You are on page 1of 20

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PADA KLIEN YANG MENGALAMI


KEJANG DEMAM
DI RUANGAN CINDAI
RSUD ENCIK MARIYAM
KABUPATEN LINGGA

FRIDA NURIKA AGUSTINA


Latar belakang
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling
sering terjadi pada anak, 1 dari 25 anak akan mengalami
satu kali kejang demam.
Kejadian kejang demam terjadi pada 2% - 4% anak-anak.
Di Indonesia sendiri mencapai 2 - 4% tahun 2008
dengan 80% disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan
Berdasarkan Data kejang demam diperkirakan mencapai 4
- 5% dari jumlah penduduk di Amerika Serikat, Amerika
Selatan dan Eropa Barat
Tahun 2017 di RSUD Encik Mariyam Kabupaten Lingga sebanyak
178 kasus rawat jalan dan rawat inap 20 kasus kejadian kejang
demam, bahkan dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan terdapat
beberapa anak yang kembali dirawat dengan kasus yang sama
Rumusan Masalah

” Bagaimana memberikan asuhan


keperawatan anak pada klien yang
mengalami kejang demam di Ruang
Cindai RSUD Encik Mariyam
Kabupaten Lingga Tahun 2018?
Tujuan penelitian
Tujuan Umum Tujuan khusus
Mengeksplorasi asuhan  Mengeksplorasi pengkajian
keperawatan anak pada keperawatan
klien yang mengalami  Mengeksplorasi diagnosa
kejang demam di Ruang keperawatan
Cindai RSUD Encik Mariyam
 Mengeksplorasi
Kabupaten Lingga
perencanaan

 Mengeksplorasi tindakan
keperawatan
Mengeksplorasi evaluasi
keperawatan

 Mampu
mendokumentasikan
Kejang Demam
Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 oC)
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
Kejang demam
sederhana
Klasifikasi Kejang demam
kompleks

-Faktor genitika
-Penyakit infeksi
-Virus
-Demam
Etiologi -Gangguan metabolisme
-Trauma
-Neoplasma, toksin
-Gangguan sirkulasi
-Penyakit degeneratif
susunan saraf
Tanda dan Gejala
Demam.

Saat kejang, anak kehilangan kesadaran, kadang –


kadang nafas dapat berhenti beberapa saat.
Tubuh, termasuk tangan dan kaki jadi kaku,
kepala terkulai kebelakang, disusul gerakan
kejut yang kuat.
Warna kulit berubah pucat, bahkan dapat
membiru, dan bola mata naik ke atas.
Gigi terkatup dan kadang disertai
muntah
Nafas dapat berhenti
beberapa saat
Anak tidak dapat mengontrol buang air
besar dan kecil.
Anatomi dan Fisiologi

Sistem saraf pusat


Susunan Syaraf Medulla spinalis
Hipotalamus
Tepi
Talamus
Jaringan Syaraf
Kelenjar hipofisis
Pelindung otak
Bagian-bagian otak
Infeksi Mikroorganisme, infeksi bakteri ISPA
Ketidakefektifan
Peningkatan Sputum Bersihan Jalan Nafas

Toksik mikroorganisme menyebar secara hematogen


dan limfogen
Kenaikan Suhu Tubuh di Hipotalamus dan
jaringan lain
WOC / PATHWAY

Hipertermia

Pelepasan mediator kimia oleh Proses Penyakit, perawatan


neuron
Seperti prostaglandin, epinefrin
Peningkatan potensial membrane Kurang Takut
Pengetahuan
Peningkatan masukan ion natrium,
ion kalium kedalam sel neuro
dengan cepat
Kejang

Fase depolarisasi neuron dan otot dengan cepat

Penurunan respon rangsangan dari luar Spasme otot mulut, lidah


Bronkus
Hipertermia
Manifestasi Klinis
Suhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38oC.

