Professional Documents
Culture Documents
MEI 2012
•Pendahuluan
•Status Operasi Pembangkit
•Cause Code Pembangkit
•Indikator Kinerja Pembangkit (IKP)
•Praktek Perhitungan IKP
PENDAHULUAN DKIKP
GAMBARAN UMUM BISNIS KETENAGALISTRIKAN
TRANSMISI KONSUMEN
PEMBANGKIT DISTRIBUSI
Consumers
16.301
16.000
15.000
14.000 13.410
13.338
13.000
12.000
12.055 12.442
11.000
9.973
10.000 10.940
MW
9.000
9.207
8.000 8.623
7.000
6.000 6.672
5.000
4.000
Natal IedFitri08 17Ags08 ThnBaru BP 2008
3.000
11,00
00.30
02.30
04.30
07.00
09.00
13,00
15,00
17,00
19,00
21,00
23,00
Beban Distribusi
PERENCANAAN HYDRO
Perencanaan Tahunan
Perencanaan Bulanan Operasi Sistem
Perencanaan Mingguan Operasi Sistem
Perencanaan Harian Operasi Sistem
Pengendalian Operasi Real Time
Semua perencanaan tersebut meliputi perencanaan Pembangkitan dan
penyaluran
SIMULASI PRODUKSI
1522
Gambaran NETWORK 500 kV
RAPSODI
Report Aplication of Power System Operation &
Data Integration
Lokasi Control Center Jawa Bali
Jakarta
ACC
(Siemens) Central Java
East Java
ACC (Siemens)
SLAYA ACC
U
CLGON
KMBNG
ACC BKASI MTWAR
(Siemens)
R1
CWANG
GNDUL
JCC CBATU JAWA
P3B
CIBNG CRATA
BDSLN MDRCN MADURA
GRSIK
A
SGLNG ACC UNGRN ACC
R2 R3
SBYBT ACC
R4 GRATI
PEDAN PITON
ACC
(Siemens)
20,775
21,000
20,343
20,000 19,739
19,689
19,100
18,884
MW
19,000
19,334 18,658
18,787
18,000 17,747
18,374
17,971
17,000
17,039
16,000
15,000
Nov
Nov
Des
Des
Ags
Ags
Jul
Jul
Jan
Feb
Jan
Apr
Feb
Apr
Sep
Okt
Sep
Jun
Okt
Jun
Mar
Mei
Mar
Mei
Malam Siang
Service Hours (SH) adalah jumlah jam operasi unit pembangkit tersambung ke
jaringan transmisi, baik pada kondisi operasi normal maupun kondisi derating
Reserve Shutdown Hours (RSH): adalah jumlah jam unit tidak beroperasi karena
tidak dibutuhkan oleh sistem (pertimbangan ekonomi).
Availibity Hours (AH) adalah jumlah jam unit pembangkit siap dioperasikan yaitu
Service Hours ditambah Reserve Shutdown Hours.
Period Hours (PH): adalah total jumlah jam dalam suatu periode tertentu yang
sedang diamati selama unit dalam status Aktif
Durasi IKP
PER UNIT PEMBANGKIT
Planned Outage Hours (POH) adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi
sebagai akibat dari Planned Outage untuk pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi
dan overhaul, yang telah dijadwalkan jauh hari sebelumnya (misal: overhaul
boiler, overhaul turbin) + Planned Outage Extensions Hours (PEH).
Forced Outage Hours (FOH) adalah jumlah jam unit keluar paksa sebagai akibat
dari gangguan Forced Outages (FO1, FO2, FO3) + Startup Failures (SF).
Maintenance Outage Hours (MOH) adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi
sebagai akibat dari keluar pemeliharaan karena Maintenance Outages (MO) +
Maintenance Outage Extensions (MEH) dari Maintenance Outages (MO).
