You are on page 1of 50

TUJUAN

• Menentukan besar koefisien perpindahan massa rata-rata dari lapisan tipis air ke
dalam aliran udara, serta mengamati karakteristik perpindahan massa air-udara
1 pada suatu dinding kolom yang terbasahi (Wetted Wall Column).

• Mengamati dan memahami hubungan antara kelembaban udara absolut (H)


dan kelembaban udara relative (HR) dan terhadap laju alir fluida di kolom dinding
2 terbasahi.

• Mengamati dan memahami laju alir fluida terhadap koefisien perpindahan massa
(kG) dari lapisan tipis air ke dalam aliran udara
3

• Memahami hubungan antara bilangan Sherwood terhadap koefisien


4 perpindahan massa (kG) air ke udara pada Wetted Wall Column
TEORI DASAR
* PRINSIP DASAR
Jika sistem mengandung suatu larutan mengandung komponen-
komponen dengan konsentrasi yang tidak merata maka akan terjadi
perubahan konsentrasi. Sistem akan berusaha mencapai kesetimbangan
dengan pergerakan difusif antara molekul yang berkontakkan dan tentunya
sesuai dengan hukum Fick tentang difusi

 DIFUSI
Peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah secara konstan.
Kecepatan larutan masing-masing komponen dari suatu fasa ke fasa lain
bergantung pada apa yang disebut sebagai koefisien perpindahan massa
serta gradient konsentrasi kesetimbangannya
TEORI DASAR
 Hukum Fick Pertama
 Proses perpindahan atau gerakan molekul-molekul secara
individual yang terjadi secara acak
 Bila ditinjau komponen A bergerak di dalam suatu larutan,
maka laju pindah massa A dalam arah z per-satuan luas
(flux A) didefinisikan sebagai berikut

𝜕𝐶𝐴 𝜕𝑋𝐴
𝐽𝐴 = −𝐷𝐴𝐵 = −𝐶𝐷𝐴𝐵
𝜕𝑧 𝜕𝑧
TEORI DASAR
 Hukum Fick Kedua
Mekanisme perpindahan massa konveksi mulai diperhitungkan karena
fluida mengalami pergerakan sehingga mempengaruhi proses difusi.
Gerakan berkas molar komponen A yang merupakan jumlah resultan
berkas molar total (molar total flux) yang memiliki fraksi A sebesar xA =
cA/c dan pergerakan komponen A yang dihasilkan dari difusi JA
digambarkan pada persamaan sebagai berikut:
Hukum Fick Kedua untuk Gas Ideal
𝑃 𝑐𝐴𝑐 𝑃𝐴
𝑁𝐴 = 𝑁𝑋𝐴 + 𝐽𝐴 𝑐= ,𝑃 = 𝑥𝐴 𝑃, 𝑑𝑎𝑛 =
𝑅𝑇 𝐴 𝑐 𝑃
𝑐𝐴 𝑑𝑋𝐴 𝑃𝐴 𝐷𝐴𝐵 𝑑𝑃𝐴
𝑁𝐴 = 𝑁𝐴 + 𝑁𝐵 − 𝑐𝐷𝐴𝐵 𝑁𝐴 = 𝑁𝐴 + 𝑁𝐵 −
𝑐 𝑑𝑧 𝑃 𝑅𝑇 𝑑𝑧
TEORI DASAR

 Harga Koefisien Perpindahan Massa bergantung pada:


 Komponen fasa yang ditinjau
 Kecepatan aliran kedua fasa
 Waktu kontak aliran kedua fasa
 Keadaan sistem
 Pengaruh jenis aliran
 Karakteristik perpindahan massa pada keadaan laminar akan
berbeda dengan keadaan turbulen
TEORI DASAR
 Neraca Massa WWC
 Laju perpindahan massa pada 𝐷𝐴𝐵 𝑃𝑇
𝑁𝐴 = − (𝑃 − 𝑃𝐴1 )
tempat tertentu dapat dihitung 𝑅𝑇 𝑧𝑃𝐵𝑀 𝐴𝑖
dengan mengintegrasikan dan 𝑧2 𝑃𝐴2
𝐷𝐴𝐵 𝑑𝑃𝐴
mengatur ulang persamaan 𝑁𝐴 න 𝑑𝑧 = − න
𝑅𝑇 𝑃
sebelumnya dengan 𝑧1 𝑃𝐴1 1 − 𝑃𝐴
menganggap NA = 0 karena 𝐷𝐴𝐵 𝑃
diasumsikan tidak ada 𝑁𝐴 = − (𝑃 − 𝑃𝐴1 )
𝑅𝑇(𝑧1 − 𝑧2 )𝑃𝐵𝑀 𝐴𝑖
perpindahan massa dari udara ke
𝑁𝐴 = 𝑘𝐺 (𝑃𝐴𝑖 − 𝑃𝐴1 )
air.
TEORI DASAR
 Perpindahan massa berdasarkan
satuan konstanta perpindahhan
 Neraca Massa WWC massa

 Dengan ky, kG, kc adalah N A  k y ( y Ai  y A1 )


koefisien perpindahan N A  k G ( PAi  PA1 )
massa lokal dengan satuan N A  k c (c Ai  c A1 )
yang sesuai
PBM  PBL  Dengan ky, kG, kc adalah koefisien
PBM 
P  perpindahan massa lokal dengan
ln BL  satuan yang sesuai
 PBi 
PAL  PAi
PBM 
ln  P  PAL 
 P  PAi 
TEORI DASAR
 Perpindahan Massa Sepanjang Kolom (molar NA)

N A  k y ,av  y Ai  y A1 M  k G ,av PAi  PA1 M

dengan

 y AI  y Ao    y AI  y AL 
 y Ai  y A1 M 
  y Ai  y Ao  
ln
  y AI  y AL 
TEORI DASAR

Neraca Massa
d ( Lx)  d (Gy)
dL  Gdy  ydG
d  ydG  Gdy
TEORI DASAR
 Dengan asumsi G/kGP dan
 Jika dalam kondisi tunak dL=dG
yi konstan, maka
dL(1  y )  Gdy
Gdy kG P 1 dy
dL 
1  yi   1  y  yi  y 

1 y G
dL  N A d A  y i  y A0  1  y AL 
kG P 1
dL  kG d A PAi  PAG   ln   
G 1  yi   yi  y AL  1  y A0 
dL  kG P  y Ai  y d A
Gdy
 kG 1  y  yi  y 
  dA
TEORI DASAR
 Bilangan Sherwood, Reynold, dan Schmidt
 Konstanta perpindahan massa dipengaruhi oleh banyak
faktor, seperti:
 jenis fluida
 kecepatan fluida
 geometri.
 Untuk itu dalam percobaan faktor-factor ini
dihubungkan dengan menggunakan bilangan tidak
berdimensi (dimensionless number) sebagai berikut:

Sh  K . Re a .Sc b
TEORI DASAR
 Bilangan Sherwood, Reynold, dan Schmidt
Bilangan Sherwood Bilangan Reynold Bilangan Schmidt

k G .PBM .RT .d vd 


Sh  Re  Sc 
P.D AB   .D AB
Ket:
Sh = bilangan Sherwood
K = konstanta
Re = bilangan Reynold
Sc = bilangan Schmidt
D = diameter kolom
ALAT DAN BAHAN
 Kompressor: mengalirkan udara masuk kedalam sistem
melalui sepanjang kolom yang terbasahi
 Termometer: mengukur suhu udara masuk dan keluar
kolom
 Relative humidity display: mengukur dan menampilkan
hasil pengukuran suhu dan kelembaban udara
 Kolom Panjang: sarana percobaan berupa dinding yang
dialirkan air pada bagian dalam dinding
SKEMA PROSES
PROSEDUR PERCOBAAN

Menghidupkan kompresor untuk mengisi persediaan udara pada sistem

Mengalirkan udara ke dalam kolom lalu mengatur kecepatan aliran yang sesuai dengan
menggunakan katup jarum. Melakukan pengambilan data terhadap temperatur, tekanan udara
dalam kolom

Mengalirkan air ke dalam kolom sesuai dengan kecepatan yang diinginkan (laminer, transisi,
atau turbulen) dan menjaga agar seluruh kolom dapat terbasahi secara merata.