Timbulnya kejang yang bersifat tonik-klonik,


tonik, klonik, fokal atau akinetik.
Saat kejang anak tidak berespon terhadap
rangsangan

Jenis Kejang
Kejang parsial (fokal
atau lokal)
Kejang umum (konvulsif dan
nonkonvulsif)
Pemeriksaan
darah perifer lengkap
Penunjang
Pemeriksaan cairan
serebrosphinal
Pemeriksaan elektroenselografi
(EEG)
Penatalaksanaan
Segera diberikan diazepam
Pengobatan penunjang saat
serangan kejang
Pengobatan rumat
Mencari dan mengobati penyebab

Komplikasi
Epilepsi
Kerusakan jaringan
otak
Retardasi mental
Aspirasi
Kosep Dasar Keperawatan
Pengkajian
•Riwayat penyakit
•Pengkajian fungsional
•Pengkajian tumbuh kembang anak
Diagnosa Keperawatan
•Hipertermia berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus.
•Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan reduksi aliran darah
ke otak.
•Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan produksi sekret
berlebih
•Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
•Resiko cidera berhubungan dengan aktivitas kejang.
•Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
•Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua atau informasi
tentang penyakit.
Intervensi Keperawatan
•Batasan karakteristik, tujuan, NOC, indikator dan NIC
Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
Pengkajian

Pengkajian
Klien masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Encik Mariyam Kabupaten
Lingga pada tanggal 20 Mei 2018 melalui Instalasi Gawat Darurat
pada pukul 21.15 WIB, kemudian pada pukul 09.05 WIB klien masuk
ruang perawatan Cindai dengan diagnosa medis kejang demam. Hasil
pemeriksaan laboratorium didapat
Suhu tubuh: 39,50C
Nadi: 118 X/menit
RR: 24 X/menit
Mukosa mulut kering
Wajah tampak memerah
Bibir kelihatan kering
Hb : 10,4 g/dl (normal : 10,8-12,8 g/dl),
GDS : 129 mg/dl (normal : 60-100 mg/dl)
Netrofil : 80,10 % (normal : 29-72 %),
Limfosit 15,40 % (normal : 60-66 %)
Leukosit : 5.100/m3
Pengkajian
Tanggal Data Masalah Etiologi
21 Mei Data objektif : Gangguan Proses
2018 a.Suhu tubuh: 39,50C Peningkatan suhu penyakit
b.Nadi: 108 X/menit tubuh : Hipertermia  
c.RR: 24 X/menit
d.Mukosa mulut kering
e.Wajah tampak memerah
f.Bibir kelihatan kering

