You are on page 1of 33

PENANGGULANGAN KEKERASAN SEKSUAL

DAN KEKERASAN BERBASIS GENDER


KELOMPOK 5
 Septiani De Vinta  Suci Widyaningsih
 Shafira Maulani Putri  Usnal Aini

 Shifa Bunayya Shafira  Utari Marja


PENGERTIAN

 Kekerasan Berbasis Gender

adalah istilah umum bagi setiap tindakan


yang berbahaya yang dilakukan diluar keinginan
seseorang, dan bahwa hal ini berdasarkan
perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

Istilah ini juga yang digunakan untuk


merujuk pada suatu tindakan kekerasan yang
terjadi pada seseorang berdasarkan perbedaan
status sosial yang berlaku (gender) antara pria
dan wanita.
CONTOH KEKERASAN BERBASIS
GENDER

Kekerasan seksual

KDRT

Penjualan manusia

Pernikahan paksa/usia muda

Praktik-praktik berbahaya seperti mutilasi alat


kelamin perempuan, pembunuhan balas dendam,
warisan janda, dan lainnya.
KONSEKUENSI KEKERASAN BERBASIS GENDER

Konsekuensi fisik

Konsekuensi sosial

Pengaruh psikologis

Kehamilan yang tidak diinginkan akibat


perkosaan
Pemahaman Mengapa
Tentang
Kekerasan
Gender
Siapa
Pengembangan Tanggapan yang Terkoordinasi
1. Mengidentifikasi organisasi yang dapat membantu perawatan dan
rehabilitasi
2. Membuka hubungan antara pelayanan kesehatan dengan rekan
kerja social
3. melakukan penilaian mengidentifikasi kebutuhan
4. mengembangkan rencana mutlidisiplin dan intersektoral
5. Menyusun mekanisme dengan sector lain yang sesuai untuk
merujuk korban
6. Sensitisasi tenaga dari lain sector akan kebutuhan psikososiall
korban
7. Memasukkan bantuan social dan konseling kedalam kegiatan
berbagai sector
8. Menusun mekanisme untuk evaluai intervensi secara sistematis
dan mekanisme koordinasi.
Pelayanan kesehatan reproduksi untuk
korban

Ketika
berbagi
Ketika data
mendokumentasikan
informasi
BENTUK-BENTUK KEKERASAN BERBASIS
GENDER

1. Perkosaan/upaya perkosaan
2. Pelecehan seksual
3. Kekerasan dalam rumah tangga
(kekerasan pasangan intim)
4. Mutilasi alat genital perempuan
/ Sunat perempuan
5. Kawin muda paksa
1. Perkosaan/upaya perkosaan

Merupakan tindakan hubungan seksual tanpa persetujuan.

Layanan klinis untuk korban perkosaan


 petugas kesehatan reproduksi dan staff program harus :
 Menetapkan daerah konsultasi pribadi
 Tersedianya protokol yang jelas
 Penyedia layanan yang fasih dalam bahsa setempat dan
terampil
 Melibatkan semua pihak dalam pengambilan keputusan
mengenai akses ke layanan dan mengenai nama yang tepat
untuk layanan itu
 Layanan dan mekanisme rujukan tersedia 24 jam sehari.
 Setelah layanan tersedia informasikan ke masyarakat
mengapa, dimana, dan kapan (secepatnya setelah perkosaan)
layanan ini harus diakses.
Pengelolaan klinis untuk korban
perkosaan

Komunikasi yang mendukung


 Pastikan penyedia layanan mampu memperluas
dukungan yang penuh perhatian dan rahasia
kepada korban melalui komunikasi yang tepat,
jelas, tidak menghakimi dan mendengarkan secara
aktif.