Membiarkan keadaan ini berlangsung sampai keadaan steady tercapai. Kemudian melakukan
pengambilan data terhadap temperatur udara masuk, udara keluar, air masuk, air keluar, tekanan
operasi dan kelembaban relatif udara keluar.

Mengulangi percobaan dengan mengubah laju alir sebanyak lima kali yaitu untuk aliran transisi
dan turbulen, masing-masing dengan perubahan laju alir udara
DATA PENGAMATAN

 Laminar
 Re = 1693.562

∆𝒉 (𝒎) 𝑻𝒊𝒏 𝒅𝒓𝒚 ℃ 𝑻𝒐𝒖𝒕 𝒅𝒓𝒚 ℃ 𝑻𝒐𝒖𝒕 𝒘𝒆𝒕 ℃ %𝒉𝒖𝒎𝒊𝒅𝒊𝒕𝒚

0.01 28 29 30 58

0.02 28 29.3 29.3 57

0.03 28 29 29 57

0.04 28.4 29 29 57
DATA PENGAMATAN
 Transisi
 Re = 3503.92

∆𝒉 (𝒎) 𝑻𝒊𝒏 𝒅𝒓𝒚 ℃ 𝑻𝒐𝒖𝒕 𝒅𝒓𝒚 ℃ 𝑻𝒘𝒆𝒕 𝒅𝒓𝒚 ℃ %𝒉𝒖𝒎𝒊𝒅𝒊𝒕𝒚


0.01 28.5 29 29.5 57
0.02 27 29 29.3 57
0.03 27.5 28.9 29 57
0.04 28.5 29 29 57
DATA PENGAMATAN
 Turbulen
 Re = 4496.698

∆𝒉 (𝒎) 𝑻𝒊𝒏 𝒅𝒓𝒚 ℃ 𝑻𝒐𝒖𝒕 𝒅𝒓𝒚 ℃ 𝑻𝒘𝒆𝒕 𝒅𝒓𝒚 ℃ %𝒉𝒖𝒎𝒊𝒅𝒊𝒕𝒚

0.01 10 28.3 29 29
0.01 10 26.5 28.9 29
0.03 10 27 29 29
0.04 10 27 29 29
LAJU ALIR UDARA VS TEMPERATUR
 Untuk menentukan Q, dapat menggunakan kurva kalibrasi
orifice meter (WWC) dengan beda tinggi manometer (mm)
sebagai sumbu x dan flow rate (liter/detik) sebagai sumbu
y.

 Data yang diambil berupa beda tinggi manometer dalam


cm, maka dengan hanya menkonversi menjadi mm akan
didapatkan nilai Q.

 Asumsi: grafik merupakan hasil kalibrasi dari zat A dan


sudah merupakan laju alir udara ketika melalui kolom,
bukan laju alir udara ketika melewati manometer.
LAJU ALIR UDARA VS TEMPERATUR
(Laminer)

Laju Alir Udara vs Temperatur (Laminer)


T in T out dry T out wet
31

30.5

30
Temperatur (oC)

29.5

29

28.5

28

27.5

27
1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 2.20 2.40 2.60 2.80 3.00
Laju Alir Udara(L/s)
LAJU ALIR UDARA VS TEMPERATUR
(Transisi)

Temperatur vs Laju Alir Udara (Transisi)


T in T out dry T out wet
30
29.5
29
28.5
Temperatur (oC)

28
27.5
27
26.5
26
25.5
25
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00
Laju Alir Udara(L/s)
LAJU ALIR UDARA VS TEMPERATUR
(Turbulen)

Q vs T Aliran Turbulen
Tin Tout dry Twet
29.5

29

28.5

28
T (oC)

27.5

27

26.5

26

25.5
1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 2.20 2.40 2.60 2.80 3.00
Q (L/s)
ANALISIS (Q VS T)
 Pada ketiga grafik, terlihat bahwa Tout wet > Tout
dry > Tin , hal ini tidak sesuai dengan teoritis yaitu
Tout dry > Tout wet > Tin karena kandungan air lebih
banyak maka semakin banyak kalor yang
berpindah dari udara ke air. Kesalahan ini
terjadi karena sistem alat belum stabil atau
belum steady terlihat dari percobaan ke tiga
temperatur menjadi sesuai dengan teoritis.
GRAFIK LAJU UDARA VS KELEMBABAN

