You are on page 1of 132

KAPITA SELEKTA

MUSKULOSKELETAL

MINIBLOK DMS
KELAINAN
MUSKULOSKELETAL
A. Kongenital
B. Trauma
C. Infeksi
D. Keganasan
E. Degeneratif rematik
A. KELAINAN KONGENITAL
1. CTEV ( CONGENITAL TALIPES EQUENO
VARUS ) / CLUB FOOT
2. SPINA BIFIDA
3. SCOLIOSIS
4. MUSCULAR TORTICOLLIS
5. Osteogenesis Imperfecta
CTEV ( CONGENITAL TALIPES EQUEN VARUS )
/ CLUB FOOT
Definisi: penyakit kongenital mengenai bagian ankle
kaki yang membuat tumit lebih tinggi dan terjadi
deviasi ke medial
Etiologi: trauma masa hamil, peningkatan tekanan
intra uterin, perkembangan embrio terhambat, insensi
tendon yang abnormal, displasia m. peroneus
Gambaran klinis :
1. Telapak kaki menghadap postero-medial
2. Betis kurus
3. Equinus pada pergelangan kaki
4. Kaki depan adduksi dan supinasi
5. Tumit kecil dan tinggi
 Tatalaksana
1. Terapi konservatif:

- fisioterapi: mobilisasi/manipulasi pasif,


koreksi aktif
- Ortotik prostetik: strapping dengan perban
adhesive
2. Terapi operatif:
koreksi jar lunak, koreksi jar keras
SPINA BIFIDA
 Definisi: Kegagalan penutupan elemen saraf di kanal spinal
 Lokasi: paling sering lumbosacral

 Etiologi: defisiensi as. Folat

 Jenis:

- SB occulta: kecacatan tulang dimana arch tulang vertebrae tdk tercantum, btk
paling ringan
- SB aperta:
*Myelomeningocele: Kelainan lebih berat, Benjolan mengandung medula
spinalis dan struktur saraf, cord hanya ditutupi arachnoid
*Meningocele: Selaput meningen keluar melalui defek yang lebih besar
dipunggung. Benjolan mengandung CSF dan akar saraf yang dilapisi selaput
meningen.
*Myelocele: Tingkat yang paling parah. Kulit dan dura gagal untuk menutup →
medula spinalis dan struktur saraf terekspose.
 Penanganan Spina Bifida dgn Defisit Neurologis :
 Kerjasama Tim : Ahli Bedah Saraf,
Urologi, Orthopedi, Plastic dll.
 Pengangkatan kantung sedini mungkin →
kontroversi.
 Penanganan komplikasi :

 Hydrocephalus
 Inkontinence urin
 Paralysis
 dll
SPINA BIFIDA OCCULTA
SPINA BIFIDA DENGAN
MENINGOCELE
SPINA BIFIDA DENGAN
MENINGOMYELOCELE
SPINA BIFIDA DENGAN
MENINGOMYELOCELE
SPINA BIFIDA DENGAN
MENINGOMYELOCELE
SPINA BIFIDA DENGAN
MYELOCELE
SCOLIOSIS

Definisi : kelengkungan tulang belakang di frontal


yang abnormal ke arah samping yang dapat
terjadi pada segmen cervical, thoracal, lumbal.
Etiologi :
1. Kongenital : kelainan pembentukan tulang
belakang atau tulang rusuk yang menyatu.
2. Neuromuskuler : Pengendalian otot yang buruk/
lemah/ kelumpuhan akibat beberapa penyakit,
seperti: cerebral palsy, distrofi otot, polio.
3. Idiopatik : penyebabnya tidak diketahui. Bentuk
skoliosis ini tampak pada tulang belakang yang
sebelumnya tumbuh lurus bertahun-tahun
Secara anatomi penderita skoliosis
mengalami :
1. Tulang belakang melengkung secara

abnormal ke arah samping


2. Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan

tidak sama tingginya


3. Nyeri punggung

4. Kelelahan pada tulang belakang setelah

duduk atau berdiri lama


TERAPI SKOLIOSIS
A. medikamentosa
1. analgesik
Asam asetil salisilat
Paracetamol
Indometacin
2. NSAID (non steroid anti inflamation drug)
B. Fisioterapi
1. Terapi panas, dengan cara mengompres
2. Alat penyangga
(penyangga boston)= skoliosis bagian lumbal/ torakolumbal
(penyangga Milwaukee )= membantu meluruskan tulang belakang pada anak dalam masa
pertumbuhan
3. Stimulasi otot-otot skoliosis
4. Tindakan pembedahan (penanaman Harrington rods,
pemasangan peralatan Cotrell- Dubousset= pemasangan beberapa batang dan pengait untuk menarik,
menekan, menderotasi tulang belakang.
Tindakan yang dapat membantu skoliosis : mengangkat pinggul miring, peregangan tulang
belakang, latihan pernapasan, yoga.
MUSCULAR TORTICOLLIS

