You are on page 1of 44

ANASTESI REGIONAL

Jalalludin
(I11108074)
Definisi dan Pembagian
 Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian
tubuh sementara pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls
nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk sementara
(reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau
seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar.
 Anestesi regional terbagi atas:
 Blok sentral (blok neuroaksial), yaitu meliputi blok spinal,
epidural, dan kaudal.
 Blok perifer (blok saraf), misalnya anestesi topikal, infiltrasi
lokal, blok lapangan dan analgesia regional intravena.
Keuntungan Anestesia Regional
1. Alat minim dan teknik relatif sederhana,
sehingga biaya relatif lebih murah.
2. Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa
(operasi emergency, lambung penuh) karena
penderita sadar.
3. Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.
4. Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas
anestesi.
5. Perawatan post operasi lebih ringan.
Kerugian Anestesia Regional
1. Tidak semua penderita mau dilakukan
anestesi secara regional.
2. Membutuhkan kerjasama pasien yang
kooperatif.
3. Sulit diterapkan pada anak-anak.
4. Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi
regional.
5. Terdapat kemungkinan kegagalan pada
teknik anestesi regional.
Blok Sentral
 Akan menyebabkan blok simpatis, analgesia sensoris
dan blok motoris (tergantung dari dosis, konsentrasi
dan volume obat anestesi lokal).
Blok Sentral meliputi :
 Anastesi Spinal
 Anestesia Epidural
 Anestesia Kaudal
Anastesi Spinal
 Medulla spinalis berada didalam kanalis
spinalis dikelilingi oleh cairan serebrospinal,
dibungkus oleh meningens (duramater, lemak
dan pleksus venosus).
 Pada dewasa berakhir setinggi L1, pada anak
L2 dan pada bayi L3.
 Oleh karena itu, anestesi/analgesi spinal
dilakukan ruang sub arachnoid di daerah antara
vertebra L2- L3 atau L3-L4 atau L4-L5
Indikasi
1. Bedah ekstremitas bawah
2. Bedah panggul
3. Tindakan sekitar rektum perineum
4. Bedah obstetrik-ginekologi
5. Bedah urologi
6. Bedah abdomen bawah
7. Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik
biasanya dikombinasikan dengan anesthesia umum
ringan
Kontra Indikasi Absolut
1. Pasien menolak
2. Infeksi pada tempat suntikan
3. Hipovolemia berat, syok
4. Koagulapatia atau mendapat terapi
koagulan
5. Tekanan intrakranial meningkat
6. Fasilitas resusitasi minim
7. Kurang pengalaman tanpa didampingi
konsulen anestesi.
Kontra Indikasi Relatif
1. Infeksi sistemik
2. Infeksi sekitar tempat suntikan
3. Kelainan neurologis
4. Kelainan psikis
5. Bedah lama
6. Penyakit jantung
7. Hipovolemia ringan
8. Nyeri punggung kronik
Persiapan Analgesia Spinal
 Informed consent dan administrasi
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan laboratorium anjuran (Hb,
Ht, PT (Protrombin Time) , PPT
(Partial Tromboplastin Time)
 Peralatan (Monitor, alat resusitasi,
jarum spinal, obat anastesi lokal dan
spinal)
Jenis Jarum Spinal
Tehnik Analgesia Spinal
 Tidurkan pasien atau posisi duduk.
 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.
 Beri anastesi lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan lidokain
 Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar
22G, 23G, 25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang
kecil 27G atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum yaitu
jarum suntik biasa semprit 10cc.
 Setelah keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat
dimasukkan pelan-pelan (0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit,
hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik.
1. Hipotensi berat akibat blok simpatis terjadi venous pooling.
Pada dewasa dicegah dengan memberikan infus cairan elektrolit
1000ml atau koloid 500ml sebelum tindakan.
2. Bradikardia :Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau
hipoksia,terjadi akibat blok sampai T-2
3. Hipoventilasi :Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi
pusat kendali nafas
4. Trauma pembuluh saraf
5. Trauma saraf
6. Mual-muntah
7. Gangguan pendengaran
8. Blok spinal tinggi atau spinal total
Komplikasi Tindakan
1. Hipotensi berat Akibat blok simpatis terjadi venous
pooling. Pada dewasa dicegah dengan memberikan infus
cairan elektrolit 1000ml atau koloid 500ml sebelum
tindakan.
2. Bradikardia :Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau
hipoksia,terjadi akibat blok sampai T-2
3. Hipoventilasi :Akibat paralisis saraf frenikus atau
hipoperfusi pusat kendali nafas
4. Trauma pembuluh saraf
5. Trauma saraf
6. Mual-muntah
7. Gangguan pendengaran
8. Blok spinal tinggi atau spinal total
Komplikasi Pasca Tindakan
1. Nyeri tempat suntikan
2. Nyeri punggung
3. Nyeri kepala karena kebocoran likuor
4. Retensio urine
5. Meningitis
Anestesia Epidural
 Anestesia atau analgesia epidural adalah blokade saraf
dengan menempatkan obat di ruang epidural.
Keuntungan dan Kerugian
 Keuntungan epidural dibandingkan spinal :
 Bisa langsung bekerja pada akar saraf kranial
 Tidak terjadi headache post operasi
 Hypotensi lambat terjadi
 Kerugian epidural dibandingkan spinal :
 Teknik lebih sulit
 Kerjanya anestesia lebih lambat
