You are on page 1of 32

PENENTUAN MATI

Muhammad Alghifari Elfian


Definisi Mati
• Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan
sebagai berhentinya fungsi sirkulasi dan
respirasi secara permanen (mati klinis).
• Menurut Pontifical Academy of Science tahun
1985, seorang dikatakan mati bila secara
ireversibel telah kehilangan semua
kemampuan untuk memadu dan
mengkoordinasikan fungsi-fungsi fisis dan
mental tubuh.
• Di Indonesia :
– Menurut Peraturan Pemerintah RI. No 18 th 1981
tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat
Anatomis serta transplantasi alat atau jaringan
tubuh manusia  meninggal dunia adalah
keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran
yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan
dan denyut jantung seseorang telah berhenti.
– IDI (1985)  seseorang dinyatakan mati jika
batang otaknya tidak berfungsi lagi.
Klasifikasi
• Mati klinis
– henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan)
ditambah henti sirkulasi (jantung) total dengan
semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak
ireversibel.
• Mati biologis (kematian semua organ)
– selalu mengikuti mati klinis bila tidak dilakukan
resusitasi jantung paru (RJP) atau bila upaya
resusitasi dihentikan
• Mati serebral (kematian korteks) adalah
kerusakan ireversibel (nekrosis) serebrum,
terutama neokorteks.
• Mati otak (MO, kematian otak total) adalah
mati serebral ditambah dengan nekrosis sisa
otak lainnya, termasuk serebelum, otak
tengah dan batang otak.
Penentuan Kematian
Seorang pasien yang telah ditetapkan
mengalami kematian batang otak berarti
secara klinis dan legal formal telah meninggal
dunia.
Pernyataan IDI tentang Mati dalam SK PB IDI
No.336/PB IDI/a.4 tertanggal 15 Maret 1988
yang disusul dengan SK PB IDI
No.231/PB.A.4/07/90. Dalam fatwa tersebut
dinyatakan bahwa seorang dikatakan mati, bila
Fungsi pernafasan dan jantung telah berhenti
secara pasti atau irreversible, atau
Terbukti telah terjadi kematian batang otak
• Untuk tujuan transplantasi organ, penentuan
mati didasarkan pada mati batang otak.
Penentuan Mati Jantung
• Diagnosis mati jantung (henti jantung
ireversibel) ditegakkan bila telah ada asistol
listrik membandel (intractable, garis datar
pada EKG) selama paling sedikit 30 menit,
walaupun telah dilakukan RJP dan terapi obat
yang optimal.
Penentuan MATI Batang Otak
Mati otak  penghentian ireversibel semua
fungsi otak.
Kriteria Harvard untuk mati otak :
 Tak reseptif dan tak responsif
 Tak ada gerakan ( observasi selama 1 jam)
 Tidak ada refleks-refleks
 EEG isoelektrik
NB : semua tes diulangi minimal 24 jam.
Kriteria Minnesota
• Dua ahli bedah otak Minneapolis  pasien
dengan lesi intrakranial yang tak dapat diperbaiki,
kerusakan ireversibel pada batang otak
merupakan titik tak dapat balik.
• Mereka menekankan pentingnya henti nafas
sebagai penentu mati otak.
• Kriteria :
– Diketahui ada lesi intrakranial yang tidak dapat
diperbaiki
– Tak ada gerakan spontan
– Henti nafas
– Refleks batang otak negatif
– Semua hasil pemeriksaan tak berubah selama
paling sedikit 12 jam.
Mekanisme mati otak

Neuronal Injury Neuronal Swelling

ICP>MAP is
incompatible
with life

Decreased Intracranial
Blood Flow Increased Intracranial
Pressure
• Kematian batang otak didefinisikan sebagai
hilangnya fungsi batang otak, secara
ireversibel.
• Tiga tanda utama manifestasi kematian batang
otak :
– koma dalam
– hilangnya seluruh refleks batang otak
– apnea
• Diagnosis kematian batang otak merupakan
diagnosis klinis.
• Bila telah dipastikan, normalnya ventilator akan
dilepaskan dari pasien dan henti jantung akan
terjadi tidak lama kemudian.
• Diagnosis MBO mempunyai dua komponen
utama :
– Keadaan pra kondisi
– tes klinik fungsi batang otak
Keadaan Pra Kondisi
• Pasien dalam keadaan koma dengan henti
napas, yaitu tidak responsif dan dibantu
ventilator
• Penyebabnya adalah kerusakan otak struktural
yang tidak dapat diperbaiki lagi, yang
disebabkan oleh gangguan yang dapat menuju
MBO
• Koma dalam tidak adanya respon motorik
serebral terhadap rangsang nyeri di seluruh
ekstremitas (nail-bed pressure) dan
penekanan di supraorbital
Tes Klinis Fungsi Batang Otak
• Penentuan kematian batang otak memerlukan
penilaian fungsi otak oleh minimal dua orang
klinisi dengan interval waktu pemeriksaan
beberapa jam.
• Tiga temuan penting pada kematian batang
otak :
– koma dalam
– hilangnya seluruh refleks batang otak
– apnea.
Hilangnya Refleks Batang Otak
• Tidak ada refleks cahaya
• Tidak ada refleks kornea
• Tidak ada refleks vestibulo-okular
• Tidak ada respon motor dalam distribusi saraf
kranial terhadap rangsang adekuat pada area
somatik
• Tidak ada refleks muntah (gag reflex) atau
refleks batuk terhadap rangsang oleh kateter
isap yang dimasukkan ke dalam trakea
Tes Apnea
• Tes apnea dapat dilakukan apabila :
– Suhu tubuh ≥36,5⁰ C
– Euvolemia (balans cairan positif dalam 6 jam
sebelumnya)
– PaCO normal (PaCO arterial ≥ 40 mmHg)
2 2

– PaO normal (pre-oksigenasi arterial PaO arterial ≥


2 2

200 mmHg)
• Jika syarat terpenuhi, tes apnea dapat
dilakukan. Langkah-langkahnya sebagai
berikut :
– Pasang pulse-oxymeter dan putuskan hubungan
ventilator
– Berikan oksigen 100%, 6 L/menit ke dalam trakea.
– Amati dengan seksama adanya gerakan
pernafasan.
– Ukur PaO , PaCO , dan pH setelah kira-kira 8 menit,
2 2

kemudian ventilator disambungkan kembali


• Apabila tidak terdapat gerakan pernafasan,
dan PaCO2 ≥ 60 mmHg (atau peningkatan
PaCO2 lebih atau sama dengan nilai dasar
normal), hasil tes apnea dinyatakan positif.
• Apabila terdapat gerakan pernafasan, tes
apnea dinyatakan negatif.
• Hubungkan ventilator selama tes apnea
apabila tekanan darah sistolik turun sampai <
90 mmHg.
• Jika refleks batang otak semua hasilnya negatif
dan tes apnea menunjukkan tidak adanya
gerakan pernapasan, maka pasien dinyatakan
mati batang otak.
Terimakasih

You might also like