You are on page 1of 90

EMBRIOLOGI I

Oleh
Dr. Niputu Sudiadnyani
FK UNIV Malahayati
GAMETOGENESIS
• Gametogenesis adalah konversi sel-sel benih menjadi gamet pria dan gamet
wanita
• sel benih pria maupun wanita mengalami sejumlah perubahan yang
melibatkan kromosom maupun sitoplasma, dengan tujuan:
– Mengurangi jumlah kromosom dari jumlah diploid 46 (pada sel somatik)
menjadi jumlah haploid 23 (pada gamet).
– Mengubah bentuk sel-sel benih sebagai persiapan untuk pembuahan.

Gametogenesis 2
GAMETOGENESIS – Lanjutan 2

• Sel somatik manusia ada 23 pasang (jumlah kromosom


yang diploid): 22 pasang kromosom yang tepat sama
(autosom) + 1 pasang kromosom seks.
• Jika pasangan kromosom seks tersebut:
XX  wanita
XY  laki-laki

Gametogenesis 3
Kromosom Selama Pembelahan Mitosis

• Sebelum sebuah sel memasuki mitosis, masing-masing


kromosom melipatgandakan (replikasi) DNA-nya, menjadi
rangkap dua.
• Selama fase replikasi DNA ini, kromosom menjadi sangat
panjang, menyebar secara difus ke seluruh inti sel, dan
tidak dapat dikenali dengan mikroskop cahaya.

Gametogenesis 7
Tahap-tahap pembelahan mitosis
• Profase

 Kromosom mulai bergelung, memendek, dan menebal.


 Setiap kromosom terdiri dari dua subunit sejajar (kromatid) yang saling
menyatu pada sebuah daerah menyempit milik bersama yang disebut
sentromer.
 Sepanjang masa profase, kromosom terus menebal, menjadi lebih pendek dan
lebih tebal.
• Prometafase
 kromatid menjadi mudah dibedakan.

Gametogenesis 8
Tahap-tahap pembelahan mitosis – Lanjutan 2

• Metafase
 Kromosom berderet pada bidang khatulistiwa dan bentuk rangkapnya jelas
terlihat.
 Masing-masing dihubungkan oleh mikrotubulus (gelendong mitosis) yang
keluar dari sentromer ke sentriol.
• Anafase
 Sentromer pada setiap kromosom membelah, yang diikuti dengan migrasi
kromatid ke kutub-kutub gelendong.

Gametogenesis 9
Tahap-tahap pembelahan mitosis – Lanjutan 3

• Telofase
 kromosom mengendorkan gelungannya dan menjadi panjang,
selubung inti terbentuk kembali, dan terjadi pembagian sitoplasma.
Setiap sel anak menerima separuh dari semua materi kromosom yang telah
berlipat dua tersebut  mempertahankan jumlah kromosom yang sama
seperti sel induknya.

Gametogenesis 10
Gambar 1.1. Gambaran skematik dari pelbagai tingkatan pembelahan mitosis. Dalam
profase kromosom tampak sebagai benang yang tipis. Kromatid rangkap menjadi tampak
jelas sebagai satuan tersendiri pada tahap prometafase. Selama pembelahan anggota-
anggota dari pasangan kromosom tidak pernah bergabung. Biru, kromosom dari ayah;
merah, kromosom dari pihak ibu.
Kromosom Selama Pembelahan Meiosis Pertama

• Sel-sel benih primitif wanita maupun pria (oosit primer dan


spermatosit primer) melipatgandakan DNA-nya sesaat sebelum
pembelahan meiosis pertama dimulai sehingga sel benih
mengandung dua kali lipat dari jumlah DNA yang normal, dan tiap-
tiap dari 46 kromosomnya merupakan suatu bentuk rangkap dua.

Gametogenesis 12
Kromosom Selama Pembelahan Meiosis Pertama – Lanjutan 2

• Sifat khas pertama pembelahan meiosis pertama:


 Berpasangannya (sinapsis) kromosom-kromosom homolog, disebut
sebagai bivalen;
 Masing-masing kromosom mempunyai susunan rangkap dan
mengandung dua kromatid; setiap pasangan homolog terdiri atas 4
kromatid.

