You are on page 1of 88

K3

LISTRIK

.
KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3)

PENYEBAB KECELAKAAN :
TINDAKAN/PERBUATAN TIDAK AMAN (BERBAHAYA)
KONDISI YANG TIDAK AMAN (BERBAHAYA)
TINDAKAN TIDAK AMAN
Adalah suatu pelanggaran terhadap prosedur
keselamatan yang memberikan peluang
terhadap terjadinya kecelakaan

KONDISI TIDAK AMAN


Adalah suatu kondisi fisik atau keadaan yang
berbahaya yang mungkin dapat langsung
mengakibatkan terjadinya kecelakaan
KENAPA PERBUATAN TIDAK AMAN
DILAKUKAN ?

• KURANG PENGETAHUAN
• KURANG TERAMPIL/ PENGALAMAN
• TIDAK ADA KEMAUAN
• FAKTOR KELELAHAN
• JENIS PEKERJAAN YG TIDAK SESUAI
• GANGGUAN MENTAL
• KESALAHAN DALAM SIFAT DAN TINGKAH LAKU
MANUSIA
PERBUATAN BERBAHAYA
(UNSAFE ACTION)

• Menjalankan Mesin/ • Mengambil posisi pada tempat


Peralatan tanpa yang berbahaya
wewenang • Membetulkan mesin dalam
• Menjalankan Mesin/ keadaan jalan
Peralatan dgn kecepatan • Lalai memberikan peringatan atau
yg tidak semestinya lupa mengamankan tempat kerja
• Membuat Alat Pengaman • Bersenda gurau tidak pada
tidak berfungsi tempatnya
• Lalai menggunakan APD • Memaksakan diri untuk bekerja
• Mengangkat barang walaupun sakit
dengan cara yg salah • Merancang /memasang peralatan
tanpa pengaman
KONDISI BERBAHAYA
(UNSAFE CONDITION)

• Pelindung atau • Kebersihan lingkungan kerja


pembatas/pengaman yang yang jelek
tidak memadai • Polusi udara di ruangan kerja
• Peralatan/ perkakas dan (gas, uap, asap, debu, dsb.)
bahan yang rusak tetap • Kebisingan yang berlebihan
digunakan
• Pemaparan Radiasi
• Penempatan barang yang
salah • Ventilasi yang tidak memadai
• Sistem peringatan yang tidak • Penerangan yang tidak
memadai memadai
• Pengabaian terhadap
perkiraan bahaya
kebakaran/peledakan
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk
menciptakan keadaan lingkungan kerja yang aman, bebas
dari kecelakaan
kecelakaan adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan atau tidak disengaja serba tiba-tiba dan menimbulkan
kerugian baik harta (material) maupun jiwa/manusia

Bahaya yang dapat mengancam antara lain kecelakaan kerja,


pencemaran udara, kebisingan, dan kebakaran.

Pencegahan adalah segala daya upaya yang dilakukan secara


berencana untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
BAHAYA LISTRIK

• Bilamana anda bekerja dengan alat bertenaga listrik


atau instalasinya terdapat bahaya, terutama sengatan
arus listrik

• Seseorang dapat terkena bahaya listrik di rumah.


Pekerja terkena sengatan arus listrik di tempat kerja
yang disebabkan karena peralatan, bahan kerja,
tergesa-gesa dan udara terbuka. Resiko besar juga
diderita karena pekerjaan menggunakan peralatan
bertenaga listrik.
PENELITIAN KESELAMATAN KERJA LISTRIK

• Penyebab kematian karena listrik menduduki ketiga di


tempat kerja dengan usia antara 16- dan 17 tahun,
setelah kecelakaan karena kedaraan bermotor.
Kematian karena arus listrik 12 % di semua tempat
kerja, satu diantaranya pekerja muda
BAGAIMANA SENGATAN LISTRIK DAPAT TERJADI

• Sengatan listrik dapat terjadi bila terdapat arus yang


mengalir pada tubuh manusia. Arus akan melewati tubuh
dengan berbagai situasi. Sewaktu-waktu anda tersengat
karena beda potensial dua penghantar, arus melewati
diantara keduanya.