 Definisi :
suatu kondisi yang menyebabkan leher secara tidak
disadari berputar/ miring ke satu sisi karena kontraksi otot
leher. Telinga akan miring ke arah otot yang mengalami
kontraksi dan dagu akan menghadapa ke arah berlawanan
 Etiologi :
a. Pada anak- anak = distonia, meliputi distonia yang di
induksi obat-obatan, palsy cerebral
b. Pada dewasa = tortikolis spasmodic idiopatik, distonia
o Diagnosis :
Kepala miring ke arah sisi yang terkena dan dagu menuju
ke arah bahu yang berlawanan. Pasien mengeluh nyeri,
kaku leher, dan berkurangnya pergerakan leher.
TERAPI MUSCULAR TORTICOLLIS
 Konservatif (terapi fisik dan medikamentosa )
Medikamentosa :
Analgetik : NSAID, acetaminophen, apium,
benzodiazepine, antikolinergik, injeksi intramuscular
local toxin botulinum.
Terapi fisik : latihan peregangan, masase, pemanasan lokal,
stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS)
 Operatif (pembedahan)

- Pelepasan otot strenokleidomastoideus (unipolar/


bipolar)
- stimulasi corda dorsalis
KELAINAN KONGENITAL YANG
MENYELURUH / GENERALISATA

1. Osteogenesis Imperfecta
 Merupakan osteoporosis kongenital
 Ditandai dengan kelemahan dan kerapuhan tulang
pada seluruh tubuh.
 Defek pada gen kolagen tipe I
 Kolagen tipe I merupakan kolagen utama pada tulang,
gigi, sklera dan ligamen.
 Klasifikasi :
 Tipe I :
 Paling sering dan paling ringan.
 Subtipe I-A : gigi normal
I-B : dentinogenesis imperfecta
 Fraktur patologis mulai terjadi sejak anak mulai jalan.
 Sclera biru
 Kepala lebih besar dari badan
 Deformitas tungkai
 Radiologis :
Tulang tipis, bengkok dan osteoporotik.
 Penanganan :
~ Tulang lebih kuat setelah pubertas.
 Tipe II :
 Paling berat
 Fraktur multipel intrauterin ---- fatal
 Tipe III :
 Kelainan berat
 Fraktur patologis multipel sebelum usia berjalan.
 Tungkai mengalami deformitas progresif
---- fraktur mikroskopis
 Lempeng epifisis terganggu dan menutup prematur
---- dwarfisme
 Kifosis dan scoliosis -------- sering
 Sclera awalnya biru ---- putih
 Tipe IV :
 Menyerupai tipe I-B

 Dentinogenesis imperfecta

 Sclera normal
 Penanganan :
 Pencegahan fraktur : proteksi, tongkat,
brace.
 Deformitas ---- osteotomi korektif.
B. TRAUMA
1. Fraktur
Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan
Fraktur tertutup : Tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar
Fraktur terbuka :Terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukaan dikulit
2. Dislokasi
Keluarnya kepala sendi dari mangkukya
1.Fraktur 2. Fraktur
tertutup terbuka

29
KLASIFIKASI FRAKTUR TERBUKA

 Gustillo – Anderson :
I. Luka < 1 cm, jar lunak rusak sedikit, tidak
ada tanda lunak remuk, fraktur sederhana,
transversal, kontaminasi minimal
II. Luka >1cm, jar lunak rusak tdk luas,
kontaminasi sedang
III. Luka > 10 cm, jar lunak rusak luas (kulit,
otot, neurovaskular, kontaminasi tinggi
A. Jar lunak masih menutupi fraktur
tulang
B. Jar lunak tidak ada dg fraktur terpapar
C. Mengenai arteri atau saraf perifer

30
 Gustillo – Anderson :

31
BERDASARKAN GARIS PATAH

1.Komplet 2.Inkomplet

32
KLASIFIKASI
Jumlah garis patah

1. Simple 2. Komunitif 3. Segmental


33
KLASIFIKASI
IV. Arah garis patah

1. Transversal 2. Oblique 3. Spiral 4. Kompresi


34
FRAKTUR – FRAKTUR DENGAN NAMA
KHUSUS

1. COLLES’ FRAKTURE
2. MONTEGIA FRACTURE
3. GREENSTICK FRACTURE
4. GALEAZZI FRACTURE
5.SMITH’S FRACTURE
 FRAKTUR MONTEGGIA :
 fracture of the shaft of the ulna associated with
dislocation
 of the proximal radio-ulnar joint
 COLLE’S FRACTURE
 a transverse fracture of the radius just above the
wrist,
 with dorsal displacement of the distal fragment.
It is
 GALEAZZI FRACTURE
 The radius fractures in

 its lower third and the inferior radio-ulnar joint


subluxates ordislocated
 smith’s fracture
 in this injury the distal fragment is displaced
anteriorly
 Greenstick fracture
RADIOLOGI
Rule of 2 :
 2 proyeksi