Pada pembelahan mitosis, kromosom-kromosom homolog tidak pernah


berpasangan.

Gametogenesis 13
Kromosom Selama Pembelahan Meiosis Pertama – Lanjutan 3

• Sifat khas kedua pembelahan meiosis pertama:


 pertukaran silang dan meliputi saling tukar menukar segmen-
segmen kromatid di antara kedua kromosom homolog yang
berpasangan (bivalen) tersebut.
 Terbentuknya kiasma dan sekelompok gen dipertukarkan di
antara kromosom-kromosom homolog.

Gametogenesis 14
Kromosom Selama Pembelahan Meiosis Pertama – Lanjutan 4
• Pada saat yang sama, pemisahan terus berlangsung, dan kedua anggota dari
setiap pasangan tersebut mengarah ke kumparan.
• Pada tahap-tahap selanjutnya setiap anggota tersebut bergerak menuju ke
kutub sel yang berlawanan.
• Pembelahan pertama selesai, setiap sel anak mengandung satu anggota dari
tiap-tiap pasangan kromosom (memiliki 23 kromosom bersusun ganda).
• Jumlah DNA pada setiap sel anak = jumlah DNA pada sel somatik normal.

Gametogenesis 15
Gambar 1.2. Gambaran skematik pembelahan mitosis pertama dan kedua. A. Kromosom-kromosom homolog saling mendekat
satu sama lain. B. Kromosom-kromosom homolog berpasangan, dan setiap anggota pasangan tersebut terdiri atas dua
kromatid. C. Kromosom-kromosom homolog yang berpasangan erat tersebut saling menukarkan fragmen-fragmen kromatid
(tukar silang). Perhatikan kiasma. D. Kromosom yang bersusun rangkap saling menjauhi. E. Anafase pada pembelahan
meiosis pertama. F dan G. Selama pembelahan meiosis yang kedua, kromosom-kromosom yang bersusun rangkap putus
pada sentromernya. Pada akhir pembelahan, kromosom di dalam tiap-tiap sel anak berbeda satu sama lain
Kromosom Selama Pembelahan Meiosis Ke-2
• Berbeda dengan pembelahan meiosis pertama, tidak terjadi sintesis
DNA pada tahap pembelahan selanjutnya.
• Dengan demikian, 23 kromosom bersusun ganda tersebut
membelah pada sentromer sehingga sel anak yang baru terbentuk
menerima 23 kromosom tunggal.
• Jumlah DNA pada sel yang baru adalah setengah jumlah DNA sel
somatik normal.

Gametogenesis 17
Kromosom Selama Pembelahan Meiosis Ke-2 – Lanjutan 2

• Oleh karena itu, tujuan kedua pembelahan meiosis atau


pembelahan pematangan tersebut ada dua:
1. memungkinkan keanekaragaman (variabilitas) genetik melalui proses
tukar silang yang menciptakan kromosom-kromosom baru, dan
melalui distribusi acak kromosom homolog ke sel-sel anak,
2. memberikan pada setiap sel benih jumlah kromosom haploid dan
jumlah DNA separuh dari sel somatik normal (pembelahan meiosis
kedua).

Gametogenesis 18
Pembelahan Meiosis Ke-2 – Lanjutan 3

• Sebuah oosit primer akan menghasilkan empat sel anak, yang masing-masing
mempunyai kromosom 22 + 1 X.
– Satu di antara keempat sel tersebut berkembang menjadi oosit matang; ketiga sel
lainnya, badan-badan kutub (polar bodies), hampir tidak mendapatkan sitoplasma
dan mengalami degenerasi dalam perkembangan selanjutnya.
• Spermatosit primer menghasilkan empat sel anak; dua sel anak mempunyai kromosom
22 + 1 X dan dua dengan kromosom 22 + 1 Y.
– Keempat sel anak ini berkembang menjadi gamet matang.