Laju Alir Udara vs Kelembaban (Laminer)


Transisi A0 Transisi AL Transisi Aint
0.016
0.0155
0.015
Kelembapan Absolut

0.0145
0.014
0.0135
0.013
0.0125
0.012
0.0115
1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50
Laju Alir Udara(L/s)
GRAFIK LAJU UDARA VS KELEMBABAN
Kelembapan vs Laju Alir Udara (Transisi)
HA0 HAL HAint
0.0160
0.0155
0.0150
Kelembapan Absolut

0.0145
0.0140
0.0135
0.0130
0.0125
0.0120
0.0115
1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50
Laju Alir Udara(L/s)
GRAFIK LAJU UDARA VS KELEMBABAN
Profil Kelembapan terhadap Laju Alir Udara saat Turbulen
HA0 HAL Hint
0.1600

0.1400

0.1200
Kelembapan Absolut

0.1000

0.0800

0.0600

0.0400

0.0200

0.0000
1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 2.20 2.40 2.60 2.80 3.00
Laju Alir Udara(L/s)
ANALISIS (Q vs H)

 Laminer
 Semakin besar nilai Q makan kelembaban absolut
cenderung turun sampai Q=2.5 dan kemudian naik dengan
HAL > Hint > HA0
 Transisi
 Semakin besar nilai Q maka kelembaban absolut menurun,
hal ini dikarenakan kandungan uap air di udara menurun
seiring meningkatnya laju alir
 Turbulen
 Semakin besar nilai Q maka kelembaban absolut cenderung
naik kemudian turun pada sekitarQ=2.5.
LAJU ALIR UDARA VS DIFUSIVITAS
2.334 0.5
𝑇𝑖𝑛𝑡 𝑃𝐶𝐴 𝑃𝐶𝐵 0.5 1 1
𝐷𝐴𝐵 = 3,64 × 10−4 𝑇𝐶𝐴 𝑇𝐶𝐵 2.5 +
𝑇𝐶𝐴 𝑇𝐶𝐵 𝑃𝑡 𝑀𝐴 𝑀𝐵
Dengan:
TCA = temperatur kritis air = 647.35 K
TCB = temperatur kritis udara = 132.45 K
PCA = tekanan kritis air = 218.29 atm
PCB = tekanan kritis udara = 37.2465 atm
Pt = tekanan total (atm)
LAJU ALIR UDARA VS DIFUSIVITAS
Pola Aliran ∆𝑯 ∆𝑷 Pt DAB Q udara
0.01 75.068 1.000074 2.285 × 1010 1.30
0.02 150.136 1.000148 2.280 × 1010 1.82
Laminar
0.03 225.204 1.000222 2.276 × 1010 2.30
0.04 300.272 1.000296 2.278 × 1010 2.50
0.01 75.068 1.000074 2.2680E+10 1.20
0.02 150.136 1.000148 2.2540E+10 1.72
Transisi
0.03 225.204 1.000222 2.2520E+10 2.20
0.04 300.272 1.000296 2.2520E+10 2.40
0.01 75.068 1.000074 0.01959 1.30
0.02 150.136 1.000148 0.01959 1.80
Turbulen
0.03 225.204 1.000222 0.01835 2.30
0.04 300.272 1.000296 0.15291 2.50
LAJU ALIR UDARA VS DIFUSIVITAS