 2 sendi

 2 ekstremitas

 2 waktu
PENANGANAN DINI
ATLS
RESUSCITASI
FOTO RONTGEN
KULTUR & RESISTENSI
TETANUS PROPHYLAXIS
ANTIBIOTIKA :
GRAM (+) DAN GRAM Θ
DEBRIDEMENT DAN REPOSISI TERBUKA :
 PENCUKURAN
 IRRIGASI
 DESINFEKSI
 EXCISI LUKA
KULIT, SUBCUTIS, OTOT
 APPROACH BARU
 REPOSISI TERBUKA
 FIKSASI EXTERNA
/ FIKSASI INTERNA
 PRIMARY BONE GRAFTING
 DELAYED CLOSURE
OPERASI :
ORIF/OREF
* DEKOMPRESI :
 REPOSISI ANATOMIK
 LAMINECTOMY
 DEKOMPRESI
SIRKUMFERENSIAL
* STABILISASI :
INSTRUMENTASI
* REHABILITASI / MOBILISASI
DISLOKASI
Definisi : berubahnya posisi/ lokasi persambungan dua tulang.
Etiologi : trauma ( olahraga, terjatuh, benturan), kongenital, lemah/
rusaknya ligamen.
Tanda dan gejala : Deformitas, tanda inflamasi ( merah, bengkak,
hangat, nyeri), nyeri pergerakan, keterbatasan gerak, tanda
komplikasi ( gangguan neurovaskuler ke bagian distal )
Penatalaksanaan pada dislokasi ringan :
-Reduksi manual, imobilisasi sendi yang cedera/ dislokasi, kompres
dingin 24 jam pertama, dilanjutkan kompres hangat 24 jam
berikutnya, berikan obat analgetik, NSAID.
Pentalaksanaan pada dislokasi sedang- berat
- pembedahan : reduksi terbuka, penanganan cidera ligamen &
fraktur, traksi -> pra reduksi, imobilisasi sendi, obat analgetik.
Komplikasi :
Fraktur sendi, robek ligament, gangguan vaskularisasi, gangguan
neurosensoris/ motorik, nekrosis avaskuler, kompartemen sindroma
DISLOKASI BAHU ANTERIOR

X-ray bahu normal dan dislokasi sendi bahu


C. INFEKSI
1. Osteomielitis
 Definisi :
infeksi tulang dan sumsum tulang.
Osteimielitis akut terutama ditemukan pada anak-anak. Umumnya infeksi pada
tulang panjang dimulai pada metafisis. Tulang yang sering terkena ialah femur
bagian distal, tibia bagian proksimal, humerus, radius dan ulna bagian proksimal
dan distal, serta vertebra.
 Etiologi :
paling sering staphylococcus,
penyebab lain streptococcus,pneumococcus, salmonella, jamur, dan virus.
 Infeksi dapat terjadi secara :
a.Hematogen, dari fokus yang jauh seperti kulit, tenggorok
b. Kontaminasi dari luar
1. fraktur terbuka
2. tindakan operasi pada tulang
c.Perluasan infeksi jaringan ke tulang didekatnya
PEMERIKSAAN:
 USG (ultrasonografi)
osteomyelitis akut
perubahan 1-2 hari
deteksi cairan , abses dan periostitis
 CT Scan (Tomografi komputer)
menggambarkan :
keadaan tulang dan jaringan lunak
kalsifikasi abnormal
baik untuk lokasi : vertebrae, pelvis,
sternum
Gambar 2.4 pasien laki – laki umur 43 tahun dengan infeksi Staphilococcus aureus dalam
pemberian kontras IV- CT Scan enhanced dari femur distal menunjukkan rim – enhancing
abses (tanda panah kecil) pada jaringan lunak dan peningkatan dari synovium (tanda panah
besar) pada suprapatellar bursa. Peningkatan attenuation pada ruang medular bersamaan
dengan lokasi infeksi.11
3 KATEGORI UTAMA PENYEBAB
 Osteomyelitis hematogen akut
 Osteomyelitis kontak (direct osteomyelitis)

 Osteomyelitis akibat insufisiensi vaskuler


OSTEOMYELITIS HEMATOGEN AKUT
 Melalui darah seperti streptococcus
 Anak-anak

 Bagian tulang yang tumbuh cepat dan banyak


pembuluh darah
OSTEOMYELITIS KONTAK
(DIRECT OSTEOMYELITIS)

 Etio :
kontak / langsung : trauma/ operasi  kuman
OSTEOMYELITIS AKIBAT
INSUFISIENSI VASKULER
Etio :
DM
tulang-tulang kecil
usia 35-70 tahun
didahului : ulserasi , selulitis
LOKASI KHUSUS OSTEOMYELITIS
 Kepala  infeksi SPN
 Mandibula  fraktur/ dental traksi

 Tulang belakang :

Jarang < 10 %
Segala usia
sering dengan infeksi pada kulit atau
pelvis plexus vena Barton’s
 Pelvis  sacroiliaca joint

