Professional Documents
Culture Documents
pasir, atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI
No: 1737-1989-F). Agregat adalah material granular, misalnya pasir,
kerikil, batu pecah yang dipakai bersama-sama dengan suatu media
pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan.
Menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat merupakan
butir‐butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang
berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral ppadat
beruppa ukuran besar mauppun kecil atau fragmen‐fragmen.
Agregat merupakan komponen utama dari struktur
perkerasan perkerasan jalan, yaitu 90% – 95% agregat berdasarkan
persentase berat, atau 75 –85% agregat berdasarkan persentase
volume. Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan juga
dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain
Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu
kemampuan perkerasan jalan memikul beban lalu lintas dan daya
tahan terhadap cuaca. Yang menentukan kualitas agregat sebagai
material perkerasan jalan adalah:
gradasi
kebersihan
kekerasan
ketahanan agregat
bentuk butir
tekstur permukaan
porositas
kemampuan untuk menyerap air
berat jenis, dan
daya kelekatan terhadap aspal.
Agregat Ringan adalah agregat yang dalam keadaan kering dan
gembur mempunyai berat 1100 kg/m3 atau kurang.
Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami
bantuan atau pasir yang dihasilkan oleh inustri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm.
Agregat Kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari
bantuan atau berupabatu pecah yang diperoleh dari industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir ntara 5-40 mm.
Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran butiran
lebih lebih besar besar dari dari saringan saringan No.88 (2,36 mm)
Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang
minimum 75% lolos saringan no. 30 (0,06 mm)
Agregat Alam. Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana
bentuknya di alam atau dengan sedikit proses pengolahan.
Agregat ini terbentuk melalui proses erosi dan degradasi. Bentuk
partikel dari agregat alam ditentukan proses pembentukannya.
Agregat melalui proses pengolahan. Digunung‐gunung atau
dibukit‐bukit, dan sungai‐sungai sering ditemui agregat yang
masih berbentuk batu gunung, dan ukuran yang besar‐besar
sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum
dapat digunakan sebagai agregat konstruksi jalan.
Agregat Buatan. Agregat yang yang merupakan merupakan
mineral filler/pengisi (partikel dengan ukuran < 0,075 mm),
diperoleh dari hasil sampingan pabrik‐pabrik semen atau mesin
pemecah batu.
A. Agregat halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasil oleh alat-
alat pemecah batu. Adapun syarat-syarat dari agregat halus yang digunakan menurut
PBI 1971, antara lain :
1) Pasir terdiri dari butir- butir tajam dan keras. Bersifat kekal artinya
tidak mudah lapuk oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan
2) Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. Lumpur adalah bagian-
bagian yang bisa melewati ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 5%,
maka harus dicuci. Khususnya pasir untuk bahan pembuat beton.
3) Tidak mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak yang
dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder. Agregat yang tidak
memenuhi syarat percobaan ini bisa dipakai apabila kekuatan tekan adukan agregat
tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan beton
dengan agregat yangs sama tapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci
dengan air hingga bersih pada umur yang sama.
B. Agregat kasar
Agregat kasar dapat berupa kerikil hasil desintergrasi alami
dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu dengan besar butir lebih dari 5 mm. Kerikil, dalam
penggunaannya harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut:
1) Butir-butir keras yang tidak berpori serta bersifat kekal
yang artinya tidak pecah karena pengaruh cuaca seperti sinar
matahari dan hujan.
2) Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%, apabila
melebihi maka harus dicuci lebih dahulu sebelum menggunakannya.
3) Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak batuan
seperti zat –zat yang reaktif terhadap alkali.
4) Agregat kasar yang berbutir pipih hanya dapat digunakan
apabila jumlahnya tidak melebihi 20% dari berat keseluruhan.
Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat menghasilkan
mutu beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan semen
dan air, dalam proporsi campuran yang dipakai.