Gametogenesis 19
Gambar 1.3. Gambaran skematik yang memperlihatkan peristiwa-peristiwa yang terjadi
sewaktu pembelahan pematangan pertama dan kedua. A. Sel benih primitif wanita (oosit
primer) hanya menghasilkan 1 gamet matang, oosit matang. B. Sel benih primitif pria
menghasilkan 4 spermatid, yang semuanya berkembang menjadi spermatozoa.
Gametogenesis 20
Korelasi Klinik
• Pada pembelahan meiosis pertama kadangkala pemisahan tidak terjadi
(nondisjunction), dan kedua anggota pasangan tersebut sama-sama
menuju ke satu sel: satu sel menerima 24 kromosom, dan yang lain
menerima 22, bukannya menerima 23 kromosom seperti biasanya.
• Jika satu gamet yang memiliki 23 kromosom bersatu dengan gamet yang
mempunyai 24 atau 22 kromosom, hasilnya adalah seorang individu yang
mempunyai 47 kromosom (trisomi) atau 45 kromosom (monosomi).
• Nondisjunction bisa terjadi pada pembelahan meiosis sel benih pertama atau
kedua dan bisa mengenai kromosom yang manapun.

Gametogenesis 21
Korelasi Klinik – Lanjutan 2

• Angka kejadian kelainan kromosom meningkat pada wanita


usia >35 tahun; kasus-kasus monosomi dan trisomi lebih
sering terjadi dan bisa mengenai kromosom seks maupun
autosom.

• Sindrom Down (Down Syndrome) adalah sebuah contoh trisomi


yang mempunyai sebuah ekstra kromosom 21 (Gambar 1.5).
Pada 80% kasus, cacatnya disebabkan oleh nondisjunction
kromosom dari ayah.

Gametogenesis 22
Korelasi Klinik – Lanjutan 3

• Nondisjunction kromosom 21 terjadi pada mitosis (nondisjunction


mitosis) pada sebuah sel embrio selama berlangsungnya pembelahan-
pembelahan sel (mosaikisme); Cirinya: beberapa sel mempunyai jumlah
kromosom yang abnormal dan sel-sel lainnya normal.
• Kadangkala, terdapat pecahan-pecahan kromosom, dan potongan-potongan
dari satu kromosom menempel ke kromosom lainnya (Translokasi). Bila
translokasi semacam itu seimbang, orang-orang tersebut normal; bila tidak
seimbang, terjadi perubahan fenotip.

Gametogenesis 23
Korelasi Klinik – Lanjutan 4

Contoh: translokasi tak seimbang antara lengan panjang kromosom 14 dan 21


pada saat meiosis I dan II menghasilkan gamet dengan satu ekstra copy
kromosom 21  dibuahi  menghasilkan etiologi yang lain untuk
sindrom Down.
• Translokasi sangat sering terjadi antara kromosom 13, 14, 15, dan 22 karena
kromosom-kromosom ini berkelompok pada meiosis.

Gametogenesis 24
TRISOMI 21/SINDROM
DOWN
Gambar 1.4. Gambar skematik yang pembelahan meiosis normal (A). Nondisjunction pada
pembelahan meiosis pertama (B). Nondisjunction pada pembelahan meiosis kedua (C).
26
Mutiara
Gambar Budi
1.5. Azharseseorang penderita
Kariotip Gametogenesis
trisomi 21 (panah), sindrom Down. 27
Korelasi Klinik – Lanjutan 5

• Sindrom cri-du-chat (tangisan seperti suara kucing) (5p): sebagian


kromosom 5-nya hilang disebabkan oleh pemecahan kromosom,
dan potongan-potongan tidak menempel pada kromosom lain
mengakibatkan trisomi parsial atau monosomi.
• Mutasi gen juga bisa terjadi dengan bertambahnya umur ibu dan
ayah dan bisa menghasilkan fenotip aberan.

