You are on page 1of 63

Lumpuh Layuh Akut

(Acut Flaccid Paralyse)

dr.Renny H,SpA; dr.A Rohim,SpA;


dr.Retno HMA,SpA; dr.Marito WL,SpA
Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak
PPD Uncen/ RSUD Jayapura
Lumpuh Layuh

Polio
Lain2

Lumpuh Layuh
Guillain
Mielitis Barre
Susunan Syaraf Pusat Susunan Syaraf Tepi
(UMN) (LMN)

OTOT
Kelumpuhan

Susunan Saraf Pusat Susunan Saraf Tepi

1.Kaku/ spastis 1.Lemas=Layuh /flaksid

2.Refleks fisiologi meningkat 2.Refleks fisiologis menurun


atau hilang
3.Refleks patologis positif 3.Refleks patologis negatif

4.Pengecilan Otot: Tidak ada 4.Pengecilan Otot: ADA


Kelumpuhan Susunan Saraf Tepi
= Lumpuh layuh
= Lumpuh Lower Motor Neuron

 Dari sumsum tulang belakang sampai otot / jari

 Kelumpuhan parsial disebut paresis

 Kelumpuhan total disebut paralisis / plegi


Kelumpuhan susunan saraf tepi
 Dari sumsum
tulang
belakang
sampai jari/
otot
Sumsum Tulang Belakang
Polio
Mielitis transversa
Trauma

Akar Saraf Tepi


Guillain Barre

Saraf Tepi
Neuritis infeksi,
Kurang gizi
Trauma

Sambungan Saraf - Otot


Miastenia Gravis

Otot
Miositis akut virus
OTOT Distrofi dll.
Polio
 Terkena sel di
sumsum tulang
belakang
POLIOMIELITIS/PARALISIS INFANTIL
PENY. HEINE MEDIN

 1840 Yacob Heine (Jerman)


 1890 Karl Medin (Swedia)
 Peny. Infeksi virus akut menyerang medula & batang
otak (inti motorik) predileksi sel anterior masa
kelabu, sumsum tulang belakang
 3 virus tipe : Tidak imunitas silang
- Brunhilde
- Lansing
- Leon

0 - 3 th : 60 %

 >> 0 – 4 th 3 – 5 th : 30 %
Sisa : 10 %
Respon terinfeksi Polio :
* Infeksi asimtomatik (90-95%)
* Poliomielitis abortif (4-8%)
* Poliomielitis nonparalitik atau
paralitik (1-2%)
 Asimtomatik (Silent Infection) :
 Terbanyak
 Gejala ringan
 Inkubasi : 7 – 10 hari
 Abortif :
 Singkat
 Demam, Malaise, TGI  Muntah
Non Paralitik :
 ~ Klinis inf. selaput otak yg lain
 ~ Abortif : > Berat, Nyeri otot, KK (+)
 Sembuh 2 – 4 hari
 Paralitik :
 Berat (1-2 %)
 Demam,sakit tenggorok1-2 hr  reda bbrp hari  demam
naik lagi,nyeri kepala,gx rangsang selaput otak(+),nyeri
otot ekstremitas (1-2 hr)  lumpuh flaccid cepat (puncak
48 jam)
 Spinal : Paralisis asimetris, ggn sensib (-)
 Bulbar Paralisis pst pernafasan &
 Bulbospinal sirkulasi
‫٭‬ LCS : Prot.  s/d 2 bln
2-3 mg
Awal Pmn   Limfosit   N
DIAGNOSIS

 Kelumpuhan flaccid & asimetris (paralitik)


 Cairan LCS : Hampir selalu abnormal (prot ,
sel )
 Isolasi Virus :
 19 hari sebelum gambaran klinis – 3 bl
setelah peny. mulai
 Dari tinja dan OROFARINGS
 Eksresi virus : 5 minggu setelah manifestasi
klinis
 Lumpuh layuh, biasanya tungkai satu sisi
 Lemas, tidak ada gerakan
 Mengecil
 Refleks fisiologis -
 Refleks patologis -
PENGOBATAN
 Tx. Kausal : (-)
 Istirahat
 Analgetik, antip, bantuan pernafasan, fisiotx
 Pencegahan : VAKSIN POLIO
 Vaksin Polio :
 Non Aktif (SALK)  1955
 Virus hidup non aktif (SABIN)  1962
 Oral : Trivalen  banyak digunakan
 Dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak :
Imunodefisiensi
PROGNOSIS