Peraturan terkait dengan pengujian agregat antara lain :
SNI-1970-2008 (Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus)
SNI 03-2816-1992 (Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk Campuran Mortar atau
Beton)
SNI-3407-2008 (Cara Uji Sifat Kekekalan Agregat Dengan Cara Perendaman Menggunakan
Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat)
SNI 03-1756-1990 (Pasir untuk Aduk dan Beton, Cara Penentuan Kekerasan)
ASTM C136 (Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates)
ASTM C40 / C40M (Standard Test Method for Organic Impurities in Fine Aggregates for Concrete)
ASTM C70 (Standard Test Method for Surface Moisture in Fine Aggregate)
ASTM C88 (Standard Test Method for Soundness of Aggregates by Use of Sodium Sulfate or
Magnesium Sulfate)
ASTM C123 / C123M (Standard Test Method for Lightweight Particles in Aggregate)
ASTM C-117 (Standard Test Method for Materials Finer than 75-μm (No. 200) Sieve in Mineral
Aggregates by Washing)
ASTM C142 / C142M (Standard Test Method for Clay Lumps and Friable Particles in Aggregates)
ASTM C128 (Standard Test Method for Density, Relative Density (Specific Gravity), and
Absorption of Fine Aggregate)
ASTM C566 (Standard Test Method for Total Evaporable Moisture Content of Aggregate by
Drying)
Peraturan terkait dengan parameter-parameter yang harus dipenuhi
terdapat pada :
PBI 1971 NI 2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia)
SNI-03-2847-2002 (Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung)
SNI-03-2461-1991/2002 (Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Beton
Ringan Struktural)
SNI 03-1749-1990 ( Agregat untuk Aduk dan Beton, Cara
Penentuan Besar Butir)
SNI 03-1750-1990 ( Agregat beton, Mutu dan Cara Uji)
SII.0052-80 (Mutu dan Cara Uji Agregat Beton)
ASTM C-33 (Specification For Concrete Aggregates)
ACI 318 (Building Code Requirements for Structural Concrete)
Peralatan Uji Agregat adalah:
Alat pembagi contoh agregat (spliter).
Alat saringan lengkap, dengan ukuran sesuai gradasi agregat yang
dipilih
Alat untuk menguji berat Jenis semu dan berat Jenis bulk
Alat pemeriksaan keausan dengan mesin abrasi
Alat pengujian setara pasir (sand equivalent) lengkap
Alat untuk pemeriksaan gumpalan lempung dan butiran yang mudah
pecah
Alat untuk pemeriksaan daya lekat agregat terhadap aspal (affinity)
Alat untuk pengujian angularitas agregat halus dan kasar
Alat untuk pemeriksaan kepipihan dan kelonjongan agregat
Alat untuk pengujian partikel ringan dalam agregat
JENIS METODE
PENGUJIAN PENGUJIAN
Pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los SNI 03-2417-1991
Angeles.
Pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos SNI 03-4142-1996
saringan No. 200 (0,075 mm).
Pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan SNI 03-1968-1990
kasar.
Pengujian agregat halus atau pasir yang mengandung SNI 03-4428-1997
bahan plastis dengan cara setara pasir.
Pengujian Berat Jenis agregat kasar. SNI 03-1969-1990
Pengujian Berat Jenis agregat halus. SNI 03-1970-1990
Pengujian kelekatan agregat terhadap aspal. SNI 03-2439-1991
Angularitas agregat kasar SNI 03-6877-2002
Partikel Pipih dan Lonjong RSNI T-01-2005
Angularitas agregat halus SNI 03-6877-2002
Penyiapan benda uji contoh agregat SNI 13-6717-2002
Pengambilan contoh agregat SNI 03-6889-2002
Peralatan pengujian campuran mencakup:
Alat pembuat briket, yaitu alat pemadat campuran
Satu unit alat pengujian Marshall
Alat pengeluar briket hasil pemadatan (extruder)
Bak pemanas air (waterbath)
Oven dengan pengatur temperatur
Alat uji berat jenis campuran maksimum (Gmm) lengkap
Satu set alat PRD
PENGUJIAN AGREGAT
Pengujian Marshall dimulai dengan persiapan benda uji. Untuk keperluan ini perlu diperhatikan hal sebagai
berikut :
Bahan yang digunakan telah memenuhi spesifikasi
Kombinasi agregat memenuhi gradasi yang disyaratkan
Untuk keperluan analisa volumetrik (density-voids), berat jenis bulk dari semua agregat yang digunakan pada
kombinasi agregat, dan berat jenis aspal keras harus dihitung terlebih dahulu.