 Anamnesa dan pemeriksaan


 Riwayat dan pemeriksaan dilakukan setelah
memastikan korban meyetujui dan memahami tiap
langkah.
Pengumpulan bukti forensik

1. Laboratorium dan fasilitas penyimpanan menentukan kapan dan


bukti apa yang harus dikumpulkan.
2. Bukti dikumpulkan jika ada persetujuan dari korban
3. Minimal, harus tersimpan catatan tertulis dari semua hal yang
diperlukan selama pemeriksaan medis yang dapat mendukung cerita
korban, termasuk keadaan pakaiannya.
4. Jika ada mikroskop seorang penyedia layanan terlatih atau petugas
laboratorium memeriksa wet-mount slide / sediaan hapusan basah
untuk melihat ada tidaknya sperma yang membuktikan telah
terjadinya penetrasi.
5. Bila diminta oleh korban penyedia layanan dapat membuat sertifikat
medis atau formulir untuk polisi.
6. Korban adalah satu-satunya orang yang memutuskan kapan dan
dimana menggunakan sertifikat medis tersebut.
7. Perawatan yang penuh perhatian menjaga kerahasiaan,

Perawatan dapat dimulai tanpa pemeriksaan jika itu pilihan korban.


 Lakukan perawatan terhadap komplikasi yang
mengancam jiwa terlebih dahulu
 termasuk : Kontrasespsi darurat

Aturan penggunaan pil kontrasepsi darurat

Kombinasi estrogen dan


Hanya levonorgestrel saja : progesteron (yuzpe) : dosis
1,5 mg dalam dosis tunggal 100 mikrogram etinil
(ini sediaan yang estradiol ditambahn 0,5 mg
direkomendasikan karena levonorgestrel, diminum
lebih efektif dengan efek secepat mungkin diikuti
samping yang lebih sedikit) dengan dosis yang sama 12
jam kemudian

 Pil kontrasepsi darurat dapat mencegah


kehamilan yang tidak diinginkan jika digunakan
dalam waktu 120 jam (sampai 5 hari) dari terjadinya
perkosaan.
ATURAN KONSUMSI
 Kalau tersedia pil yang dikemas khusus untuk kontrasepsi
darurat tersedia seperti yang terdapat didalam Kit Kesehatan
Dalam Keadaan darurat yang Baru (NHEK 98), atau kalau yang
tersedia hanya pil dosis tinggi yang mengandung 0.5 mg
ethinylestriadol dan 0.25 mg levonorgestrel
 Dua pil harus diminum sekaligus sebagai dosis awal sesegera
mungkin tetapi tidak boleh lebih dari 72 jam setelah perkosaan.
Diikuti dengan 2 pil lagi 12 jam kemudian.
 Kalau yang tersedia hanya pil dosis rendah yang mengandung 03
mg ethinylestriadol dan 0.15 mg levonorgestrel
 Empat pil harus diminum sekaligus sebagai dosis awal sesegera
mungkin tetapi tidak lebih lama dari 72 jam setelah perkosaan.
Diikuti 2 pil lagi 12 jam kemudian.
 Data terakhir mengindikasikan bahwa pengobatan hormonal
alternatif yang hanya terdiri dari levonorgestrel sama efektifnya
dan disertai efek samping yang jauh lebih kurang. Kalau tersedia
pil yang mengandung 0.75 mg levovorgestrel :
 Satu pil harus diminum sebagai dosis awal sesegera mungkin
tetapi tidak lebih dari 72 jam setelah perkosaan. Diikuti 1 pil lagi
12 jam kemudian.
Pemasangan IUD tembaga

 Jika korban/penyintas datang dalam lima hari


setelah perkosaan (dan jika sebelumnya tidak ada
hubungan seksual tanpa perlindungan dalam
siklus haid ini).
 Hal ini dapat mencegah lebih dari 99% kehamilan
selanjutnya. Bila saat ovulasi dapat diperkirakan
(risiko terjadi ovulasi adalah rendah sampai
dengan hari ke tujuh dari siklus menstruasi),
korban/penyintas dapat memasang IUD tembaga
lebih dari lima hari sesudah perkosaan, selama
pemasangan tidak dilakukan lebih dari lima hari
setelah ovulasi.
Pengobatan terhadap IMS
 •Tawarkan antibiotik kepada korban/penyintas perkosaan
sebagai pengobatan terhadap dugaan gonorea, infeksi
klamidia dan sifilis.
 Berikan paket pengobatan yang paling singkat yang tersedia
dalam protokol lokal, yang mudah untuk diikuti.

