Professional Documents
Culture Documents
Hal ini berhubungan dengan kondisi sapi yang sedang mengalami keseimbangan
energi yang negatif. Penggunaan bST menyebabakan penurunaan bobot badan pada
kondisi yang memprihatinkan. Karena penggunaan bST akan memobilisasi cadangan
lemak tubuh.
Pada awal laktasi hingga menjelang puncak laktasi, bobot badan cendrung menurun.
Keadaan ini dapat diatas dengan penggunaan bST setelah puncak laktasi. Setelah 50
hari laktasi (Phipps et al., 1997, Luna-Dominguez et al., 2000)
atau dengan pemberian pakan yang baik (Moallem et al. 2000). Hasil penelitian Scarda
dan Mader (1991) Menunjukkan penggunaan bST tidak menunjukkan gejala toxic
syndrome, tidak ada perubahan tingkah laku atau gangguan
penyakit metabolik.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam penyuntikan bovine
somatotropin
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikann di antaranya
dosis yang digunakan,
1. Kapan atau pada hari keberapa setelah beranak,
2. Apakah sebelum atau setelah puncak laktasi.
3. Kemudian kondisi atau persyaratan apa yang perlu
disiapkan pada sapi seperti pakan,
kondisi kesehatan, kandang dan peternak itu sendiri.
Berdasarkan rekomendasi Kementrian Pertanian dan Nutrisi dan
penyakit metabolik. Berdasarkan rekomendasi Kementrian
Pertanian dan Nutrisi dan Kementrian Kesehatan Amerika, sertifikat
aman untuk somidobove 4 April 1989 telah dikeluarkan. Keamanan
untuk konsumen yang mengkonsumsi produk susu dan daging
daripemberian bST pada sapi perah berdasarkan penelitian dan
pengetahuan yang ada yaitu ;
(1) Komposisi susu, flavor dan pertumbuhan biakan Starter asam
laktat tidak dipengaruhi
oleh bST,
(2) BST (bovine somatotropin) tidak mempunyai aktivitas biologis
pada manusia, dan sebagai susu protein bST dicerna semuanya bila
dikonsumsi.
KESIMPULAN
Penggunaan Bovine Somatotropin (bST) dapat meningkatkan produksi susu,
kualitas susu, memperbaiki persistensi laktasi dan efisiensi konversi pakan. Sejauh ini
belum ada efek buruk dari penggunaan bST.
Dari uraian diatas penggunaan bST dapat dilakukan di Indonesia. Sehingga
dapat digunakan sebagi alternative umum dalam memenuhi kebutuhan susu di
Indonesia.
Penggunaan bST dapat dilakukan terutama pada perusahan peternakan sapi
perah dan peternakan rakyat serat hanya diberikan pada sapi yang berproduksi tinggi.
Dosis yang digunakan adalah 250 mg atau 354 mg per 14 hari dan diberikan
50 hari setelah laktasi hingga kurang lebih hari ke 200, serta harus didukung dengan
pakan yang cukup berkualitas. Disamping itu perlu dilakukan pengontrolan yang ketat.
SARAN
1. Pemerintah mudah-mudahan dapat meningkatkan alokasi dana untuk membiayai
sejumlah penelitian dalam rangka mengembangkan teknologi rekayasa genetika.
2. Seluruh stake holder dalam dunia kesehatan diharapkan dapat
lebih aktif dalam mengembangkan teknologi.