Ragil Bambang WMP Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah Dalam pengertian yang lebih umum pengukuruan tanah dapat dianggap sebagai disiplin yang meliputi semua metoda untuk menghimpun dan melakukan proses informasi dan data tentang bumi dan lingkungan fisis.
Dengan perkembangan teknologi saat ini metoda
terestris konvensional telah dilengkapi dengan metoda pemetaan udara dan satelit yang berkembang melalui program-program pertanahan dan ruang angkasa. Pada dasarnya tujuan pengukuran adalah untuk menentukan letak atau kedudukan suatu obyek di atas permukaan bumi dalam suatu sistem koordinat (umumnya dipergunakan apa yang disebut sistem koordinat geodetis). Dan dalam pelaksanaan pengukuran itu sendiri yang dicari dan dicatat adalah angka-angka, jarak dan sudut. Jadi koordinat yang akan diperoleh adalah dengan melakukan pengukuran-pengukuran sudut terhadap sistem koordinat geodetis tersebut (Sosrosodarsono, 1997). Sejarah Peta
Peta yang sekarang sering kita lihat pada saat ini
umumnya penampilannya relatip menarik. Apabila ditengok kebelakang, keberadaan peta pada zaman dahulu tidaklah sebaik saat ini dari segi penampilan, Akan tetapi tentang bentuk dan ketelitiannya apakah sejelek yangdiperkirakan? Jawabannya sangat relatif, artinya bergantung pada peta zaman sekarang yang akan dibandingkan dengan peta pada zaman dahulu, karena dapat saja peta saat ini dibuat asal jadi, lalu dihiasi dengan warna-warni supaya terlihat menarik (tetapi ketelitian geometris maupun koordinatnya sangat kecil). Pengertian dan Fungsi Peta
Bermula dari ketersediaan peta, selanjutnya proses
perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan fisik (terutama) dapat berjalan dengan baik. Peta yang beredar di masyarakat cukup banyak ragamnya, tetapi belum tentu peta yang didapatkan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Peta merupakan sumber informasi, sehingga dengan adanya
peta seharusnya orang menjadi mengerti atau lebih mengerti dari sebelum mendapatkan peta, tetapi kalau dengan keberadaan peta malah membuat orang menjadi tidak mengerti dan bingung, maka peta tersebut dapat dikatakan peta yang tidak atau kurang baik. Kurang baik disini diartikan sebagai kurang komunikatif, kurang teliti, kurang penjelasan dan sejenisnya Fungsi peta secara umum dikelompokkan menjadi 4 (empat) bagian utama yaitu memperlihatkan posisi (baik posisi horisontal maupun posisi vertikal dari suatu tempat), memperlihatkan ukuran, memperlihatkan bentuk dan menghimpun dan menseleksi. Sedangkan kegunaan peta antara lain untuk perencanaan peletakan bangunan-bangunan fisik (jalan, gedung, jembatan, dam, pelabuhan), perencanaan peletakan mesin-mesin berat, perencanaan pematokan (staking out) yaitu merealisasikan gambar di peta untuk diukur dilapangan, hitungan volume dan luas, perencanaan tata ruang (RTRW, RDTRK, RTRK) dll. Berdasarkan sifatnya, peta dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu : Peta topografi : Peta topografi dimaksudkan sebagai gambaran yang merupakan sebagian atauseluruh permukaan bumi yang digambar pada bidang datar dengan cara tertentu danskala tertentu yang mencakup unsur-unsur alam saja, unsur buatan manusia sajaatau keduanya. Contoh unsur- unsur alam adalah gunung, sungai, danau, laut,vegetasi dan sebagainya. Sedangkan contoh unsur-unsur buatan manusia adalahrumah, jembatan, gardu listrik, gudang, pelabuhan dan sebagainya. Peta tematik dimaksudkan sebagai peta yang memuat atau menonjolkan tema (unsur) tertentu. Walaupun temanya tertentu, tetapi sering peta tersebut membutuhkan “tempat” untuk wadah peta ini yaitu peta topografi. Oleh karena ituterkadang dalam peta tematik masih ada beberapa unsur pada peta topografi yangikut pada lembar peta tersebut. Contoh peta tematik: Peta jaringan (jaringan pipa air minum, Peta jaringan jalan, jaringan telekomunikasi, jaringan listrik, jaringan irigasi dll), Peta ketinggian (kontur, Digital Terrain Model / Digital Elevation Model), Peta tata guna lahan (land use) seperti sawah, hutan, kebun, ladang. Peta penyebaran penduduk, peta batas administrasi, dll Berdasarkan macamnya, peta dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu :
Peta garis didapat dari survei lapangan yaitu
pengukuran di lapangan yangselanjutnya dihitung dan terakhir disajikan dalam bentuk plotting pada kertas, kalkirataupun pada drafting film. Ada pula peta garis yang didapat dari foto udara yangdiproses dengan cara mengeplotkan hasil foto tersebut sedemikian rupa sehinggatergambar menjadi peta garis. Peta foto didapat dari survei udara yaitu melakukan pemotretan lewat udara pada daerah tertentu dengan aturan fotogrametris tertentu. Sebagai gambaran padafoto dikenal ada 3 (tiga) jenis yaitu foto tegak, foto miring dan foto miring sekali.Yang dimaksud dengan foto tegak adalah foto yang pada saat pengambilan objeknya sumbu kamera udara sejajar dengan arah gravitasi( tolerensi <3o), sedangkan yangdisebut dengan foto miring sekali apabila pada foto tersebut horison terlihat. Untukfoto miring, batasannya adalah antara kedua jenis foto tersebut. Secara umum foto yang digunakan untuk peta adalah foto tegak (Wolf, 1974). (Theodolith dan Planimeter) Untuk mendalami ilmu ukur tanah dan kartografi maka diperlukan beragam alat yang mendukung proses pengumpulan data-data yang akan digunakan. Salah satu contoh alat itu adalah Theodolith.