 Pubis  osteitis pubis


SPONDILITIS TUBERKULOSIS
 Definisi : peradangan granulomatosa yang
bersifat kronis destruktif oleh Mycobacterium
tuberculosis
 Etiologi: M. tb
GAMBARAN RADIOLOGI
 Terlihat setelah 2-3 minggu
 Daerah metafise (spongiosa / trabekula)
Focus bulat/oval
Tidak ada sklerotik
Meluas ke epifise
Sendi
Jaringan lunak abses
 Secara radiologi : sulit membedakan dengan
osteomyelitis pyrogen
Gambar 2.2 Osteomielitis akut. (A) Osteomielitis akut pada lutut kanan (B) Lutut kiri normal
 Abses radiolusen tunggal atau multipel bisa
ditemukan pada stadium sub akut atau kronik
osteomielitis.
 Abses Brodie ditemukan pada anak – anak,
biasanya muncul di metafisis. Ciri khas pada
osteomielitis kronik adalah nekrosis tulang yang
terbentuk rata – rata dalam 10 hari.9,10
FOTO AP VETEBRA PADA PASIEN SPONDILITIS TB
Penyempitan
celah sendi
Paraspinal
abses
Pedicle (-)
CT-SCAN DENGAN SPODILITIS TB
TATALAKSANA

 Konservatif: bed rest, OAT 12-18 bln


 Operatif: bila ada cold abses, lesi tb, paraplegia,
kifosis
SPONDILITIS ANKILOSING
 Definisi: inflamasi kronis terutama mengenai sendi
tulang belakang dan sendi sacro-illiaca
 Etiologi: genetik, sering bersamaan dengan colitis
ulserativa dan sindrom reiter
 Klinis: nyeri samar kaku gg ekstensi pd tl belakang,
nyeri pagi hari, gg ekspansi rongga dada ketika
inspirasi
 Pemeriksaan
- lab: reumatoid faktor (-), LED meningkat
- radiologis: osifikasi disfus intervertebra membntuk
jembatan antar vertebra (sindesmophites) yg beri
gamb spt ruas bambu, bag depan corpus vertebra
datar dan berbtk segi empat
TATALAKSANA

 Fisioterapi utk cegah deformitas


 Terapi okupasi
D. TUMOR TULANG
Defenisi
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan
abnormal dalam tubuh.
Sel tumor adalah sel tubuh yang mengalami
transformasi dan tumbuh secara autonom, lepas
dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga
sel ini berbeda dari sel normal dalam bentuk dan
strukturnya.
KLASIFIKASI TUMOR TULANG

 Tumor asal jaringan tulang (Osteogenik)


 Jinak : Osteoma
Osteoid osteoma
Osteoblastoma jinak

 Ganas : Osteosarkoma
Parosteal osteosarkoma
KLASIFIKASI CONT…..
 Tumor asal jaringan tulang rawan (Kondrogenik)
 Jinak : Enkondroma
Osteokondroma
Kondroblastoma jinak (codman’s
tumor)
Fibroma kondromiksoid
 Ganas : Kondrosarkoma
 Tumor asal jaringan ikat (Fibrogenik)
 Jinak : Non Ossifying Fibroma
Lipoma
 Ganas : Fibrosarkoma
Liposarkoma

 Tumor asal sumsum tulang (mielogenik)


 Ganas : Sarkoma Ewing.
Mieloma Multipel.
Sarkoma sel reticulum.
 Tumor asal vaskuler
 Jinak : Hemangioma
Limfangioma.
Tumor glomus
 Ganas : Angiosarkoma

 Tumor tulang lainnya


 Jinak : Giant cell tumor
Neurofibroma
 Ganas : Adamantinoma
TUMOR GANAS TULANG
Osteosarkoma
 Definisi
Osteosarkoma merupakan suatu keganasan yang
berasal dari sel primitif pada bagian metafise dari
tulang panjang pada orang muda. Pembentukannya
berasal dari seri osteoblas dari sel mesenkim
primitif. Osteosarkoma merupakan tumor ganas
primer tulang yang paling sering dengan prognosis
yang buruk
 Klinis:
 Pria lebih banyak diserang daripada wanita
dengan perbandingan 2:1.
 Didapat terutama pada usia muda, berusia 10-20
tahun.
 Keluhan utama penderita ialah perasaan sakit
pada bagian tulang yang terkena disertai adanya
benjolan.
 Didapat pula tanda-tanda keganasan umum
seperti anemia, berat badan menurun.
 Lokasi:
 Didapat pada metafisis tulang-tulang panjang
terutama pada bagian distal femur, proksimal
tibia dan proksimal humerus.
 Radiologi :
 Didapat 3 macam gambaran radiologi, yaitu:

 1. Gambaran osteolitik

 2. Gambaran osteoblastik

 3. Gambaran campuran
 Pada MRI ditemukan garis destruksi. Pada MRI
ditemukan garis akibat proses destruksi dan
ekstensi jaringan lunak sel-sel tumor.
 Patologi :
 stroma sarkoma dengan pembentukan osteoid
neoplastik dari tulang disertai gambaran
anaplasia yang mencolok.
 Terapi :
 Amputasi

Dapat dilakukan melalui tulang daerah


proksimal tumor atau melalui sendi
(disartikulasi) proksimal dari tumor.
KONDROSARKOMA
 Merupakan tumor ganas yang terdiri dari sel-sel
kartilago (tulang rawan) yang dapat tumbuh spontan
(kondrosarkoma primer)
 Ditemukan usia antara 30-60 tahun.

