You are on page 1of 24

KOMPILASI HUKUM ISLAM

TENTANG WARISAN DAN


PERKAWINAN MENURUT
UNDANG-UNDANG
Pengertian hukum waris
• Menurut kompilasi hukum islam
pasal 171 huruf a inpres nomor 1 tahun 1991 berbunyi
:”hukum warisan adalah hukum yang mengatur
tentang pemindahan hak pemilik harta peninggalan
(tirkah) pewaris,menetukan siapa-siapa yang berhak
menjadi ahli waris dan berapa bagian masing-masing
Perihal hukum waris
menurut undang-undang ada dua cara
mendapatkan warisan yaitu

1. Sebagai ahli waris menurut ketentuan


undang-undang
2.Karena ditunjuk dalam surat wasiat
(tastement)
Menurut pasal 834 B.W
• Seorang ahli waris berhak untuk menurut
supaya segala apa saja yang termasuk harta
peninggalan si meninggal diserahkan padanya
berdasarkan haknya sebagai ahli waris
Ketidakpatutan (onwaardig)
• Pasal 838 mengatakan, yang di anggap tidak patut
menjadi ahli waris dan karenanya dikecualikan dari
pewarisan adalah :
1. Mereka yang telah dihukum karena dipersalahkan
membunuh atau mencoba membunuh si pewaris
2 . Mereka yang denga putusan hakim pernah dipersalahkan
karena secara fitnah telah mengajukan pengaduan terhadap
si pewaris, ialah suatu pengaduan telah melakukan sesuatu
kejahatan yang atau hukuman yang lebih berat.
3. Mereka yang dengan kekerasan atau perbuatan telah
mencegah si pewaris untuk membuat atau mencabut
wasiatnya.
Pasal 874 B.W
menerangkan tentang arti wasiat yang
mengandung suatu syarat bahwa isi
pernyataan itu tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang. Suatu wasiat harus
berisikan suatu “erfstelling” yaitu
penunjukkan seorang atau beberapa orang
menjadi ahli waris yang akan mendapat
seluruh atau sebagian dari warisan.
Cara untuk menyelenggarakan
pembagian warisan
1.Pewarisan menurut undang-undang
pewarisan menurut undang-undang ialah pembagian
warisan kepada orang-orang yang mempunyai hubungan
darah yang terdekat dengan pewaris.
2. Mewaris berdasarkan haknya sendiri
para ahli waris yang terpanggil untuk mewaris karena
kedudukannya sendiri berdasarkan hubungan darah anatara ia
sengan pewaris (852 B.W)
3. Ahli waris karena penggantian tempat
ahli waris yang keturunan-keluarga sedarah-dare pewaris,
yang muncul sebagai pengganti tempat orang lain,yang
seandainya tidak mati terlebih dahulu dari pewaris,sedianya
akan mewaris (pasal 841 B.W)
Pola pembagian warisan
Orang-orang yang tidak berhak mendapat warisan dari
pewaris adalah
mereka yang telah dihukum karena dipersalahkan telah
membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat
si yang meninggal (pasal 838 ayat (1) KUH perdata,pasal 172
ayat (1) inpres nomor 1 tahum 1991 tentang kompilasi hukum
islam) ;
mereka dengan putusan hakim pernah dipersalahkan karena
memfitnah telah mengajukan pengaduan terhadap si yang
meninggal,ialah suatupengaduan telah melakukan sesuatu
kejahatan yang terancam dengan hukuman penjara 5 tahun
atau hukuman yang lebih berat.
Orang-orang yang berhak menerima
warisan
Di tentukan oleh undang-undang
Diatur di dalam pasal 832 KUH perdata dalam pasal
174 inpres nomor 1 tahun 1991
wasiat
Ahli waris menurut wasiat adalah waris yang
menerima warisab, karena adanya wasiat
(testamen) dari pewaris kepada ahli waris, yang
dituangkan dalam surat wasiat.surat wasiat
(testemen) adalah suatu akta terjadi setelah ia
meninggal dunia, dan olehnya dapat dicabut
kembali (pasal 875 KUH perdata)
Bagian yang diterima ahli waris dan
hak-hak khusus ahli waris
1. Hak saisine
Hak ini diatur dalam pasal 833 B.W. “sekalian ahli waris
dengan sendirinya karena hukum memperoleh hak milik
atas segala barang,segalaa hak dan segala piutang si yang
meninggal”
2. hak hereditatis petitio
diatur dalam pasal 384 dan 385 B.W. sebenarnya hak ini
dapat dilihat sebagai pelengkap daripada hak saisine,
karena dengan saisine, maka hak-hak dan kewajiban-
kewajiban pewaris berpindah kepada ahli waris,
termasuk hak-hak tuntut yang dipunyai dan mungkin
sedang dijalankan oleh pewaris dan juga yang belum
mulai dilaksanakan.
Hukum waris BW telah ditentukan
bagian-bagian akan diterima ahli waris
• Bagian keturunan dan suami-istri (pasal 852
KUH perdata)
• 2. Bagian bapak, ibu,saudara laki-laki,dan
saydara perempuan (pasal 854 sampai dengan
856 KUH perdata)
• 3. Bagian anak luar kawin (pasal 862 sampai
dengan pasal 871 KUH perdata)
• 4.Anak zina ( pasal 867 KUH Perdata)
Kelahiran anak di luar pernikahan
(natuurlijke kinderen)