Gametogenesis 28
Korelasi Klinik – Lanjutan 6

• Akondroplasia: orang akan mempunyai tinggi


badan dan tungkai yang pendek; sebuah kelainan
dominan autosom yang diakibatkan oleh mutasi.
– Umur ayah yang tua merupakan sebuah faktor
penyokong bagi risiko terjadinya kelainan ini.
• Banyak kelainan kromosom mayor menimbulkan
aborsi spontan.
– Kelainan kromosom yang paling sering terjadi
pada abortus tersebut adalah trisomi 16, triploidi
(biasanya akibat fertilisasi sebuah telur oleh dua
sperma), dan 45, X.
29
Gambar 1.6.A. Ilustrasi untuk translokasi lengan panjang kromosom 14 dan 21 pada
sentromernya. Kehilangan lengan pendek tidak bermakna secara klinis, dan orang-orang ini
secara klinis normal, walaupun mereka beresiko lebih tinggi untuk mendapatkan keturunan
30
yang mengalami translokasi tak seimbang. B. Kariotip seorang individu yang mengalami
translokasi kromosom 21 ke kromosom 14, yang menghasilkan sindrom Down.
• panjang : 7-8cm
• lebar : 5-7 cm
• tebal : 2-3 cm
• bagian : - body --- 2/3
- cervix --- 1/3
• dinding : - perimetrium - myometrium - endometrium
• endometrium : tebal : 4-5 mm
- lapisan compakta
- lapisan spongiosa lapisan
fungsional
- lapisan basalis
infundibulum
ampulla
isthmus
pars uterina
hypothalamus
kelenjar hypophisis
ovarium
uterus
tuba uterina
vagina
kelenjar mammae
hypothalamus
kelenjar hypophisis
ovarium
uterus
tuba uterina
vagina
kelenjar mammae
phase menstruasi 4 – 5 hari
phase proliferatif (phase estrogenic ) 9 hari
phase sekresi (phase progestational ) 13 hari
cleavage dan blastogenesis
implantasi pada hari ke-6 phase sekresi
hCG yang diproduksi syntiotrophoblast untuk
mempertahankan corpus luteum
phase sekresi berlanjut
degenerasi corpus luteum
kadar estrogen dan progesteron turun –phase
iskemik
menstruasi
gonadotropic releasing hormon ( GnRH )
FSH merangsang follikel ovarium yang
memproduksi
estrogen
LH untuk trigger ovulasi ( pelepasan oocyt
sekunder ) dan
merangsang sel follikel & corpus luteum
memproduksi
perkembangan follikel
ovulasi
pembentukan corpus luteum
FSH merangsang pertumbuhan beberapa
follikel
primordial ---- follikel primer---follikel
matang
Perubahan Morfologi Selama Pematangan
SEL BENIH PRIMORDIAL
• Sel benih pria dan wanita matang adalah turunan
langsung dari sel benih primordial.
• Pada mudigah manusia sel benih premordial mulai
nampak di dinding kantung kuning telur pada akhir
minggu ke-3 perkembangan.
• Sel-sel ini berpindah seperti amuba dari kantung
kuning telur menuju ke gonad yang sedang
berkembang (kelenjar kelamin primitif), dan tiba di
sana pada akhir minggu ke-4 atau permulaan minggu
ke-5.
Gametogenesis 43
Gambar 1.7. Gambar mudigah pada akhir minggu ke-3, memperlihatkan kedudukan sel
benih primordial di dinding kantung kuning telur, di dekat tempat perlekatan bakal tali pusat.
44
Oogenesis
Pematangan Pranatal
• Begitu tiba di kelenjar kelamin yang secara genetik wanita, sel-sel benih
primordial berdiferensiasi menjadi oogonia.
• Sel-sel ini mengalami sejumlah pembelahan mitosis dan, menjelang akhir
bulan ketiga, mereka tersusun dalam kelompok-kelompok yang dkelilingi
selapis sel epitel gepeng (sel folikel), berasal dari permukaan yang
membungkus ovarium.

Gametogenesis 45
Pematangan Pranatal – Lanjutan 2

• Sebagian besar oogonia membelah terus dengan mitosis, beberapa di antaranya


berdiferensiasi menjadi oosit primer.
– Sel ini melipatgandakan DNA-nya dan memasuki tahap profase pembelahan meiosis
pertama.
• Menjelang bulan ke-5 perkembangan, jumlah keseluruhan sel benih di dalam ovarium
mencapai puncaknya (± 7 juta).
– Pada saat ini, mulai terjadi kematian sel, dan banyak oogonia maupun oosit primer
menjadi atretik.