 Kualitas blokade sensoris-motoris lebih
lemah
Komplikasi Anestesi / Analgesi
Epidural
1. Blok tidak merata
2. Depresi kardiovaskular (hipotensi)
3. Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)
4. Mual – muntah
Teknik Anestesia Epidural
 Tusukan jarum epidural biasanya dilakukan pada
ketinggian L3-4.
 Posisi pasien saat tusukan seperti pada analgesia spinal
 Jarum yang digunakan ada 2 macam, yaitu: jarum
ujung tajam (Crawford)
jarum ujung khusus (Touhy)
 Cara penyuntikan: setelah yakin posisi jarum atau
kateter benar, suntikkan anestetik lokal secara bertahap
setiap 3-5 menit sampai tercapai dosis total.
Anestesia Kaudal
 Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi
epidural, karena kanalis kaudalis adalah
kepanjangan dari ruang epidural dan obat
ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus
sakralis
 Ruang kaudal berisi saraf sakral, pleksus venosus,
felum terminale dan kantong dura.
 Indikasi : Bedah daerah sekitar perineum,
anorektal misalnya hemoroid, fistula paraanal.
Teknik
1. Posisi pasien terlungkup dengan simfisis diganjal
(tungkai dan kepala lebih rendah dari bokong) atau
dekubitus lateral, terutama wanita hamil.
2. Dapat menggunakan jarum suntik biasa atau jarum
dengan kateter vena ukuran 20-22 pada pasien dewasa.
3. Untuk dewasa biasa digunakan volum 12-15 ml (1-2
ml/ segmen)
4. Identifikasi hiatus sakralis dengan menemukan kornu
sakralis kanan dan kiri dan spina iliaka superior
posterior. Dengan menghubungkan ketiga tonjolan
tersebut diperoleh hiatus sakralis.
5. Setelah dilakukan tindakan dan antisepsis pada daerah hiatus
sakralis, tusukkan jarum mula-mula 90o terhadap kulit. Setela
diyakini masuk kanalis sakralis, ubah jarum jadi 450-600 dan
jarum didorong sedalam 1-2 cm. Kemudian suntikan NaCl
sebanyak 5 ml secara agak cepat sambil meraba apakah ada
pembengkakan di kulit untuk menguji apakah cairan masuk
dengan benar di kanalis kaudalis.
 Infiltrasi Lokal
Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan
sekitar tempat lesi
 Blok Lapangan (Field Block)
Infiltrasi sekitar lapangan operasi (contoh, untuk ekstirpasi
tumor kecil)
 Analgesia Permukaan (Topikal)
Obat analgetika lokal dioles atau disemprot di atas selaput
mukosa
 Analgesia Regional Intravena
Penyuntikan larutan analgetik lokal intravena. Ekstremitas
dieksanguinasi (pengurangan darah) dan diisolasi bagian
proksimalnya dengan torniket dari sirkulasi sistemik.
Blok Perifer
 Infiltrasi Lokal
Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan
sekitar tempat lesi
 Blok Lapangan (Field Block)
Infiltrasi sekitar lapangan operasi (contoh, untuk ekstirpasi
tumor kecil)
 Analgesia Permukaan (Topikal)
Obat analgetika lokal dioles atau disemprot di atas selaput
mukosa
 Analgesia Regional Intravena
Penyuntikan larutan analgetik lokal intravena. Ekstremitas
dieksanguinasi (pengurangan darah) dan diisolasi bagian
proksimalnya dengan torniket dari sirkulasi sistemik.
Obat Anestesi Regional
Mekanisme kerja
 Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium
(sodium channel), mencegah peningkatan permeabilitas sel
saraf terhadap ion natrium dan kalium sehingga tidak terjadi
depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya, tidak terjadi
konduksi saraf
 Potensi dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut
makin poten.
Jenis
 Golongan Ester (Prokain, Tetrakain, Kokain,
Benzokain, Kloroprokain) : Kurang stabil dalam
larutan, cepat rusak, tidak dapat disimpan lama,
hsil metabolisme menghasilkan
paraaminobenzoate yang memicu reaksi alergi.
 Golongan Amida (Lidokain, Mepivakain,
Bupivakain, Artikain, Prilokain, Levobupivakain,
Etidokain) : Stabil terhadap panas sehingga dapat
dimasukkan dalam autoklaf
Dosis
Syarat Obat Anestesi Digunakan
1. Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf
secara permanen
2. Batas keamanan harus lebar
3. Efektif dengan pemberian secara injeksi atau
penggunaan setempat pada membran mukosa
4. Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan
untuk jangka waktu yang yang cukup lama
5. Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil,
juga stabil terhadap pemanasan.
Bupivakain
Lama Aksi: Infiltrasi/Spinal/Epidural 200-400 menit,
intrapleura 12-48 jam.
Sering ditambahkan obat-obat adjuvan untuk
meingkatkan kualitas dan memperpanjang durasi.
Seperti vasokonstriktor (epinefrin), agonis alfa-2
(klonidin), narkotik (fentanyl, morphin).
Reaksi Samping:
Kardiovaskuler: Hipotensi, aritmia, henti jantung
Pulmoner: Gangguan, henti pernapasan
SSP: Kejang, tinitus, penglihatan kabur
Lidokain
Awitan Aksi: Infiltrasi 0,5-1 menit, epidural 5-15 menit.
Lama Aksi: Infiltrasi 0,5-1 jam dengan epinefrin 2-6
jam, epidural 1-3 jam.
Reaksi Samping:
Kardiovaskuler: Hipotensi, aritmia, henti jantung
Pulmoner: Gangguan, henti pernapasan
SSP: Kejang, tinitus, penglihatan kabur
 Konsentrasi minimal anestetika lokal (analog dengan
MAC, minimum alveolar concentration) dipengaruhi
oleh:
1. Ukuran, jenis dan mielinisasi saraf
2. pH (asidosis menghambat blokade saraf)
3. Frekuensi stimulasi saraf
Komplikasi Obat Anestesi Lokal
 Obat anestesi lokal, melewati dosis tertentu merupakan zat
toksik
 Komplikasi dapat bersifat lokal atau sistemik

