamydia)
• Specific agents : Erythromycin, Azithromycin (Zithromax), Clarithromycin (Biaxin),
Spiramycin
• Cara kerja : Inhibit bacterial protein synthesis, Bacteriostatic
• Eso : Gastrointestinal, Arrhythmias, Liver toxicity
C. Aminoglikosida : misal, gentamisin, tobramisin, amikasin, streptomisin, neomisin.
Obat utama untuk pengobatan infeksi bakteri aerob gram negatif (Pseudomonas spp.,
E.Coli,...). IV/IM/inhaled
• Cara kerja : Inhibit bacterial protein synthesis, Bactericidal
• ESO : Nephrotoxicity, Ototoxicity, Vestibular toxicity, Neuromuscular (myasthenia
gravis)
Contoh antibiotik lainnya :
• Penicillins
• Carbapenems
• Monobactams
• Macrolides
• Lincosamides
• Fluoroquinolones
• Trimethoprim/sulfa
• Metronidazole
ANALGETIK
• Merupakan obat yang mempunyai efek meringankan/ menghilangkan rasa nyeri
Tujuan :
• Mencegah sensitasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik dan kimiawi
• Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri
• Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri kronis
yang persisten
• Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri
• Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi nyeri
• Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien
untuk menjalankan aktivitas sehari-hari
Atas kerja farmakologisnya, analgesic dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Analgetik perifer (non narkotik). Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat
narkotik dan tidak bekerja sentral.
2. Analgetik narkotik. Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,
seperti fraktur dan kanker.
Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan :
1. Analgesik nonopioid / perifer
2. Analgesik opioid.
Kedua jenis analgetik ini berbeda dalam hal mekanisme dan target aksinya.
A. Analgesik non-opioid :
• Target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan
dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin.
• Mekanisme umum : mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan
menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka mengurangi
pembentukan mediator nyeri .
• Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors.
• Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan
lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi
alergi di kulit.
• Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu
lama dan dosis besar.
A. Parasetamol
• Untuk nyeri ringan-sedang, juga mempunyai efek antipiretik/menurunkan demam,
efek analgesik dan antipiretiknya sama dengan aspirin, mempunyai efek anti
inflamasi/radang sangat lemah sehingga tidak digunakan untuk rematik
• Efek samping : alergi, kurang/tidak mengiritasi lambung
• Dosis lazim : 500-1000 mg, tiap 4 – 6 jam/hari, pada dosis toksik (> 4000mg/hari )
kerusakan hati/hepatotoksik
B. Salicylates
• Menghambat enzim siklooksigenase secara ireversibel, pada dosis yang tepat,obat
ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin maupun tromboksan A2, pada dosis
yang biasa
• ESO : gangguan lambung (intoleransi) dpt diperkecil dengan penyangga yang cocok
(minum aspirin bersama makanan yang diikuti oleh segelas air atau antasid).
• Contoh : aspirin
B. OPIOID ANALGESICS
• Analgetik opioid merupakan golongan obat yg memiliki sifat seperti opium/morfin. Sifat
dari analgesik opioid menimbulkan adiksi: habituasi & ketergantungan fisik. Sehingga,
diperlukan usaha untuk mendapatkan analgesik ideal:
• Potensi analgesik yg sama kuat dengan morfin
• Tanpa bahaya adiksi
• Analgetik opioid mempunyai daya penghalang nyeri yang sangat kuat dengan titik kerja
yang terletak di susunan syaraf pusat (SSP).
• Umumnya dapat mengurangi kesadaran dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia).
• Analgetik opioid ini merupakan pereda nyeri yang paling kuat dan sangat efektif untuk
mengatasi nyeri yang hebat.
• Tubuh sebenarnya memiliki sistem penghambat nyeri tubuh sendiri (endogen), terutama
dalam batang otak dan sumsum tulang belakang yang mempersulit penerusan impuls nyeri
• Beberapa senyawa yang termasuk dalam penghambat nyeri endogen antara lain:
enkefalin, endorfin, dan dinorfin.
• Opioid endogen ini berhubungan dengan beberapa fungsi penting tubuh
seperti : fluktuasi hormonal, produksi analgesia, termoregulasi, mediasi
stress dan kegelisahan, dan pengembangan toleransi dan ketergantungan
opioid.
• Baik opioid endogen dan analgesik opioid bekerja pada reseptor opioid,
berbeda dengan analgesik nonopioid yang target aksinya pada enzim.
• Mekanisme umum : opioid terikat pada reseptor pengurangan masuknya
ion Ca2+ ke dalam sel, dan mengakibatkan pula hiperpolarisasi dengan
meningkatkan masuknya ion K+ ke dalam sel.
• terjadinya pengurangan terlepasnya dopamin, serotonin, dan peptida
penghantar nyeri, seperti contohnya substansi P, dan mengakibatkan
transmisi rangsang nyeri terhambat.
Klasifikasi Obat Golongan Opioid Berdasarkan Rumus Bangunnya