Gametogenesis 46
Pematangan Pranatal – Lanjutan 3

• Menjelang bulan ke-7, sebagian besar oogonia berdegenerasi, kecuali beberapa yang
letaknya dekat dengan permukaan.
– Semua oosit primer yang masih bertahan hidup sudah memasuki pembelahan
meiosis pertama, dan kini sebagian besar di antaranya dikelilingi oleh selapis sel
epitel gepeng.
• Sebuah oosit primer, bersama dengan sel epitel gepeng yang mengelilinginya, dikenal
sebagai folikel primordial.

Gametogenesis 47
Gambar 1.8. Diferensiasi sel benih primordial menjadi oogonia mulai segera setelah mereka
tiba di ovarium. Menjelang bulan ke-3 masa perkembangan, beberapa oogonia menjadi oosit
primer yang masuk ke profase pembelahan meiosis pertama. Tahap profase ini dapat
berlangsung selama 40 tahun atau lebih dan baru akan selesai bila sel tersebut memulai
tahap pematangan akhirnya. Selama tahap profase ini, ia mengandung 46 kromosom
bersusun ganda.

Gametogenesis 48
Oogenesis
Pematangan Pascanatal
• Menjelang saat kelahiran, semua oosit primer telah memulai profase
pembelahan meiosis pertama tahap diploten.
• Oosit primer tetap berada dalam tahap profase dan tidak menyelesaikan
pembelahan meiosis pertamanya sebelum mencapai masa pubertas
disebabkan oleh zat penghambat pematangan oosit (PPO) yang dikeluarkan
oleh sel folikuler.

Gametogenesis 49
Pematangan Pascanatal – Lanjutan 2

• Jumlah oosit primer pada waktu bayi lahir ±700.000-2 juta;


selama dua tahun masa kanak-kanak berikutnya, tinggal ±
40.000; sejak awal masa pubertas <500 yang akan mengalami
ovulasi sepanjang masa reproduksi seorang wanita.

Gametogenesis 50
Pematangan Pascanatal – Lanjutan 3

• Memasuki pubertas, 5-15 folikel primordial mulai mencapai kematangan


pada setiap daur ovarium.
• Oosit primer (tetap dalam tahap diploten) mulai membesar, sementara sel
folikuler yang mengelilinginya berubah bentuk dari gepeng menjadi kuboid
dan berproliferasi membentuk epitel bertingkat (sel-sel granulosa).
– Folikel ini sekarang disebut folikel

Gametogenesis 51
Gambar 1.10. A. Gambaran skematis folikel primordial, terdiri atas satu oosit primer yang
dikelilingi selapis sel epitel gepeng. B. Dengan makin berlanjutnya pematangan folikel, sel
folikuler menjadi kuboid. Pada saat ini sel folikuler mulai mengeluarkan getah yang
membentuk zona pelusida, yang nampak sebagai permukaan yang tidak rata pada
permukaan oosit. C. Dalam proses pematangan selanjutnya, sel folikuler membentuk lapisan
bertingkat sel granulose di sekitar oosit, sehingga mengubah bentuk folikel primordial menjadi
folikel primer, dan zona pelusida menjadi berbatas jelas.

Gametogenesis 52
Gambar 1.11. Gambaran skematis folikel yang sedang tumbuh menjadi matang. A. Oosit
yang dikelilingi oleh zona pelusida, terletak di tepi; antrum folikuli terbentuk karena
penggabungan ruang-ruang antar sel. Perhatikan susunan sel teka interna dan teka
eksterna. B. Folikel vesikuler atau folikel Graaf matang. Antrum sudah sangat besar, berisi
cairan folikel, dan dikelilingi lapisan sel granulose bertingkat. Oosit terbenam di dalam
sekelompok sel granulosa, yang dikenal sebagai kumulus ooforus.