Jumlah benda uji, minimum tiga buah untuk masing-masing kombinasi.
Oven dalam kaleng (loyang) agregat yang sudah terukur gradasi dan sifat mutu lainnya, sampai temperatur
yang diinginkan
Panaskan aspal terpisah sesuai panas yang diinginkan pula.
Cetakan dimasukkan dalam oven dengan temperatur 930C.
Campur agregat dan aspal sampai merata.
Keluarkan dari oven cetakan dan siapkan untuk pengisian campuran, setelah campuran dimasukkan kedalam
cetakan tusuk-tusuk dengan spatula 10 x bagian tengah dan 15 x bagian tepi.
Tumbuk 2x75 kali
Keluarkan benda uji dari mold dengan Extruder pada kondisi dingin.
Diamkan contoh satu malam, kemudian periksa berat isinya.
Langkah pengujian
Rendam dalam water bath pada
temperatur 600C selama 30 menit dan
keringkan permukaan benda uji serta
letakkan pada tempat yang tersedia pada
alat uji Marshall
Setel dial pembacaan stabilitas dan
kelehan yang telah terpasang pada alat
Marshall
Lakukan pengujian Marshall dengan
menjalankan mesin penekan dengan
kecepatan deformasi konstan 51 mm (2
in.) per menit sampai terjadi keruntuhan
pada benda uji.
Baca dan catat besar angka pada dial
untuk memperoleh nilai stabilitas
(stability) dan kelelehan (flow)
Dengan faktor koreksi dan kalibrasi
proving ring pada alat Marshall dapat
diperoleh nilai stabilitas dan kelelehan
(flow).
Pengujian berat jenis maksimum campuran beraspal dimulai dengan
persiapan benda uji yang diambil dengan prosedur baku. Ukuran
agregat dan berat contoh minimum yang perlu disediakan adalah
seperti diperlihatkan pada Tabel
Gambar 1d.
Cetakan
Gambar 1b.
Telapak Pemadat Gambar 1c.
diameter 100 mm Telapak Pemadat
diameter 150 mm
A x γw
Kepadatan Mutlak (gram/cm 3 )
(C B)
dimana:
A = masa benda uji di udara (gram)
B = masa benda uji dalam air (gram)
C = masa benda uji kering permukaan jenuh (gram)
= berat isi air (=1 gram/cm3)
Agregat Halus
Standar Pengujian Agregat(Agregat Halus)
Kandungan Lumpur
Cara praktis pemeriksaan kandungan lumpur agregat halus (pasir) di lapangan ada beberapa cara :
Tiga pemeriksaan sederhana pertama merupakan pemeriksaan tidak terukur, yang hanya
dilakukan untuk pemeriksaan cepat ketika menerima material atau melakukan inspeksi cepat.
Cara peremasan atau penggosokan dilakukan dengan mengambil pasir kering udara atau sedikit
lembab lalu diremas-remas dengan satu tangan atau digosok di antara dua telapak tangan, lalu
dilihat partikel yang menempel di telapak tangan, menunjukkan perkiraan kadar lumpur yang
terkandung dalam pasir.