Chart Title
Laminer Turbulen Turbulen
2.29E+10

2.29E+10

2.28E+10

2.28E+10
Dab

2.27E+10

2.27E+10

2.26E+10

2.26E+10

2.25E+10
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Q
ANALISIS (Q vs DAB)
 Semakin besar laju alir udara (Q), koefisien difusivitasnya
semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa semakin cepat
udara mengalir, semakin cepat udara keluar dari kolom,
sehingga waktu kontak antara air dan udara menjadi singkat.
 Profil laju alir udara dengan difusivitas berdasarkan jenis aliran
memiliki profil yang berbeda-beda
ANALISIS (Q vs DAB)
 Aliran turbulen merupakan aliran yang paling kuat dan besar
sehingga waktu kontak antara air dan udara lebih cepat,
sedangkan aliran laminar merupakan aliran yang paling
lambat membasahi dinding-dinding kolom sehingga luas
permukaan kontak lebih besar dan difusi terjadi dengan lebih
efisien.
 Pada grafik, tampak adanya penyimpangan yang ditunjukkan
oleh nilai difusivitas aliran transisi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dua aliran lainnya. Hal ini bisa terjadi karena
aliran air yang membasahi kolom tidak stabil.
LAJU ALIR UDARA VS KOEFISIEN
PERPINDAHAN MASSA

 Menghitung koefisien perpindahan massa


 Menghitung kelembaban absolut aliran udara masuk (HA0),
kelembaban absolut aliran udara keluar (HAL) dan kelembaban
absolut aliran udara pada suhu interface (Hint)
 Menghitung fraksi mol uap air (𝑦𝐴0 , 𝑦𝐴𝑖 , 𝑦𝐴𝐿 ) menggukanan rumus:
𝐻
𝑀𝐴
𝑦=
𝐻 1
+
𝑀𝐴 𝑀𝐵
Dengan
y: fraksi mol uap air,
H: kelembaban absolut fraksi yang ingin dicari,
𝑀𝐴 = 18 g/mol dan 𝑀𝐵 = 29 g/mol
LAJU ALIR UDARA VS KOEFISIEN PERPINDAHAN
MASSA

 Menghitung tekanan parsial (𝑃𝐴0 , 𝑃𝐴𝑖 , 𝑃𝐴𝐿 ) dengan persamaan

𝐻𝑀𝐵 𝑃𝑡
𝑃=
𝑀𝐴 + 𝐻𝑀𝐵
 Menghitung densitas udara dengan menggunakan persamaan
𝑃𝑀𝐵
𝜌=
𝑅𝑇
dengan T yang digunakan adalah 𝑇𝑖𝑛 𝑑𝑟𝑦 dan P adalah 𝑃𝑡
LAJU ALIR UDARA VS KOEFISIEN PERPINDAHAN
MASSA

 Menghitung laju alir massa udara (G) dalam satuan


gmol/detik menggunakan persamaan
𝜌𝑄
𝐺=
𝑀𝐵

 Kemudian mendapatkan koefisien perpindahan massa


dengan menggunakan persamaan
𝐺 𝑀𝐵 − 𝑀𝐵 1 − 𝑀𝐵
𝑘𝐺 = ln
1 − 𝑦𝑖 𝑃𝑡 𝐴𝑆 𝑀𝐵 − 𝑀𝐵 1 − 𝑀𝐵
HASIL PENGOLAHAN DATA
Pola
Aliran Hao HAL HInt YA0 YAL Yint Pt ρ udara Qudara G kG

L 0.0138 0.0148 0.0142 0.02175 0.02329 0.02237 1.000074 1.174 1.30 0.053 0.000156
a
m 0.0134 0.0148 0.0136 0.02113 0.02329 0.02144 1.000148 1.175 1.82 0.074 0.000197
i
n 0.0128 0.0134 0.0133 0.02021 0.02113 0.02098 1.000222 1.175 2.30 0.093 0.000347
a
r 0.0124 0.0132 0.0131 0.01959 0.02082 0.02067 1.000296 1.173 2.50 0.101 0.000376

T 0.0140 0.0155 0.0140 0.02206 0.02436 0.02206 1.000074 1.173 1.20 0.049 0.000125
r
a
0.0130 0.0145 0.0138 0.02051 0.02283 0.02175 1.000148 1.178 1.72 0.070 0.000203
n
s
i
0.0124 0.0143 0.0130 0.01959 0.02252 0.02051 1.000222 1.177 2.20 0.089 0.000235
s
i 0.0124 0.0143 0.0130 0.01959 0.02252 0.02051 1.000296 1.173 2.40 0.097 0.000256