Sebagai contoh,
 jika korban/penyintas datang dalam waktu 30 hari setelah
kejadian, maka 400 mg cefixime ditambah 1 g azithromisin
secara oral merupakan pengobatan yang cukup untuk dugaan
gonorea, infeksi klamidia dan sifilis inkubasi.
 Profilaksis pasca paparan (PEP) untuk mencegah penularan
HIV
 Perawatan luka dan pencegahan tetanus
 Pencegahan hepatitis B
 Rujukan untuk layanan lebih lanjut misalnya kesehatan,
psikoogis, dan sosial
PELECEHAN SEKSUAL
 Ancama fisik bersifat seksual, baik dengan
kekuatan atau kondisis yag tidak setara atau
paksaan.
PRINSIP MERESPON KEBUTUHAN KORBAN
PERKOSAAN

Keselamatan

Kerahasiaan

Menghormati

Non-diskriminasi
KDRT
 Kekerasan dalam rumah
tangga terjadi antara mitra
intim (pasangan, kekasih)
serta di antara anggota
keluarga (misalnya ibu
mertua dan menantu
perempuan).

 Kekerasan dalam rumah


tangga bisa termasuk
pelecehan seksual, fisik dan
psikologis.
MUTILASI ALAT GENITAL PEREMPUAN
/ SUNAT PEREMPUAN (FGM)

 Mutilasi alat genital/sunat perempuan adalah


semua prosedur pemotongan sebagian atau
seluruhnya dari bagian luar genital perempuan
atau bentuk perlukaan lain terhadap organ
kelamin perempuan untuk alasan-alasan non-
medis.
FGM DIGOLONGKAN SEBAGAI BERIKUT :
 Tipe I : Pemotongan kulup klitoris dengan atau
tanpa pemotongan sebagian atau seluruh klitoris.
 Tipe II: Pemotongan klitoris dengan pemotongan
sebagian atau seluruh labia minora.
 Tipe III: Pemotongan sebagian atau seluruh kelamin
luar dan sssspenjahitan/penyempitan lubang vagina
(infibulation). Sekitar 15% dari perempuan dan anak
perempuan yang mengalami FGM menjalani tipe ini.
 Tipe IV: Tidak digolongkan. Tipe ini termasuk
melubangi, menusuk atau mengiris klitoris dan/atau
labia, membakar klitoris, mengikis lubang vagina
atau memotong vagina dan prosedur lain yang
dilakukan terhadap kelamin perempuan untuk sebab
yang tidak ada hubungannya dengan medis.
KAWIN MUDA PAKSA
Terjadi ketika orang tua
atau yang lainnya mengatur
dan memaksa anak dibawah
umur kawin dengan seseorang.
Pemaksaan terjadi
dengan menekan atau
memerintahkan anak dibawah
umur untuk kawin, untuk
mendapatkan mahar atau
alasan-alasan lainnya.
Kawin paksa merupakan
suatu bentuk kekerasan
berbasis gender karena anak di
bawah umur tidak
diperboehkan untuk, atau
belum cukup umur, untuk
membuat pilihan penting.
Dampak terhadap pelayanan kesehatan

 Korban selalu datang dengan keluhan somatik yang


kabur sehingga sukar didiagnosis dan diobati. Selama
bencana, kebutuhan sebagian besar korban kekerasan
berdasarkan gender dan seksual akan merupakan
tambahan beban pada pelayanaan kesehatan.
Disamping itu, jika kasus perlukaan tidak didiagnosis
dan diobati secara tepat, mereka dapat menadi
pengguna tetap pelayanan kesehatan.
 Tenaga kesehatan kewalahan terhadap jumlah
penderita, besarnya masalah, dan kebutuhan korban
kekerasan. Disamping itu, staf sendiri mungkin akan
mengalami atau menyaksikan kekerasan dan mungkin
mendapat trauma ulangan akibat hubungan mereka
dengan korban kekerasan. Pemilihan staf yang cukup
eadai, konseling/pemberian nasihat dan dukungan
sangatlah penting.
UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN
 Perencanaan lokasi
 Barak pengungsian dibangun dengan desain memadai yang dapat
menjamin keamanan secara fisik para pengungsi.
 Menempatkan jamban, tempat mengambil air dan pengumpulan
bahan bakar ditempat yang mudah terjangkau
 Mengatur tempat tinggal khusus bagi perempuan tanpa pendamping,
anak-anak perempuan dan perempuan sebagai kepala keluarga
 Fasilitas mencuci/mandi sebaiknya dilengkapi tanpa kunci
 Menyediakan penerangan yang cukup
 petugas ronda yang selalu berkeliling
 Mencegah pengungsi tinggal bersama dalam satu ruangan dengan
pengungsi lain yang bukan keluarganya
 Menganjurkan kepada pengungsi untuk berpakaian dengan sopan
dan pantas, guna mencegah kekerasan pemerkosaan
 Distribusi makanan dan bahan penting
lainnya
Bahan-bahan seperti makanan, non
makanan dan bahan penting lainnya,
harus didistribusikan langsung kepada
pengungsi perempuan. Sehingga tidak
ada kesempatan Laki-laki untuk
melakukan pelecehan seksual ataupun
meminta balas jasa

