Professional Documents
Culture Documents
Palpasi Tidak ada ketertinggalan gerak dan vokal fremitus tidak ada peningkatan maupun penurunan
Perkusi Timpani pada semua kuadran abdomen, area traube pekak dengan pembesaran
lien ± schuffner 4, liver span (batas hepar lobus kanan ± 8cm dan batas hepar
lobus kiri ± 4 cm)
Ekstremitas
Inspeksi Edema (-)
Palpasi Pitting edema (-), akral hangat, CTR <2 detik.
19/2 21/2 9/3 21/5 5/6
Darah Rutin
Hemoglobin (g/dL) 9,4* 8,2* 9,0* 7,9* 7,7*
Eritrosit (106/uL) 2,99* 2,9* 2,73* 2,64*
Hematokrit (%) 24,8* 24,9* 23,6* 23,2*
MCV (fL) 82,9 85,9 86,4 87,9
MCH (pg) 31,4 28,3 28,9 29,2
• Diagnosis Kerja :
Chronic Myeloid Leukemia fase kronik
Anemia Normositik Normokromik
Cervisitis et causa IUD
Planning
• Infus NaCl 500ml 30 tpm
• Program transfusi PRC 4 kolf
• Premedikasi tiap 2 kolf
• I.V. Furosemide 1 A
• I.V. Dexametasone 1 A
• Po. Hydroxyurea 1 x 2 Caps
• Po. Folavit 1 x 1 tab
• Po. Paracetamol tab k/p
• Po. Domperidone tab k/p
• Usul Pemeriksaan Profil lemak (Colestrol total, TG, LDL, HDL), dan Kadar Asam
Urat.
Tinjauan Pustaka
● Sumsum tulang ●
Sumber: Diggs et al (1985), The Morphology of Human Blood Cells, Abbot
HEMATOPOESIS
Pluripotential
stem cell
T E L
L
MIELOID LIMFOID
Sumber: Diggs et al (1985), The Morphology of Human Blood Cells, Abbot
HEMATOPOESIS
Pluripotential
stem cell
AML AML
AML M1,2,3/CML AML M4,5 M7 M6 ALL/CLL MM
MIELOID LIMFOID
POKOK BAHASAN
1. Tak diketahui
2. Obat neoplasia: alkylating agent, obat sitotoksik
3. Infeksi
4. Radiasi
5. Genetik
6. Bahan Kimia
TRIAS LEKEMIA
ANEMIA
LEKOSITOSIS AKUT
TROMBOSITOPENIA
ANEMIA
LEKOSITOSIS KRONIS
TROMBOSITOSIS / N
33
LEKEMI MIELOSITIK KRONIK (LMK) / LEKEMI GRANULOSITIK
KRONIK (LGK) / CHRONIC MYELOCYTIC LEUKEMIA (CML)
• Gambaran darah tepi dan sumsum tulang yang klasik dengan dominasi mielosit dan neutrofil.
• Darah tepi didapatkan anemia normositik normokrom,
• Jumlah leukosit 20.000 - > 500.000/uL,
• Aktivitas NAP menurun, tampak terutama mielosit dan neutrofil. Kadang-kadang didapatkan
neutrofil yang warnanya terdiri dari campuran antara granula basofil dan eosinofil, dapat disertai
monositosis atau relatif monositopenia.
• Jumlah trombosit dapat > 1.000.000/uL dengan morfologi abnormal. Trombosit dengan ukuran
besar tanpa ada granula dan dijumpai megakariosit pada 25% kasus CML
Klasifikasi Fase (2)
Fase akselerasi bila dijumpai salah satu dan kriteria di bawah ini (Fadjari, 2006)
2. Fase kronis :
• Hidroksi urea (Hydrea®, oap @ 500 mg), dosis disesuaikan dengan jumlah Lekosit :
20.000-150.000/mm3 : 50 mg/kg BB/hari/hari/p.o dalam dua dosis sampai lekosit 20.000/ mm3
Leukosit > 150.000/ mm3 : perlu lekoferesis dulu, kemudian 20 mg/kgBB/hari (15-25 mg/BB) sampai
lekosit 5.000- 15.000/mm3
• Selanjutnya dosis pemeliharaan sehingga lekosit tidak kurang dari 5000/ mm3 dan trombosit tidak kurang
dari 75.000/ mm3.