 Tipe Bulbar
 Px. buruk
 Komplikasi residual paralisis
 Kontraktur
Mielitis transversa
 Radang sumsum tulang belakang
 Lumpuh layuh kedua tungkai
* Mendadak
* Lemas
* Refleks fisiologis negatif
* Refleks patologis negatif
* Gangguan buang air besar dan
kecil
 Radang sumsum
tulang belakang
 Lumpuh layuh kedua
tungkai
 Mendadak
 Lemas
 Refleks fisiologis
negatif
 Refleks patologis
negatif
 Gangguan buang air
kecil dan besar
Sindrom Guillain Barre
 Angka kejadian 1-2 per 100.000 / tahun
 Anak < 18 tahun : 0,8 per 100.000 / tahun
 L:P=3:2
 Polio GBS penyebab utama AFP
 Demam
 Kelumpuhan berangsur dari ujung jari naik
ke atas
 Sama berat kedua tungkai
 Refleks fisiologis negatif
 Refleks patologis positif
 Dapat disertai sesak dan meninggal bila
terkena otot napas
 Sistem autonom terkena 
* hipotensi
* hipertensi  10-30%
* aritmia  30%
* cardiac arrest
* syndrome inappropriate anti-
diuretic hormon (SIADH)  3%
* konstipasi  40%
 Refleks fisiologis negatif
 Dapat disertai kelumpuhan otot
pernapasan dan meninggal
Pengobatan
 Suportif & fisioterapi
 Kadang2 perlu trakeostomi & ventilator
 Kortikosteroid  kontroversial
 Plasmaferesis  efektif
 Imunoglobulin 0,4 g/KgBB  5 hari
 Penyembuhan 2-4 minggu setelah
progresivitas penyakit berhenti

 Anak-anak hampir selalu sembuh total

Prognosis
 Angka kematian 1-5%
 25-36% (yang hidup)  gejala sisa 
dropfoot atau postural tremor
Kelumpuhan tangan
 Erb’s
 Pada bayi baru lahir
 Disebabkan trauma:
tidak termasuk AFP
Pemeriksaan kelumpuhan
Derajat kelumpuhan
 1. Hanya dapat menggerakkan jari sedikit
 2. Tidak dapat mengangkat kaki dari
tempat tidur, hanya menggeser saja
 3. Masih dapat mengangkat tungkai
 4. Kekuatan otot berkurang
 5. Tidak ada kelumpuhan
Uji kelumpuhan anak besar
 Berjalan pincang atau tidak dapat berjalan
 Tidak dapat meloncat satu kaki
 Tidak dapat berjongkok lalu berdiri lagi
 Tidak dapat berjalan pada ujung jari atau tumit
 Tidak dapat mengangkat kakinya saat di tempat
tidur
 Terasa lemas, tidak ada tahanan
 Kaki mengecil
Pemeriksaan
 Ada pengecilan kaki?
 Kelumpuhan kedua
tungkai
 Berat: tidak dapat berjalan
 Ringan: kesulitan berjalan
 Kelumpuhan 1 tungkai
 Berat: Berjalan melompat
pada kaki yg sehat
 Ringan: pincang, satu kaki
diseret
Lari, jalan jinjit, jalan tumit
Gerakan tungkai
Kelemahan
otot
 Minta ia
jongkok lalu
berdiri
 Tidak
sanggup
 Berdiri sambil
merambat
pada kakinya
Bayi normal
 Posisi bayi normal
terlentang di tempat
tidur
 Tungkai bawah agak
tertekuk pada panggul
dan lutut
 Lutut terangkat, tidak
menyentuh tempat
tidur
 Gerakan tungkai baik,
memasukkanjari ke
mulut
Menguji gerakan pada bayi
 Pegang pada pergelangan
 Dorong dan tarik kedua tungkainya
 Angkat tungkai kemudian lepaskan
 Gelitiklah bayi pada telapak kakinya
 Tusuk telapak kaki perlahan-lahan
Menguji gerakan pada bayi
 Pegang pada ketiak
 Normal: gerakan aktif
 Lumpuh: Gerakan
sedikit
Bayi lumpuh layuh
 Terlentang di tempat
tidur
 Posisi seperti katak
 Gerakan sedikit
 Lutut menyentuh
tempat tidur
Bayi lumpuh layuh
Surveilans
AFP
ERADIKASI POLIO
GLOBAL
 WHA Mei 1988 : Eradikasi Polio pada
tahun 2000
 World Summit for Children 1990
 Dunia bebas polio tahun 2000

