You are on page 1of 18

Jurnal: Sensitivitas antibiotik terhadap Pseudomonas

aerugionosa dan staphylococcus


aureus pada otitis media suppurative kronis

SITI ARFIAH MEISARI


16710127

SMF ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN


RSUD DR WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2017
Metodologi:

100 pasien yang menderita OMSK dipilih untuk diteliti oleh departemen
otorhinolaryngology, rumah sakit umum dan fakultas kesehatan DOW, Karachi,
PakistanMinimal inhibitory concentration

dimulai pada bulan Desember 2015 hingga Mei 2016

spesimen dikumpulkan dengan menggunakan kapas swab yang telah disterilkan lalu
kemudian dikirim ke laboratorium pusat di rumah sakit umum di Karachi untuk diteliti tingkat
sensitivitasnya.

(MIC) dilakukan untuk Pseudomonas aerugionosa dan


Staphylococcus auerus.
Pada banyak kasus, banyak terjadi infeksi kronis
pada saluran pernapasan atas yang kemudian
menimbulkan otitis media suppurative kronis
(OMSK).
Iritasi dan pembengkakan pada mukosa telinga
tengah menyebabkan OMSK
1. Sensitivitas tertinggi terhadap mengatasi pseudomonas diamati
dengan piperacillin /
tazobactam dan imipenem dengan sensitivitas 100%, diikuti
oleh ceftazidime (73%), ciprofloxacin (63%) dan amikasin
dengan sensitivitas 60%.

2. Resistensi tinggi terlihat dengan gentamisin dan aztrconarn. Di antara


isolat Staphylococcus aureus,
12 kasus tergolong kedalam golongan methicillin-resisten (MRSA).
3. Sensitivitas tertinggi terlihat pada vankomisin dengan sensitivitas
100% yang kemudian diikuti oleh amoxcillin /clavulanate dengan
sensitivitas 71,4% sedangkan pada 8 kasus lain terjadi resistansi.

4.Doxycycline adalah antibiotik paling sensitif ketiga dengan sensitivitas


57%.
Sedangkan dengan ciprofloxacin dan klindamisin, sensitivitas 50% dan
resistensi 50%
diamati. (Îentarnicin juga ditemukan resisten pada 46% kasus
sementara makrolides menunjukkan resistensi pada sebagian besar kasus.

Resistensi klaritomisin ditemukan pada 67% dan


eritromisin pada 71% kasus .
Penggunaan antibiotik yang tidak teratur dan serampangan dan tindakan
lanjutan yang buruk terhadap pasien mengakibatkan terjadinya
persistensi penyakit dan munculnya Resistensi terhadap antibiotik.

Dalam penelitian , pertumbuhan monmikrobial terlihat pada 95% kasus


dan hanya 5 kasus yang dikategorikan steril.
Penderita yang lebih dominan adalah perempuan yaitu(53%)
laki -laki (47%) terlihat dalam penelitian namun temuan
tersebut mungkin bersifat insidental karena pemilihan kasus
secara acak. Hal ini serupa dengan temuan Prakash et al,
Mansoor et al, dan Loy et aL;

Sebagian besar kasus ditemukan pada dekade pertama


dan kedua Kehidupan (Rentang umur 0-10 dan juga 11-20
tahun). Temuan serupa juga telah dilaporkan oleh peneliti
lain.
Dalam penelitian ini, dari 100 kasus, 38 kasus dinyatakan positif
mengidap Pseudononas aeruginosa dan pada 28 kasus, Staphylococcus
aureus berhasil diisolasi. Ini beriringan dengan penelitian oleh Mansoor
et al dari Pakistan, Poorey et al, Attallah et al dari Arab Saudi dan Loy
et al dari Singapura.

Sebaliknya, sebuah studi oleh Prakash et al dari India


melaporkan staphylococcus penyebab yang paling sering.
Organisme Gram negatif lainnya yang terisolasi dalam penelitian
adalah Proteus, Klebsiella dan E. coli.
Dari hasil penelitian, didapatkan
piperacillin tazobactem dan Ceftazidim sensitif
imipenem sesnsitif terhadap terhadap pseudomonas
pseudomonas 100% 73%

Pseudomonas dan proteus


merupakan bakteri tersering
ditemukan pada kasus

Ciprotioxacin sensitif 63% Amikacin sensitif 60%


Sebaliknya, sebuah studi dari Pakistan oleh Mansoor et al
melaporkan sensitivitas tertinggi terhadap amikasin yang diikuti oleh
ceftazidime dan ciprofloxacin. Studi lain dari India oleh Prakash et al
melaporkan amikasin, gentamicin dan ciprotloxacin sebagai yang
paling sensitif.

Semakin banyak resistensi dilaporkan pada obat


Gentamycin, amikasin, aztreonam dan
siprofloksasin.
Sebuah studi oleh Mardana et al dan I.oy et al dari Singapura
melaporkan sensitivitas 100% terhadap sensitivitas ceftazidime
95% terhadap siprofloksasin dan sensitivitas 90% terhadap
amikasin dan pipcracillin.

Pada penelitian 100% Staphylococcus aurcus sensitif terhadap


vankomisin yang diikuti oleh amoxciilin / clavulanate pada 71% kasus.
Ini mirip dengan studi dari Jaipur dan Mardana et al. Hanya sedikit
kasus yang ditemukan resisten terhadap amoxicillin dan clavulanate.
Peningkatan jumlah resistensi terlihat dengan siprofloksasin,
gentamicin dan klindamisin yang serupa dengan studi oleh Poorey
et al. Loy et ale 'dari Singapura melaporkan cloxacillin,
kotrimoksazol, kriofromisin dan gentamicin sebagai obat paling
efektif untuk Staphylococcus aureus. Sebagian besar kasus
ditemukan resisten terhadap macrolides dan cotrimoksazol.
Doxycyline ditemukan sensitif pada 57% kasus dengan sedikit
hanya sedikit jumlah kasus resistansi yang terjadi.
• Karena penggunaan antibiotik yang sangat luas, patogen
penyebab OMSK dan kerentanan antibiotika telah berubah.

• Antibiotik yang lebih tua, yang dilaporkan sensitif dalam


penelitian sebelumnya, malah ditemukan resisten dalam
penelitian.
• Secara keseluruhan, antibiotik yang paling sensitif setelah
piperacillin/tazobactem dan imipenem, adalah
gentamicin dan ciprofloxacin.
Kedua zat tersebut harus digunakan dengan hati-hati
untuk menghindari munculnya resistensi.
Sensitivitas mikrobiologi sangat penting sebelum
memulai terapi medis untuk OMSK. Keterbatasan
penelitian meliputi studi pusat tunggal dan sampel
berukuran sampel relatif kecil. Tidak ada informasi
tentang kemanjuran pengobatan dan hasil yang
diberikan.
KESIMPULAN

 Munculnya resistensi terhadap pemberian antibiotik dapat


dihindari dengan penggunaan antibiotik secara bijaksana. Terapi-
terapi yang tepat dan pengobatan yang tuntas dapat membantu
mengurangi resistensi dan persistensi penyakit.

 Karena penggunaan antibiotik yang sangat luas, patogen


penyebab OMSK dan kerentanan antibiotika telah berubah.

 Antibiotik yang lebih tua, yang dilaporkan sensitif dalam penelitian


sebelumnya, malah ditemukan resisten dalam penelitian.
• Secara keseluruhan, antibiotik yang paling sensitif setelah
piperacillin/tazobactem dan imipenem, adalah
gentamicin dan ciprofloxacin.
THANK
YOU

You might also like