You are on page 1of 26

NAMA ANGGOTA

Irma Nurtiana S.
(201310410311149)

Sarah Alfiah U. Hilwa Arif M.


(201310410311118) (201310410311249)

Kelompok

8
Anita Selvin Nurfadita H.
(201310410311111) (201310410311267)
Tujuan Umum

• Mahasiswa mampu melakukan


penetapan kadar senyawa marker
EPMS dalam sediaan kapsul yang
berisi ekstrak rimpang kencur
(Kaempferia galanga L.)
Tinjauan Pustaka Tanaman
Klasifikasi :
Kerajaan: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida Terdapat senyawa Etil-p-
metoksisinamat (EPMS) yang
merupakan salah satu senyawa
Ordo : Zingiberales hasil isolasi rimpang kencur
Famili : Zingiberaceae
Rimpang kencur berkhasiat
Genus : Kaempferia sebagai obat batuk, obat
lambung, obat mual, obat
Spesies : Kaempferia galanga L. bengkak dan obat bisul
(Depkes RI, 2001).
EPMS
Pada kencur terdapat senyawa Etil-p-metoksisinamat (EPMS) yang
merupakan salah satu senyawa hasil isolasi rimpang kencur (Kaempferia galanga, L)
yang merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit dari sengatan
matahari. EPMS merupakan senyawa aktif yang ditambahkan pada lotion kulit
ataupun bedak setelah mengalami sedikit modifikasi yaitu perpanjangan rantai
dimana etil dari ester ini digantikan oleh oktil, etil heksil, atau heptil melalui
transesterifikasi bertahap. Modifikasi yang dilakukan diharapkan mengurangi
kepolaran EPMS sehingga kelarutannya dalam air berkurang dan hal itu merupakan
salah satu syarat senyawa sebagai tabir surya (Barus, 2009).
Penetapan kadar
Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan bahwa kandungan zat
berkhasiat yang terdapat dalam kapsul telah memenuhi syarat dan sesuai dengan
yang tertera pada etiket. Metode penetapan kadar yang digunakan sesuai dengan zat
aktif yang terkandung dalam sediaan kapsul.

Caranya ditimbang 10-20 kapsul, isinya di gerus dan bahan aktif yang larut
diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai menurut prosedur yang sudah ditetapkan.
Secara umum rentang kadar bahan aktif yang ditentukan berada diantara 90-110%
dari pernyataan pada label.
Senyawa Marker
Marker dapat digunakan untuk identifikasi dengan benar dan autentik sumber bahan alam, mencapai kualitas
yang konsisten, mengkuantifikasi senyawa farmakologik aktif pada produk akhir, atau memastikan efikasi produk.
Marker sangat penting dalam evaluasi jaminan kualitas produk. Senyawa marker tidak harus memiliki aktivitas
farmakologi. Senyawa marker dapat digolongkan menjadi 4 kategori berdasarkan bioaktivitasnya.

Zat aktif: Merupakan senyawa kimia dengan aktivitas klinik yang diketahui.

Marker aktif: Merupakan zat kimia yang mempunyai efek farmakologi, tapi
belum tentu mempunyai efikasi klinik.

Marker analisis: Merupakan zat kimia yang dipilih untuk determinasi kuantitatif tetapi
belum tentu mempunyai aktivitas biologi dan efikasi klinis. Selain itu, marker ini juga
berguna untuk identifikasi positif bahan baku dan ekstrak untuk standardisasi.

Marker negatif: Senyawa aktif dengan zat aktif toksik atau allergenik.
Instrumen Spektrofotodensitometri
Prinsip kerja spektrofotodensitometri berdasarkan interaksi antara radiasi
elektromagnetik dari sinar UV-Vis dengan analit yang merupakan noda pada
plat

Pada umumnya yang paling sering digunakan adalah mode absorbsi dengan
menggunakan sinar UV pada λ 190-300 nm.

