You are on page 1of 31

CIRI KEPRIBADIAN YANG

MEMPENGARUHI GEJALA SOMATISASI


DAN INHIBISI SOSIAL PADA LANJUT
USIA (LANSIA)

TINAKON WONGPAKARAN & NAHATHAI


WONGPAKARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN, CHIANG MAI UNIVERSITY,
CHIANG MAI, THAILAND
TUJUAN

• Tujuan dari penelitian ini untuk


mengetahui hubungan antara ciri
kepribadian dan somatisasi serta
inhibisi sosial.
PENDAHULUAN

• Somatisasi adalah kondisi dimana pasien


mengalami gejala medis yang tidak bisa
dijelaskan, dan terkadang disebut sebagai
keluhan somatis fungsional.
• Gejala somatik, pada tingkat yang
berbeda, mungkin juga berkaitan dengan
ciri kepribadian seperti neurotisisme.
• Neurotisisme merupakan prediktor kuat
somatisasi, dan alexythmia adalah ciri
kepribadian lain yang diketahui juga
berpengaruh pada somatisasi.
• Berdasarkan hasil tersebut, somatisasi dilihat dari sisi
psikoanalitik sebagai mekanisme pertahanan
melawan konflik internal dimana seseorang sulit
untuk mengekspresikannya secara langsung
• secara hipotesis, somatisasi seharusnya lebih
tampak pada individu yang memiliki inhibisi sosial
• Inhibisi sosial diukur dengan inventarisasi masalah
interpersonal, yang cenderung dinilai sebagai
karakter dibandingkan gejala secara langsung.
PARTISIPAN

• Penulis menganalisa data dari 126 partisipan lansia


yang memiliki data demografi dan telah
menyelesaikan kuesioner inventarisasi masalah
interpersonal (Inventory of Interpersonal
Problems/IIP-64), kuesioner 16 faktor kepribadian
(the Sixteen Personality Factor/16 PF), dan symptom
checklist (SCL-90).
METODE

• Penilaian somatisasi dilakukan dengan


menggunakan instrumen Symptom checklist (SCL-
90). Ciri kepribadian disadur dari instrumen
kuesioner 16 faktor kepribadian (the 16 Personality
Factor Questionnaire), dan inhibisi sosial
diidentifikasi menggunakan inventarisasi masalah
interpersonal (the inventory of interpersonal
problems). Selain itu, langkah analisa (path analysis)
dilakukan untuk membuktikan pengaruh ciri
kepribadian terhadap somatisasi dan inhibisi sosial.
INSTRUMEN

• Data demografi berfokus pada jenis kelamin, usia,


pendapatan, dan pendidikan partisipan.
• Pendapatan dinilai berdasarkan pendapatan kotor
bulanan partisipan, lama masa pendidikan juga
dimasukkan dalam analisa.
• IIP-64 adalah kuesioner pelaporan-diri yang
mengukur kesulitan interpersonal, menggunakan 8
subskala yaitu sifat dominan, pendendam, tidak
tegas, terhambat secara sosial, terlalu akomodatif,
rela berkorban, dan mengganggu atau
ketergantungan.
DIMENSI SOMATISASI

• 9 gejala yang termasuk dalam instrumen yaitu :


somatisasi, obsesif kompulsif, sensitivitas
interpersonal, permusuhan, depresi, kecemasan,
pemikiran paranoid, kecemasan fobia, dan
psikotisme.
• Setiap item menilai keparahan gejala pada skala 5-
likert
PENILAIAN KEPRIBADIAN DILAKUKAN
BERDASARKAN 8 DIMENSI ATAU 16 CIRI, YAITU

• Kehangatan • sifat waspada


• Intelektual • hal yang bersifat
abstrak
• kestabilan emosional • hal yang bersifat
• sifat dominan pribadi
• Keaktifan • Kegelisahan
• Kesadaran • keterbukaan untuk
• keberanian sosial berubah,
kemandirian
• Sensitivitas • perfeksionisme, dan
• ketegangan.
• menganalisa efek langsung yang signifikan
berkorelasi secara variabel demografi

• ditambah masing-masing variabel ciri


kepribadian pada somatisasi dan inhibisi sosial

• variabel mediator dan melakukan estimasi


efek langsung dan tidak langsung
• Langkah analisa (path analysis) dilakukan
menggunakan metode estimasi maximum-
likelihood dengan semua indikator tunggal yang
dimungkinkan memiliki keterkaitan
HASIL PENELITIAN