Gametogenesis 53
Gambar 1.12. Pematangan oosit. A. Oosit primer yang memperlihatkan kumparan pada
pembelahan meiosis pertama. B. Oosit sekunder dan badan kutub pertama. Perhatikan
bahwa membrane inti tidak ada. C. Oosit sekunder yang memperlihatkan kumparan pada
pembelahan meiosis kedua. Badan kutub pertama juga sedang membelah.

Gametogenesis 54
A human ovum

Gametogenesis 55
Pematangan Pascanatal – Lanjutan 3

• Sel granulosa terletak di atas suatu membran basalis yang memisahkan


mereka dari sel stroma sekelilingnya, yang disebut teka folikuli.
• Sel-sel granulosa dan oosit mengeluarkan suatu lapisan glikoprotein pada
permukaan oosit yang dikenal sebagai zona pelusida.
• Karena folikel terus berkembang, sel-sel teka folikel menjadi tersusun
menjadi satu lapisan dalam sel sekretorik (teka interna) dan satu lapisan
luar jaringan ikat yang mengandung sel-sel mirip fibroblast (teka eksterna).

Gametogenesis 56
Pematangan Pascanatal – Lanjutan 4
• Juga, tonjol-tonjol kecil sel folikuler yang menyerupai jari-jari menjulur melintasi zona
pelusida, saling terjalin dengan mikrovili plasma oosit tersebut dan diperkirakan
penting untuk pengangkutan zat-zat dari sel folikuler menuju ke oosit.
• Perkembangan berlanjut terus, ruang-ruang yang terisi cairan tampak di antara sel-sel
granulosa, dan ruang-ruang ini saling bergabung, disebut antrum, dan folikel ini
disebut folikel sekunder.
• Antrum berbentuk bulan sabit pada mulanya dan makin lama makin membesar.
– Sel granulosa di sekitar oosit tetap utuh dan membentuk kumulus ooforus.

Gametogenesis 57
Pematangan Pascanatal – Lanjutan 5

• Folikel, yang diameternya bisa 10 mm atau lebih, dikenal sebagai folikel


tersier, vesikuler, atau folikel de Graaf.
• Folikel ini dikelilingi oleh teka interna dengan sel-sel yang mempunyai ciri
khas sekresi steroid dan kaya pembuluh darah; dan teka eksterna, yang
berangsur-angsur menyatu dengan stroma ovarium.
• Pada setiap daur ovarium, sejumlah folikel mulai berkembang, tetapi
biasanya hanya satu saja yang mencapai kematangan penuh, yang lain
berdegenerasi dan menjadi atretik.

Gametogenesis 58
Pematangan Pascanatal – Lanjutan 6

• Segera setelah folikel tersebut matang, oosit primer melanjutkan


pembelahan meiosis pertamanya, menghasilkan dua sel anak yang
tidak sama besarnya, masing-masing membawa 23 kromosom
bersusun ganda:
– Satu oosit sekunder, menerima seluruh sitoplasma; yang lain, badan
kutub pertama, praktis tidak memperoleh sitoplasma.
• Pembelahan meiosis pertama berlangsung sesaat sebelum ovulasi.

Gametogenesis 59
Pematangan Pascanatal – Lanjutan 7

• Setelah pembelahan pematangan pertama selesai dan sebelum inti oosit


sekunder kembali dalam stadium istirahatnya, sel memasuki pembelahan
pematangan kedua tanpa replikasi DNA.
• Pada saat oosit sekunder memperlihatkan pembentukan kumparan dengan
kromosom berjajar lurus pada sediaan metafase, terjadilah ovulasi dan oosit
dilontarkan dari ovarium.

Gametogenesis 60
Pematangan Pascanatal – Lanjutan 8

• Pembelahan pematangan kedua hanya akan diselesaikan apabila


oosit dibuahi; jika tidak, sel akan berdegenerasi kurang lebih 24
jam setelah ovulasi.
• Badan kutub pertama bisa mengalami pembelahan kedua atau
tidak, tetapi pernah ditemukan sel telur yang telah dibuahi disertai
oleh tiga buah badan kutub.