Densitometer dapat bekerja secara serapan atau flouresensi

Sebagai tambahan untuk scanning instrumen densitometer dilengkapi dengan


digital konverter, dan data akan diproses secara digitalisasi oleh komputer

Terjadinya penyimpangan baseline yang disebabkan oleh variasi ketebalan


dan ketidakseragaman lapisan pada densitometer sangat kecil dan level
signalnya relatif tinggi
Instrumen Spektrofotodensitometer
Keterangan:
L (light); SL (slit); MC
(monokromator); PM
(photomultiplier); FF (filter
fluorescens); P (plat); SCS
(sistem for circular scanning).
Alat & Bahan

Alat Bahan
• TLC scanner, lempeng KLT, • Ekstrak kencur dalam
labu ukur 5.0mL, 10.0mL, etanol 96%, standart Etil
pipet mikro, cawan Para Metoksi Sinamat
timbang, vial tertutup, (EPMS), N-Heksana, Etil
gelas ukur, batang asetat, Asam Formiat,
pengaduk Etanol 96%
Skema Kerja Pembuatan Eluen
(Fase Gerak)
Skema Kerja
Skema Kerja Pembuatan Larutan
Baku Kerja
Skema Kerja
Skema Kerja
Penotolan pada Plat KLT

• Ditotolkan sampel dan sampel standar


pada plat KLT sebanyak 5µL
• Ditotolkan standar EPMS sebanyak 5µL
pada plat KLT
Cara Kerja Analisis dg (TLC-Scaner)
Hasil Perhitungan