 1994:Benua Amerika dinyatakan


sebagai daerah bebas polio

 1998 Western Pasific


 Juni 2002 Kawasan Eropa
PENGERTIAN ERADIKASI POLIO

Virus Polio Liar Tidak ditemukan


selama 3 thn berturut –turut
Didukung oleh
SURVEILANS AFP SESUAI
STANDAR SERTIFIKASI
MENGAPA POLIO

1. Membuat cacat permanent pada anak


2. Reservoir hanya pada manusia
3. Virus tidak tahan lama hidup di
lingkungan
4. Tersedia vaksin yang murah dan
mudah pemberiannya (oral)
KEUNTUNGAN ERAPO

Mencegah anak dari cacad menetap


Saving dana 1.5 milyar dolar Amerika/
tahun dana kesehatan lain
(Indonesia?)
Strategi Erapo dimanfaatkan untuk
mensukseskan program kesehatan lain
(Eradikasi Campak, Hepatitis B)
1988
Resolusi WHA

2000 Stop Transmisi VPL

Tahapan Eradikasi 2001 Proses Sertifikasi


Polio Indonesia
2005 ? Sertifikasi Bebas Polio
KLB

2008 Ind BEBAS polio ??


2010 Stop Imunisasi ??
DIAGRAM ERADIKASI POLIO

Im. PIN
Sweeping Mopping-Up
Rutin

Perlin ?
dungan
Fokus Bebas
Bebas
Masal Polio
Polio Polio

Surveilans AFP
Konsep Surveilans AFP (1)

Gejala polio adalah lumpuh layuh akut

Jika semua penyakit dengan


gejala lumpuh layuh akut
ditemukan

Penderita polio ditemukan


Konsep Surveilans AFP (2)

Penderita polio sudah sangat jarang

Sulit ditetapkan secara pasti diantara


semua penyakit dg gejala lumpuh layuh
akut yg ditemukan

Pemeriksaan virus
Konsep Surveilans AFP (3)

Jika semua penderita lumpuh layuh


akut telah ditemukan (dini)

Tidak ada satupun yang polio (lab)

BEBAS POLIO
TUJUAN
Surveilans AFP

1. Mengidentifikasi daerah berisiko


transmisi virus-polio liar (terdapat
penderita polio lumpuh)
2. Memantau kemajuan program Eradikasi
Polio
3. Membuktikan Indonesia bebas polio
(dalam rangka Sertifikasi Global tahun
2008)
KEBIJAKSANAAN
1. Memantau penyebaran virus polio liar
melalui penderita AFP pada anak < 15 th.
2. Dalam satu tahun minimal menemukan 1
kasus AFP diantara 100.000 anak < 15 th.
3. Satu kasus AFP merupakan suatu Kejadian
Luar Biasa (KLB)
4. Laporan Mingguan merupakan pernyataan
tertulis dari wilatah kerja RS dan Puskesmas
bahwa di wilayah kerjanya ada/tidak ada
kasus dalam satu minggu setelah dilakukan
pemantauan ketat.
Strategi
Menemukan kasus AFP
Surveilans AFP di rumah sakit,
Surveilans AFP di masyarakat,
Spesimen Adekuat
Laboratorium
Ahli (SpA, SpS)
Residual Paralysis (60 hari)
Zero Reporting
DEFINISI KASUS AFP

SEMUA ANAK USIA KURANG 15 TAHUN


DENGAN KELUMPUHAN YANG SIFATNYA
LAYUH (FLACCID) dan TERJADI SECARA
MENDADAK (ACCUTE) , bukan karena ruda paksa.