T 0.0124 0.01520 0.01380 0.01959 0.02390 0.02175 1.000074 1.173 1.30 0.053 0.000152
u
r
0.0124 0.01520 0.01380 0.01959 0.02390 0.02175 1.000148 1.180 1.80 0.073 0.000211
b
u
l
0.0116 0.01500 0.01360 0.01835 0.02360 0.02144 1.000222 1.179 2.30 0.093 0.000270
e
n 0.1120 0.01460 0.13400 0.15286 0.02298 0.17756 1.000296 1.179 2.50 0.102 0.000098
PSYCHOMETRIC CHART
GRAFIK PERBANDINGAN LAJU ALIR UDARA
DAN KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA

Laminer Transisi Turbulen


0.0004

0.00035

0.0003

0.00025
kG

0.0002

0.00015

0.0001

0.00005

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Q (L/s)
ANALISIS (Q vs KG )
 Berdasarkan teori, jika kecepatan aliran udara meningkat, maka waktu
kontak antara udara dengan air di dalam kolom menjadi lebih singkat
sehingga interaksi antara air dengan udara di dalam kolom pun menjadi
lebih singkat.
 Hal tersebut mengakibatkan proses kesetimbangan sulit untuk tercapai dan
perpindahan massa air dari fasa cair ke gas menjadi semakin sedikit.
Keadaan tersebut ditunjukkan dengan semakin menurunnya nilai koefisien
perpindahan massa.
 Terdapat penyimpangan pada grafik hasil percobaan , yaitu nilai kG secara
umum semakin besar saat kecepatan udara meningkat.
 Kesalahan grafik dapat disebabkan karena laju alir pada kolom yang tidak
stabil sehingga berpengaruh terhadap perhitungan kelembaban dan
temperatur udara. Selain itu, perbedaan suhu Tin dan Tout yang sangat kecil,
sehingga mempengaruhi keakuratan perhitungan nilai koefisien.
Pola aliran Qudara ρ udara v udara Sh Log Sh KG

1.30 1.174 0.568 8.95x10-17 -16.048 0.000156

1.82 1.175 0.795 1.13x10-16 -15.947 0.000197


Laminer
2.30 1.175 1.005 1.99x10-16 -15.700 0.000347

2.50 1.173 1.092 2.16x10-16 -15.665 0.000376

1.20 1.174 0.524 7.17E-17 -16.144 0.000125

1.72 1.178 0.751 1.16E-16 -15.936 0.000203


Transisi
2.20 1.182 0.961 1.35E-16 -15.870 0.000235

2.40 1.183 1.048 1.47E-16 -15.833 0.000256

1.30 1.182 0.695 7.87E-17 -16.104 0.000152

1.80 1.182 0.963 1.10E-16 -15.959 0.000211


Turbulen
2.30 1.184 1.230 1.40E-16 -15.854 0.000270

2.50 1.187 1.337 4.67E-17 -16.331 0.000098


GRAFIK Sh vs KG
Laminer Transisi Turbulen
2.50E-16

2.00E-16

1.50E-16
Sh

1.00E-16

5.00E-17

0.00E+00
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 0.00025 0.0003 0.00035 0.0004
kG
ANALISIS GRAFIK Sh vs KG
 Berdasarkan grafik dari ketiga jenis aliran, nilai Sh
berbanding lurus dengan KG
 Bilangan sherwood menunjukan fenomena perpindahan
massa sehingga semakin besar nilai koefisien perpindahan
massa, maka semakin besar perpindahan massa yang
terjadi.
LAJU ALIR DAN KOEFISIEN RATA-RATA

KG
Jenis aliran Qudara KG rata-rata
(mol/s.atm.cm2)
1.30 0.000156
1.82 0.000197
Laminer 0.001076
2.30 0.000347
2.50 0.000376
1.20 0.000125
1.72 0.000203
Transisi 0.000205
2.20 0.000235
2.40 0.000256
1.30 0.000152
1.80 0.000211
Turbulen 0.000212
2.30 0.000270
2.50 0.000098
GRAFIK KG vs Q
Laminer Transisi Turbulen
0.0004