dalam burgelijk wetboek yang mengatur
mengenai hubungan hukum tentang warisan
antara si ibu dan si anak di luar
pernikahan,ada peraturan istimewa yaitu
tercantum pada pasal-pasal 862 sampai
dengan 873 BW
Menolak warisan
• Menurut pasal 1057,penolakan warisan harus
dilakukan dengan tegas,orang yang menolak
warisan harus memberikan pernyataan di
kantor panitera pengadilan negeri di mana
warisan terbuka
Kompilasi hukum islam (perkawinan)
surat keputusan menteri agama no 154 tahun 1991
tanggal 22 juli meminta kepada :
Seluruh instansi departermen agama termasuk
peradilan agama
instansi pemerintaha agar menyebarluaskan kompilasi
hukum islam
Sebelum lahirnya KHI, direktorat pembinaan badan
peradilan agama dalam surat edaran no 8/I/735 tahun
1958 menentukan 13 kitab fiqih yang menjadi
pegangan hakim agama dalam menyelesiakan sengketa
yang diajukankepadanya.
• Untuk memenuhi harapan mengumpulkan dan
merancang KHI itu,panitia menempuh empat jalur dalam
melaksanakan kegiatannya
• Jalur pertama adalah jalur pengkajian kitab-kitab fiqih
• jalur kedua adalah jalur pendapatan ulama,khususnya
ulama fiqih di tanah air kita
• jalur ketiga adalah jalur jurisprudensi yang terhimpun
dalam putusan-putusan pengadilan agama
• jalur ke empat adalah studi perbandingan mengenai
pelaksanaan dan penegakan hukum islam di negara-
negara muslim
• buku 1 hukum perkawinan terdiri dari 19 bab
dengan 170 pasal
dalam pasal 1 dirumuskan arti :
peminangan,wali hakim, akad nikah, mahar,
taklik-talak, harta kekayaan dalam perkawinan
atau harta bersama,pemeliharaan
anak,perwalian,khuluk dan mut’ah
Bab 2 dasar-dasar perkawinan (pasal 2
sampai 10)
• Pasal 3 menyebut tujuan perkawinan
• Pasal 4 disebut sahnya perkawinan bila dilakukan
menurut hukum islam
• pasal 5 ditegaskan bahwa setipa perkawinan harus
dicatat oleh pegawai pencatat nikah
• Pasal 6 dinyatakan bahwa setiap perkawinan harus
dilangsunkan di hadapan dan di bawah pengawasan
pegawai pencatat nikah
• Pasal 7 disebutkan bahwa perkawinan hanya dapat
dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat oleh
pencatat nikah
Peminangan pasal 11 sampai pasal 13
• Pasal 11 disebut tata cara peminangan.pasal 12
disebut wanita yang dapat atau boleh dipinang
• (pasal 14 sampai pasal 29) rukun dan
syaratperkawinan.pasal 20 menyebut siapa yang
berhak menjadi wali nikah yaitu wali nasab dan
wali hakim.pasal 21 diatur susunan keutamaan
kekerabatan wali nasab.
• Pasal 22 tentaang pergeseran wali nasab, apabila
ayah wali nasab yang paling berhak berhalangan
menjadi wali nikah.pasal 23 menyebyt wali hakim
pasal 24 menyebut tentang saksi
• Pasal 25 tentang syarat orang yang dapat menjadi
saksi (muslim,adil,akil baliq, waras dan tidak tuli).
• Di pasal 26 dinyatakan bahwa saksi harus hadir
menyaksikan langsung akad nikah serta
menandatangani akad nikah
• pasal 27 menyatakan bahwa ijab kabul antara
wali dan calin mempelai pria harus jelas
beruntun, tidak berselang waktu
• Pasal 28 dinyatakan bahwa akad nikah
dilaksanakan sendiri secara pribadi oleh wali
nikah
Mengenai mahar dan larangan kawin
• Karena pertalian darah (nasab)
• Karena pertalian perkawinan
• Karena pertalian sesusuan
• Pasal 40 dilarang perkawinan seorang pria
dengan seorag wanita karena keadaan
tertentu
• Pasal 41 (1) seorang pria dilarang memadu
istrinya dengan wanita yang mempunyai
hubungan darah
• Larangan bagi seorang pria melangsungkan perkawianan
dengan seorang wanita apabila pria tersebut sedang
terikat tali perkawinan dengan lebih dari seorang istri
• pasal 43 seorang pria dilarang kawin dengan
a. wanita bekas istri yang telah ditalak 3 kali
b. wanita bekas istri yang dili’an
c. pada pasal 43 (20 larangan tersebut pada huruf a gugur
apabila mantan istri telah kawin dengan pria lain dan
bercerai lagi dari pria lain
d. pasal 44 seorang wanita islam dilarang
melangsungkan perkawinan dengan pria yang
tidak beragam islam
• Perjanjian perkawinan,pasal 45 s/d 52
• Kawin hamil, pasal 53 s/d 54
• Beristri lebih dari 1 orang,pasal 55 s/d 59
• Pencegahan perkawinan, pasal 60 s/d 69
• Batalnya perkawinan, pasal 70 s/d 76
• Hak dan kewajiban suami istri, pasal 77 s/d 84
• Harta kekayaan dalam perkawinan, pasal 85
s/d 97
• Pemeliharaan anak,pasal 98 s/d 106
• Perwalian pasal 107 s/d 112
• Putusnya perkawinan,pasal 113 s/d 148
• Akibat putusnya perkawinan,pasal 149 a/d
162
• Masa berkabung, pasal 170

You might also like