Deskripsi IKP
PER UNIT PEMBANGKIT
Service Factor (SF) adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit beroperasi terhadap
jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan prosentase jumlah
jam unit pembangkit beroperasi pada satu periode tertentu
Availability Factor (AF) adalah rasio antara jumlah jam unit pembangkit siap
beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan
prosentase kesiapan unit pembangkit untuk dioperasikan pada satu periode tertentu
Equivalent Availability Factor (EAF) adalah ekivalen Availability Factor yang telah
memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
Scheduled Outage Factor (SOF) dalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar
terencana (planned outage dan maintenance outage) terhadap jumlah jam dalam satu
periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat
pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.
Deskripsi IKP
PER UNIT PEMBANGKIT
Forced Outage Rate (FOR) adalah jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari
sistem (keluar paksa) dibagi jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari sistem
ditambah jumlah jam unit pembangkit beroperasi, yang dinyatakan dalam prosen
Equivalent Forced Outage Rate (EFOR) adalah Forced Outage Rate yang telah
memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
Sudden Outage Frequency (Sdof) adalah rata – rata jumlah gangguan mendadak
unit pembangkit per periode tinjauan
Deskripsi IKP
PER UNIT PEMBANGKIT
Net Capacity Factor (NCF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya
mampu netto unit pembangkit dikali dengan jam periode tertentu (umumnya periode 1
tahun, 8760 atau 8784 jam).
Net Output Factor (NOF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya
mampu netto unit pembangkit dikali dengan jumlah jam unit pembangkit siap
beroperasi.
Plant Factor (PF): adalah rasio antara total produksi netto dengan perkalian antara
DMN dan jumlah jam unit pembangkit siap dikurangi jumlah jam ekivalen unit
pembangkit derating akibat forced derating, maintenance derating, planned derating,
dan derating karena cuaca/musim.(Unit Siap Operasi dan Standby)
Deskripsi IKP
UNIT PEMBANGKIT GABUNGAN
AH ( EFDH EMDH EPDH ESEDH ) [( AH ( EFDH EMDH EPDH ESEDH ))] DMN
EAF 100% WEAF 100%
PH ( PH DMN )
SH ( SH DMN )
SF 100% WSF 100%
PH ( PH DMN )
NCF 100%
Pr oduksi Netto Pr oduksi Netto
PH DMN WNCF ( PH DMN )
100%
P r oduksi Netto
NOF
Pr oduksi Netto
SH DMN
100% WNOF ( SH DMN ) 100%
Pr oduksi Netto
PF
Pr oduksi Netto
100% WPF (( AH ( EPDH EUDH ))DMN ) 100%
( AH ( EPDH EUDH ))DMN
Performance Pembangkit
Catatan Pembangkit
(Aplikasi CATKIT)
PENDUKUNG:
•ROH/Dispatch
Aplikasi HDKP •Data Meter
•Catatan Energi Primer