 Faktor-faktor sosial dan psikologis


Kehidupan di pengungsian dapat
menjurus kearah terganggunya struktur
tradisi sosial, frustasi, kebosanan,
penyalahgunaan minuman keras dan
obat-obat terlarang, dan perasaan
ketidak-berdayaan yang dapat
menimbulkan agresi dan kekerasan
seksual.
Karena itu, kegiatan pendidikan,
rekreasi, dan peningkatan pendapatan
melalui penciptaan lapangan kerja harus
ditingkatkan.
Penanganan Kekerasan Berbasis Gender
 Perlindungan
 Dukungan Psikologis

 Pelayanan medis/kesehatan

 Pemeriksaan medis/kesehatan

 Anamnesa lengkap dan pemeriksaan fisik

 Tes laboratorium dan pengobatan sesuai indikasi

 Kontrasepsi darurat dan konseling komprehensif

 Pemberian perawatan medis lanjutan

 Pelayanan psikososial
Implementasi Penanggulangan Medis dan Psikososial

 Sensitisasi Masyarakat
 Dukungan terhadap Penanggulangan Berbasis
Masyarakat
 Penyesuaian Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
untuk Meningkatkan Perawatan
 Meningkatkan Cara Penerimaan dan Kerahasiaan Penderita
 Menjaga Kualitas Pelayanan dalam Mengobati Korban
Kekerasan
 Melindungi Kerahasiaan
 Mengembangkan pelayanan terintegrasi untuk mengobati
korban kekerasan
Penerimaan/ Pengarahan Staf
Pelatihan
Menciptakan Lingkungan yang Aman dan Mendukung untuk
Memudahkan Penyingkapan
Pengobatan
N Masalah Pengobatan Medis Perawatan Psikososial
o
1 Pemerkosaan/ penganiayaan Manajemen akut penganiayaan Akut :
seksual ( dalam jangka waktu 24 seksual. Ikuti protocol setempat untuk Ciptakan lingkungan
jam) pengumpulan bukti. aman dan bebas
ancaman

2 Pernah diperkosa/dianiaya Cek PMS dan obati. Pastikan ada Pasca akut:
sebab s ebab fisik untuk kasus kasus Konseling, dukungan
yang diduuga kasus psikosomatik kelompok

3 Kekerasan domestic yang masih Obati cidera fisik. Pastikakn ada sebab konseling, dukungan
berlangsung sebab fisik untuk kasus-kasus yang kelompok.
diduga psikosomatik konseling, dukungan
kelompok.

4 Bentuk lain kekerasan Obati cidera fisik. Pastikan ada sebab- Akut:
sebab fisik untuk kasus kasus yang Ciptakakn lingkungan
diduga kasus psikosomatik aman dan bebas
ancaman
Pasca akut : Konseling,
dukungan kelompok

5 Trauma psikologis yang Pastikan ada sebab-sebab fisik untuk Konseling, dukungan
. berkaitan d engan kekerasan kasus kasus yang diduga kasus kelompok
yang pernah dilihat. pasikosomatik
PERSOALAN-PERSOALAN KHUSUS

