You are on page 1of 25

Laporan kasus

Ileus Obstruktif

19 januari 2018

Annisa Maharani
Mutamimah
Anamnesis
KU : Pasien datang ke IGD dengan keluhan
tidak bisa BAB sejak 4 hari yang lalu.
RPS : Keluhan disertai muntah saat makan,
pasien juga tidak bisa kentut sejak 4 hari
yang lalu. Muntah berwarna putih tidak
bercampur makanan sebanyak setengah
gelas kecil. Pasien juga mengeluhkan
nyeri perut kiri bawah. Pasien tidak
demam (-), BAK (+)normal
 RPD : pasien belum pernah mengalami
hal seperti ini sebelumnya.
 RPK : tidak ada
 Riwayat alergi : Tidak ada
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TTV : TD 120/80
N 85x/m
R: 20x/m
S 36,3c

Pemeriksaan fisik
 Kepala : DBN
 Mata : CA -/-, Pupil Isokor, SI -/-
 Hidung : DBN
 Telinga : DBN
 Mulut : DBN
 Leher : DBN

Status generalisata
 Pulmo
◦ Inspeksi : Simetris, sikatriks (-)
◦ Palpasi : tidak ada massa (-) krepitasi (-)
◦ Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
◦ Auskultasi : Suara dasar vesikuler, Rhonki -/-, Whezzing -/-
.

Abdomen
 Inspeksi : Distensi abdomen (+)
 Auskultasi : Peristaltik menurun , metalic sound (+)
 Perkusi : Pekak (+), nyeri ketok (+)
 Palpasi : nyeri tekan (+) di seluruh region
abdomen, defans muscular (+)
 Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis teraba di sela iga 5
midclavicula dextra
Perkusi : batas jantung kanan di sela iga4 line
sternalis dextra
Batas jantung kiri di sela iga 5 linea
midclavicula sinistra
Batas pinggang jantung di sela iga 2 line
parasternalis sinistra
Auskultasi : reguler dan tidak ada bunyi
tambahan
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis
 Ileus obstruktif

Diagnosis banding
Adnexitis, pankreatitis, urolithiasis
Rencana terapi
1. Inf RL 20gtt
2. Pasang kateter
3. Pasang NGT
4. Inj ciprofloxacin 2x1 amp
5. Inj ranitidin 2x1 amp
6. Inj ketorolac 2x1 amp
Pasien perempuan usia 70 th datang ke igd
RSU dr. slamet dengan keluhan tidak bisa
BAB dan kentut 4hari yang lalu. Dari hasil
Lab ditemukan SGOT yang meningkat
sedikit. Dari hasil ronsen ditemukan
gambaran step ladder, dilatasi usus dan
hearing bone.

Resume
ILEUS OBSTRUKTIF
Ileus obstruksi merupakan penyumbatan intestinal
mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik
yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan
lumen usus.
Etiologi
 berdasarkan letak sumbatan, ileus obstruktif dibagi
dua (Ullah et al., 2009):
1) Ileus obstruktif usus halus, yaitu obstruksi letak
tinggi dimana mengenai duodenum, jejunum
dan ileum
2) Ileus obstruktif usus besar, yaitu obstruksi letak
rendah yang mengenai kolon, sigmoid dan
rectum.

Klasifikasi
 Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan
menjadi tiga kelompok (Yates, 2004) :
1) Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda
asing, bezoar, batu empedu.
2) Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau
inflamasi.
3) Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia,
volvulus atau intususepsi.
 Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :
1) Nyeri abdomen
2) Muntah
3) Distensi
4) Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi

Manifestasi klinis
 Gejala utama  nyeri kolik, mual-muntah dan obstipasi.

 Adanya flatus atau feses selama 6-12 jam setelah gejala


merupakan ciri khas dari obstruksi parsial.

 Nyeri kram abdomen bisa merupakan gejala penyerta, nyeri


menyebar dan jarang terlokalisir, namun sering dikeluhkan
nyeri pada bagian tengah abdomen, sekitar umbilikus atau
bagian epigastrium.

 Saat nyeri menetap dan terus menerus  curiga telah terjadi


strangulasi dan infark.
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik
1. Tanda tanda dehidrasi
2. Darm kontur
3. Darm steifung
 Palpasi dan perkusi
Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan perkusi
tympani yang menandakan adanya obstruksi. Palpasi
bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun
atau nyeri tekan, yang mencakup ‘defance musculair’
involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa
yang abnormal.

Diagnosis
Auskultasi
Terdengar suara seperti gemerincing logam
(metalic sound)
Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau
posisi dekubitus) dan posisi tegak thoraks. Pada foto abdomen dapat
ditemukan beberapa gambaran, antara lain:
1) Distensi usus bagian proksimal obstruksi
2) Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
3) Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels
4) Posisi supine dapat ditemukan distensi usus dan step-ladder sign
5) String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang
berderet
6) Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisi
udara dan gelung usus yang berbentuk U yang dibedakan dari
dinding usus yang oedem.
7) Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.

Radiologi
 Dilatasi usus

 Hering bone
 Step ladder
 Pasien dengan obstruksi intestinal biasanya mengalami
dehidrasi dan kekurangan Natrium, Khlorida dan Kalium yang
membutuhkan penggantian cairan intravena dengan cairan
salin isotonic seperti Ringer Laktat.

 Urin harus di monitor dengan pemasangan Foley Kateter.

 Pemeriksaan elektrolit serial, seperti halnya hematokrit dan


leukosit, dilakukan untuk menilai kekurangan cairan.

 Antibiotik spektrum luas diberikan untuk profilaksis atas


dasar temuan adanya translokasi bakteri pada ostruksi
intestinal.

penatalaksanaan
 Pemasangan nasogastric tube bertujuan untuk
mengosongkan lambung, mengurangi resiko terjadinya
aspirasi pulmonal karena muntah dan meminimalkan
terjadinya distensi abdomen.

 Pasien dengan obstruksi parsial dapat diterapi secara


konservatif dengan resusitasi dan dekompresi.

 Penyembuhan gejala tanpa terapi operatif dilaporkan


sebesar 60 – 85% pada obstruksi parsial.

dekompresi
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan
pada obstruksi ileus.
1) Koreksi sederhana (simple correction). Tindakan bedah sederhana
untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada
volvulus ringan.
2) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang
"melewati" bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor
intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
3) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat
obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
4) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis
ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus,
misalnya pada carcinomacolon, invaginasi strangulata, dan sebagainya.

Terapi operatif

You might also like