Hasil Penimbangan
1. Hasil Penimbangan Standard EPMS Baku Induk
50,0 mg ± 5% (47,5 mg – 52,5 mg) / (0,0475 g – 0,0525 g)
Zat = 0,04958 g = 49,58 mg
2. Hasil Penimbangan Standard Recovery
25,0 mg ± 5% (23,75 mg – 26,25 mg) / (0,02375 g – 0,02625 g)
Botol + zat = 9,33779 g
Botol timbang kosong = 9,31250 g
Zat = 0,02529 g = 25,29 mg
Hasil Perhitungan Hasil Perhitungan Konsentrasi
Larutan Baku Induk
49,58 𝑚𝑔
BI 1 = 10,0 𝑚𝑙 𝑥 1000 𝑚𝑙 = 𝟒𝟗𝟓𝟖 𝒑𝒑𝒎
BI 2 = V1 x N1 = V2 x N2
= 4,0 ml . 4958 ppm = 10,0 ml . N2
Jenis Berat
Berat Berat N2 = 1983,2 ppm
No. bahan wadah Larutan Baku Kerja
wadah bahan BK 4 = V1 x N1 = V2 x N2
ditimbang + bahan = 1,0 ml . 4958 ppm = 10,0 ml . N2
N2 = 495,8 ppm
1. sampel I 13, 5091 g 13, 4485 g 0.0606 g
BK 5 = V1 x N1 = V2 x N2
2. sampel II 13, 5098 g 13, 4493 g 0.0605 g = 3,0 ml . 1983,2 ppm = 10,0 ml . N2
N2 = 594,96 ppm
3. sampel III 13, 5095 g 13, 4490 g 0.0605 g BK 6 = V1 x N1 = V2 x N2
4. recovery I 13, 5103 g 13, 4495 g 0.0608 g = 4,0 ml . 1983,2 ppm = 10,0 ml . N2
N2 = 793,28 ppm
5. recovery II 13, 5100 g 13, 4492 g 0.0608 g BK 3 = V1 x N1 = V2 x N2
= 5,0 ml . 793,28 ppm = 10,0 ml . N2
6. recovery III 13, 5100 g 13, 4495 g 0.0605 g N2 = 396,64 ppm
BK 2 = V1 x N1 = V2 x N2
= 1,0 ml . 594,96 ppm = 10,0 ml . N2
N2 = 297,48 ppm
BK 1= V1 x N1 = V2 x N2
= 1,0 ml . 396,64 ppm = 10,0 ml . N2
N2 = 198,32 ppm
Hasil Perhitungan
Hasil Perhitungan Regresi Linier ( λ maks = 308 nm )
Konsentrasi Luas area Bobot EPMS
Konsentrasi Data % EPMS (%)
BK Luas Area (AU) (ppm) (AU) dlm 10 ml (mg)
(ppm)
S1 564,9043 20073,1 5,6490 9,31 %
1 198,32 12978,8
2 297,48 15170,7 S2 471,1906 18315,5 4,7119 7,79 %
3 396,64 17173,3
S3 530,2042 19422,3 5,3020 8,76 %
4 495,80 18333,3
5 594,96 21164,6 R1 547,0904 19739,0 5,4709
6 793,28 24122,1
R2 538,1435 19571,2 5,3814
Hasil Regresi Konsentrasi vs Luas Area
a = 9478,32 R3 617,1730 21053,4 6,1717
b = 18,7550
r = 0,9960
Persamaan regresi
Y = bx + a
𝑦−𝑎
x= 𝑏
Hasil Perhitungan
Hasil Perhitungan
Kadar EPMS teoritis dalam rekovery
R1 = 8,62 % x 60,8 mg = 5,2410 mg + 0,2529 mg = 5,4939 mg
R2 = 8,62 % x 60,8 mg = 5,2410 mg + 0,2529 mg = 5,4939 mg
R3 = 8,62 % x 60,5 mg = 5,2151 mg + 0,2529 mg = 5, 4680 mg
Pembahasan
1. Tahapan dari analisis ini yaitu proses validasi metode (linieritas, presisi, akurasi, dan selektivitas) serta
penentuan peak identity dan purity untuk memastikan kebenaran senyawa yang dianalisis merupakan EPMS
2. Penetapan kadar kali ini menggunakan spektrofotodensitometer pada panjang gelombang maksismum yaitu
308 nm.
3. Penentuan linieritas dilakukan sebelum melakukan penetapan kadar pada ekstrak dimana kalibrasi diterima
jika koefisien korelasi atau r > 0,999. Kelompok kami mendapati koefisien korelasi sebesar 0,9960 (angka
yang dihasilkan mendekati angka standard yang ditetapkan)
4. Pada praktikum kali ini didapatkan sampel dengan kadar EPMS rata-rata (X) = 8,63% sedangkan untuk
bobot EPMS rata-rata/kapsul = 17,29 mg pada persyaratan seharusnya 15 mg. Untuk Standard Deviasi
(SD) = 0,7696 dan Koefisien Variasi (KV) = 8,93 % (tidak bagus) karena seharusnya nilai KV yaitu <2%
sehingga koefisien variasi dari kadar EPMS tidak bagus dapat disebabkan oleh homogenitas sampel dan
pengenceran pada proses pembuatan baku dan larutan induk. Untuk rekovery sampel dengan rata-rata %
rekovery (X) = 98,76%. Untuk Standard Deviasi (SD) = 1,1526 dan Koefisien Variasi (KV) = 1,17 % (bagus)
karena seharusnya nilai KV yaitu <2% sehingga koefisien variasi dari kadar rekovery bagus karena <2%.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum penetapan senyawa marker pada ekstrak rimpang
kencur, dapat disilpukan bahwa:

1. Kadar EPMS rata-rata (X) = 8,63%


Bobot EPMS rata-rata/kapsul = 17,29 mg (syarat 15 mg)
Standard Deviasi (SD) = 0,7696
Koefisien Variasi (KV) = 8,93 % (tidak memenuhi syarat)
2. Rata-rata % rekovery (X) = 98,76%
Standard Deviasi (SD) = 1,1526
Koefisien Variasi (KV) = 1,17 % (memenuhi syarat)
Daftar Pustaka
Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Edisi 1. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Analisis Farmasi . Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Hahn-Deinstrop,E. 2007. Applied Thin-Layer Chromatography Best Practice and Avoidance of


Mistakes, Second, Revised and Enlarged Edition. New York: John Wiley and Sons.
Mulja, M. dan Sukarman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press.

Sherma, J. and B. Fried. 1996. Handbook of Thin-Layer Chromatography. Third Edition. New
York: Marcel Dekker Inc. P.147-149.

You might also like