You are on page 1of 8

Kementerian Kesehatan RI

Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan RI

Policy Brief:
Kajian Kepuasan Stakeholders Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)
Pengantar
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai Survei yang ditujukan untuk mengevaluasi layanan JKN,
wujud implementasi dari dari UU SJSN, serta merujuk mengidentifikasi tingkat kepuasan pemangku
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS, kepentingan, menjadi bukti keseriusan Kementerian
bahwa pelaksanaan JKN oleh BPJS Kesehatan sejak 1 Kesehatan dalam memperbaiki layanan,
Januari 2014 dan telah berlangsung satu tahun. Dalam
menyempurnakan proses layanan dan memberikan
kurun waktu tersebut tentunya banyak permasalahan atau
kendala yang dihadapi, sehingga kajian yang ditujukan pelayanan prima kepada masyarakat penerima manfaat
untuk memperoleh gambaran kualitas pelayanan yang JKN.
telah diberikan oleh penyelanggara JKN penting dilakukan

Perbaikan kualitas pelayanan secara


terus menerus (continuous srevice
improvement) harus dilakukan oleh
penyelenggara JKN, baik dari sisi JKN bertujuan untuk meningkatkan akses pada layanan
penyelenggara program JKN yaitu BPJS, kesehatan, dan membrikan pelayanan yang berkuailitas
provider fasilitas kesehatan baik negeri JKN diselenggarakan dengan melibatkan berbagai
maupun swasta, Kementerian Kesehatan, pihak terkait dan diharapkan dapat memberikan
dan Dinas Kesehatan Pusat maupun Daerah, kepuasan baik provider dan utamanya masyarakat
agar pasien atau masyarakat sebagai penerima manfaat. Bagaimanakah tingkat kepuasan
penerima manfaat dari program JKN ini semua pihak tersebut setelah JKN berjalan 2 tahun
mendapatkan pelayanan yang maksimal dari lamanya ?
peyelenggara JKN.

Latar Belakang
Maksud diadakannya kegiatan ini adalah untuk mengetahui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ingin melihat
seberapa besar tingkat kepuasan stakeholders kinerja dalam program JKN yang harus dilakukan
penyelenggara JKN terhadap pelaksanaan dan sebagaimana yang telah tercantum dalam roadmap JKN
penyelenggaraan JKN, mulai dari sisi providerpeserta, atas hal yang harus segera dicapai yaitu kepesertaan dan
penyelenggara, sampai dengan pihak yang terkait pelayanan kesehatan. kajian ini diharapkan dapat
penyelenggaraan lainnya. menjadi bahan pertimbangan perbaikan pelayanan
kepada peserta JKN, dan perbaikan kebijakan baik di
Methodologi tingkat Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

Desain studi ini adalah potong lintang (cross sectional study) yang
dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Desain ini
mengungkap dan mendeskripsikan muatan dari pola interaksi antar
pemangku kepentingan, serta mengidentifikasi permasalahan-
permasalahan yang terjadi dengan menggunakan analisis kesenjangan
antara kepentingan dan kepuasan masing-masing pemangku
kepentingan. Metode pengambilan data pada peserta penerima
manfaat JKN menggunakan metode exitpoll agar peserta JKN yang baru
saja merasakan layanan dapat melakukan penilaian lebih obyektif
1
Hasil Kajian.
Hasil dari kegiatan ini dibagi menjadi dua sisi yaitu sisi permintaan (demand side) dari peserta dan sisi pasokan (supply
side) dari penyelenggara program JKN Hasil kepuasan peserta (demand side) terhadap pelaksana JKN adalah sebagai berikut:

1. Kepuasan peserta JKN terhadap BPJS


2. Kepuasan peserta JKN terhadap FKTP
Index Kepuasan peserta JKN terhadap
pelayanan di Kantor BPJS memiliki indeks Indeks kepuasan peserta JKN terhadap pelayanan
sebesar 79,02 di FKTP adalah sebesar 79,85.
KEPUASAN

KEPUASAN

Gambar 1 Dari gambar 2 dapat diketahui bahwa Ketidakpuasan


peserta JKN dikontribusi oleh dimansi Tangible seperti
Dari gambar 1 diketahui bahwa ketidakpuasan peserta peralatan kesehatan yang mendukung pelayanan dan juga
dikontribusi pada aspek Tangible seperti kebersihan fasilitas fisik yang memadai . Reliability juga merupakan
kantor, ketersediaan poster informasi. Kemudian dari aspek yang dominan berkontribusi pada ketidakpuasan
aspek Reliability seperti waktu penyelesaian layanan yang peserta JKN terhadap FKTP seperti persepsi obat yang
tidak sesuai dengan yang dijanjikan dan juga dari aspek kurang berkualitas yang diberikan dan juga jumlah tenaga
Responsiveness yaitu petugas BPJS Kesehatan yang medis yang dirasakan belum memadai.
memberikan pelayanan kurang cepat kepada peserta

