You are on page 1of 32

FARMAKOLOGI PADA KASUS

KEGAWATDARURATAN

dr. Kamalia Layal, M. Biomed

Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah palembang
1
2016
Obat-obat pada kegawatdaruratan

• Obat yang digunakan untuk mengatasi keadaan


gawat darurat

– Obat untuk resusitasi jantung paru


– Obat untuk perbaikan sirkulasi
– Dan lain-lain ( Nitrat organik, morfin, sodium
bikarbonat, furosemid, diazepam)

2
Epinefrin
• Bekerja pada reseptor adrenergik
• Agonis nonselektif (α1, α2, β1, β2)

• Farmakodinamik
– Merangsang reseptor adrenergik

3
• Kardovaskular

– PD kulit, mukosa, dan ginjal (dominan res α) -->


vasokonstriksi
– PD otot rangka --> vasodilatasi, vasokonstriksi --> ↑ resistensi
perifer --> ↑ TD
– ↑ aliran darah otak
– ↑ resistensi PD ginjal --> ↓aliran darah ke ginjal, ekskresi
elektrolit ↓
– ↑ aliran darah koroner
– Reseptor β1 (di otot jantung) --> mengaktivasi sel pacu
jantung dan jaringan konduksi
– ↑ kontraksi jantung dan denyut jantung (inotropik dan
kronotropik positif)

4
• otot polos
– Sal cerna --> relaksasi, tonus dan motilitas usus dan lambung ↓
(α dan β)
– Uterus --> akhir kehamilan menghambat tonus dan kontraksi
uterus
– Kandung kemih --> relaksasi otot detrusor dan kontraksi sfingter
dan otot polos prostat
– pernapasan --> relaksasi otot bronkus
• SSP: efek stimulasi SSP << (relatif polar)
• Proses metabolik
– stimulasi glikogenolisis (sel hati dan otot rangka)
– menghambat sekresi insulin
– menurunkan uptake glukosa oleh jar perifer --> ↑ glukosa darah
– meningkatkan kadar asam lemak bebas

5
Reseptor Adrenergik
• Reseptor α1 otot polos (PD, sal kemih-
kelamin, usus), dan jantung
• Reseptor α2 sel efektor berbagai
jaringan (otak, otot polos PD, sel beta
pankreas, trombosit)
• Reseptor β1 jantung dan sel
jukstaglomerulus
• Reseptor β2 otot polos (bronkus, PD,
sal cerna, uterus, sal kemih), otot rangka,
dan hati
6
• Farmakokinetik
• Absorbsi
– Oral: buruk (COMT dan MAO)
– Subkutan: lambat (vasokonstriksi lokal)
– IM: cepat
• Stabil dalam darah, biotransformasi di hati,
dan diekskresikan ke dalam urin

7
• Indikasi
– syok anafilaksis
– henti jantung
– memperpanjang anestesi lokal (mengurangi
aliran darah lokal)
– menghentikan perdarahan kapiler
(penggunaan lokal)

8
• Dosis
– anafilaksis
• epinefrin 0,3– 0,5 ml dari larutan 1 : 1000 (lar
1mg/mL) IM dapat diulangi 5–10 menit
– henti jantung
• epinefrin 0.5-1 mg bolus IV diberikan tiap 3-5 menit

9
Atropin
• parasimpatolitik/penghambat kolinergik
• ↑denyut jantung dengan menghambat N.vagus

• Indikasi
– sinus bradikardi
– obat pilihan kedua setelah epinefrin atau vasopresin
untuk asistol dan PEA (pulseless electrical activity)
– incomplete AV block yg disertai hiperaktivitas vagus
– intoksikasi organoposfat

10
• Dosis
– Pada asistol atau PEA  1 mg IV, ulangi tiap
3-5 menit. Dosis maksimal 3 mg
– Pada bradikardi  0,5 mg IV tiap 3-5 menit,
dosis maks 3 mg
– intoksikasi organoposfat (dosis besar >2mg)

11
Amiodaron
• Mekanisme aksi
– memperpanjang durasi potensial aksi dan periode
refrakter
– memperlambat HR daan konduksi AV node -->
adrenergik blocking action
– vaodiltasi perifer --> ↓kebutuhan oksigen dan ↑kinerja
jantung

12
• Farmakokinetik
– absorbsi bervariasi, BA 35-65%
– t1/2 panjang 3-10 hari
– metabolisme di hepar dengan metabolit aktif
desetilamiodaron
– substrat CYP3A4 --> ↑: simetidin, ↓: ripamfin

13
• Indikasi
– atrial fibrilasi --> mengontrol sinus ritmik
– mencegah berulangnya ventrikel takikardi
– terapi tambahan pada DC shock
• Toksisitas
– bradikardi dan heart block (pd px dg penyakit
AV node)
– fibrosis paru
– hipo dan hipertiroid

14
Dobutamin
• Agonis 1 yang selektif
• Mekanisme kerja:
– meningkatkan kontraktilitas jantung dan
curah jantung, sedikit meningkatkan denyut
jantung (inotropik kuat, kronotropik <<)

• Meningkatkan tek darah


• Meningkatkan kebutuhan oksigen (= inotropik lainnya)
--> memeperluas daerah infark
• pemberian jangka lama menimbulkan toleransi
15
• Indikasi:
– Gagal jantung dg disfungsi sistolik

