You are on page 1of 18

Kelompok 1

Abdurrahman Munif
Audrie Ghaissani
Eunike Bunga P.
Ivannsa Ramadhia M
Maznah Zuhria
Rafael Setiawan
1. Awal Cerita

• Pada tahun 1041 atau 963 M, Raja Airlangga memerintahkan


untuk membagi kerajaan menjadi dua bagian. Pembagian
kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang
terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kerajaan
tersebut (Kahuripan) terbagi atas Jenggala dan Panjalu yang
dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas dikisahkan dalam
prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365
M), dan kitab Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian
kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.
• Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai
Brantas dengan pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan
Pasuruhan,dengan ibu kota Kahuripan.
• Kerajaan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi
Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha.
• Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing
kerajaan saling merasa berhak atas seluruh
tahta Airlangga sehingga terjadilah peperangan.
• Pada tahap pertama Panji Garasakan dapat mengalahkan
Samarawijaya, sehingga Panji Garasakan berkuasa. Di Jenggala
kemudian berkuasa raja-raja pengganti Panji Garasakan. Tahun
1059 M yang memerintah adalah Samarotsaha. Akan tetapi
setelah itu tidak terdengar berita mengenai Kerajaan Panjalu
dan Jenggala. Baru pada tahun 1104 M tampil Kerajaan Panjalu
dengan rajanya Jayawangsa. Kerajaan ini lebih dikenal dengan
nama Kerajaan Kediri dengan ibukotanya di Daha.
A. Perkembangan Politik

Mapanji Garasakan memerintah tidak lama. Ia digantikan


Raja Mapanji Alanjung (1052 – 1059 M). Mapanji Alanjung
kemudian diganti lagi oleh Sri Maharaja Samarotsaha.
Pertempuran yang terus menerus antara Jenggala dan Panjalu
menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang jelas
mengenai kedua kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja
Bameswara (1116 – 1135 M) dari Kediri.
Pada masa itu ibu kota Panjalu telah dipindahkan dari
Daha ke Kediri sehingga kerajaan ini lebih dikenal dengan nama
Kerajaan Kediri. Raja Bameswara menggunakan lencana
kerajaan berupa tengkorak bertaring di atas bulan sabit yang
biasa disebut Candrakapala.
Setelah Bameswara turun takhta, ia digantikan
Jayabaya yang dalam masa pemerintahannya itu berhasil
mengalahkan Jenggala.

Berikut beberapa cerita singkat tentang raja-raja


yang berkuasa setelah Bameswara.
1) Raja Jayabaya (1135 M – 1159 M)
Raja Jayabaya menggunakan lencana kerajaan berupa
lencana Narasingha. Kemenangannya atas peperangan
melawan Jenggala diperingatinya dengan memerintahkan
Mpu Sedah menggubah kakawin Bharatayudha. Karena Mpu
Sedah tidak sanggup menyelesaikan kakawin tersebut, Mpu
Panuluh melanjutkan dan menyelesaikannya pada tahun 1157
M. Pada masa pemerintahannya ini, Kediri mencapai puncak
kejayaan.