Konfirmasi dari •Catatan Lain2
Pembangkit (HDKP)
Setuju/Tdk Tdk Klarifikasi P3B -
Start/Stop Setuju Pembangkit
Ya Tidak
Setuju
Data Dihapus
(Delete)
SELESAI
Contoh : INDEKS KINERJA PEMBANGKIT 2011 SJB
DESEMBER JANUARI-DESEMBER
PEMBANGKIT DMN CF EFOR SOF SdOF CF EFOR SOF SdOF
AF [%] EAF [%] AF [%] EAF [%]
[%] [%] [%] [kali] [%] [%] [%] [kali]
A. PER ENERGI PRIMER:
PLTA 2,477 97.95 97.92 34.44 2.85 0.59 0.40 96.12 95.98 22.61 4.13 2.23 3.78
PLTP 1,063 98.86 96.30 97.61 3.04 0.66 0.44 96.88 95.09 88.35 2.82 1.99 4.88
Batubara 10,956 89.28 86.35 82.62 10.35 3.82 0.56 86.10 83.52 75.02 9.10 8.15 4.33
Gasbumi 6,077 87.51 76.90 56.68 22.59 2.82 0.50 89.25 84.08 58.08 9.59 6.47 6.10
MFO 1,285 72.88 72.42 44.49 27.13 8.39 0.46 72.93 68.87 52.11 11.66 22.67 3.88
HSD 2,005 90.09 89.12 37.30 6.70 6.90 0.46 91.64 89.52 44.64 7.98 4.91 8.02
B. PER PERUSAHAAN:
Indonesia Power (IP) 8,127 87.86 84.24 55.34 9.79 8.79 0.40 87.84 84.62 55.06 8.62 8.13 5.35
Pembangkitan Jawa Bali (PJB) 6,324 91.58 87.00 51.85 14.72 1.85 0.19 90.44 88.70 52.51 6.28 6.63 3.79
Tanjungjati B (TJB) 1,983 98.45 97.55 80.49 2.47 0.00 0.75 90.75 89.59 76.11 3.55 7.10 3.25
Cilegon (CLG) 1,809 75.13 63.68 55.25 36.32 0.00 0.38 85.85 80.15 60.86 16.50 3.74 2.79
Lontar 560 85.91 81.01 70.16 19.03 0.00 0.50 61.59 48.91 41.52 36.53 22.95 11.50
Indramayu 870 72.38 67.56 60.15 32.44 0.00 0.33 76.46 68.39 41.79 27.41 6.34 5.14
Listrik Swasta (IPP) 4,191 95.55 94.52 86.29 4.37 1.23 1.54 91.49 89.94 74.31 4.77 5.47 12.68
Sistem Jawa Bali 23,865 89.51 85.64 64.98 12.78 3.76 0.46 88.45 85.57 60.68 8.53 7.24 5.33
Contoh: KINERJA PEMBANGKIT DESEMBER 2011
Operasional dan Komersial
PEMBANGKIT DMN
EFOR EFOR SOF
EAF [%] CF [%] SOF [%] EAF [%] CF [%]
[%] [%] [%]
Indonesia Power (IP) 8,127 84.24 55.34 9.79 8.79 90.10 66.35 5.99 4.06
Pembangkitan Jawa Bali (PJB) 6,324 87.00 51.85 14.72 1.85 93.13 48,25 0.69 5.24
Tanjungjati B (TJB) 1,983 97.55 80.49 2.47 0.00 97.59 81,35 2.41 0.00
Cilegon (CLG) 1,809 63.68 55.25 36.32 0.00 100.00 54,68 0.00 0.00
Lontar 560 81.01 70.16 19.03 0.00 85.84 49,96 14.17 0.00
Indramayu 870 67.56 60.15 32.44 0.00 75.32 46,21 7.44 18.34
Level Staf :
Terbuka & bekerjasama dengan rekan kerja di unit lain
Curious terhadap kondisi unit pembangkit yang dikelola
Siap menelusuri sebuah kejadian sampai detail terungkap
Pelaksanaan Pengendalian
Operasi Sistem
Unit pembangkit
500 kV
DISPATCHER APB
Unit pembangkit
150 kV
Alur Komunikasi Operasi Sistem Jawa Bali
P3B
DISPATCHER
OPERATOR DISPATCHER
APB OPERATOR
DISTRIBUSI
DISPATCHER
Keterangan :
Pusat Listrik
Konsumen
Trafo
FREQUENCY DEADBAND
Frequency Deadband adalah suatu rentang Frekuensi yang diijinkan
dimana Turbin Generator dapat beroperasi sesuai dengan karakteristiknya.