 Neoplasma ini tumbuhnya agak lambat dan hanya


memberikan sedikit keluhan.
 Neoplasma ini lambat memberikan metastase.
 Lokasi :
 Terutama mengenai tulang ceper seperti pelvis dan
skapula, tetapi dapat juga didapat pada tulang panjang
seperti femur dan humerus.

 Klinis:
 Keluhan penderita adalah adanya masa tumor yang
menjadi besar secara perlahan-lahan.

 Radiologi: Tampak sebagai lesi osteolitik ditengah


metafisis tulang dengan bercak- bercak kalsifikasi yang
berasal dari matriks kartilago disertai proses destruksi
kortek, sehingga tumor dapat dilihat meluas ke jaringan
lunak disekitarnya.
 Patologi :
 Tampak sel-sel ganas diantara tulang lamellar
didalam sumsum tulang yang membentuk tulang
rawan. Gambaran mitosis tidak begitu banyak.

 Terapi :
 Operasi reseksi luas, kalau perlu amputasi.
Terapi adjuvan seperti radioterapi, kemoterapi
tidak menolong.
SARKOMA EWING
 Tumor ganas yang jarang didapat.
 Menyerang golongan usia muda, kebanyakan di
bawah usia 20 tahun.
 Lebih banyak didapat pada kaum pria.

 Klinis :
 Penderita mengeluh sakit dengan disertai adanya
benjolan. Kemungkinan suhu badan yang meninggi,
lekositosis, dan laju endap darah meningkat.
 Lokasi :
 Pada diafisis tulang-tulang panjang, paling sering
pada femur, tibia, ulna dan fibula.

 Radiologi :
 Tampak proses destruksi tulang
dengan batas yang tidak jelas.
 Pembentukan tulang reaktif baru
oleh periosteum bias berlapis-lapis
yang memberikan gambaran
Onion Skin atau tegak lurus yang
nampak sebagai Sunbrust.
 Diagnosis Banding :
 osteomielitis, osteosarkoma dan neuroblastoma metastatik.

 Terapi :
 Operasi berupa reseksi luas atau amputasi
 Kemoterapi
 Radioterapi

 Prognosis :
 Buruk. Mortalitas pada tahun-tahun pertama setelah
diagnosis sekitar 95%. Akhir-akhir ini dengan terapi
kombinasi radioterapi, kemoterapi dan operasi, prognosis
menjadi lebih baik.
TUMOR JINAK TULANG

 Osteoma
 Klinis:
 Insiden osteoma 0,1-1 % dari seluruh tumor jinak tulang
tengkorak.
 Osteoma lebih sering terjadi pada wanita dengan insiden
terbanyak pada dekade kedua dan ketiga serta jarang
sebelum usia pubertas
 Osteoma sering tanpa gejala, tumbuh lambat dan dapat
stabil dalam beberapa tahun dan secara kebetulan
ditemukan pada pemeriksaan radiologi
 Patologi:
 Ada dua bentuk gambaran osteoma yaitu:
1. Compact osteoma
Dimana gambaran histologisnya merupakan
jaringan tulang yang padat dan relative sedikit
osteosit.
2. Cancellous
Dimana ruang trabeculae tulang lebih lebar
dengan cortex lamella tulang.
 Terapi: Penatalaksanaan osteoma pada tulang temporal
tergantung pada beberapa faktor seperti ukuran tumor,
gejala dan komplikasi.
 Jika tumor kecil dan tidak mempunyai gejala maka
dilakukan tindakan konservatif dengan memantau gejala
klinik dan diikuti dengan pemeriksaan tomografi.
 Pada kasus yang terdapat gejala neurologi, perluasan ke
struktur yang berdekatan, dan perubahan estetik maka
diindikasikan untuk pengangkatan tumor

 Prognosis: Osteoma mempunyai prognosis yang baik.


Tumor ini jarang rekuren dan tidak berpotensi menjadi
ganas.
OSTEOKONDROMA

 Definisi
Merupakan neoplasma tulang jinak yang paling
sering didapat. Oleh sebagian ahli dianggap
bukan neoplasma, tetapi sebagai suatu
hamartoma (pertumbuhan baru, dimana sel-
selnya dapat menjadi dewasa).
 Etiologi: Tidak diketahui secara pasti

 Lokasi: Ditemukan pada bagian metafisis


tulang panjang terutama pada bagian distal
femur, proksimal tibia dan proksimal humerus