Agen kemoterapi oral (hydroxyurea, busulfan)
• Digunakan pada permulaan untuk menurunkan white cell
• Dosis 1-6 g/hr per oral
• Dosis diturunkan hingga 1-2 g/hr saat hitung leukosit mencapai 20.000/mm3
• ESO: supresi hematopoiesis
Interferon α
• Dosis: 3 juta unit/m2 subkutan 3 hari per minggu, dan setelah 1 minggu 5 juta u/m2 per
hari. Setelah respon maksimal (6-8 bulan) 3-5 juta u/m2 satu atau dua kali per minggu.
• Dosis dikurangi atau dihentikan secara temporer bila leukosit kurang dari 5.000/mm3 atau
trombosit kurang dari 50.000/mm3
• Jika setelah 6 bulan tidak ada respon atau respon sedikit, maka gunakan Imatinib atau
alloSCT
Anti Tirosin Kinase
First-line therapy
• Imatinib mesylate (Glivec, Gleevec)
• Imatinib menghambat aktivitas tirosin kinase mutan dengan memblok pengikatan ATP. Sangat berguna bagi orang tua atau
bagi pasien yang intoleran atau resisten IFN α. Dosis 400 mg/hr per oral (dosis max 600-800 mg/hr dalam 2 resep terbagi).
Imatinib memiliki toksisitas yang lebih rendah, lebih mudah diberikan, dan dapat menginduksi hematologi, sitogenetik, dan
molekuler lebih tinggi
Second-line therapy
• Dasatinib (Sprycel®)
• Dasatinib adalah inhibitor BCR-ABL/Src kinase ganda yang poten dan merupakan TKI pertama yang diterima di Amerika
Serikat dan Eropa sebagai terapi pasien resisten imatinib dan intoleran imatinib dari semua fase CML dan Ph+ acute
lymphoblastic leukemia (Ph+ ALL). Walaupun targetnya adalah BCR-ABL, dasatinib secara struktural tidak mirip dengan
imatinib dan berikatan dengan bermacam konformasi dari domain Abl kinase.
• Nilotinib (Tasigna®)
• Nilotinib adalah adalah turunan imatinib yang tersedia secara oral dengan perbaikan spesifisitas yang lebih maju terhadap
BCR-ABL protoonkogen virus. Dalam suatu penelitian preklinis, nilotinib ditemukan memiliki aktivitas terhadap 32 dari 33
mutasi BCR-ABL yang resisten terhadap imatinib, tapi tidak bereaksi terhadap mutasi T3151. Pada analisis farmakokinetik,
nilotinib memiliki T (max) 3 jam. Total waktu paruh dari beberapa dosis harian adalah 17 jam.
Cangkok sumsum tulang alogenik.
• Merupakan terapi definitif untuk CML. Cangkok sumsum tulang (CST) dapat
memperpanjang masa remisi sampai >9 tahun, terutama pada CST alogenik.
Tidak dilakukan pada CML dengan kromosom Ph negatif atau Bcr-Abl negatif
(Lowenberg et.al., 1999)
Indikasi cangkok sumsum tulang :
• Usia tidak lebih dari 60 tahun,
• Ada donor yang cocok,
• Termasuk golongan risiko rendah menurut perhitungan Sokal.
Prognosis
• Dahulu median kelangsungan hidup pasien berkisar antara 3-5 tahun setelah diagnosis ditegakkan. Saat ini
dengan ditemukannya beberapa obat baru, maka median kelangsungan hidup pasien dapat diperpanjang
secara signifikan. Kombinasi hidrea dan interferon memberi hasil median kelangsungan hidup mencapai 6-9
tahun. Imatinib mesilat memberi hasil yang lebih menjanjikan, tetapi median kelangsungan hidup belum dapat
ditentukan (Wirawan, 2007).
Faktor-faktor di bawah ini memperburuk prognosis pasien CML, antara lain :
• Pasien: usia lanjut, keadaan umum buruk, disertai gejala sistemik seperti penurunan berat badan, demam,
keringat malam.
• Laboratorium: anemia berat, trombositopenia, trombositosis, basofilia eosinofilia, kromosom Ph negatif, Bcr-
Abl negatif
• Terapi: memerlukan waktu lama (> 3 bulan) untuk mencapai remisi, memerlukan terapi dengan dosis tinggi,
waktu remisi yang singkat.
Pembahasan
Seorang perempuan dengan keluhan perut membesar sejak 2 bulan yang lalu
mengeluh perut sebelah kiri membesar, di sertai panas badan menggigil,
berkurangnya nafsu makan, berat badan mengalami penurunan disertai mual,
muntah(-), sesak(-). BAK (+) normal, BAB (+) normal. Kemudian penderita di
rawat di RSU Puri Asih dengan diagnosis CML.