• Kebanyakan kabel instalasi rumah 220 volt berwarna


biru dan merah/hitam/kuning dan ground berwarna
loreng hijau-kuning. Ground sering dihubungkan dengan
kawat tembaga ketanah, atau pipa air terbuat dari logam
logam
SENGATAN ARUS LISTRIK DAN PENGARUHNYA PADA
TUBUH MANUSIA.
• 1mA.
Hanya merasa geli tidak menyenangkan.
• 5mA.
Sedikit merasa kejutan menganggu, tetapi
tidak pinsang. Kebanyakan orang dapat melepas
genggaman. Bagaimanapun kuatnya gerakan tanpa
disengaja dapat menyebabkan cidera.
• 6-25mA.
Kejutan kesakitan, kontrol otot hilang.
Tahap ini arus pembekukan dimulai, tidak
mungkin melepas gengaman
Lanjutan ...

• 50-150 mA.
Kejutan kesakitan hebat, pernafasan tertahan,
beberapa
otot mengkerut. Otot flexor menahan, otot extensor
menyebabkan kuat mendesak kesamping,
dimungkinkan
meninggal.
• 1.000 – 4.300 mA
Terjadi bilik jantung memompa darah tidak berirama.
Otot
mengkerut, terjadi kerusakan syaraf, mungkin
meninggal.
• 10 A
Jantung tertahan dan terjadi kebakaran serta
kematian.
Sumber: Terjemahan dari National Institute for Occupational
Safety and Health, 2002.
ARUS WAKTU
LISTRIK
1 1 mA 10 menit

2 2 mA 30 detik

3 5 mA 20 detik

4 10 mA 10 detik

5 15 mA 5 detik
NO ARUS WAKTU
LISTRIK
6 20 mA 2 detik

7 30 mA 1 detik

8 40 mA 0,2 detik

CATATAN : Arus listrik 1 (satu) Ampere = 1000 mili Ampere


Tegangan listrik 220 / 380 Volt.
TABLE
TEGANGAN SENTUH YANG DIIJINKAN (IEC)

Tegangan Sentuh Waktu Maksimum


(Volt) Yang Diijinkan (Detik)

£ 50 ~
50 5

75 1

90 0.5

110 0.2

150 0.1

220 0.05

280 0.03
TINGKAT BAHAYA KARENA SENGATAN ARUS LISTRIK
TERGANTUNG DARI :

• Banyaknya arus yang mengalir ke tubuh (amount of


the shocking current through the body).

• Lamanya arus yang mengalir


(the duration of the shocking current through the body)

