defisiensi salah satu protein yang sangat diperlukan dalam proses pembekuan darah Hemofilia sering kali disebut dengan “The Royal Diseases” atau penyakit kerajaan → Ratu Victoria (1837-1901) adalah seorang pembawa sifat/carrier hemofilia Hemofilia A, angka kejadiannya diperkirakan 1 diantara 5 ribu- 10ribu kelahiran bayi laki-laki. Sedangkan hemofilia B, sekitar 1 diantara 25 ribu- 30 ribu kelahiran bayi laki-laki.
Apabila penyakit ini tidak di tanggulangi
dengan baik maka akan menyebabkan kelumpuhan, kerusakan pada persendian hingga cacat dan kematian dini akibat perdarahan yang berlebihan Hemofilia adalah suatu penyakit yang di turunkan, yang artinya diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan. Hemofilia merupakan gangguan koagulasi kongental paling sering dan serius. Kelainan ini terkait dengan defisiensi faktor VIII, IX atau XI yang di tentukan secara genetik Hemofilia A : defek faktor VIII (AHF)
HemofiliaB : defek faktor IX(prevalensi
hemofilia A : B = (5-8): 1)
Hemofilia C : defek faktor XI (jarang)
Hemofilia merupakan kelainan bawaan sejak lahir yang ditularkan oleh kromosom X Wanita berperan sebagai pembawa sifat hemofilia (carrier) yang diturunkan kepada anak lelakinya Hemofilia tidak mengenal ras, perbedaan warna kulitatau suku bangsa. Tetapi kebanyakan kasus hemofilia terjadi pada pria. Hemofilia diturunkan oleh ibu sebagai pembawa sifat yang mempnyai 1 kromosom X normal dan 1 kromosom X hemofilia. Jika ayah menderita hemofilia tetapi sang ibu tidak punnya gen itu, maka anak laki- laki mereka tidak akan menderita hemofilia, tetapi anak perempuan akan memiliki gen itu. Wanita akan benar-benar mengalami hemofilia jika ayahnya adalah seorang hemofilia dan ibunya adalah pembawa sifat (carrier).
Hal ini sangat
jarang terjadi. Hemofilia A; yang dikenal juga dengan nama:
-Hemofilia Klasik; karena jenis hemofilia ini
adalah yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah. - Hemofilia kekurangan Factor VIII, terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor VIII )protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah. Hemofilia A merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar A 80-85% dari jenis hemofilia
Gen F VIII berfungsi mengatur produksi dan
sintesis F VIII. Bila kromosom X laki-laki mengalami kelainan sitogenetik maka gen F VIII orang tersebut tidak akan mampu memproduksiatau melakukan sintesis F VIII sehingga dia akanmengalami manifestasi klinis hemofilia. Hemofilia B; yang dikenal juga dengan nama: Christmas Disease; karena di temukan untukpertama kalinya pada seorang bernama Steven Christmas asal Kanada
Hemofilia kekurangan Factor IX; terjadi
karena kekurangan faktor 9 (Factor IX ) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah. Insidensi hemofilia B seperlima dari hemofilia A (12-15%).
Faktor IX dikode oleh gen yang terletak
dekat gen untuk faktor VIII dekat ujung lengan panjang kromosom X.
Faktor IX diproduksi oleh hati dan
merupakan salah satu faKtor koagulasi tergantung vitamin K Defisiensi faktor XI adalah tipe hemofilia paling kurang lazim dan dijumpai pada 2-3% dari semua penderita hemofilia Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal.
Proses pembekuan darah pada seorang
penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Gejala bisa berupa perdarahan abnormal dan biasanya terletak didalam, seperti sendi otot atau jaringan lunak lain, dan kulit, ini biasanya ditemukan pada bayi yang mulai merangkak, atau bisa terjadi perdarahan hidung, saluran kemih,bahkan perdarahan otak. Hemofilia parah/berat yang hanya memiliki kadar faktor VIII atau faktor IX kurang dari 1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat mengalami beberapa kali perdarahan dalam sebulan 1. Anamnesis Keluhan penyakit ini dapat timbul saat :
Lahir : perdarahan lewat tali pusat.
Anak yang lebih besar : perdarahan sendi sebagai akibat jatuh pada saat belajar berjalan. Ada riwayat timbulnya ”biru-biru” bila terbentur (perdarahan abnormal).
2. Pemeriksaan Fisik Adanya perdarahan yang dapat berupa :
hematom di kepala atau tungkai atas/bawah
hemarthrosis sering dijumpai perdarahan interstitial yang akan menyebabkan atrofi dari otot, pergerakan terganggu dan terjadi kontraktur sendi. Sendi yang sering terkena adalah siku, lutut, pergelangan kaki, paha dan sendi bahu Pemeriksaan laboratorium yang perlu diminta adalah pemeriksaan penyaring hemostasis yang terdiri atas: hitung trombosit, uji pembendungan, masa perdarahan, PT ( prothrombin time- masa protrombin plasma), APTT (activated partial thromboplastin time – masa tromboplastin parsial teraktivasi) dan TT (thrombin time –masa trombin). Pada dasarnya, pengobatan hemofilia ialah mengganti atau menambah faktor antihemofilia yang kurang.
Namun, langkah pertama yang harus
diambil apabila mengalami perdarahan akut adalah melakukan tindakan RICE (Rest, Ice,Compression, Evaluation) pada lokasi perdarahan untuk menghentikan atau mengurangiperdarahan. Transfusi faktor VIII : preparat berupa fresh pooled plasma, fresh frozen plasma, cryoprecipitate atau AHF (antihemophlic factor) concentrate. Transfusi darah atau plasma segar jika efek preparat AHF kurang memuaskan Kortikosteroid Pencegahan perdarahan: pasien hemofilia klasik seharusnya selalu mendapat AHF sebagai profilaksis. Dosis AHF 20 unit/kg bb/tiap 48 jam akan mempertahankan kadar faktor VIII diatas 1% sehingga perdarahan spontan terhindarkan. Transfusi preparat PPSB (mengandung protrombin/F.II, proconvertin/F.VIII, Stuartfaktor/F.X dan antihemofilia B/F.IX)
Dosis : patokan dosis untuk faktor
VIII(hemofilia A) dapat digunakan untuk hemofilia B (defisiensi faktor IX).
Dosis profilasis 10 unit/kg BB (2 kali
seminggu). Hemofilia merupakan kelainan pembekuan darah yang diturunkan secara X-linked recessive. Dikenal 3 macam hemofilia yaitu hemofilia A karena defisiensi F VIII dan hemofilia B dengan defisiensi faktor IX dan hemofilia C karena defisiensi faktor XI. Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat perdarahan, gambaran klinik dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan hemostasis penyaring dijumpai APTT memanjang sedang semua tes lain memberi hasil normal.Untuk mengetahui aktivitas masing – masing faktor perlu dilakukan assay F VIII dan F IX