Turbin Uap yang beroperasi diluar Frquency Deadband akan menyebabkan
terjadinya Resonansi dan Disharmoni Gaya pada sudu tingkat akhir
Dead Band
Frequency
Zona C Zona B (Zona A) Zona B Zona C
49.95 50.05
49.5 49.6 49.7 49.8 49.9 50 50.1 50.2 50.3 50.4 50.5 Hz
KARAKTERISTIK PEMBANGKIT
FREQUENCY DEADBAND
Standar IEEE untuk :
governor turbin uap besar, maksimum 0,06 % (IEEE Standard No. 122-1991);
governor turbin air, maksimum 0,02 % (IEEE Standard No. 125-1988);
Pada PLTA yang memiliki Frekuensi deadband 0,02 % maka secara perhitungan :
Deadband = (0,02/100) * 50 Hz
= 0,01 Hz
Jadi PLTA akan merespon Frekuensi pada rentang Frekuensi 50 ± 0,01 Hz.
KARAKTERISTIK PEMBANGKIT
FREQUENCY DEADBAND
Rentang frekuensi Durasi Penyimpangan
A.48,5 sampai 51,5 Hz Pengoperasian terus-menerus
EFISIENSI
Effisiensi adalah suatu parameter yang menyatakan tingkat
unjuk kerja dari Unit Pembangkit
Prinsip dasar Effisiensi adalah Perbandingan antara
Kerja/Energi yang dihasilkan dengan Usaha/Energi yang
digunakan.
Pada Unit Pembangkit Listrik dikenal istilah Effisiensi Thermal
yaitu perbandingan antara Daya Output Generator dengan
Pemakaian Energi Kalor Bahan Bakar ( Specific Fuel
Consumption SFc )
KARAKTERISTIK PEMBANGKIT
DAYA MAMPU
RAMP RATE
Ramp Rate adalah suatu besaran yang membawa Turbin pada titik
Temperatur Operasi, satuan 0C/Jam dengan berpatokan pada kenaikan
First Stage Metal Turbine Temperature, tujuannya adalah menghindari
Thermal Stress pada Turbin.
Secara umum ramp rate juga dikenal dengan tingkat kecepatan
maksimum naik atau turunnya beban.
Contoh :
Turbin Gas (PLTG) dengan kapasitas 100 MW ramp rate 6 - 10MW/menit.
Turbin Uap (PLTU) dengan kapasitas 100 – 600 MW ramp rate 5 MW/menit.
TURBIN AIR (PLTA ) AIR –10 - 15 MW/menit
KARAKTERISTIK PEMBANGKIT
START STOP
Start-stop Unit adalah suatu kondisi dimana Unit Pembangkit
dilakukan Start atau Stop dalam suatu waktu dan kondisi tertentu
START STOP
Jenis Start pada PLTU ( tergantung kapasitasnya ) :
• Start Dingin ( Cold Start ) Unit Stop > 48 Jam
• Start Hangat ( Warm Start ) Unit Stop 8 s/d 48 Jam
• Start Panas ( Hot Start ) unit Stop < 8 Jam
Minimum Up-time
Minimum Up Time adalah waktu yang diperlukan Unit Pembangkit untuk
tetap dalam kondisi terhubung dengan Jaringan ( on-line ) setelah Start-up
dan Unit dibebani dengan beban minimum atau lebih sebelum
diperintahkan untuk Shutdown kembali
Minimum Down-time
Minimum Down Time adalah waktu yang diperlukan Unit
Pembangkit untuk tetap dalam kondisi tidak terhubung dengan
Jaringan dan Mesin tersebut tidak beroperasi setelah Shutdown
untuk Stand-by atau gangguan.
Beban Sistem 2002 – 2012
22000
20000
18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Beban Puncak 13374 13682 14398 14821 15396 16251 16301 17211 18100 19739 20775
Pertumbuhan 6.3 2.3 5.2 2.9 3.9 5.6 0.3 5.6 5.2 9.1 5.2
Karakteristik Tipikal Beban Harian Sistem
22000 20775
20000 19529
18000 18680
16000
MW 14000
14000
12000
10000 .