Data subjektif :
Ibu klien mengatakan
anaknya panas disertai
kejang.
21 Mei Data subjektif : Ketidakseimbang Anoreksia
2018 a.Klien mengatakan ia an nutrisi kurang  
  tidak mau makan. dari kebutuhan  
  b.Klien sering merasa tubuh  
  mual dan mau muntah.    
  c.Ibu klien mengatakan    
  anaknya tidak mau makan.    
  Data objektif :    
  a.Klien mual dan muntah.    
Pengkajian
21 Mei Data subjektif : Resiko tinggi peningkata
2018 a.Ibu klien takut apabila terjadinya n suhu
klien terjadi kejang di kejang ber ulang
tubuh.
rumah.
b.Ibu klien mengatakan  
pada saat dirumah klien
kejang 1 kali dengan lama
kejang 4 menit
Data objektif :
a.Suhu 39, 5OC
b.Posisi klien terlentang.
c.Badan klien teraba
panas
d.Data penunjang tgl 21-
06-8 leukosit 5.100/m3.
◦ Diagnosa Keperawatan
 Gangguan Peningkatan suhu tubuh : Hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Anoreksia
 Resiko tinggi terjadinya kejang berulang berhubungan
dengan peningkatan suhu tubuh.
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah dibuat dan mengacu pada perkembangan atau respon pasien. Pada hari
pertama perawatan, implementasi yang dilakukan berupa memonitor kondisi anak,
melakukan pengaturan suhu, dan memonitor hasil pemeriksaan laboratorium,
Implementasi hari pertama ditunjukan untuk memahami permasalahan dan
menentukan kondisi awal. Pada hari pertama anak mendapatkan injeksi antipiretik
yaitu, paracetamol 200 mg/8 jam, stesolid. Pada pukul 08.00 wib, mengukur suhu
dan tanda-tanda vital pasien didapat suhu 38,7°C dan nadi 100 x/menit, RR 24
x/menit, kulit terasa hangat, melakukan pengukuran suhu setiap 2 jam, melakukan
kompres hangat, menganjurkan minum air yang banyak, memberikan selimut dan
pakaian ringan dan tipis, mefasilitasi kebutuhan pasien, dan kolaborasi pemberian
antipiretik
Pada hari kedua, selain memonitor kondisi, tanda-tanda vital, An. “D”
masih mendapatkan injeksi antipiretik yaitu injeksi paracetamol 200 mg/8
jam, stesolid. Untuk menurunkan suhu tubuh pasien dan supaya tidak
tejadinya kejang berulang, mengukur suhu dan tanda-tanda vital pasien.
didapat suhu 37,5°C dan nadi 100 x/menit, RR 24 x/menit, mengontol
kulit pasien akral teraba hangat, melakukan pengukuran suhu dalam setiap
2 jam, melakukan kompres hangat, menganjurkan minum air yang banyak,
memberikan selimut dan pakaian ringan dan tipis, mefasilitasi kebutuhan
pasien, kolaborasi pemberian antipiretik
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah dibuat dan mengacu pada perkembangan atau respon pasien. Pada hari
pertama perawatan, implementasi yang dilakukan berupa memonitor kondisi anak,
melakukan pengaturan suhu, dan memonitor hasil pemeriksaan laboratorium,
Implementasi hari pertama ditunjukan untuk memahami permasalahan dan
menentukan kondisi awal. Pada hari pertama anak mendapatkan injeksi antipiretik
yaitu, paracetamol 200 mg/8 jam, stesolid. Pada pukul 08.00 wib, mengukur suhu
dan tanda-tanda vital pasien didapat suhu 38,7°C dan nadi 100 x/menit, RR 24
x/menit, kulit terasa hangat, melakukan pengukuran suhu setiap 2 jam, melakukan
kompres hangat, menganjurkan minum air yang banyak, memberikan selimut dan
pakaian ringan dan tipis, mefasilitasi kebutuhan pasien, dan kolaborasi pemberian
antipiretik
Pada hari kedua, selain memonitor kondisi, tanda-tanda vital, An. “D”
masih mendapatkan injeksi antipiretik yaitu injeksi paracetamol 200 mg/8
jam, stesolid. Untuk menurunkan suhu tubuh pasien dan supaya tidak
tejadinya kejang berulang, mengukur suhu dan tanda-tanda vital pasien.
didapat suhu 37,5°C dan nadi 100 x/menit, RR 24 x/menit, mengontol
kulit pasien akral teraba hangat, melakukan pengukuran suhu dalam setiap
2 jam, melakukan kompres hangat, menganjurkan minum air yang banyak,
memberikan selimut dan pakaian ringan dan tipis, mefasilitasi kebutuhan
pasien, kolaborasi pemberian antipiretik
 Pada hari ketiga, implementasi yang dilakukan meliputi
memonitor tanda-tanda vital meliputi nadi 90x/menit, RR 23
x/menit, suhu 37°C, melakukan pengukuran suhu dalam
setiap 2 jam, menganjurkan minum air yang banyak,
memberikan selimut dan pakaian ringan dan tipis, mefasilitasi
kebutuhan pasien, kolaborasi pemberian antipiretik. Pada hari
ketiga ini intervensi yang dberikan sama dengan hari pertama
dan kedua hanya saja yang membedakan pada hari ketiga
yaitu tidak melakukan kompres hangat karena demam pasien
sudah turun. Dalam pemberian tindakan kepada pasien
An.“D”penulis tidak mengalami banyak hambatan karena
keluarga sangat kooperatif meski kadang pasien rewel saat
diperiksa dengan orang yang baru dikenal
 Evaluasipada hari ketiga setelah dilakukan terkait
dengan diagnosis keperawatan hipertemi. Pada
evaluasi di temukan bahwa tanda-tanda vital An. “D”
dalam batas normal yaitu nadi 90 x/menit, RR : 24 kali
permenit, suhu 37,3°C, kulit tidak hangat. Karena
suhu tubuh An. “D” sudah menurun dan dalam batas
normal sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan
untuk diagnosis keperawatan hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit teratasi. Rencana tindak
lanjut masih perlu dilakukan sampai pastikan anak
tidak mengalami hipertermi dan kejang demam

You might also like