• Jalan aliran arus yang mengalir ke tubuh


(path of the shocking current through the body).
DASAR – DASAR KESELAMATAN LISTRIK
Dasar hukum mengenai persyaratan keselamatan listrik
tertuang pada Permen Tenaga Kerja
No.Per.04/MEN/1988. Prinsip – prinsip keselamatan
pemasangan listrik antara lain :
a. Harus sesuai dengan gambar rencana yang telah disyahkan.
b. Mengindahkan syarat – syarat yang telah ditetapkan (PUIL)
c. Harus menggunakan tenaga terlatih.
d. Bertanggung-jawab dan menjaga keselamatan dan kesehatan
tenaga kerjanya.
e. Orang yang diserahi tanggung-jawab atas pelaksanaan
pekerjaan pemasangan instalasi listrik harus ahli dibidang
listrik, memahami peraturan listrik dan memiliki sertifikat dari
instansi yang berwenang.
KETENTUAN LAIN MENGENAI PERSYARATAN KESELAMATAN
KERJA BIDANG KETENAGALISTRIKAN
• Instalasi listrik yang telah selesai dipasang harus diperiksa
dan diuji sebelum dialiri listrik oleh pegawai pengawas
spesialis lstrik.
• Instalasi listrik yang telah dialiri listrik, instalatir masih terikat
tanggung-jawab satu tahun atas kecelakaan termasuk
kebakaran akibat kesalahan pemasangan instalasi.
• Harus ada pemeriksaan yang rutin terhadap isolator. Isolator
yang retak, terutama untuk tegangan menengah dan / atau
tegangan tinggi yang dapat mengakibatkan gangguan pada
pengusahaan atau dapat menimbulkan kecelakaan.
• Seluruh instalasi listrik, tidak hanya bagian yang mudah
terkena gangguan saja, tetapi juga pengaman, pelindung dan
perlengkapannya harus terpelihara dengan baik. Jangan
membiarkan instalasi yang aus, penuaan atau mengalami
kerusakan. Segera dilakukan penggantian.
• Isolator saklar minyak, transformator dan sebagainya pada
waktunya harus dibebaskan dari air, debu dan arang dan zat
asam, antara lain dengan cara penyaringan.
• Perlengkapan seperti relai lebih cepat terganggu
kerusakannya. Oleh sebab itu harus sering dilakukan
pengujian terhadapnya.
• Dalam melakukan pemeliharaan, dilarang menggunakan
perkakas kerja dan bahan yang magnetic dekat dengan medan
magnet perlengkapan listrik.
• Pelindung dan pengaman, yang selama pemeliharaan dibuka
/ dilepas, harus dipasang kembali pada tempatnya.
• Dilarang menyimpan bahan yang mudah terbakar di daerah
yang dapat membahayakan instalasi listrik.
• Diruang dengan bahaya ledakan tidak diijinkan mengadakan
perbaikan dan perluasan instalasi pada keadaan bertegangan ;
dan dalam keadaan aman, perlengkapan listrik harus
terpelihara dengan baik.
PEMERIKSAAN INSTALASI LISTRIK
1. POTENSI BAHAYA LISTRIK PADA INSTALASI
a Instalasi listrik memiliki potensi bahaya bagi manusia maupun
bagi instalasi itu sendiri. Potensi bahaya ini bisa menjadi
sumber penyebab terjadinya kecelakaan listrik
Terdapat 4 macam bahaya listrik yaitu :
• Bahaya kejut listrik karena tersentuh tegangan
• Bahaya kebakaran
• Bahaya panas yang dapat merusak isolasi
• Bahaya ledakan atau percikan metal panas
1.2. KONDISI YANG DAPAT MENUNJANG TERJADINYA
KECELAKAAN/KERUSAKAN /KEBAKARAN
Kondisi tersebut terjadi antara lain karena hal-hal berikut:
• Hubung pendek terjadi tanpa pengaman atau dengan
pengaman yang salah
• Beban lebih tanpa pengaman atau dengan pengaman yang tidak
sesuai.
• Ledakan, percikan api atau pemanasan lokal yang timbul karena
salah pemilihan dan penggunaan perlengkapan listrik
• Peralatan tidak memenuhi persyaratan keamanan baik yang
disyaratkan dalam standar maupun dalam PUIL.
• Pelaksanaan pemasangan sistem proteksi termasuk di
dalamnya sistem pembumian instalasi yang tidak benar
• Penggunaan identifikasi warna atau tanda lain yang tidak
benar.
• Kontak pada peralatan pemutus, terminal, sambungan, dan