Gametogenesis 61
Spermatogenesis
• Spermatogenesis adalah semua peristiwa yang berlangsung pada saat perkembangan
spermatogonia menjadi spermatozoa.
• Pada pria, diferensiasi sel benih primordial dimulai pada masa pubertas (pada wanita,
proses ini mulai in utero pada bulan ke-3 perkembangan).
• Pada saat lahir, sel benih pada laki-laki merupakan sel yang besar, pucat, dikelilingi sel
penunjang di dalam tali benih testis.
• Sel penunjang ini berasal dari epitel permukaan kelenjar testis seperti sel folikuler dan
menjadi sel sustentakuler atau sel sertoli.
• Sesaat sebelum masa pubertas, tali benih menjadi berongga dan menjadi tubuli
seminiferi (tunggal: tubulus seminiferus)

spermatogenesis 62
Gambar 1.13. A. Potongan melintang melalui tali benih primitif pada seorang neonatus laki-
laki, yang memperlihatkan sel-sel benih primordial dan sel penunjang. B dan C. Dua segmen
tubuli seminiferi pada potongan melintang. Perhatikan berbagai tingkatan dalam
spermatogenesis.
spermatogenesis 63
Spermatogenesis – Lanjutan 3

• Sel benih primordial berkembang menjadi spermatogonia, yang terdiri dari dua jenis:
– spermatogonia jenis A, yang membelah secara mitosis untuk terus-menerus
menyediakan sel induk,
beberapa sel jenis A meninggalkan populasi sel induk dan berkembang menjadi
generasi spermatogonia berikutnya, yang lebih terdiferensiasi daripada
generasi sebelumnya;
– spermatogonia jenis B, yang selanjutnya mengalami mitosis, sehingga
terbentuklah spermatosit primer.

spermatogenesis 64
Spermatogenesis – Lanjutan 4

• Spermatosit primer kemudian memasuki masa profase yang


panjang (22 hari), diikuti dengan selesainya meiosis I dengan cepat
dan pembentukan spermatosit sekunder.
• Spermatosit sekunder membentuk spermatid pada pembelahan
meiosis kedua.
– Spermatid mengandung jumlah haploid 23 kromosom.

spermatogenesis 65
Spermatogenesis – Lanjutan 5

• Dari saat sel jenis A meninggalkan populasi sel induk sampai ke


pembentukan spermatid, sitokinesis tidak selesai sehingga generasi-
generasi sel berikutnya saling dihubungkan oleh jembatan-jembatan
sitoplasma.
• Dengan demikian, progeni dari satu spermatogonium jenis A
membentuk sebuah kelompok sel benih yang tetap saling menyatu di
sepanjang diferensiasi.

spermatogenesis 66
Spermatogenesis – Lanjutan 6

• Spematogonia dan spermatid tetap tertanam di lekukan-lekukan sel-


sel sertoli yang dalam di sepanjang masa perkembangan mereka.
• Dengan cara ini, sel-sel sertoli memberikan sokongan dan
perlindungan bagi sel-sel benih tersebut, ikut menunjang nutrisi
mereka, dan membantu dalam pelepasan spermatozoa matang.

spermatogenesis 67
Gambar 1.14. Menggambarkan ilustrasi asal klon sel-sel benih pria. Hanya spermatogonia
jenis A yang paling primitif yang mengalami sitokenesis mengisi kembali populasi sel induk.
Begitu sel jenis A meninggalkan populasi sel induk, sel-sel dalam setiap pembelahan
berikutnya dihubungkan oleh jembatan sitoplasma sampai masing-masing sperma
dipisahkan dari badan sisa. Sebenarnya, jumah sel-sel yang saling dihubungkan ini jauh
lebih besar daripada yang digambarkan di dalam gambar ini. 68
Gambar 1.15. Gambaran skematik spermatogenesis pada manusia.

spermatogenesis 69
Spermiogenesis
• Serangkaian perubahan yang menimbulkan transformasi spermatid menjadi
spermatozoa.
• Perubahan ini adalah:
– pembentukan akrosom, yang menutupi lebih dari setengah permukaan
inti;
– kondensasi inti;
– pembentukan leher, bagian tengah, dan ekor; dan
– peluruhan sebagian besar sitoplasma.