 Klinis: Terdapat pada usia dewasa muda dengan


keluhan adanya benjolan yang tidak terasa sakit.
 Radiologi:
 Tampak penonjolan tulang pada korteks dan
spongiosa yang normal
 Dengan bertambahnya umur pasien,terlihat
kalsifikasi tulang rawan yang semakin lama semakin
banyak
 Penonjolan seperti bunga kol (cauliflower) dengan
komponen kondrosit sebagai bunga dan komponen
osteosit sebagai tangkai
RADIOLOGI CONT…
 Pedunculated osteokondroma memiliki gambaran
tangkai di bagian distal yang melebar dengan
permukaan berbenjol-benjol (hook exositosis),
memiliki ukuran berkisar 8-10cm.
 Sessile osteokondroma memiliki bangunan dasar
yang luas dengan dasar bagian komponen korteks
dari tulang yang ada dibawahnya. Kadang-kadang
daerah ini tampak penonjolan-penonjolan dan
bagisan luarnya berkontur tajam-tajam (secara
radiologi ini memang sulit dibedakan dengan bentuk
tumor parosteal osteosarkoma)
 Komplikasi:
 Penekanan pada saraf (lebih sering n.poplitea)
 Penekanan pada pembuluh darah, menimbulkan
pseudoaneurisma pada a.poplitea dan a.femoralis)
 Penekanan tulang sekitar
 Fraktur patologis
 Inflamasi bursa pada daerah lesi
 Perubahan keganasan

 Terapi: Bila tumor memberikan keluhan karena menekan


struktur di dekatnya, seperti tendon, saraf, maka
dilakukan eksisi.

 Prognosis: Baik. Komplikasi degenarasi ganas (menjadi


kondrosarkoma) lebih kurang 1%.
KONDROMA(ENKONDROMA)

 Definisi
Merupakan neoplasma jinak yang berasal dari dalam
rongga sumsum tulang. Sebagian ahli menganggap
tumor ini sebagai suatu hamartoma. Tumor jinak ini
didapat pada dewasa muda dan tidak mengakibatkan
keluhan sakit
 Lokasi: Tumor ini paling sering mengenai
tulang-tulang tubuler kecil pada tangan dan
kaki, kadang-kadang juga pada tulang yang lebih
besar.

 Radiologi: Tampak sebagai lesi yang radiolusen


dengan kemungkinan adanya bercak-bercak
kalsifikasi. Tidak ada pembentukan tulang
reaktif baru. Bila ada erosi kortek pada tulang
tubuler yang besar, menandakan terjadinya
degenerasi maligna.
 Terapi: Operatif, dengan cara melakukan kuret
daripada lesi, kemudian rongga lesi diisi dengan
bone graft.

 Prognosis: Ada kemungkinan terjadinya


degenarasi maligna terutama bila tumor didapat
pada tulang panjang besar atau di pelvis, sebesar
kurang lebih 20-25%. Dicurigai perubahan ke
arah ganas bila tumor terasa sakit.
GIANT CELL TUMOR/TUMOR SEL
RAKSASA/OSTEOKLASTOMA
 Lokasi: Didapat pada epifisis tulang panjang yang dapat
meluas ke arah metafisis. Tempat yang paling sering
terjadi adalah proksimal tibia, distal femur dan distal
radius. Juga dapat ditemukan di pelvis dan sacrum.

 Klinis: Keluhan rasa nyeri yang terus bertambah serta


pembengkakan pada bagian tulang yang mengalami lesi,
terutama pada lutut dan mungkin ditemukan efusi sendi
serta gangguan gerakan pada sendi.

 Radiologi: Tampak daerah osteolitik di epifisis dengan


batas yang jelas dan memberikan kesan multilokuler
gambaran soap bubble. Terjadi penipisan kortek.
 Patologi: Pada sediaan hasil kuretase, Stroma yang
vaskuler dengan banyak sel-sel datia/giant cell.
Ditemukan mitosis dengan mudah pada perbesaran
4x dan 10x. Beberapa tempat terdapat sel
fibrihistiocit dan xantoma sel.

 Terapi: Operasi kuret yang diikuti dengan pengisian


bone graft atau bone cement. Dan beberapa terapi
adjuvant dengan phenol, insersi PMMA
(polymethylmetacrylate), cryoterapi setelah curetase.
 Pada beberapa hal dapat dilakukan reseksi tumor,
eksisi luas yang disertai tindakan rekontruksi.
Kadang-kadang juga memerlukan amputasi.
E. PENYAKIT REMATIK DEGENERATIF

1. Osteoartritis

 Definisi :

 Penyakit degeneratif yg mengenai rawan sendi

 Ditandai kehilangan rawan sendi progresif

 Dan terbentuknya tulang baru pd trabekula sub

kondral dan tepi tulang


DIAGNOSIS
Sendi lutut
1. Nyeri lutut, dan
2. Salah satu dari kriteria berikut :
a. Usia > 50 th
b. Kaku sendi < 30 menit
c. Krepitasi + osteofit

Sendi tangan
1. Nyeri tangan atau kaku, dan
2. Tiga dari 4 kriteria :
a. Pembesaran jaringan keras dr 2 / lbh dr 10 sendi tangan ttt
( DIP II dan III kiri dan kanan, CMC I kiri dan kanan)
b. Pembesaran jaringan keras dr 2 / > sendi DIP
c. Pembengkakan pd < 3 sendi MCP
d. Deformitas pd min 1 dari 10 sendi tangan ttt
DIAGNOSIS
Sendi pinggul
1. Nyeri pinggul, dan
2. Minimal 2 dari 3 kriteria sbb :
a. LED < 20mm/jam
b. Rö tdp osteofit pd femur / asetabulum
c. Rö penyempitan celah sendi.
DIAGNOSIS BANDING
• AR
• Artritis pirai
• Artritis septik
• Spondilitis ankilosa