Theodolith adalah alat untuk mengukur sudut dan
arah sudut. Sudut yang diukur dalam Theodolith adalah sudut vertikal, untuk mengetahui beda tinggi dan sudut horizontal, serta untuk mengetahui Azimuth. Azimuth adalah sudut yang diukur searah jarum jam dan hanya diukur dari arah Utara atau Selatan saja sebagai acuan. Theodolith juga dapat digunakan untuk mengukur beda tinggi yaitu dengan menggunakan sudut vertikal. Adapun syarat penggunaan Theodolith dalam mengukur beda tinggi adalah posisi alat harus tegak lurus dengan titik tempat mengukur, dengan cara menyeimbangkan niveau tabung dengan niveau kotak agar gelembung udara dapat di tengah-tengah. Theodolith adalah salah satu alat yang digunakan untuk metode pemetaan. Theodolith digunakan sebagai sarana guna mengumpulkan data di lapangan, ini merupakan sarana pengumpulan data dengan metode secara Terestris. Theodolith dilengkapi dengan piringan untuk pembacaan sudut balik piringan horizontal maupun vertikal. Theodolit juga dilengkapi dengan sumbu I (vertikal) dan sumbu II (horizontal). Dengan demikian sumbu teropong dapat digerakkan ke segala arah. Sudut tegak (vertikal) ialah sudut yang dibentuk pada bidang tegak oleh garis bidik dengan garis tegak (2) atau oleh garis bidik dan garis mendatar (m). sedangkan sudut mendatar ialah sudut yang dibentuk oleh dua garis bidik dibidang mendatar (Wongsotjitro, 1964). Dengan Theodolith, data-data berupa jarak, ketinggian, sudut dan Azimuth dapat diketahui dengan jalan pengukuran. Pada acara kali ini pengukuran hanya terbatas pada pembacaan sudut horizontal, sudut vertikal, jarak, dan beda tinggi. Jarak yang dihasilkan diperoleh dengan mengurangi batas atas pengukuran dengan batas bawah pengukuran dikalikan 100. Masing-masing titik memiliki ketinggian yang berbeda sehingga dari pengukuran ketinggian itu kita bisa mendapatkan data berupa jarak tiap titik. Pembacaan sudut horizontal dan vertikal dilakukan dengan membaca sudut yang dihasilkan sewaktu pengukuran, biasanya berupa derajat, menit, dan detik. Pemetaan PoligonTertutup Poligon ialah rangkaian titik yang saling berhubungan dengan yang lain sehingga membentuk suatu jalur . Poligon dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
Poligon terbuka. Merupakan poligon dengan titik awal dan
titik akhir yang tidak sama, atau tidak bertemu. Biasanya berbentuk memanjang.
Poligon tertutup adalah poligon dengan titik awal dan titik
akhirnya yang sama atau dalam arti pengukuran yang dilakukan tersebut kembali ke titik semula atau pengukuran semula. Pengukuran dengan menggunakan metode ini dilakukan pada daerah yang telah diketahui awal dan akhirnya. Dalam praktikum ini yang lebih dibahas adalah mengenai poligon tertutup. Adapun pengukuran poligon bertujuan untuk menetapkan posisi dari titik-titik sudut yang diukur, yaitu dengan mengukur panjang dan sisi segi banyak dan besar sudut-sudutnya. Besaran-besaran yang diukur antara lain adalah : Azimuth (sudut arah horizontal) Sudut elevasi (sudut vertikal) Tinggi tempat Jarak optis Azimuth adalah besaran sudut yang dibuat oleh posisi horizontal teropong pada Theodolith dihitung dari arah Utara magnetis bumi yang telah dikoreksi dengan deklinasi tempat pengukuran (deklinasi telah diketahui sebelumnya). Penggambaran poligon dilakukan secara numerik (koordinat) maupun Azimuth garis, yaitu dengan : menentukan arah Utara dan sekala yang sesuai mengeplotkan absis dan ordinat dari tiap poligon disertai ketinggian titik poligon tersebut menghubungkan titik poligon tersebut untuk menggambarkan Azimuth Data yang diperoleh pada pengukuran poligon tertutup adalah sudut dalam, jarak antar titik, beda tinggi, dan sudut Azimuth. Dari proses perhitungan tersebut diperoleh koordinat-koordinat berupa absis dan ordinat. Absis dan ordinat ini dihitung berdasarkan jarak dan sudut Azimuth. Pada perhitungan sering ada sudut yang terkoreksi, artinya adalah perhitungan dan pengamatan yang dilakukan di lapangan tidak begitu tepat, sehingga untuk menutup poligon yang agak terbuka dibutuhkan koreksi sudut. Koreksi sudut ini digunakan untuk mencari koreksi sudut Azimuth. Sudut Azimuth adalah besarnya sudut yang dibuat oleh posisi horizontal teropong pada Theodolith.