• MADE RIANA AYU ANDARI (15.321.2234) • MADE SUTA WIJAYA (15.321.2235) • NI KADEK AYU LESTARI DEWI (15.321.2236) • NI KADEK DESY PUSPITA DEWI (15.321.2237) • NI KADEK DEWI AYU MAHARDINI (15.321.2238) • NI KADEK ERNA (15.321.2239) • NI KOMANG SYLVIALIONI (15.321.2240) • NI KOMANG TRI OKTIKANINGSIH (15.321.2241) Child Abuse Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau orang yang merawat anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik, perkembangan emosional, dan perkembangan anak secara umum. Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare memberikan definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan penelantaran terhadap anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, sehingga keselamatan dan kesejahteraan anak terancam. Klasifikasi Child Abuse
• Psychological/emotional abuse (Psikologis /
Kekerasan emosional) • Neglect (Penelantaran) • Sexual Abuse (Kekerasan Seksual) • Sindrom munchausen Faktor Resiko dari Child Abuse
1. Orang tua memiliki potensi untuk melukai
anak-anak. 2. Menurut pandangan orang tua anak terlihat berbeda dari anak lain 3. Adanya kejadian khusus Akibat Child Abuse 1. Akibat pada fisik anak 2. Akibat pada tumbuh kembang anak 3. Akibat dari penganiayaan seksual Contoh Nyata Perlakuan Child Abuse pada Anak • Negara Indonesia sudah mempunyai ketentuan pidana bagi pelaku kekerasan fisik terhadap anak (UU No.23/2002). Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara 3 tahun 6 bulan atau denda paling besar tujuh puluh dua juta rupiah. Demikian bunyi pasal 80 ayat 1 UU No.23/2002). Sedangkan untuk ayat 2 UU No.23/2002, apabila mengalami luka berat, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan atau denda paling banyak seratus juta rupiah. Kasus Nyata • Sinta (31thn) sering menghukum‘kenakalan; anaknya yang bersusia 5 tahun yang bernama Gisel. Bentuk kenakalan itu antara lain, yang paling membuat ibunya marah adalah menaruh kotoran seperti pasir diatas makanan, selalu menganggu dan berlaku kasar kepada adiknya “Kalau anak saya nakal seperti menaruh kotoran diatas makanannya dan sering menganggu adiknya saya akan siram dengan air panas dan memukulinya”. Menurut Sinta anak harus di hukum supaya tidak melakukan hal tersebut dan tidak mengulanginya. Karena Sinta tak ingin dimarah oleh suaminya karena tidak mampu mengurus dan mendidik anak. Dampak fisik : Memar, luka bakar akibat disiram air panas, patah tulang terutama di daerah rusuk dan gangguan-gangguan di bagian tubuh lain seperti kepala, perut, pinggul, kelak akan dibawa anak di usia selanjutnya. Dampak emosi: 1. Merasa terancam, tertekan, gelisah dan cemas. 2. Membangun pemahaman bahwa memukul dibenarkan untuk memberi disiplin. Diusia dewasa, anak akan menggunakan pendekatana kekerasan untuk mendisiplinkan anak. Orang tua diharapkan: 1. Konsultasi pada psikologi untuk latihan mengelola emosi, menggali masalah suami siteri yang tidak selesai dan mempelajarai perkembangan anak. 2. Ajak anak ke dokter untuk memeriksakan kondisi fisik. 3. Pahami perkembangan anak. Di usia 5 hingag 8 tahun, anak sedang berada pad atahap ingin menunjukkan kemampuan, mereka ingin berekreasi. Tidak semua tindakan anak merupakan kenakalan, mereka tidak tahu bahwa tingkah lakunya salah atau kurang tepat. Bantuan untuk anak: 1. Pemeriksaan psikologis oleh psikolog untuk mengetahui gangguan emosi yang dialaminya dan mendapat terapi yang sesuai. 2. Tumbuhkan kembali rasa percaya diri anak. Terimalah apa yang mereka lakukan dengan tidak lupa memberitahu tindakan apa yang seharusnya dilakukan. 3. Bila orang tua bukan pelaku kekerasan, yakinkan anak bahwa ia sangat dicintai.