Cara penggenggaman adalah mengambil pasir dengan
kelembaban agak tinggi atau dalam kondisi agak basah
(tapi jangan terlalu basah), lalu digenggam kuat-kuat dan
dilepas : jika tetap menggumpal maka kadar lumpur cukup
tinggi kandungan lumpur juga dapat terlihat di telapak
tangan
Cara penenggelaman pasir dilakukan dengan
menggenggam pasir lalu memasukkan tangan ke dalam
air jernih, lalu dibuka dan digerak-gerakkan perlahan, dan
akan terlihat partikel lumpur yang terpisah dari pasir -- jika
terdapat partikel yang mengambang/mengapung, maka
perlu dicurigai kandungan organik yang cukup tinggi pada
pasir
Cara pengocokan dilakukan dengan :
isikan air jernih sampai total pasir + air dua kali pasir (misal : 900
cc)
Kadar lumpur dihitung dari tinggi lapisan lumpur yang terlihat di gelas ukur dan dibagi dengan tinggi total pasir + lumpur
Kandungan Lumpur
Yang dimaksud dengan kandungan lumpur adalah persentase ukuran butiran yang
lolos saringan :
Adalah persentase kumulatif dari butiran yang tidak lebih kecil dari 150 μm
(total % butiran tertahan (retained) saringan no 100 atau yang lebih kasar) :
Material yang akan diuji adalah agregat lolos saringan No. 8 (2,38 mm)
Agregat harus dalam kondisi kering udara
Langkah pengujian
Contoh direndam dalam pan selama semalam
Tiriskan air yang berlebih (Filler jangan terbuang), kemudian diangin-angin
sampai kondisi kering permukaan jenuh, cek kondisi tersebut dengan kerucut
SSD
Bila sudah pada kondisi SSD, timbang contoh tersebut seberat 500 gram untuk
setiap pengujian
Masukkan contoh kedalam picknometer yang telah ditera sebelumnya dan
tambahkan air hingga contoh terendam
Keluarkan udara yang terperangkap dengan alat Vacuum Pump, llihat skala
manometer harus menunjukkan angka 730 mm Hg
Biarkan selama 15 menit sambil sesekali diguncang-guncang
Matikan vacuum pump kemudian tambahkan air sampai batas tera pada leher
tutup picknometer dan timbang
Tuangkan contoh dan air dari picknometer kedalam pan yang terbuat dari
logam, oven pada temperatur 110 ° ± 5 ° C sampai berat konstan
Dinginkan hingga mencapai temperatur ruang kemudian ditimbang
Persiapkan agregat yang lolos saringan No. 4 (4,76 mm)
Agregat harus dalam keadaan kering
Langkah pengujian
Tuangkan larutan calsium Chloride kedalam silinder plastik sampai
skala 5 (101,6 ± 2,5 ml)
Masukkan contoh uji kedalam silinder plastik yang sudah diisi larutan
calsium chloride
Diamkan selama 10 menit
Silinder plastic yang berisi contoh dan larutan setelah 10 menit,
dikocok secara mendatar sebanyak 90 kali selama 30 detik
Setelah dikocok tambahkan larutan calsium chloride sampai skala 15
(381 ml)
Diamkan selama 20 menit ± 15 detik
Setelah 20 menit, terjadi pengendapan, baca skala lumpur
Masukkan beban dan baca skala beban
Hitung nilai Sand Equivalent (SE)
a. Tabung berskala b. Penuangan c. Pembilasan d. Pembacaan
dan pembilas contoh pasir
Persiapkan benda uji agregat lolos saringan 2,36 mm (No.8).
Contoh tersebut harus dalam keadaan kering
Langkah pengujian
Siapkan agregat yang telah dicuci dan kering lolos saringan 2,36 mm
(No.8), kurang-lebih 500 gram.
Siapkan benda uji agregat halus, cuci dan keringkan, kemudian
dituangkan melalui corong standar dengan tinggi dan jarak tertentu,
kedalam silinder dengan volume tertentu (V).
Timbang benda uji agregat halus yang mengisi volume silinder (W).
Tentukan Berat Jenis curah agregat halus (Gsb) yang akan digunakan
untuk menghitung volume agregat halus (W/Gsb).