 Komplikasi lokal
1. Terjadi ditempat suntikan berupa edema, abses, nekrosis
dan gangrene.
2. Komplikasi infeksi hampir selalu disebabkan kelainan
tindakan asepsis dan antisepsis.
3. Iskemia jaringan dan nekrosis karena penambahan
vasokonstriktor yang disuntikkan pada daerah dengan arteri
buntu.
 Komplikasi sistemik
1. Manifestasi klinis umumnya berupa reaksi neurologis dan
kardiovaskuler.
2. Pengaruh pada korteks serebri dan pusat yang lebih tinggi
adalah berupa perangsangan sedangkan pengaruh pada
pons dan batang otak berupa depresi.
3. Pengaruh kardiovaskuler adalah berupa penurunan tekanan
darah dan depresi miokardium serta gangguan hantaran
listrik jantung.
ANESTESI PADA SIRKUMSISI
Blok Nervus Dorsalis
Penis : Suntikan dilakukan
pada pangkal penis, tegak lurus
pada batang penis, hingga terasa
menembus fascia buck
( sensasi seperti menembus
kertas), jarum miringkan ke
lateral, aspirasi darah , bila tak
masuk ke pembuluh darah,
injeksikan 1-3 ml obat anestesi.
Bila masih terasa sakit bisa ditambahkan dengan cara infiltrasi obat anestesi

Infiltrasi di frenulum prepusium Infiltrasi di batang penis


Terima Kasih

You might also like