8000
6000
4000
1 8 15 22 29 36 43
Jam
31,000
29,000
27,000
25,000
MW
23,000
21,000
19,000
17,000
15,000
13,000
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51
Minggu
KIT Eksisting KIT Komisioning Cad. Opr. FO Der Variasi Musim
18.000
BP 2011 18.353
15.000
12.000
9.000
MW
21.000
6.000 19.689
BP 2012 18.468
18.000
3.000
15.000
-
1/2 Jam
12:30
14:30
18:30
20:30
10:30
16:30
22:30
0:30
6:30
8:30
2:30
4:30
12.000
PLTA Waduk HSD MFO Gas bumi Batubara PLTP PLTA Das ar
9.000
6.000
3.000
-
1/2 Jam
12:30
16:30
18:30
20:30
22:30
0:30
4:30
8:30
10:30
14:30
2:30
6:30
PLTA Waduk HSD MFO Gasbumi Batubara PLTP PLTA Dasar
Simplifikasi Peran Pembangkit
MW
Pemikul Beban Puncak
(PLTG, PLTD, PLTA Berwaduk)
P= Planned;
4 SD PD, PDE, MD, MDE M=Maintenance; D= Der.;
E=Extension;
KE
FO1 FO2 FO3 SF MO PO SE ME PE RS DE MDE PDE
DARI
FO1 Y T T Y Y Y T T T Y
FO2 Y T T Y Y Y T T T Y
FO3 Y T T Y Y Y T T T Y
SF Y T T Y Y Y T T T Y
MO Y T T Y T Y Y Y T Y
PO Y T T Y T T Y T Y Y
ME Y T T Y T T T T T Y
PE Y T T Y T T T T T Y
SE Y T T Y T T T T T Y
RS Y T T Y Y Y T T T Y
FD1 Standar IEEE 762 tidak mengizinkan perpindahan dari/ke status derating T T T
ke/dari jenis peristiwa yang lain kecuali yang telah ditunjukkan (pada Tabel ini)
FD2 T T T
FD3 T T T
MD Perpindahan kondisi outage ke kondisi outage lainnya Y Y T
PD dapat dilakukan apabila sudah direncanakan setelah Y T Y
DE persoalan yang mengakibatkan outage awal sudah Y
diselesaikan dan unit siap dioperasikan sebagaimana sebelum
MDE Y T
outage awal terjadi.
PDE T Y
CATATAN:
”Y” berarti bisa pindah status; ”T” berarti tidak bisa pindah status
Kondisi/Status Pembangkit
TIDAK AKTIF
AKTIF
Planned Unplanned
No Deratings Planned P. Extension
Deratings Deratings
1 5 10 15 20 - 23 31 30
PO PE
1 2 3 4
3 hr Jam
1. PO (Perbaikan Precipitator)
2. Rencana PE 3 hr (Perbaikan Precipitator)
3-4 PE (Perbaikan Precipitator) selesai 3 hari
Skenario : Perpanjangan PO/MO saat pekerjaan masih merupakan Lingkup Kerja Awal
Selama overhaul PLTU #1, pekerjaan perbaikan precepitator elektrostatik (ESP) lebih ekstensif dari
yang diperkirakan. Lebih banyak suku cadang telah dipesan dan tiba untuk menyelesaikan
pekerjaan perbaikan tersebut. Namun, pekerjaan perbaikan ESP yang tak diduga membutuhkan
waktu lebih lama telah menunda pembangkit untuk dapat beroperasi selama 3 hari. Karena
pekerjaan perbaikan ESP menjadi bagian dari lingkup pekerjaan yang awal dan BOPS menyetujui
tambahan waktu, maka 3 hari perpanjangan tersebut dianggap sebagai Planned Outage Extension.
INTERPRETASI OUTAGE
PO
1 2
Jam
1. PO + Penggantian blade ID-Fan
2. Akhir pekerjaan sesuai rencana
Skenario : Pekerjaan Perbaikan Tak diduga selama Planned/Maintenance Outage
Tetapi diselesaikan dalam waktu outage yang dijadwalkan.