Corong Standar
Kerangka
Silinder dng.Volume
yang telah diukur
Langkah pengujian
Contoh direndam dalam pan selama semalam
Timbang contoh dalam air (pada waktu penimbangan
contoh harus selalu terendam)
Keluarkan contoh dari keranjang timbang kemudian
dilap hingga mencapai kondisi kering permukaan jenuh
(SSD), kemudian dioven pada suhu 110 ± 5 ° C sampai
beratnya konstan
Dinginkan hingga mencapai suhu ruang, kemudian
timbang
Cuci agregat hingga bersih kemudian oven pada suhu 110 ° ± 5 ° C
selama semalam/sampai berat konstan
Dinginkan hingga mencapai suhu ruang, kemudian timbang
sebanyak yang diperlukan/ sesuai grading yang digunakan
Langkah pengujian
Masukkan benda uji kedalam tabung uji/silinder abrasi
Tambahkan bola-bola baja sesuai grading yang digunakan
Pasang tutup silinder dan kencangkan, jangan sampai ada
benda uji yang keluar pada saat pengujian berlangsung
Setel/atur counter sesuai jumlah putaran yang diinginkan
Setelah selesai, keluarkan benda uji dari dalam tabung/silinder
uji, kemudian saring dengan saringan No. 12
Cuci benda uji yang tertahan saringan No. 12 kemudian oven
pada suhu 110 ± 5 ° C sampai berat konstan
Dinginkan hingga mencapai suhu ruang kemudian timbang
Siapkan benda uji agregat tertahan saringan No.4 (4.76 mm)
Contoh tersebut harus dalam keadaan kering oven
Langkah pengujian
Siapkan agregat yang telah dicuci dan kering tertahan
saringan 4,75 mm (No.4) kurang-lebih 500 gram.
Pisahkan agregat diatas saringan 4,75 mm dan singkirkan
agregat lolos saringan 4,75 mm, kemudian ditimbang .
Seleksi dan timbang agregat pecah yang terdapat pada
benda uji.
Daya tahan agregat merupakan ketahanan agregat terhadap adanya
penurunan mutu akibat proses mekanis dan kimiawi. Agregat dapat
mengalami degradasi, yaitu perubahan gradasi, akibat pecahnya butir-
butir agregat.
Kehancuran agregat dapat disebabkan oleh proses mekanik, seperti
gaya-gaya yang terjadi selama proses pelaksanaan perkerasan jalan
(penimbunan, penghamparan, pemadatan), pelayanan terhadap beban
lalu lintas, dan proses kimiawi seperti pengaruh kelelmbaban,
kepanasan, dan perubahan suhu sepanjang hari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat degradasi yang terjadi
sangat ditentukan oleh jenis agregat, gradasi campuran, ukuran partikel,
bentuk agregat, dan besarnya energi yang dialami oleh agregat tersebut.
Daya tahan agregat terhadap pengaruh mekanis diperiksa dengan
melakukan pengujian abrasi menggunakan alat abrasi Los Angeles,
sesuai dengan SNI-03-2417-1991 atau AASHTO T 96-87. Gaya mekanis
pada pemeriksaan dengan alat abrasi Los Angeles diperoleh dari bola-
bola baja yang simasukkan bersama dengan agregat yang hendak diuji.
Ada 3 kelompok tahapan sistem
jaminan mutu aspal:
1. Sistem jaminan mutu pada tahap
prakonstruksi
2. Sistem jaminan mutu pada tahap produksi
dan konstruksi
3. Sistem jaminan mutu pada tahap pasca
konstruksi
A. Sistem jaminan mutu selama tahap
prakonstruksi :
1. Verifikasi mutu agregat kasar, agregat halus, bahan
pengisi (filler), bahan tambahan jika dipergunakan, dan
aspal.
2. Verifikasi rumus perbandingan campuran (JMF)
dilakukan untuk membandingkan mutu campuran yang
diperoleh sebagai hasil produksi di lapangan dengan
yang selama ini diperoleh di laboratorium.
3. Dari verifikasi rumus perbandingan campuran
(JMF) diperoleh pula kepadatan standar kerja (JSD= Job
Standard Density).
B. Sistem jaminan mutu tahap produksi
dan konstruksi meliputi:
1. Verifikasi mutu material
2. Verifikasi kadar aspal dan gradasi agregat
3. Verifikasi sifat campuran beton aspal padat
di laboratorium
4. Verifikasi suhu campuran selama konstruksi
Dari tabel di bawah ini dapat dilihat frekwensi
pengujian atau pengambilan contoh sebagai langkah
sistem jaminan mutu selama tahap produksi dan
konstruksi, sesuai Spesifikasi Depkimpraswil, 2002.