Ini dia si boss…


2) Raja Sarweswara (1159 – 1169 M)
Pengganti Jayabaya adalah Raja Sarweswara. Tidak
banyak yang diketahui mengenai raja ini sebab
terbatasnya peninggalan yang ditemukan. Ia memakai
lencana kerajaan berupa Ganesha.
3) Raja Kameswara (1182 – 1185 M)
Selama beberapa waktu, tidak ada berita yang jelas
mengenai raja Kediri hingga munculnya Kameswara. Pada
masa pemerintahannya ini ditulis kitab Kakawin
Smaradahana oleh Mpu Darmaja yang berisi pemujaan
terhadap raja, serta kitab Lubdaka dan Wretasancaya
yang ditulis oleh Mpu Tan Alung. Kitab Lubdaka bercerita
tentang seorang pemburu yang akhirnya masuk surga dan
Wretasancaya berisi petunjuk mempelajari tembang
Jawa Kuno.
4) Raja Kertajaya (1185 – 1222 M)
Pada masa pemerintahan Kertajaya, terjadi
pertentangan antara para brahmana dan Raja Kertajaya.
Hal ini terjadi karena para brahmana menolak
menyembah raja yang menganggap dirinya sebagai dewa.
Para brahmana lalu meminta perlindungan pada Ken
Arok. Kesempatan ini digunakan Ken Arok untuk
memberontak terhadap Kertajaya. Pada tahun 1222 M
terjadi pertempuran hebat di Ganter dan Ken Arok
berhasil mengalahkan Kertajaya.
B. Perkembangan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kediri cukup baik karena
kesejahteraan rakyat meningkat, masyarakat hidup tenang.
Dalam kitab Ling-wai-tai-ta (1178) karya Chou-Ku-fei yang
menerangkan bahwa orang-orang Kediri memakai kain sampai
lutut, rambutnya di urai, rumah-rumah telah teratur dan
bersih, lantai ubinnya berwarna hijau dan kuning. Pertanian
dan perdagangan telah maju, orang-orang yang salah didenda
dengan emas. Pencuri dan perampok dibunuh, telah
digunakan mata uang perak, orang sakit tidak menggunakan
obat tapi memohon kesembuhan pada Dewa atau kepada
Buddha.
Tiap bulan ke-5 diadakan pesta air, alat musik yang
digunakan berupa seruling, gendang, dan gambang dr kayu.
Dengan kehidupan masyarakatnya yang aman dan damai
maka seni dapat berkembang antara lain kesusastraan yang
paling maju adalah seni sastra terutama Jawa kuno. Namun,
karya-karya sastra pada masa Kerajaan Kediri kurang
mengungkap keadaan pemerintahan dan masyarakat pada
zamannya. Pada masa Kameswara perkembangan karya sastra
mencapai puncak kejayaannya.
C. Perkembangan Ekonomi

Kediri merupakan Kerajaan agraris maritim.


Perekonomian Kediri bersumber atas usaha perdagangan,
peternakan dan pertanian untuk masyarakat yang hidup di
daerah pedalaman. Sedangkan yang berada di pesisir
hidupnya bergantung dari perdagangan dan pelayaran.
Mereka telah mengadakan hubungan dagang dengan Maluku
dan Sriwijaya.
Kediri terkenal sebagai penghasil beras, kapas dan ulat
sutra. Kerajaan Kediri cukup makmur, hal ini terlihat pada
kemampuan Kerajaan yang memberikan penghasilan tetap
pada para pegawainya walaupun hanya dibayar dengan hasil
bumi. Keterangan tersebut berdasarkan kitab Chi-fan-Chi
(1225) karya Chau Ju-kua mengatakan bahwan Su-ki-tan yang
merupakan bagian dari She-po(Jawa) telah memiliki daerah
taklukkan.
Para ahli memperkirakan Su-ki-tan adalah sebuah
Kerajaan yang berada di Jawa Timur, dan yang tak lain dan
tak bukan adalah Kerajaan Kediri. Mungkin juga Su-ki-tan
sebagai kota pelabuhan yang telah dikenal para pedagang
dari luar negeri, termasuk Cina.

Pemerintahannya sangat memperhatikan keadaan


rakyatnya sehingga pertanian, perdagangan dan peternakan
mengalami kemajuan yang cukup pesat.
Golongan dalam masyarakat Kediri dibedakan menjadi
tiga berdasarkan kedudukan dalam pemerintahan kerajaan,
yaitu :
Golongan masyarakat pusat(kerajaan) : masyarakat
yang terdapat dalam lingkungan raja dan beberapa kaum
kerabatnya serta kelompok pelayannya.
Golongan masyarakat tani (daerah) : golongan
masyarakat yang terdiri atas para pejabat atau petugas
pemerintahan di wilayah tani (daerah).
Golongan masyarakat nonpemerintah : golongan
masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan
dengan pemerintahan secara resmi atau masyarakat
wiraswasta.
Kediri memiliki 300 lebih pejabat yang mencatat dan
mengurus semua penghasilan Kerajaan. Disamping itu ada
1000 pegawai rendahan yang bertugas mengurusi
•////////////////////////////////////////
//////
DAFTAR PUSTAKA
http://jaluherlambang.blogspot.com/2012/11/
makalah-kerajaan-kediri.html
http://diamoparti.blogspot.com/2012/06/kehid
upan-sosial-kerajaan-kediri.html
http://haristepanus.wordpress.com/masa-
hindu-buddha/kerajaan-kediri/

You might also like