3. Kepuasan peserta JKN terhadap FKRTL


Indeks kepuasan peserta terhadap pelayanan di
FKTL adalah sebesar 78,81
Dari gambar 3 diketahui bahwa ketidakpuasan peserta JKN
dikontribusi pada aspek Reliability seperti kartu JKN yang tidak
KEPUASAN

mudah digunakan untuk pindah kelas, kualitas obat yang


dipersepsikan kurang berkualitas, dan ketersediaan tempat
tidur untuk rawat inap yang tanpa harus naik atau turun kelas.

Aspek lainnya yang cukup berkontribusi ketidakpuasan adalah


Responsiveness yaitu tenaga medis yang dirasakan kurang cepat
dalam melayani pasien, dan aspek Tangible yaitu masih adanya
persepsi rumah sakit tertentu yang kurang memiliki peralatan
kesehatan yang mendukung pelayanannya. Gambar 3

2
Hasil Kajian
Hasil kegiatan dar i aspek supply side, yaitu kepuasan stakeholders antar penyelenggara program JKN didapat sebagai
berikut :
1. Kepuasan Manajemen FKTP Terhadap BPJS Secara
Nasional 2. Kepuasan peserta FKRTL terhadap BPJS
Index Kepuasan FKTP terhadap BPJS adalah
sebesar 65,64 Indeks kepuasan FKTL terhadap BPJS adalah
sebesar 67,14.
KEPUASAN
KEPUAAN

KEPUASAN

Gambar 4

Dari gambar 4 dapat diketahui bahwa ketidakpuasan


FKTP terhadap BPJS dikontribusi oleh ; Gambar 5
• kurangnya informasi jika terdapat penambahan Dari gambar 5 diketahui bahwa ketidakpuasan FKTL
atau pengurangan peserta (terutama PBI) yang terhadap BPJS terbesar dikontribusi oleh sistem informasi
terdaftar di FKTP. on-line yang tidak selalu lancar digunakan. Dari hasil FGD
• sistem informasi on-line BPJS yang sering menjadi diketahui bahwa permasalahan yang sering muncul antara
kendala terutama di daerah terpencil FKTL dan BPJS adalah terkait tarif pengobatan, diagnosa,
dankepulauan. dan verifikator.
• , BPJS belum menjangkau hingga ke daerah
pedalaman, terutama untuk propinsi dengan
wilayah-wilayah yang luas

3. Kepuasan Dinas Kesehatan Terhadap BPJS


Indeks kepuasan Dinas Kesehatan terhadap BPJS
adalah sebesar 65,70
Dari gambar 6 dapat terlihat bahwa ketidakpuasan Dinas
KEPUASAN

Kesehatan terhadap BPJS dikontribusi oleh sosialisasi yang


dirasakan kurang efektif dari BPJS. Aspek lain yang juga
mnybabkan ketidakpuasan Dinas Kesehatan adalah keluhan dari
peserta JKN tentang pelayanan BPJS dan jumlah kepersertaan JKN
telah mencapai target yang direncanakan.

Gambar 6

3
4. Kepuasan Dinas Kesehatan Terhadap Fasilitas 5. Kepuasan BPJS terhadap FKTP
Kesehatan
Indeks kepuasan Dinkes terhadap fasilitas Indeks kepuasan BPJS terhadap FKTP adalah
kesehatan adalah sebesar 74,08. sebesar 61,88.

KepuasanManajemenDinasKesehatan Terhadap Faskes Secara


Nasional
85.0

82.5

80.0
KEPUASAN
KEPUAAN

77.5

KEPUASAN
75. 3.Pelayanan kesehatan JKN sudah dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan
0
21.Pelaporan rutin dilakukan

75. 77. 82. 85.