PLTU #1 sedang melakukan annual overhaul ketika ditemukan beberapa blade pada
ID-Fannya perlu diganti. Pekerjaan tersebut bukan bagian dari lingkup pekerjaan yang
awal tetapi suku cadang tersedia melalui OEM dan pekerjaan perbaikan ID-Fan telah
diselesaikan dalam periode PO. Tidak ada keterlambatan di dalam startup unit yang
disebabkan oleh Pekerjaan perbaikan ID-Fan tersebut. Karena unit tidak tertunda dari
startup yang dijadwalkan sehubungan dengan pekerjaan perbaikan ID-fan, maka
pekerjaan tersebut tidak mempengaruhi status pembangkit.
DEFINISI OUTAGE
MO - Maintenance Outage: yaitu keluarnya pembangkit
untuk keperluan pengujian, pemeliharaan preventif,
pemeliharaan korektif, perbaikan atau penggantian suku
cadang atau pekerjaan lainnya pada pembangkit yang
dianggap perlu dilakukan, yang tidak dapat ditunda
pelaksanaannya hingga jadwal PO berikutnya dan telah
dijadwalkan dalam ROB/ROM berikutnya
ME - Maintenance Outage Extension: yaitu pemeliharaan
outage perpanjangan, sebagai perpanjangan MO yang belum
selesai dalam waktu yang telah ditetapkan.Bahwa sebelum ME
dimulai, periode dan tanggal selesainya telah ditetapkan. Semua
pekerjaan sepanjang ME adalah bagian dari lingkup pekerjaan
awal dan semua perbaikan ditentukan sebelum outage mulai dan
diusulkan oleh pembangkit
JADWAL KEGIATAN PROSES DEKLARASI MINGGUAN
Deklarasi
Rencana
Kesiapan unit
Operasi
(KIT) Revisi
Mingguan
Pola PLTA KIT) Kesiapan
(KIT)
Pelaksanaan Operasional
INTERPRETASI OUTAGE
Skenario : MO ke FO
MO FO
1 2 3
1. Senin (1): Vibrasi FD Fan ttp dapat di tunda s.d. Minggu berikutnya
2. Senin (2): Rencana Unit Pembangkit keluar (MO)
3. Kamis: Unit Pembangkit dikeluarkan (seizin Dispatcher)
Skenario : FO yang dapat ditunda sampai akhir periode operasi mingguan
Hari Senin, PLTU BBM mengalami peningkatan vibrasi ID Fan. Vibrasi tersebut tidak
mengakibatkan unit trip tetapi unit harus keluar segera untuk memeriksa dan memperbaiki
gangguan tersebut. Manajemen memutuskan PLTU dapat dikeluarkan minggu depan. Kamis,
PLTU diijinkan keluar oleh Sist. Operator u/ melaksanakan pekerjaan perbaikan sebab ada unit
lain yang sudah selesai (siap) untuk operasi. Walaupun PLTU keluar pada minggu yang sama
saat gangguan vibrasi terjadi, status keluarnya tersebut adalah MO, sebab unit sebenarnya
masih bisa operasi sampai periode operasi mingguan berikutnya.
INTERPRETASI OUTAGE
Skenario : FO tdk dpt ditunda s.d minggu berikutnya
FO, krn tidak bisa ditunda
sampai minggu berikutnya
1 2 3 4 5
RS
Rabu Kamis Sabtu Jam
10:00
06:00 22:00 20:00 08:00
1. Rabu (06:00) Gangg. Vibrasi
2. Rabu (10:00) Vibrasi semakin parah
3. Rabu (22:00) Keluar perbaikan dan tidak diperlukan sistem s.d Minggu
4. Kamis (20:00) Unit Selesai pekerjaan dan pindah RS(krn belum dibutuhkan sistem)
5. Sabtu (08:00) Unit masuk
Skenario : FO yang tidak bisa ditunda sampai akhir periode mingguan
Rabu (06:00), PLTG vibrasi, 4 jam berikutnya vibrasi meningkat sehingga unit perlu keluar. Unit tetap
dioperasikan sampai setelah periode beban puncak dan dikeluarkan oleh Operator pembangkit pkl 22:00. PLTG
tidak diperlukan lagi sampai Jumat sore yad. Walaupun unit tersebut tidak diperlukan sampai Jumat, unit tidak
bisa dioperasikan sampai akhir periode mingguan karena problem vibrasi. Oleh karena itu, outage tersebut
adalah FO sampai problem vibrasi selesai diperbaiki.