 Kekerasan seksual di lingkungan rumah


tangga (domestik)
 Anak-anak yang dilahirkan akibat perkosaan

 Pemantauan
INDIKATOR KEKERASAN SEKSUAL

 Insiden kekerasan seksual (kasus yang dilaporkan/


10.000 penduduk)
 Cakupan layaan untuk mereka yang selamat (survivors)
atau Waktu pemberian kontrasepsi darurat (presentase
korban/penyintas perkosaan yang mendatangi layanan
kesehatan dalam waktu 120 jam yang menerima pil
konrasepsi darurat)
 Kecepatan pelayanan bagi para korban atau mereka
yang selamat atau Waktu pemberian PEP (Persentase
korban/penyintas perkosaan yang mendatangi layanan
kesehatan dalam waktu 72 jam dan menerima PEP)
 Indikator yang harus diukur setiap tahun
 Penuntunan terhadap pelaku kekerasan seksual
 Cakupan pelatihan tenaga kesehatan yang menangani
korban kekerasan seksual
RAHASIA
DAFTAR PEMERIKSAAN KEJADIAN KEKERASAN SEKSUAL

Kamp : Pelapor : __ Tanggal :________________


Identitas :
Nomor Kode (*) :_______________ Tanggal lahir : ______________ Jenis Kelamin : _______

 Status kewarganegaraan : __________________________________


 Jika masih anak-anak : Kode/Nama Orang Tua/Yang Merawat : ________________________

 Laporan Kejadian
 Tempat : ___________________ Tanggal : __________________ Waktu : _______________
 Urutan kejadian :
 (Jenis dari kekerasan seksual)
 Individu yang terkait :

 Penatalaksanaan
 Dilakukan pemeriksaan medis : Ya Tidak Diperiksa oleh : _______________________ Hasil utama yang
ditemukan dan pengobatan yang diberikan ;
 _____________________________________________________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________________________________________
_______
 Diberikan perlindungan oleh petugas : Ya Tidak
 Jika tidak, alasan :
 Jika Ya, tindakan yang diberikan :
 Diberikan konseling psikososial : Ya Tidak
 Oleh siapa dan tindakan :
 Langkah selanjutnya
TANTANGAN DAN PELUANG
 Banyak prinsip hak asasi manusia internasional menjadi pedoman bagi perlindungan dari kekerasan
berbasis gender.
Prinsip-prinsip ini termasuk hak-hak bagi :
 Kehidupan, kemerdekaan dan keamanan manusia, Hak ini terancam ketika seseorang diperkosa atau
mengalami mutilasi alat genital perempuan/sunat perempuan
 Standar kesehatan fisik dan mental tertinggi yang dapat dicapai, Hak ini terhambat jika seseorang ditolak
aksesnya untuk mendapatkan pelayanan medis yang semestinya setelah mengalami perkosaan
 Bebas dari penyiksaan atau kekejaman, serta hukuman atau perlakuan yang tidak manusiawi atau
merendahkan.Sunat perempuan, perkosaan, kekerasan dalam rumah tangga yang sangat buruk, sterilisasi
paksa dan aborsi paksa, serta penolakan akses layanan aborsi yang aman bagi perempuan yang hamil
karena perkosaan dan perdagangan manusia, merupakan suatu bentuk penyiksaan atau hukuman yang
kejam, tidak manusiawi dan merendahkan.
 Bebas dari semua bentuk diskriminasi Hak ini akan terhalang jika undang-undang gagal melindungi
perempuan dan anak perempuan dari kekerasan berbasis gender dan/atau jika mereka harus ditemani oleh
suami atau ayah untuk mendapatkan pelayanan medis akibat perkosaan. Semua bentuk kekerasan
terhadap perempuan merupakan diskriminasi terhadap mereka
 Memasuki perkawinan dengan persetujuan penuh dan bebeas serta pemberian hak-hak yang setara dalam
perkawinan, selama perkawinan dan saat perceraian
 Kebebasan bergerak, berpendapat, berekspresi dan berkumpul Kebebasan ini akan terampas jika
seseorang diperdagangkan, dikurung paksa atau dilarang oleh suami atau orang tua mengakses atau l
THANK YOU

You might also like