PENUNJANG
• LED
• Analisis ci sendi
• Rö sendi yg terlibat
• Artroskopi
TERAPI
• Penyuluhan
• Proteksi sendi
• Fisioterapi
• NSAID
• Inj steroid intra artikuler
• Operasi  perbaiki deformitas

KOMPLIKASI
• Deformitas sendi
2. OSTEOPOROSIS

Definisi :

Penyakit tulang sistemik yg ditandai oleh penurunan densitas massa

tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang mjd rapuh

dan mudah patah

National Institute of Health 2001 : Penyakit tulang sistemik yang ditandai

oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah patah


KLASIFIKASI
• Osteoporosis Primer / Involusional

 Tidak diketahui penyebabnya


• Osteoporosis Sekunder
 Diketahui penyebabnya

OSTEOPOROSIS PRIMER
• Osteoporosis tipe I  pasca menopause, t.u.akibat defisiensi estrogen

• Osteoporosis tipe II  senilis, akibat defisiensi kalsium, Vit D,

penurunan fs osteoblas akibat  estrogen & IGF-1


KARAKTERISTIK TIPE I dan TIPE II

Tipe I Tipe II
Umur (tahun) 50 -75 > 70
♀:♂ 6:1 2:1
Tipe kerusakan Tu trabekular Trabelukar & kortikal
Bone turnover Tinggi Rendah
Lokasi fraktur Vertebra, Vertebra,
radius distal Kolum femoris
Fs Paratiroid Menurun Meningkat
Efek Estrogen Tu Skeletal Tu ekstra skeletal
Etiolgi utama Def estrogen Penuaan,
Def Estrogen
LABORATORIUM
• Kalsium serum total ( Ca terikat Albumin, Ion Ca, Ca komplek)
• Fosfor serum total
• Kalsium urin
• Fosfat urin
• Piridinolin urin
• Hormon paratiroid (k/p)
• Vit D
• Turn over  Petanda biokimiawi : osteokalsin,
produk degradasi kolagen dll
RADIOLOGIK
• u/ densitas tlg  tdk sensitif

• Penipisan kortek
• Trabekuler lbh lusen
• Vertebrae  fraktur kompresi, fraktur baji, fraktur bikonkaf
DENSITOMETRI
• Densitas tlg berhub dg kekuatan & risiko fraktur

• Densitometri mrpkn pemeriksaan yg akurat & presisi

 prognosis, prediksi fraktur, diagnosis


• Jenis alat densitrometri :

1. Single Photon Absorptiometry (SPA)

2. Single Energy X-ray Absorptiometry (SPX)

3. Dual Photon Absorptiometry (DPA)

4. Dual Energy X-ray Absorptiometry (DEXA)

5. Quantitative Computed Tomography (QCT)


KATEGORI DIAGNOSTIK
• Densitas mineral tlg rendah  Faktor risiko utama yg dpt dicegah

Prediktor utama fraktur

• Penurunan densitas tlg 1 SD di bawah rata-rata densitas tlg orang dewasa

muda risiko fraktur meningkat 2 -3 kali

WHO :
• Normal T-score > -1
• Osteopenia T-score < -1
• Osteoporosis T-score < -2,5 tanpa fraktur
• Osteoporosis berat T-score < -2,5 dengan fraktur
TEKNIK – TEKNIK LAIN

• Sonodensitometri

• Neutron Activation Analysis (NAA)

• Magnetic Resonance Imaging (MRI)

• Biopsi tulang dan Histomorfometri


TATA LAKSANA

• Teoritis dapat diobati  hambat osteoklas / pacu osteoblas


• Tujuan terpenting  cegah fraktur
• Edukasi dan rehabilitasi
• Medikamentosa yg ada saat ini :
Hambat resorbsi tulang
 estrogen, anti estrogen, bifosfonat, kalsitonin
Stimulator tulang
 Na-fluorida
Kalsium & Vit D : u/ optimalisasi mineralisasi
• Operatif
PENTING  EDUKASI
• Latihan fisik dan rehabilitasi
• Cegah jatuh : lantai licin, obat sedatif dll
• Diet cukup Ca (1000 – 1500 mg/hr)
• Hindari rokok dan alkohol
• Diagnosis dini, terapi hormonal
• Kenali penyakit / obat yang dpt menimbulkan osteoporosis
• Hindari mengangkat beban berat
• Hindari defisiensi Vit D
• Hindari ekskresi Ca berlebih  kurangi asupan Na s/d 3 gr / hari
• Konsumsi Kortikosteroid seperlunya / hindari
• Alat bantu : korset, tongkat, walker dll
ARTRITIS REUMATOID
 Penyakit otoimun
 Kronik ,inflamasi bersifat sistemik

