Pembimbing : dr. Taufan Harijanto, Sp.B, KBD.M.Kes FINACO
KSM ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA RSUD IBNU SINA GRESIK 2018 Latar Belakang Adhesi peritoneum merupakan suatu tantangan klinis penting dalam operasi gastrointestinal sebagai komplikasi dari iritasi peritoneum baik karena infeksi ataupun trauma pembedahan. Anatomi Peritoneum Peritoneum merupakan selapis sel mesotelium komplek dengan membran basalis yang ditopang oleh jaringan ikat yang kaya akan pembuluh darah. Peritoneum terdiri dari peritoneum parietal yang melapisi dinding bagian dalam rongga abdomen, diafragma dan organ retroperitoneum dan peritoneum visceral yang melapisi seluruh permukaan organ dalam abdomen. Fungsi Peritoneum Fungsi utama peritoneum adalah menjaga keutuhan atau integritas organ intraperitoneum. Normal terdapat 50 mL cairan bebas dalam rongga peritoneum, yang memelihara permukaan peritoneum tetap licin. Definisi Peritoneum Adhesi peritoneal adalah pembentukan jaringan ikat patologis antara omentum, usus dan dinding perut. Perlengketan ini dapat berupa jaringan ikat tipis, jaringan fibrosis yang tebal mengandung pembuluh darah dan jaringan saraf, atau perlengketan langsung antara dua permukaan organ . Gambar adhesi antara ileum dengan peritoneum Etiologi Adhesi Adhesi peritoneal dapat terjadi akibat adanya trauma pada peritoneum. Pada operasi trauma pada peritoneum dan stimulasi respon inflamasi yang dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut : 1. Trauma Operasi 2. Iskemia jaringan 3. Infeksi, reaksi alergi, dan darah 4. Benda asing iritatif Klasifikasi Adhesi Secara Makroskopik 1. Grade I : adhesi ringan, tipis, serat fibrin dapat dilepas secara tumpul 2. Grade II : serat adhesi dapat dilepas secara tumpul ataupun tajam, telah terdapat vaskularisasi ringan 3. Grade III : serat adhesi lebih kuat, dilepas secara tajam. Vaskularisasi jelas 4. Grade IV : adhesi fibrotik tebal seperti callus, melengket ke organ, lysis harus dilakukan tajam PATOFISIOLOGI PEMBENTUKAN ADHESI • RESPON TRAUMA PADA PERITONEUM • Trauma pada jaringan mesothelium peritoneum menimbulkan reaksi inflamasi sebagai respon tubuh. Di tingkat selular, dilepaskan prostaglandin dan diaktifkan komponen inflamasi seperti netrofil, makrofag, sel mast, basofil, platelet, sel endothelial limfosit dan leukosit. Sel mast me-lepaskan mediator inflamasi berupa histamin, serotonin, enzim lisosom, faktor kemotaksis, dan sitokin serta metabolit oksigen reaktif untuk mem-bunuh bakteri, mengeliminir benda asing dan memperbaiki fungsi tubuh baik secara anatomi dan fisiologi 4. MEKANISME TERJADINYA ADHESI • Secara normal penyembuhan luka terjadi tanpa adanya pembentukan adhesi . Kerusakan jaringan akan diikuti dengan pembentukan fibrin. Tromboplastin, protrombin dan trombin akan mengaktifasi fibrinogen menjadi fibrin. Bekuan platelet yang berasal dari agregasi platelet bersama dengan bekuan fibrin membentuk jaringan fibrin. Gejala Klinis Tanda dan gejala yang muncul biasanya bukan dari adhesinya langsung, gejala nya muncul dari organ yang terganggu karena adhesi. Kebanyakan adhesi tidak menunjukkan gejala dan tidak terdiagnosis. Adhesi dapat menyebabkan nyeri apabila terdapat tarikan syaraf, baik itu pada organ yang terkena adhesi maupun pada adhesi itu sendiri. Pencegahan Adhesi dapat dicegah dengan melakukan usaha-usaha dalam teknik pembedahan pada laparotomi dan terapi adjuvan secara medikal. Teknik bedah yang yang harus dilakukan untuk mencegah adhesi adalah sebagai berikut :
1. Hemostasis yang baik.
2. Pertahankan suplai darah 3. Hindari iskemi jaringan 4. Pertahankan kelembaban jaringan 5. Hindari kasa kering 6. Manipulasi jaringan secara halus 7. Manipulasi jaringan secara halus 8. Hindari jahitan peritoneum yang ketat 9. Hindari benda asing 10. Hindari ileus paralitik berlarut pasca bedah 11. Mencegah timbulnya infeksi melalui tindakan asepsis dan antiseptik, serta antibiotika profilaksis 12. Jangan tinggalkan jaringan nekrotik Selain dari teknik pembedahan terapi adjuvan dapat juga membantu mencegah adhesi antara lain :
1. Non Steroid Anti Inflamatory Drugs
(NSID) 2. Progestin 3. Fibrinolytic enzyme stimulating plasminogen activator 4. Antibiotika Diagnosis – Adhesi perut tidak dapat dideteksi dengan tes atau dilihat melalui teknik pencitraan seperti sinar x atau USG . – Kebanyakan adhesi perut ditemukan selama operasi yang dilakukan untuk memeriksa perut . – Namun, sinar x perut , a lower gastrointestinal (GI) seri , dan computerized tomography (CT) scan dapat mendiagnosis intestinal obstruction . Penatalaksanaan Adhesi perut yang tidak menimbulkan gejala umumnya tidak memerlukan pengobatan. Operasi adalah satu-satunya cara untuk mengobati adhesi yang menyebabkan nyeri, obstruksi usus, atau masalah kesuburan. Komplikasi Adhesi perut dapat menyebabkan obstruksi usus dan infertilitas pada perempuan. Adhesi perut dapat menyebabkan infertilitas perempuan dengan mencegah telur dibuahi mencapai uterus, di mana perkembangan janin berlangsung. Wanita dengan adhesi perut dalam atau di sekitar saluran tuba mereka memiliki kesempatan peningkatan kehamilan ektopik-telur yang dibuahi tumbuh di luar rahim. Adhesi perut dalam rahim dapat menyebabkan keguguran-kegagalan kehamilan berulang sebelum 20 minggu(16). TERIMAKASIH