You are on page 1of 9

Bioteknologi Peternakan

Dalam bidang peternakan, bioteknologi dimanfaatkan untuk


menghasilkan vaksin, antibodi, pakan bergizi tinggi, dan hormon
pertumbuhan. Hormon pertumbuhan diberikan pada ternak untuk
meningkatkan produksi daging, susu, atau telur.

Contohnya adalah pemberian Bovine Growth Hormone pada


sapi perah dapat meningkatkan produksi susu dan daging hingga 20%.
Namun penggunaan hormon untuk memacu produksi pada ternak
masih diperdebatkan karena berpotensi meningkatkan penyakit
masitis pada ternak dan membahayakan kesehatan manusia.
Hormon BST (Bovine
Somatotrophin)
Indonesia saat ini dan beberapa tahun ke depan sangat dituntut upaya
meningkatkan produksi susu. Kebutuhan susu segar dan produk susu
semakin meningkat akibat pertambahan penduduk yang sangat cepat.
Tetapi hal ini tidak diimbangi dengan produksi susu yang masih
terbatas. Salah satu teknologi yang saat ini sedang digunakan secara
luas adalah penggunaan Bovine Somatotropin (bST).

Penggunaan bST di beberapa negara terutama Amerika telah teruji


kemampuannya dalam meningkatkan produksi susu. Akan tetapi
berbagai kalangaan termasuk praktisi, peneliti maupun konsumen
masih mempertanyakan dampak penggunaan bST, baik pada ternak,
manusia maupun lingkungan. Sapi-sapi akan ditambahkan pada
tubuhnya hormon bovine somatotropin yang disebut rbST, yaitu
hormon yang dapat meningkatkan produksi susu hingga 20 persen.
Hormon ini dapat memicu pertumbuhan dan meningkatkan
produksi susu. BST ini mengontrol laktasi (pengeluaran susu) pada
sapi dengan meningkatkan jumlah sel-sel kelenjar susu. Jika
hormon yang dibuat dengan rekayasa genetika ini disuntuikkan
pada hewan, maka produksi susu akan meningkat 20%. Tanpa
harus menambah jumlah sapi perah serta menambah fasilitas
seperti kandang dan penggunaan lahan baru.

Pemakaian BST telah disetujui oleh FDA (Food and Drug


Administration), lembaga pengawasan obat dan makanan di
Amerika. Amerika berpendapat susu yang dihasilkan karena
hormon BST aman di konsumsi tapi di Eropa hal ini dilarang karena
penyakit mastitis pada hewan yang diberikan hormon ini meningkat
70%.

Selain memproduksi susu, hormon ini dapat memperbesar


ukuran ternak menjadi 2 kali lipat ukuran normal. Caranya dengan
menyuntik sel telur yang akan dibuahi dengan hormon BST. Daging
dari hewan yang diberi hormon ini kurang mengandung lemak.
Sehingga dikhawatirkan hormon ini dapat mengganggu kesehatan
manusia.
Fungsi hormon ini diantaranya :
1. memberikan hasil adanya peningkatan produksi susu dan
kualitas susu
2. memperbaiki persistensi laktasi serta meningkatkan efisiensi
konversi pakan.
3. pemicu untuk membentuk dan meningkatkan konsentrasi
cAMP
4. sebagai proses terjadinya utusan kedua (second messenger)
yang diikuti oleh proses-proses biologis lainnya;
5. meningkatkan asam-amino ke dalam otot, ginjal dan fibroplast
dan juga dapat lainnya;
6. meningkatkan asam-amino ke dalam otot, ginjal dan fibroplast
dan juga dapat menyebabkan lypolysis pada jaringan lemak yang
dibantu oleh hormon lain seperti tiroksin dan glucocorticoid.
Dengan rekayasa genetika dihasilkan hormon
pertumbuhan hewan yaitu BST. Caranya adalah:
1) Plasmid bakteri E.Coli dipotong dengan enzim
endonuklease
2) Gen somatotropin sapi diisolasi dari sel sapi
3) Gen somatotropin disisipkan ke plasmid bakteri
4)Bakteri yang menghasilkan bovin somatotropin
ditumbuhan dalam tangki fermentasi
5) Bovine somatotropin diambil dari bakteri dan
dimurnikan.
Dampak Penggunaan Bovine Somatotropin :
Sampai sejauh ini belum ada peneliti yang melaporkan dampak negatif dari
penggunaan bST (bovine somatotropin). Kekhawatiranyakan adanya penurunan bobot
badan cukup beralasan terutama penggunaan bST pada awal laktasi.