0 5 80.0 5 0
KEPENTINGAN

Gambar 7 Gambar 8
Dari gambar 7 dapat diketahui bahwa ketidakpuasan
Dinas Kesehatan terhadap fasilitas kesehatan
Dari gambar 8 dapat diketahui bahwa ketidakpuasan BPJS
dikontribusi oleh pelayanan berjenjang yang belum
terhadap FKTP dikontribusi oleh persepsi bahwa
sepenuhnya dijalankan dengan baik.
pelayanan FKTP belum maksimal
Dari hasil FGD diketahui bahwa menurut BPJS, FKTP masih
6. Kepuasan BPJS terhadap FKRTL perlu menemukan solusi atau cara strategis untuk
membuat pasien berobat sesuai kebutuhan
Indeks kepuasan BPJS terhadap FKTL penyakitnya.
adalah sebesar 69,9

Dari gambar 9 dapat dilihat bahwa Ketidakpuasan


BPJS terhadap FKTL dikontribusi oleh persepsi bahwa
FKTL belum maksimal dalam upaya memperbaiki
mutu klaim
Aspek lain yang menyebabkan ketidakpuasan BPJS
terhadap FKTL adalah FKTL yang belum berupaya
memperbaiki mutu rekam medisnya.

Gambar 9

4
Rekomendasi …1
Dari hasil kajian ini maka beberapa rekomendasi yang dapat dierikan adalah adalah sebagai berikut:

1. Kementerian Kesehatan menyediakan serta 7. BPJS perlu meningkatkan kualitas layanannya dalam hal
menguatkan regulasi yang mengatur tentang keramahan dan terutama kecepatan administrasi
manajemen pelaksanaan program JKN mulai dari kepesertaan untuk mencegah terjadinya antrian
aspek perencanaan, pengorganisasian, pendaftaran. Untuk itu diperlukan perbaikan terhadap
pelaksanaan, pengawasan, dan pengevaluasian; pola sistem antrian yang ada saat ini, agar disesuaikan
2. Kementerian Kesehatan mendukung regulasi dengan local content pada wilayah-wilayah terkait
tentang penguatan sstem informasi sehingga dapat dengan mempertimbangkan penambahan pada jam
mengoptimalkan pencatatan dan pelaporan atas pelayanan;
penerapan program JKN;
8. Pada periode awal ini, BPJS perlu meningkatkan
kapasitas SDM (kualitas dan kuantitas) serta
3. Kementerian Kesehatan perlu menyesuaikan menambahkan ruang tunggu untuk memudahkan dan
regulasi dana non kapitasi bagi FKTP yang berada di melancarkan proses dan birokrasi yang terjadi pada saat
wilayah terpencil, sehingga dapat menunjang secara pemberian pelayanan
signifikan terhadap pelayanan FKTP tersebut serta
melakukan asessment terhadapefektivitas
9. BPJS, FKTP, FKRTL, Dinkes, dan Kementerian Kesehatan
layanan dengan mekanisme INA – CBG’s di
perlu meningkatkan upaya sosialisasi program JKN kepada
FKRTL;;
masyarakat sehingga dapat meningkatkan pemahaman
4)Kementerian Kesehatan agar merevisi Peraturan masyarakat yang pada akhirnya tercermin pada
Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2014 tentang penambahan kepesertaan;
Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan
10. BPJS sebaiknya memberlakukan secara bertahap
Nasional agar lebih jelas dan tegas perincian
Peraturan BPJS Kesehatan No. 02 Tahun 2015 tentang
penggunaannya (terutama untuk dana yang 40%),
Norma Penetapan Besaran Kapitasi dan Pembayaran
sehingga Puskesmas tidak ragu-ragu;
Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan Pada
FKTP menyesuaikan dengan kesiapan daerah;
5. Dinas Kesehatan melancarkan upaya sosialisasi,
implementasi, dan evaluasi semua regulasi yang 11. BPJS agar terus berupaya meningkatkan kualifikasi
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Verifikator- nya, sehingga dapat bekerjasama secara baik
(khususnya) terhadap program JKN oleh FKTP dan dengan Rumah Sakit (dokter-dokter spesialis);
FKRTL;
6. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar berupaya 12. BJPS agar terus mencari upaya terwujudnya kepatuhan
meningkatkan SDM serta sarana dan prasarana membayar iuran (kolektibiltas) dari para peserta mandiri,
Puskesmas sesuai Permenkes No. 75 tahun 2014, misalnya melalui pemberhentian layanan, pengenaan
sehingga tidak saja mendukung program akreditasi denda, atau mengintegrasikan iuran BPJS dengan
Puskesmas, melainkan juga peningkatan kesiapan pembayaran listrik/air, dan lain-lain;
(readiness) dan kinerja pelayanan Puskesmas dalam
rangka JKN. Misalnya dengan menjadi Puskesmas
sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD);

