You are on page 1of 18

REFERAT ADHESI

PERITONEUM

NAMA : NOR AZIZAH S.Ked


NIM :17710192

Pembimbing :
dr. Taufan Harijanto, Sp.B, KBD.M.Kes FINACO

KSM ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
RSUD IBNU SINA GRESIK
2018
Latar Belakang
Adhesi peritoneum merupakan suatu
tantangan klinis penting dalam operasi
gastrointestinal sebagai komplikasi dari
iritasi peritoneum baik karena infeksi
ataupun trauma pembedahan.
Anatomi Peritoneum
Peritoneum merupakan selapis sel mesotelium
komplek dengan membran basalis yang
ditopang oleh jaringan ikat yang kaya akan
pembuluh darah. Peritoneum terdiri dari
peritoneum parietal yang melapisi dinding
bagian dalam rongga abdomen, diafragma dan
organ retroperitoneum dan peritoneum visceral
yang melapisi seluruh permukaan organ dalam
abdomen.
Fungsi Peritoneum
Fungsi utama peritoneum adalah menjaga
keutuhan atau integritas organ
intraperitoneum. Normal terdapat 50 mL
cairan bebas dalam rongga peritoneum,
yang memelihara permukaan peritoneum
tetap licin.
Definisi Peritoneum
Adhesi peritoneal adalah pembentukan
jaringan ikat patologis antara omentum,
usus dan dinding perut. Perlengketan ini
dapat berupa jaringan ikat tipis, jaringan
fibrosis yang tebal mengandung pembuluh
darah dan jaringan saraf, atau
perlengketan langsung antara dua
permukaan organ .
Gambar adhesi antara ileum
dengan peritoneum
Etiologi Adhesi
Adhesi peritoneal dapat terjadi akibat
adanya trauma pada peritoneum.
Pada operasi trauma pada peritoneum
dan stimulasi respon inflamasi yang
dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
1. Trauma Operasi
2. Iskemia jaringan
3. Infeksi, reaksi alergi, dan darah
4. Benda asing iritatif
Klasifikasi Adhesi Secara
Makroskopik
1. Grade I : adhesi ringan, tipis, serat
fibrin dapat dilepas secara tumpul
2. Grade II : serat adhesi dapat dilepas
secara tumpul ataupun tajam, telah
terdapat vaskularisasi ringan
3. Grade III : serat adhesi lebih kuat,
dilepas secara tajam. Vaskularisasi jelas
4. Grade IV : adhesi fibrotik tebal seperti
callus, melengket ke organ, lysis harus
dilakukan tajam
PATOFISIOLOGI
PEMBENTUKAN ADHESI
• RESPON TRAUMA PADA PERITONEUM
• Trauma pada jaringan mesothelium peritoneum
menimbulkan reaksi inflamasi sebagai respon tubuh. Di
tingkat selular, dilepaskan prostaglandin dan diaktifkan
komponen inflamasi seperti netrofil, makrofag, sel mast,
basofil, platelet, sel endothelial limfosit dan leukosit. Sel
mast me-lepaskan mediator inflamasi berupa histamin,
serotonin, enzim lisosom, faktor kemotaksis, dan sitokin
serta metabolit oksigen reaktif untuk mem-bunuh bakteri,
mengeliminir benda asing dan memperbaiki fungsi tubuh
baik secara anatomi dan fisiologi 4.
MEKANISME TERJADINYA
ADHESI
• Secara normal penyembuhan luka terjadi
tanpa adanya pembentukan adhesi .
Kerusakan jaringan akan diikuti dengan
pembentukan fibrin. Tromboplastin,
protrombin dan trombin akan mengaktifasi
fibrinogen menjadi fibrin. Bekuan platelet
yang berasal dari agregasi platelet
bersama dengan bekuan fibrin
membentuk jaringan fibrin.
Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang muncul biasanya
bukan dari adhesinya langsung, gejala nya
muncul dari organ yang terganggu karena
adhesi. Kebanyakan adhesi tidak menunjukkan
gejala dan tidak terdiagnosis. Adhesi dapat
menyebabkan nyeri apabila terdapat tarikan
syaraf, baik itu pada organ yang terkena adhesi
maupun pada adhesi itu sendiri.
Pencegahan
Adhesi dapat dicegah dengan melakukan usaha-usaha dalam teknik
pembedahan pada laparotomi dan terapi adjuvan secara medikal.
Teknik bedah yang yang harus dilakukan untuk mencegah adhesi adalah
sebagai berikut :

1. Hemostasis yang baik.


2. Pertahankan suplai darah
3. Hindari iskemi jaringan
4. Pertahankan kelembaban jaringan
5. Hindari kasa kering
6. Manipulasi jaringan secara halus
7. Manipulasi jaringan secara halus
8. Hindari jahitan peritoneum yang ketat
9. Hindari benda asing
10. Hindari ileus paralitik berlarut pasca bedah
11. Mencegah timbulnya infeksi melalui tindakan asepsis dan antiseptik,
serta antibiotika profilaksis
12. Jangan tinggalkan jaringan nekrotik
Selain dari teknik pembedahan terapi
adjuvan dapat juga membantu mencegah
adhesi antara lain :

1. Non Steroid Anti Inflamatory Drugs


(NSID)
2. Progestin
3. Fibrinolytic enzyme stimulating
plasminogen activator
4. Antibiotika
Diagnosis
– Adhesi perut tidak dapat dideteksi dengan
tes atau dilihat melalui teknik pencitraan
seperti sinar x atau USG .
– Kebanyakan adhesi perut ditemukan selama
operasi yang dilakukan untuk memeriksa
perut .
– Namun, sinar x perut , a lower gastrointestinal
(GI) seri , dan computerized tomography
(CT) scan dapat mendiagnosis intestinal
obstruction .
Penatalaksanaan
Adhesi perut yang tidak menimbulkan
gejala umumnya tidak memerlukan
pengobatan. Operasi adalah satu-satunya
cara untuk mengobati adhesi yang
menyebabkan nyeri, obstruksi usus, atau
masalah kesuburan.
Komplikasi
Adhesi perut dapat menyebabkan obstruksi usus
dan infertilitas pada perempuan. Adhesi perut dapat
menyebabkan infertilitas perempuan dengan mencegah
telur dibuahi mencapai uterus, di mana perkembangan
janin berlangsung. Wanita dengan adhesi perut dalam
atau di sekitar saluran tuba mereka memiliki kesempatan
peningkatan kehamilan ektopik-telur yang dibuahi
tumbuh di luar rahim. Adhesi perut dalam rahim dapat
menyebabkan keguguran-kegagalan kehamilan
berulang sebelum 20 minggu(16).
TERIMAKASIH

You might also like