Hal ini berhubungan dengan kondisi sapi yang sedang mengalami keseimbangan
energi yang negatif. Penggunaan bST menyebabakan penurunaan bobot badan pada
kondisi yang memprihatinkan. Karena penggunaan bST akan memobilisasi cadangan
lemak tubuh.

Pada awal laktasi hingga menjelang puncak laktasi, bobot badan cendrung menurun.
Keadaan ini dapat diatas dengan penggunaan bST setelah puncak laktasi. Setelah 50
hari laktasi (Phipps et al., 1997, Luna-Dominguez et al., 2000)
atau dengan pemberian pakan yang baik (Moallem et al. 2000). Hasil penelitian Scarda
dan Mader (1991) Menunjukkan penggunaan bST tidak menunjukkan gejala toxic
syndrome, tidak ada perubahan tingkah laku atau gangguan
penyakit metabolik.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam penyuntikan bovine
somatotropin
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikann di antaranya
dosis yang digunakan,
1. Kapan atau pada hari keberapa setelah beranak,
2. Apakah sebelum atau setelah puncak laktasi.
3. Kemudian kondisi atau persyaratan apa yang perlu
disiapkan pada sapi seperti pakan,
kondisi kesehatan, kandang dan peternak itu sendiri.
Berdasarkan rekomendasi Kementrian Pertanian dan Nutrisi dan
penyakit metabolik. Berdasarkan rekomendasi Kementrian
Pertanian dan Nutrisi dan Kementrian Kesehatan Amerika, sertifikat
aman untuk somidobove 4 April 1989 telah dikeluarkan. Keamanan
untuk konsumen yang mengkonsumsi produk susu dan daging
daripemberian bST pada sapi perah berdasarkan penelitian dan
pengetahuan yang ada yaitu ;
(1) Komposisi susu, flavor dan pertumbuhan biakan Starter asam
laktat tidak dipengaruhi
oleh bST,
(2) BST (bovine somatotropin) tidak mempunyai aktivitas biologis
pada manusia, dan sebagai susu protein bST dicerna semuanya bila
dikonsumsi.
KESIMPULAN
Penggunaan Bovine Somatotropin (bST) dapat meningkatkan produksi susu,
kualitas susu, memperbaiki persistensi laktasi dan efisiensi konversi pakan. Sejauh ini
belum ada efek buruk dari penggunaan bST.
Dari uraian diatas penggunaan bST dapat dilakukan di Indonesia. Sehingga
dapat digunakan sebagi alternative umum dalam memenuhi kebutuhan susu di
Indonesia.
Penggunaan bST dapat dilakukan terutama pada perusahan peternakan sapi
perah dan peternakan rakyat serat hanya diberikan pada sapi yang berproduksi tinggi.
Dosis yang digunakan adalah 250 mg atau 354 mg per 14 hari dan diberikan
50 hari setelah laktasi hingga kurang lebih hari ke 200, serta harus didukung dengan
pakan yang cukup berkualitas. Disamping itu perlu dilakukan pengontrolan yang ketat.

SARAN
1. Pemerintah mudah-mudahan dapat meningkatkan alokasi dana untuk membiayai
sejumlah penelitian dalam rangka mengembangkan teknologi rekayasa genetika.
2. Seluruh stake holder dalam dunia kesehatan diharapkan dapat
lebih aktif dalam mengembangkan teknologi.

You might also like