• Dosis awal 2-3 mcg/kgbb/menit dan


ditingkatkan sampai efek hemodinamik yg
diinginkan tercapai
• Eso utama adl takikardi dan aritmia (butuh
penurunan dosis)
16
Dopamin
• Prekursor norepinefrin
• Bekerja pd reseptor dopamin dan adrenergik
• Kadar rendah --> reseptor dopaminergik D1 PD (ginjal,
mesentrium, dan koroner) --> vasodilatasi
• Sedikit lebih tinggi --> meningkatkan kontraktiitas
miokard (reseptor β1)
• Kadar lebih tinggi --> vasokonstriksi (reseptor α1)

17
Efek tergantung dosis
– 2 µg/kgBB permenit: vasodilatasi perifer,
arteri ginjal dan organ visera dapat
meningkatkan laju filtrasi glumerolus dan
ekskresi Natrium
– 2-5 µg/kgBB: menstimulasi reseptor beta
adrenergik di jantung dan menginduksi
pelepasan NE
– 5-15 µg/kgBB:vasokonstriksi luas -->
meningkatkan tekanansistolik dan diastolik

18
• Indikasi:
– Curah jantung rendah dg gangguan fungsi
ginjal (syok kardiogenik dan gagal jantung
berat)

19
Nitrat Organik
Mekanisme kerja
• menimbulkan vasodilatasi dan mempunyai efek
antiagregasi trombosit

• Efek pada kardiovaskular


– Menurunkan kebutuhan dan meningkatkan suplai oksigen
miokardium
• vasodilatasi semua sistem vaskular
• venodilatasi --> venous pooling --> preload turun
• dilatasi arteriol perifer --> tek darah sistol dan diastol menurun (afterload)
• perbaikan aliran darah miokard ke daerah iskemik
• berkurangnya preload --> perfusi subendokard membaik
• Efek lain
– relaksai otot polos bronkus, sal empedu, sal cerna, dan sal kemih,
tapi efek ini tdk bermakna secara klinis
– menurunkan agregasi trombosit
20
• Farmakokinetik
– Absorbsi baik (kulit, mukosa, oral, sublingual)
– Mengalami 1st pass metabolisme (metabolit
inaktif/efek lemah) --> BA nitrogliserin dan
isosorbid dinitrat <20%
– Pemberian sublingual: kadar puncak plasma
dicapai dlm 4 menit, T1/2 1-3 menit. T1/2
metabolitnya 40 menit

21
• Dosis
– Nitrogliserin 0,3-0,4 mg SL dapat diulang 3-5
menit kemudian bila angina belum hilang,
pemberian ulang bisa sampai 3 kali (3 tablet).

– Nitrogliserin 10-20 mcg/menit IV, dinaikkan


5-10 mcg/menit tiap 5-10 menit sampai
keluhan angina hilang.

22
Natrium Bikarbonat
Mengatasi asidosis jaringan dan asidosis selama henti
jantung maupun resusitasi (akibat rendahnya perfusi
jaringan)

Dosis :
1 mg/kgBB IV bolus

Dapat juga diberikan intrakardial, begitu sirkulasi spontan yang efektif tercapai,
pemberian harus dihentikan karena bisa terjadi metabolik alkalosis, takhiaritmia
dan hiperosmolalitas.

23
Diuretik (Furosemid)
• Diuretik kuat dan mula kerja cepat
• Mekanisme:
– Menghambat kotransporter Na+, K+, Cl- dan
reabsorpsi air dan elektrolit di tubulus renal proksimal
dan distal serta loop henle

• Mengurangi volume cairan ekstrasel dan tekanan


pengisian ventrikel (preload) tanpa pengurangan CO
• Mengontrol gejala kongestif dan memperbaiki
kemampuan kerja fisik

24
• Indikasi :
– Gagal jantung yg disertai kelebihan cairan

• Dosis
– IV (Hospitalization): inisial dose 40 mg bolus lalu iv
kontinyu 10 mg/jam
– IV-> meningkatkan level obat dalam lumen tubulu
ginjal

• ESO: gangguan elektrolit --> hipokalemi,


hiponatremi, hipomagnesemia

25
Morfin
• Golongan opioid dan derivat fenantren
• Mekanisme:
– Menghambat transmisi sinyal nosiseptif dari
kornu dorsalis medula spinalis dan
menghambat pascasinaps melalui reseptor μ
di otak

26
• Indikasi:
– Nyeri berat (dull pain and continue) misalnya
nyeri dada pada sinrom koroner akut, kolik
renal, kolik empedu, neoplasma)

27
Figure 1. Pharmacological management of pain. Adapted from
the World Health Organization Pain Management Ladder

28
Benzodiazepin (Diazepam)
• Efek obat terutama pd SSP
– Sedasi, hipnosis, relaksasi otot,
berkurangnya ansietas, amnesia
anterograde, antikonvulsan
• Efek pd perifer
– Vasodilatasi koroner dan blokade
neuromuskular

29
• Efek: interaksi dg reseptor neurotansmiter
inhibitori yg diaktivasi GABA
• Benzodiazepin bekerja hanya pada
reseptor GABA-a
• Tidak secara langsung mengaktivasi
reseptor GABA-a, tapi butuh GABA untuk
menimbulkan efeknya memodulasi efek
GABA

30
Penggunaan terapi (Diazepam)
– Waktu paruh panjang antikonvulsan
– IV/rectal: sangat efektif untuk mengatasi kejang
terutama pada status epileptikus atau tonik klonik
umum

Dosis:
dewasa
0.2mg/kgbb injeksi pelan, dpt diulang maks 20-30 mg
anak:
(IV)0.15-0.3 mg/kg, maks 10 mg
rectal: 0.5-1 mg/kg

31
32

You might also like