5
Rekomendasi …2
13. BPJS agar terus mengupayakan penyempurnaan 20. FKTP perlu meningkatkan proses kualitas layanan
aplikasi pendaftaran peserta secara daring (online) kesehatan dalam hal pemberian waktu konsultasi antara
agar lebih user friendly dan tidak sering bermasalah tenaga medis dengan pasien, kualitas obat, agar sesuai
(hang); dengan prinsip cost effective serta pengelolaan terhadap
jadwal tenaga medis dan pola antrian agar pasien tidak
14. BPJS agar mengembangkan aplikasi yang dapat terlalu lama menunggu;
mengintegrasikan atau menjembatani (bridging) P-
Care dengan SP2TP/SIMPUS, sehingga laporan
tentang JKN juga masuk ke Dinas Kesehatan/ 21. FKTP terus mengupayakan perbaikan dan
Kemenkes; peningkatan sarana agar memadai dalam hal pemberian
layanan kesehatan;
15. BPJS agar mempertimbangkan dengan serius
masuknya komponen promotif dan preventif yang
bersifat Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) seperti 22. Rumah S akit agar mau dan menyiapkan diri untuk
deteksi dini kanker, dll serta Upaya Kesehatan penerapan aplikasi INASIS yang mengintegrasikan tiga
Masyarakat (UKM) seperti penyehatan lingkungan, sistem yakni Surat Eligibilitas Peserta (SEP), SIMRS, dan
dll, karena hal tersebut akan berdampak pada INA-CBG yang akan diterapkan secara bertahap oleh
meningkatnya peserta yang sehat dan berkurangnya Kementerian Kesehatan, dimana manfaat dari INASIS
peserta yang sakit/berobat; adalah untuk: Mempercepat pendaftaran pasien di RS,
Mempercepat verifikasi klaim RS, Mencegah awal
16. BPJS agar meninjau kembali peraturan tentang terjadinya pendaftaran ulang pasien rawat inap, RS dapat
masa berlakunya rujukan pasien, sehingga RS dan mengajukan klaim secara daring (e- claim), Mencegah
pasien tidak direpotkan karena harus bolak- balik terjadinya pengodean
mengurus surat rujukan karena perawatan di RS
belum selesai; 23. FKRTL perlu meningkatkan kualitas layanan kesehatan
terutama dalam hal tidak membeda-bedakan hak pasien
17. Pemerintah agar memprakarsai adanya (JKN atau non-JKN), kualitas obat, ketersediaan
perjanjian kerjasama antara Kementerian dan keberadaan tenaga medis yang siap sedia (khusus
Ketenagakerjaan, Kementerian Kesehatan, BPJS untuk FKRTL) di wilayah terpencil, serta berupaya
Ketenagakerjaan, dan BPJS Kesehatan dalam rangka: melakukan penyesuaian layanan dengan mekanisme INA-
Peningkatan jumlah kepesertaan BPJS, Peningkatan CBG’s;
kualitas pelayanan, Peningkatan kepatuhan dan
penegakan hokum, Kerjasama pertukaran data 24. FKRTL agar terus melakukan peningkatan kapasitas
dan informasi; sarana dan prasarana dalam merespon program JKN yang
18. BPJS agar dapat menyesuaikan mekanisme menyebabkan demand layanan kesehatan dari masyarakat
pembayaran premi oleh peserta sehingga peserta meningkat;
lebih mengalami kemudahan,
25. FKRTL dan FKTP terus meningkatkan kualitas
pelaporan kepada BPJS, namun melibatkan dinas
19. BPJS agar memastikan berjalannya utilization kesehatan dalam pelaporan tersebut, sehingga dinas
review terhadap FKTP dan FKRTL agar proses kesehatan memiliki informasi yang sama terkait hasil
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat pelaksanaan program JKN;
sesuai dengan prinsip dan kaidah program JKN;