Ingat Polio:
• Kebanyakan menyerang anak-anak
• Insidensi terbesar pada anak <3 tahun
• Dapat menyerang anak-anak lebih besar, sampai 15
tahun
KLASIFIKASI AFP
SPESIMEN ADEKUAT
1 . Dua spesimen dikumpulkan dalam tenggang waktu  24 jam,
dan diambil  14 setelah terjadinya kelumpuhan

2. Spesimen tiba di laboratorium dalam kondisi baik, yaitu:


· Beratnya  8 gram,
· Tidak dalam keadaan kering,
· Suhu dalam kontainer pengiriman 00 - 80 C berdasarkan
indikator temperatur atau masih ada cold- pack yang beku
dalam
specimen carrier
Tidak terdapat kebocoran pada pot-tinja,
· Disertai formulir pengiriman spesimen yang telah diisi lengkap.
Eksresi virus polio liar melalui faeces
(berdasarkan hasil rata-rata 4 studi)
100

90

80

70

60
Percent

50

40

30

20

10

0
0 7 14• 21 28 35 42
Days
GPV/EPI
INDIKATOR
1. AFP Rate non polio  1 per 100.000 anak < 15 th
 Semua anak lumpuh ditemukan

2. 2 Spesimen adekuat  80% (Tinja kasus diambil


segera setelah lumpuh dan dikirim ke laboratorium
dengan benar)

3. Kelengkapan laporan mingguan  90%  Kesiap


siagaan petugas untuk menemukan anak lumpuh.
Surveilans AFP kuat

virus polio Liar


India

Segera Mop-up
Surveilans AFP lemah

virus polio Liar


India
WPV and VDPV Cases
Indonesia 2005-2006

NAD (Feb,06) Total VDPV : 46 cases


Districts which have ≥ 10 WPV Cases
Total Infected Areas:
Jawa Barat: Sukabumi,
5 districts, Bogor
1 province (Jawa Timur)
Banten: Serang, Total WPV : 305 cases
Lebak
Jawa Tengah:2005: 303 cases
Brebes
2006: 2 cases
Lampung: Tanggamus
Total Infected Areas:
Last Case in Districts which 47have ≥ 10 VDPV
districts, Cases
10 provinces
First Case in Bangkalan:
Aceh Tenggara, Jawa Timur: Bangkalan, Pamekasan
09/06/2006
NAD Last Case in Pamekasan:
(20 /02/2006) 26/10/2006

Sukabumi (Mrt,05)
Serang (22 cases)
(55 Cases)
Brebes Bangkalan Pamekasan
Tanggamus (11 cases) (19 cases) (14 cases)
(19 cases)
: 10 WPV Cases
: :10 VDPVCase
Cases Lebak
First Case in Sukabumi,
1 WPV
: :11WPV Case (100 cases)
Jawa Barat
: 1WPV
VDPVCase
Case Bogor
(13/03/2005)
: 1 VDPV Case
Indonesia 2005-2006

50

010806001,Aceh Tenggr
40 Onset 20 Feb 2006
Investigasi 01 Maret 2006
Ambil Sp.2 04 Maret 2006
30
Hasil Isols 28 Maret 2006
Hasil ITD 04 April 2006

20

: PIN
Sukabumi
10
Maret 2005 : SubPIN

*Mop-up conducted in 3 provinces : Banten, DKI Jakarta, West Java


2005 2006
KLB Polio, Indonesia, 2005-2006
Pylogenic Tree
 Kasus polio mulai sakit  virus polio telah
bersirkulasi
 Kasus polio terdeteksi dg. bukti
laboratorium VPL (+) berkisar 4-6 bulan 
virus polio telah menyebar pada wilayah
luas.
 Mop Up untuk menghentikan transmisi
virus polio liar dilakukan segera dan pada
wilayah yang cukup luas
Surveilans AFP Pasca KLB
 Membuktikan telah berhentinya transmisi VPL
 Peningkatan kepekaan deteksi dini VPL : Non
Polio AFP rate 2/100.000 anak <15 th, spesimen
adekuat >80 %
 Kepekaan yang tinggi dan merata
 Deteksi kasus AFP  spesimen  diagnosis
dan resume ahli
 Kajian epidemiology dan klinis terhadap
kemungkinan adanya virus polio liar.
Imunisasi Polio Pasca KLB
 Meneruskan upaya penghentian transmisi
VPL  PIN dan SubPIN
 Imunisasi rutin tinggi dan merata, melalui
revitalisasi posyandu  desa siaga
 Perbaikan rekam dan pelaporan data
imunisasi, serta penguatan PWS imunisasi
 Respon cepat (mopping up) apabila
terdeteksi VPL (+) (<4 minggu pada
populasi yang luas >1 juta balita)
BEBAS POLIO . . . . ???
tergantung anak-2 bangsa
yang hadir di RUANG ini.

You might also like