• hanya tujuh ciri kepribadian yang secara signifikan


berkaitan dengan inhibisi sosial atau somatisasi
tertentu: kestabilan emosional, sifat dominan,
penalaran, sifat waspada, ketakutan, kemandirian,
dan ketegangan
HASIL PENELITIAN

• Sifat waspada menunjukkan korelasi dengan inhibisi


sosial dan somatisasi. Ciri kepribadian
mengungkapkan korelasi yang signifikan dengan
inhibisi sosial dan somatisasi sebagaimana
digambarkan dalam kerangka hipotesis.
HASIL PENELITIAN

• mengenai metode jalur analisa akhir yang


digunakan jenis kelamin, penalaran, ketakutan,
dan kemandirian diekslusikan dari kerangka
penelitian ini, karena menghasilkan estimasi yang
rendah. Sehingga hanya kestabilan emosional, sifat
dominan, dan sifat waspada yang masih
dipertahankan.
HASIL PENELITIAN

• Namun, efek langsung usia pada inhibisi sosial, sifat


dominan pada inhibisi sosial, dan inhibisi sosial pada
somatisasi tidak signifikan, sehingga tiga jalur
tersebut dihapuskan dari kerangka penelitian.
HASIL PENELITIAN

• Umur terbukti memiliki dampak langsung hanya


pada somatisasi dan dampak secara tidak
langsung pada inhbisi sosial melalui tingkat
pendidikan berkorelasi signifikan Tingkat pendidikan
yang lebih rendah memiliki asosiasi langsung
dengan tingkat somatisasi yang tinggi begitu pula
pada inhibisi sosial.
HASIL PENELITIAN

• Kestabilan emosional memiiki efek langsung baik


pada somatisasi maupun pada inhibisi sosial. Sifat
dominan memilik efek pada somatisasi dan efek
langsung pada sifat waspada dan sifat waspada
memiliki efek pada inhibisi sosial.
HASIL PENELITIAN

• Efek tidak langsung sifat dominan pada inhibisi


sosial Lebih penting lagi, indeks modifikasi tidak
menunjukkan adanya hubungan antara inhibisi
sosial dan somatisasi, sebagaimana yang sudah
diperkirakan sebelumnya.
DISKUSI

usia dan pendidikan terbukti memiliki efek pada kedua


luaran, pendidikan memiliki pengaruh terkuat ketika
dibandingkan dengan ciri kepribadian.

kestabilan emosional terbukti berkaitan


secara terpisah pada somatisasi dan
inhibisi sosial.
• sifat dominan terbukti memiliki efek langsung pada
somatisasi dan efek tidak langsung pada inhibisi
sosial.

somatisasi berkaitan dengan sifat dominan,


yang didefinsisikan sebagai keberadaan ciri
berupa ketegasan, keuletan, agresif, dan
daya saing
Sifat dominan secara tidak langsung
menguatkan inhibisi sosial melalui sifat curiga,
saat sifat waspada dapat membuat orang
yang lebih tua secara sosial menarik diri
daripada melangkah maju untuk
memperoleh pertolongan.
inhibisi sosial tidak memiliki efek signifikan
pada somatisasi, tetapi turun menjadi
tingkat non-signifikan ketika ciri
kepribadian dilibatkan
KETERBATASAN

• besar sampel yang digunakan dalm studi ini agak


kecil, dan ini bisa berpengaruh pada analisa
statistik.
• penelitian ini merupakan cross-sectional secara
alami, oleh karena itu tidak mungkin untuk
menganalisa penyebab (kausalitas).
• penelitian ini menginvestigasi sampel yang tidak
terdignosa secara klinis sebagai penderita
somatisasi tetapi menggunakan instrumen
pelaporan diri SCL-90, idealnya, klinisi melakukan
wawancara terstruktur untuk menilai terdapat
tidaknya kondisi lain.
KESIMPULAN

Penelitian ini mengidentifikasi variabel ciri kepribadian


dan sosiodemografi yang memiliki efek pada
somatisasi dan inhibisi sosial. Kestabilan emosional,
sifat dominan, dan sifat waspada, begitu pula usia
dan tingkat pendidikan terbukti memiliki efek pada
gejala yang dimaksud. Oleh karena itu tenaga
layanan primer harus memiliki perhatian lebih pada
faktor-faktor ini ketika berurusan dengan lansia yang
menderita somatisasi.
• studi lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar
dan desain longitudinal akan lebih menjamin
likelihood suatu kerangka penelitian. Selain itu,
penulis menyarankan untuk melakukan investigasi
lebih jauh mengenai efek depresi pada variabel-
variabel dalam penelitian
TERIMAKASIH

You might also like