You are on page 1of 17

Pre Oksigenasi

dr. Ramzi SpAn


PKSC 2016
Pendahuluan
• Kemampuan penting untuk semua dokter
• Langkah PERTAMA sebelum
manipulasi/intervensi jalan nafas.
• Tujuan: memperpanjang waktu apnu sampai
terjadinya desaturasi (SpO2 di bawah 90%).
• “tidak dapat diventilasi, tidak dapat
diintubasi”
Definisi
• Adalah memberikan Oksigen sebelum dilakukan
tindakan/manajemen pada jalan nafas.
• Tujuan:
– meningkatkan cadangan Oksigen selama tindakan
– Memberikan waktu lebih lama sebelum terjadi
desaturasi.
• Denitrogenisasi: istilah lama  menyingkirkan
Nitrogen  kurang tepat  Menyediakan
Oksigen.
Cadangan Oksigen
• Oksigen di cadangkan di dalam tubuh dalam
bentuk:
– Oksigen bebas di dalam alveol
– Berikatan dengan Hb di dalam eritrosit yang
tersirkulasi
– Terlarut dalam plasma  jumlahnya sangat kecil
Fisiologi
• Kondisi normal: SpO2 akan turun dalam waktu
1-2 menit jika seseorang tidak bernafas.
• Kebutuhan O2: 4 cc/kg/menit.
• Yang mempengaruhi lamanya waktu sejak
mulai apnu sd SpO2 <90% adalah:
– Cadangan O2 di dalam paru sebelum apnu terjadi
– Konsumsi O2 selama apnu
Fisiologi
• Sebanyak apapun
yang dihirup 
jumlah O2 di
dalam darah akan
selalu TETAP.
• O2 di dalam darah
 Penting!
Kapan?
• Preoksigenasi dilakukan jika ada tindakan
medis pada jalan nafas dan ada kontraindikasi
sungkup-oksigenasi.
• Tindakan medis:
– Pasang NGT
– Intubasi: ETT, ETT double lumen, sulit intubasi
– Sulit ventilasi/intubasi
Kapan?
• Kontraindikasi sungkup-oksigenasi:
– Tidak puasa, lambung penuh
– Tekanan intraabdomen meningkat: hamil,
obesitas, obstruksi.
• Preoksigenasi juga dilakukan pada pasien yang
sudah sesak sebelumnya, atau potensi sesak
seperti pasien dengan riwayat penyakit paru-
jantung.
Kapan?
• Preoksigenasi wajib dilakukan pada pasien
dengan konsumsi oksigen yang meningkat
seperti: sepsis, demam, ibu hamil.
Pro-Kon dalam Anestesi
• Semua pasien anestesi umum, wajib dilakukan
preoksigenasi:
• Pro: kita tidak bisa memastikan intubasi akan
normal atau butuh waktu lebih lama
• Kon: tidak nyaman, membuang-buang waktu
(3 menit lebih), saturasi turun, tapi tidak
signifikan (masih di atas 90%).
Metode: Lambat
• Priming circuit dengan Oksigen
• Flow 4-6 L/m
• Pasien bernafas biasa dengan O2 100% selama
3 menit.
Metode: Cepat
• Priming circuit dengan Oksigen
• Flow 4-6 L/m
• Pasien bernafas-dalam dengan Oksigen 100%
sebanyak 4 kali dalam 30 detik, atau 8 kali
dalam 60 detik.
Monitoring Preoksigenasi
• SpO2 100% tidak menjamin bahwa
preoksigenasi telah terjadi dengan baik.
• Satu-satunya yang bisa memastikan
preoksigenasi telah terjadi dengan baik adalah
dengan mengukur fraksi ekspirasi Oksigen FEO2.
Target FEO2 > 90%.
Penyebab tidak optimalnya preoksigenasi

• Faktor teknik:
– Tekanan sumber Oksigen yang menurun
– Waktu yang diperlukan untuk preoksigenasi tidak
tercapai
• Faktor manusia:
– pasien tidak kooperatif  lakukan cara cepat saja atau
dalam anestesi: induksi cepat
– Bocor: gigi ompong, brewok, ada ngt, struktur anatomi.
– Tidak melakukan head up.
Efek samping Preoksigenasi
• Hemodinamik: sedikit menurunkan denyut
jantung  menurunkan cardiac output.
• Atelektasis: risiko atelektasi pada asupan
100% Oksigen ternyata lebih tinggi daripada
asupan 60% Oksigen  tidak ada Nitrogen
yang bisa mengembangkan paru.
• Semua efek samping tidak cukup signifikan
untuk tidak melakukan preoksigenasi.
Kesimpulan
• Preoksigenasi wajib dilakukan pada semua
tindakan medis yang melibatkan jalan nafas
• Tidak ada kontraindikasi melakukan
preoksigenasi.
Terima kasih

You might also like