Definisi Reserve Shutdown (RS)
Koneksi Grid Atau Gangguan GI. Alasan ini karena permasalahan jalur transmisi dan
peralatan2 switchyard adalah di luar tanggung jawab pembangkit tsb.
Bencana alam seperti hujan lebat, angin topan, angin kencang, kilat, dll
Aksi teror atau kesalahan operasi/perbaikan transmisi
Pengaruh lingkungan khusus seperti tingkat kolam pendingin rendah, atau saluran masuk
air terhambat yang tidak bisa dicegah oleh tindakan operator. Pengaruh alam seperti suhu
lingkungan tinggi di mana peralatan bekerja tidak dalam spesifikasi disain.
Keterbatasan bahan bakar ( air dari sungai atau danau, tambang batu bara, saluran gas,
dll) di mana operator bukan sbg penanggung kontrak penyediaan saluran, atau penyerahan bahan
bakar.
Tekanan pekerja (mogok kerja). Outages atau pengurangan beban disebabkan oleh
mogok kerja tidaklah secara normal di bawah kendali langsung manajemen pembangkit.
4000
KALI
3000
2000
1000 606
451
175 44 125 154
0
Eskternal turbin dan boiler balance of inspeksi lain-lain sistem
genrator plant dan test bahan
bakar
Level Cause Code
System Exciter
Cooling System
Controls 2
Miscellaneous
Rotor windings
Rotor collector rings
Rotor, General
3
Stator core iron
CAUSE CODE LEVEL 1
NO KELOMPOK PENYEBAB PLTA PLTG PLTGU PLTU PLTD PLTP
b). GT-nya
c). GT & ST GT 1.2 ST 1.0
GT 1.3
BAB 4 : INDEKS KINERJA PEMBANGKIT
(IKP)
Indek Kinerja Pembangkit (IKP)
Kondisi Normal
SH
AH
SD (MD; MDE)
MDH
PH
SD (PD; PDE)
PDH
FD
FDH (FD1; FD2;
FD3)
RSH RS
MOH MO; ME
POH PO; PE
Durasi [JAM]
KONDISI PEMBANGKIT EKIVALEN &
FORMULASI
SH AH AH ( EFDH ESDH )
SF 100% AF 100% EAF 100%
PH PH PH
[MW]
FOH
DMN FOR 100%
D (PD; PDE)
FOH SH
(FD1; FD2;
FOH EFDH
EFOR 100%
FD
MWh
NCF 100%
PH DMN
MOH MO; ME
POH PO; PE
Durasi [JAM]
RSH RS
MDH PDH FDH
SH
AH
PH
EKIVALEN OUTAGE & DERATING SECARA SISTEM
PER UNIT
outage
DMN [MW]
derating
250
EAF1 40% 60%
[JAM]
GABUNGAN/SISTEM
derating
DMN [MW]
outage
500 EAF SISTEM 20+45 = 65% 30% 5%
[JAM]
EKIVALEN Outage & Derating SECARA SISTEM
PER UNIT
outage
100 EAF2 90% 10%
DMN [MW]
derating
400 EAF1 40% 60%
[JAM]
GABUNGAN/SISTEM
derating
DMN [MW]
outage
500 EAF SISTEM 32+18 = 50% 48% 2%
[JAM]