 Epidemiologi 1% di seluruh dunia Caucasians

 Mengenai umur 40-60 tahun

 Wanita 2-3X > Pria


ETIOLOGI
 Rheumatoid faktor : Antibodi yang tidak
biasa dari Immunoglobin (Ig) M atau IgG
 Terbentuknya IgG akan menyerang IgG
antigen dan membentuk komplek yang
bersarang pada sinovium dan jaringan
penyambung lainnya (lokal dan sistemik)
 RA berhubungan dengan Human
Leukocyte Antigen (HLA) DRw4
 RA juga dinamakan penyakit Autoimune
tetapi tidak mutlak murni
GEJALA KLINIS ARTRITIS REUMATOID

Gejala sistemik:
 Rasa lelah
 nyeri muskuloskeletal difus

Artikuler
 Poliartritis, sendi perifer (tangan / kaki)
 Sinovitis

Saturday, February 17,


2018
Manifestasi klinik AR
• Kronik progresif:cirikhas sinovitis dan kerusakan
sendi dan deformitas pada AR yang berat bila
terlambat terapi
Recent – Onset RA Moderately Advanced RA* Severely Advanced RA

Feldmann M, Brennan FM & Maini RN. Cell. 1996.


Established RA - Cervical
ATLANTOAXIAL INSTABILITY

116
KRITERIA DIAGNOSTIK ARTRITIS REUMATOID

• Kaku pagi hari


• Artritis pada 3 daerah persendian atau lebih
• Artritis pada persendian tangan
• Artritis yang simetris
• Nodul reumatoid
• Faktor reumatoid serum
• Perubahan gambaran radiologik
P HARMACOLOGICAL
Symptomatic treatments1 T
HERAPIES
• Non steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDS)
• Corticosteroids
Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs (DMARDS)1,2
• Methotrexate Hydroxychloroquine
• Sulfasalazine Leflunomide
Tumor necrosis factor (TNF-α) inhibitors
 Adalimumab
 Etanercept
 Infliximab
• B Cell Depletion Therapy
-Rituximab
Il-1 Inhibitors (Il-1 cytokine receptor decoy) Anakinra
anti IL-6 (Tocilizumab )
Abatacept (CTLA4-Ig )
ARTRITIS GOUT
ASAM URAT,HIPERURISEMIA DAN GOUT

 Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme


purin pada manusia
 Hiperurisemia bila serum urat darah > 7 mg % (≥
6.8 mg/dL)
‒Karena produksi >> atau ekskresi <<
‒ Seringkali serum abnormal tanpa deposisi kristal
di jaringan
 Gout adalah karena adanya endapan kristal MSU di
jaringan.
SPEKTRUM GOUT
 Hiperurisemia tanpa gejala
 Artritis gout akut
 Artritis gout interkritikal
 Artritis gout kronik
 Artritis gout kronik dengan tophus
 Nefropati gout

121
122
123
KRITERIA ARTRITIS GOUT AKUT
(ARA 1977)
A.Kristal MSU pada sendi atau
B.Tophus:kristal MSU atau
C.6 dari 12 gejala klinik,Lab dan Ro:
 Artritis akut >1x
 Inflamasi timbul max dalam 1 hari
 Mono artritis
 Sendi yang terkena merah dan bengkak
 MTP I bengkak dan nyeri
 Artritis akut unilateral termasuk MTP I
 Artritis akut unilaterlal sendi tarsal
 Suspek tophus ?
 Hiperurisemia
 Jaringan lunak bengkak (asimetrik dalam 1 sendi)(Ro) 124
 Kista subkortikal tanpa erosi (Ro)
 Kultur (-) cairan sendi pada artritis akut
ARTRITIS GOUT TINJAUAN UMUM

Episode artritis yang sangat nyeri


Bersifat intermitten,monoartikuler pada ibu
jari kaki,pergelangan kaki dan lutut
Dapat berkembang menjadi oligo atau
poliartritis
Dapat dicetuskan oleh stress:seperti tranfusi
darah dan operasi
125
MEKANISME HIPERURISEMIA

Produksi >> Ekresi <<

Hiperurisemia
TUJUAN TERAPI ARTRITIS GOUT

 tujuan
-Asam urat < 6 mg/dL
-Jangka panjang
 Obat:
 uriosurik
 Xanthine oxidase inhibitor
PENGOBATAN GOUT

 Atasi serangan akut:kompres


dingin,NSAIDs,kolkisin,artrosentesis
 Ubah gaya hidup

 Obati penyakit penyerta

 Hindari faktor pencetus

 Kadar asam urat darah normal

 Profilaksis mencegah serangan akut


OBAT URIKOSURIK

 Probenesid
 Benzbromarone (ex-US)
 Sulfinpyrazone (ex-US)
 Urikosurik ringan
 Losartan
 Fenofibrate
TERAPI PENURUN ASAM URAT
 Gout ringan urikosurik
 Gangguan ginjal allopurinol
 Batu ginjal allopurinol
 High 24-hr UUA allopurinol
 Umur tua allopurinol
 Gout dengan topus allopurinol
OBAT PENURUN ASAM URAT

obat manfaat
Urikosurik • memulihkan abnormalitas asam urat secara fisiologik
- 80%-90% pasien << ekskresi

Allopurinol • paling efektif baik produksi>> atau << eksresi


• efektif pada renal insufisiensi

You might also like