pada klem buruk kondisinya
• Hilang kontak atau netral putus yang menimbulkan tegangan
tidak berimbang
• Keadaan lingkungan instalasi yang buruk
SUMBER KECELAKAAN KARENA LISTRIK
Sebab kemungkinan kecelakaan yang berasal dari peralatan:
• Peralatan sudah tua.
• Peralatan yang kondisinya tida baik.
• Peralatan yang tidak memenuhi persyaratan
keamanan/standar
Sebab kemungkinan kecelakaan yang berasal bukan
dari peralatan (peralatan memenuhi persyaratan).
• Kesalahan pengoperasian oleh pemakai instalasi/peralatan listrik.
• Kesalahan yang dilakukan oleh instalatur, karena salah memasang
peralatan (tidak mengikuti peraturan) atau salah memilih
peralatan/material yang tidak memenuhi persyaratan standar dan
persyaratan PUIL.
• Kesalahan yang dilakukan oleh pengawas, karena tidak cermat,
tidak disiplin
• Kesalahan yang dilakukan oleh perancang atau perencana, baik
karena salah memilih peralatan maupun karena salah
perhitungan/perencanaan
• Kesalahan karena kondisi peraturan dan kontrol yang belum
memadai
TUNTUTAN ATAU SYARAT UTAMA BAGI INSTALASI
• Instalasi harus aman bagi manusia, ternak dan harta benda
• Instalasi harus andal dalam arti memenuhi fungsinya secara
aman
• Instalasi harus andal dalam arti memenuhi fungsinya secara
aman bagi instalasi
• Instalasi listrik harus akrap lingkungan dalam arti tidak
merusak lingkungan
PERATURAN INSTALASI LISTRIK
• PUIL 2000 mempunyai maksud dan tujuan utama agar
pengoperasian instalasi listrik dapat terselenggara dengan
baik terutama untuk mencegah bahaya listrik
• Instalasi listrik harus direncanakan, dipasang, diperiksa,
dioperasikan dan dikelola/dipelihara secara berkala dengan
baik sesuai ketentuan PUIL 2000
• Para ahli dan teknisi yang mengerjakan tahap-tahap pekerjaan
instalasi tersebut harus memiliki kompetensi sesuai dengan
bidangnya
• Peralatan dan material instalasi yang digunakan harus
memenuhi persyaratan standar SNI atau standar lain yang
diberlakukan dan harus pula memenuhi persyaratan PUIL
antara lain sesuai penggunaan dan kemampuannya
PERTANGGUNG JAWABAN PEKERJAAN
• Pembangunan instalasi listrik sesuai dengan peraturan,
memerlukan biaya dan waktu dan dilakukan berdasarkan
persetujuan antara pemilik dan kontraktor
• Biaya, waktu pelaksanaan dan data teknis instalasi tersebut
serta ketentuan pelaksanaannya dicantumkan dalam
dokumen teknis (gambar, perhitungan teknis dan spesifikasi
peralatan/material listrik) yang merupakan bagian dari
kontrak perjanjian
• Hasil pemasangan instalasi harus diverifikasi dengan biaya
yang telah dikeluarkan oleh pemilik dan juga harus diveifikasi
kesesuaiannya dengan persyaatan PUIL 2000
SERTIFIKAT LAIK OPERASI
UU dan peraturan perundangan mempersyaratkan
sertifikat laik operasi bagi instalasi listrik baru atau
instalasi listrik lama yang telah mengalami
perubahan, sebelum instalasi tersebut dioperasikan
2. KETENTUAN PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
SESUAI PUIL 2000
LINGKUP PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
Instalasi listrik yang baru dipasang atau telah mengalami
perubahan, harus diperiksa dan diuji dulu sesuai dengan
ketentuan PUI 2000.
Pemeriksaan dan pengujian sistem pembumian (grounding)
instalasi domestik dan nondomestik harus mengikuti
ketentuan sistem pembumian yang ditrapkan, sesuai dalam
PUIL 2000
Pengujian sistem pembumian harus meliputi
• Pemeriksaan awal yang teliti terhadap bagian instalasi yang
penting
• Pengukuran yang dapat menunjukkan keefektifan sistem
pengaman (a.l. Pengukuran dan pengujian resistans
pembumian dan berfungsinya alat pengaman GPAS–gawai
proteksi arus sisa dan GPAL–gawai proteksi arus lebih)