spermatogenesis 70
Spermiogenesis – Lanjutan 2

• Pada manusia, waktu yang diperlukan oleh spermatogonium untuk


berkembang menjadi spermatozoa matang adalah sekitar 64 hari.
• Pada mulanya gerakannya lambat, namun spermatozoa
mendapatkan kemampuan gerak penuhnya di dalam epididimis.

spermatogenesis 71
Gambar 1.16. Gambar-gambar skematik yang memperlihatkan tahap-tahap penting dalam
transformasi spermatid manusia menjadi spermatozoon.

72
A mature human Spermatozoon

73
Gambar 1.17. Pembesaran tinggi sebuah sel Sertoli, yang memperlihatkan hubungannya
dengan sel-sel benih. Spematosit dan spermtid dini menduduki lekukan-lekukan di aspek
basal sel Sertoli, sementara spermatid tua terletak di lekuk-lekuk dalam di dekat apeks.

74
Kaitan Klinis
• Pada manusia dan pada kebanyakan mamalia, satu folikel ovarium kadangkala
mengandung dua atau tiga oosit primer yang jelas-jelas berlainan.
– Biasanya oosit-oosit ini mengalami degenerasi sebelum menjadi matang atau bisa
juga menghasilkan kembar dua/tiga.
• Pada kasus yang jarang, satu oosit primer mengandung dua atau bahkan tiga nuklei.
– Tetapi oosit berinti dua atau tiga semacam itu, mati sebelum mencapai kematangan.

75
Kaitan Klinis – Lanjutan 2

• Spermatozoa abnormal sering terlihat; hingga 10% dari semua


spermatozoa ternyata jelas mengalami cacat.
– Kepala, juga ekor, bisa abnormal; spermatozoa bisa berbentuk raksasa
atau kerdil, dan kadangkala mereka bergabung menjadi satu.
• Sperma dengan kelainan morfologi mempunyai motilitas yang
abnormal dan mungkin tidak membuahi oosit.

76
Gambar 1.18. Gambar-gambar sel benih abnormal pada wanita dan pria. A. Folikel
primordial dengan dua oosit. B. Oosit berinti tiga. C. Berbagai jenis spermatozoa abnormal.

77
terjadi cleavage dan blastogenesis
blastocyst mulai implantasi pd hari ke 6 phase sekresi
hcG yang diproduksi syncitiotrophoblast mempengaruhi
corpus
luteum mensekresi estrogen dan progesteron
phase sekresi berlanjut dan menstruasi tidak terjadi
Merangsang oocyt sekunder menyelesaikan meiosis kedua
Mengembalikan jumlah chromosome menjadi diploid ( 46 )
dalam zygote
Terjadi variasi species karena campuran choromosom
Penentuan sex choromosome
aktifasi metabolik dari oocyt dan dimulainya cleavage
Formation of Bilaminar Embryonic
Disc and Chorionic Sac
The Second Week

• Completion of Implantation and


Continuation of Embryonic
Development
• Development of the Chorionic Sac
• Implantation Sites of the Blastocyst
• Summary of Implantation of the
Blastocyst
• Summary of the Second Week of
Development
Blastocyst stage_____inner cell mass
______trophoblast
• Two distinct types of cells
– Inner cell mass: forms the embryo
– Trophoblast: layer of cells surrounding the
cavity which helps form the placenta
• Floats for about 3 days
• Implantation on about day 6 post
conception
– Trophoblast erodes uterine wall
– Takes 1 week to complete
• If inner cell mass of a single blastocyst
divides: monozygotic (identical) twins
Week 2
• Inner cell mass divides into epiblast and
hypoblast
• 2 fluid filled sacs
– Amniotic sac from epiblast
– Yolk sac from hypoblast
• Bilaminar embryonic disc: area of contact
(gives rise to the whole body)
Thank you very much for your kind attention

Mutiara Budi Azhar Gametogenesis 90

You might also like