0.00035

0.0003

0.00025
kG

0.0002

0.00015

0.0001

0.00005

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Q
ANALISIS GRAFIK
Q vs KG (rata-rata)
 Dari ketiga KG rata-rata dengan jenis aliran berbeda,
terdapat penurunan nilai KG dari laminar ke transisi dan
kemudian turbulen.
 Nilai KG laminar > KG transisi > KG turbulen disebabkan karena
pada aliran laminar, kecepatan aliran lebih rendah
dibandingkan pada saat transisi dan turbulen sehingga
perpindahan massa berlangsung lebih lama dan nilai
koefisien perpindahan massa juga menjadi besar.
 Sedangkan pada aliran transisi dan turbulen, kecepatan
aliran meningkat sehingga perpindahan massa tidak
berlangsung lama dan menyebabkan koefisien
perpindahan massa menjadi lebih kecil.
ANALISIS PERCOBAAN

• Perpindahan massa yang disebabkan oleh perbedaan tekanan uap air pada temperatur
tertentu dengan tekanan parsial uap air dalam fasa ruah udara.
• Udara yang keluar akan memiliki suhu yang lebih rendah dan kelembaban yang lebih besar
Prinsip akibat adanya molekul air yang berpindah ke udara

• Pada percobaan ini, praktikan melakukan 3 variasi aliran dengan 5 variasi tekanan (Δh) yang
berbeda di setiap aliran, serta menghitung suhu pada dry bulb temperature dan wet bulb
temperature.
Variasi • bertujuan agar praktikan mengetahui pengaruh jenis aliran terhadap suhu, difusivitas air serta
koefisien perpindahan massa pada aliran air yang membasahi dinding pipa.

• Temperatur basah didapatkan dengan melapisi pangkal termometer dengan kapas yang
dibasahi air.
• Tin dry merupakan suhu udara kering sebelum berinteraksi dengan air, sedangkan Tout dry
Suhu merupakan suhu udara kering setelah berinteraksi dengan air dan Twet merupakan suhu yang
dianggap mewakili keadaan dengan kelembaban relatif 100%.
ANALISIS HASIL DAN PERHITUNGAN

 Berdasarkan data percobaan terlihat bahwa suhu udara keluar kering (Tout dry)
lebih besar dari suhu udara keluar basah (Tout wet) dan suhu udara masuk (Tin).
 Pada Tin dry belum terjadi kontak dengan air sehingga kandungan air masih sedikit
dan kelembaban udara masih sama dengan kelembaban udara lingkungan.
 Twet diasumsikan terjadi pada keadaan mencapai kelembaban 100 % yang
berarti kadar air yang di udara mencapai titik jenuhnya, sehingga kandungan air
di udara lebih banyak.
ANALISIS KESALAHAN

 Ketidakakuratan pembacaan suhu karena skala pada termometer yang


besar dan perbedaan suhu yang ada terlalu kecil sehingga sulit diamati.
 Pembacaan tekanan kurang akurat karena skala manometer cukup
besar.
 Perhitungan laju alir yang kurang tepat karena volume aliran air yang
keluar dari keran tidak stabil sehingga laju alir yang dihitung merupakan
hasil rata-rata volume air (yang tidak konstan) pada selang waktu
tertentu.
 Adanya kebocoran pada pipa aliran air sehingga air tidak mengalir
seluruhnya.
KESIMPULAN

 Perpindahan massa yang terjadi pada wetted wall column terjadi dari fluida air ke udara
karena adanya perbedaan suhu dan konsentrasi.
 Adanya kalor yang berpindah dari air ke udara menyebabkan terjadinya perubahan suhu
pada kolom udara sehingga suhu udara yang keluar dari kolom menjadi lebih tinggi.
 Semakin besar laju alir alir maka temperatur udara yang melewati kolom semakin kecil.
 Nilai difusivitas terhadap laju alir udara berbanding terbalik. Semakin besar laju alir udara
maka nilai difusivitas akan semakin kecil.
 Grafik laju alir udara terhadap koefisien perpindahan massa terlihat tidak konstan, namun
menunjukkan hubungan yang cenderung berbanding lurus, sehingga semakin besar laju
alir udara maka nilai koefisien perpindahan massa akan semakin besar.
 Bilangan sherwood menunjukan fenomena perpindahan massa sehingga semakin besar
nilai koefisien perpindahan massa, maka semakin besar perpindahan massa yang terjadi

You might also like