6
Rekomendasi …3
13. BPJS agar terus mengupayakan penyempurnaan 20. FKTP perlu meningkatkan proses kualitas layanan
aplikasi pendaftaran peserta secara daring (online) kesehatan dalam hal pemberian waktu konsultasi antara
agar lebih user friendly dan tidak sering bermasalah tenaga medis dengan pasien, kualitas obat, agar sesuai
(hang); dengan prinsip cost effective serta pengelolaan terhadap
jadwal tenaga medis dan pola antrian agar pasien tidak
14. BPJS agar mengembangkan aplikasi yang dapat terlalu lama menunggu;
mengintegrasikan atau menjembatani (bridging) P-
Care dengan SP2TP/SIMPUS, sehingga laporan
21. FKTP terus mengupayakan perbaikan dan
tentang JKN juga masuk ke Dinas Kesehatan/
peningkatan sarana agar memadai dalam hal pemberian
Kemenkes;
layanan kesehatan;
15. BPJS agar mempertimbangkan dengan serius 22. Rumah S akit agar mau dan menyiapkan diri untuk
masuknya komponen promotif dan preventif yang penerapan aplikasi INASIS yang mengintegrasikan tiga
bersifat Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) seperti sistem yakni Surat Eligibilitas Peserta (SEP), SIMRS, dan
deteksi dini kanker, dll serta Upaya Kesehatan INA-CBG yang akan diterapkan secara bertahap oleh
Masyarakat (UKM) seperti penyehatan lingkungan, Kementerian Kesehatan, dimana manfaat dari INASIS
dll, karena hal tersebut akan berdampak pada adalah untuk: Mempercepat pendaftaran pasien di RS,
meningkatnya peserta yang sehat dan berkurangnya Mempercepat verifikasi klaim RS, Mencegah awal
peserta yang sakit/berobat; terjadinya pendaftaran ulang pasien rawat inap, RS dapat
16. BPJS agar meninjau kembali peraturan tentang mengajukan klaim secara daring (e- claim), Mencegah
masa berlakunya rujukan pasien, sehingga RS dan terjadinya pengodean
pasien tidak direpotkan karena harus bolak- balik 23. FKRTL perlu meningkatkan kualitas layanan kesehatan
mengurus surat rujukan karena perawatan di RS terutama dalam hal tidak membeda-bedakan hak pasien
belum selesai; (JKN atau non-JKN), kualitas obat, ketersediaan
dan keberadaan tenaga medis yang siap sedia (khusus
17. Pemerintah agar memprakarsai adanya untuk FKRTL) di wilayah terpencil, serta berupaya
perjanjian kerjasama antara Kementerian melakukan penyesuaian layanan dengan mekanisme INA-
Ketenagakerjaan, Kementerian Kesehatan, BPJS CBG’s;
Ketenagakerjaan, dan BPJS Kesehatan dalam rangka:
Peningkatan jumlah kepesertaan BPJS, Peningkatan 24. FKRTL agar terus melakukan peningkatan kapasitas
kualitas pelayanan, Peningkatan kepatuhan dan sarana dan prasarana dalam merespon program JKN yang
penegakan hokum, Kerjasama pertukaran data menyebabkan demand layanan kesehatan dari masyarakat
dan informasi; meningkat;
18. BPJS agar dapat menyesuaikan mekanisme 25. FKRTL dan FKTP terus meningkatkan kualitas
pembayaran premi oleh peserta sehingga peserta pelaporan kepada BPJS, namun melibatkan dinas
lebih mengalami kemudahan, kesehatan dalam pelaporan tersebut, sehingga dinas
kesehatan memiliki informasi yang sama terkait hasil
19. BPJS agar memastikan berjalannya utilization pelaksanaan program JKN;
review terhadap FKTP dan FKRTL agar proses
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat 26. DJSN harus meningkatkan jangkauannya sampai ke
sesuai dengan prinsip dan kaidah program JKN; daerah, agar di daerah terdapat lembaga yang dapat
berperan sebagai wasit dalam perselisihan antara peserta,
Fasyankes, dan BPJS;
7
Keterbatasan
Hasil analisis yang disajikan dalam policy brief ini merupakan hasil kajian dengan sample terdiri dari 9 Provinsi (
termasuk 3 Kab/Kota terpilih ) yaitu Propinsi : Aceh, Sumatra Barat, Jawa tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat,
Sulawesi Utara, Maluku, Bali dan Papua. Sebaiknya kajian juga dapat dilaksanakan di seluruh propinsi Indonesia.
Dalam kaitan capaian JKN terdapat 2 indikator yaitu kepesertaan PBI dan tingkat kepuasan peserta. Direkomendasikan
gagar dapat dilakukan kajian khususnya unuk mengukur tingkat kepuasan peserta JKN secara lebih terukur dan dilakukan
secara rutin tiap tahunnya.

Ucapan Terima Kasih

Policy brief ini tersedia dihadapan pembaca , dilaksanakan Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Tahun 2015 , yang
merupakan intisari dari Kajian Kepuasan Stakeholder JKN yang dilaksanakan oleh PT Kacindo Danatya dan Terima kasih
serta penghargaan disampaikan kepada Kemenkes RI, BPJS Kesehatan, Dinas Kesehatan Tingkat Propinsi /Kab/Kota.
DJSN, Ombusman Pusat dan Propinsi serta satuan kerja lain yang mendukung kegiatan ini.

Kontributor : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan RI.

You might also like