Pemeriksaan awal mengenai


• Kesesuaian ukuran penghantar fase dan pengaman arus lebih
• Luas penampang minimum penghantar pengaman dan
kesesuaian pemasangannya
• Kontinuitas penghantar pengaman
• Apakah penghantar pengaman tidak terhubung dengan
penghantar fase?

• Tanda pengenal penghantar nol dan penghantar pengaman


• Apakah kotak kontak dan tusuk kontak telah mempunyai
penghantar pengaman dengan luas penampang yang cukup
dan telah terhubung pada kotak pengamannya?
• Apakah tegangan nominal sakelar pengaman cocok dengan
tegangan nominal jaringan.
• Instalasi listrik yang selesai dipasang, atau yang mengalami
perubahan, harus diperiksa dan diuji dahulu sebelum dialiri
listrik sesuai lingkup pemeriksaan dan pengujian yang
ditetapkan dan harus digunakan sesuai dengan ketentuan
dalam. Penyimpangan dari ketentuan ini dapat dilakukan pada
instalasi sementara dan instalasi kedutaan asing, dengan izin
khusus dari instansi yang berwenang
Pemeriksan dan pengujian instalasi listrik dilakukan
antara lain mengenai hal berikut
• Berbagai macam tanda pengenal dan papan peringatan
• Perlengkapan listrik yang dipasang
• Cara memasang perlengkapan listrik
• Polaritas
• Pembumian
• Resistans isolasi
• Keseimbangan sirkit
• Fungs pengamanan sistem instalasi listrik
Pemeriksaan dan pengujian disusul dengan uji coba.
ACUAN
 Pemeriksa instalasi listrik harus mentaati ketentuan dalam PUIL
2000 dan peraturan-peraturan lain sebagaimana disebut dalam
PUIL 2000:
 UU No. 1 tahun 1970
 Peraturan bangunan nasional
 Peraturan pemerintah RI tentang pengusahaan
kelistrikan
 Peraturan pemerintah RI tentang keselamatan kerja
 Peraturan menteri pertambangan dan energi tentang izin
usaha kelistrikan
 Peraturan menteri pertambangan dan energi tentang
standar nasional indonesia (SNI)
 Peraturan lainnya mengenai kelistrikan dan usaha
penunjangnya.
PEMBERITAHUAN KESIAPAN INSTALASI UNTUK
DIPERIKSA
Jika pekerjaan pemasangan instalasi listrik telah
selesai, pelaksana pekerjaan pemasangan instalasi
tersebut harus secara tertulis memberitahukan
kepada instansi yang berwenang bahwa pekerjaan
telah dilaksanakan dengan baik, memenuhi syarat
pengamanan sebagaimana diatur dalam PUIL 2000
ini serta siap untuk diperiksa dan diuji.
SERTIFIKAT LAIK OPERASI & DOKUMEN TERTULIS
LAINNYA
o Instalasi listrik yang sudah memenuhi semua
ketentuan dalam puil 2000 ini diberi sertifikat oleh
instansi yang berwenang dan dapat dioperasikan
dengan syarat tidak boleh dibebani melebihi
kemampuannya.
o Hasil pemeriksaan dan pengujian instalasi menurut
PUIL harus dinyatakan secara tertulis oleh badan
penguji.
UJI COBA
• Instalasi yang telah diperiksa dan diuji dengan hasi lbaik,
sesuai ketentuan PUIL, jika dipandang perlu harus diuji coba
dengan tegangan dan arus kerja menurut batas yang
ditentukan dan dalam tegangan dan arus kerja menurut batas
yang ditentukan dan dalam waktu yang disyaratkan.
• Pada waktu uji coba semua peranti yang terpasang dan akan
digunakan harus dijalankan, baik secara sendiri-sendiri
maupun serempak sesuai dengan rencana dan tujuan
penggunaannya.
• Hasil pemeriksaan dan pengujian, termasuk hasil uji coba,
harus dilaporkan dalam bentuk berita acara.
• Jika uji coba menunjukkan ada kesalahan dalam instalasi,
ujicoba itu harus dihentikan dan hanya dapat diulangi setelah
instalasi diperbaiki.
PEMERIKSAAN BERKALA
• Semua bagian instalas listrik harus diperiksa dan
dibersihkan secara berkala dan teratur berdasarkan
petunjuk, metode, dan program yang telah ditentukan.
• Hasil pemeriksaan berkala suatu instalasi harus dimuat
dalam laporan tertulis pemeriksaan.
• Instalasi listrik yang disiapkan untuk melayani keadaan
darurat, harus diperiksa dan dicoba secara berkala agar
keamanan dan keandalannya terjamin.
• Pemeliharaan semua instalasi listrik sementara dilapangan
pembangunan harus diawasi oleh orang yang berwenang
dan memikul tanggungjawab penuh atas keamanan
menggunakan, mengubah, dan menambah instalasi.
Instalasi sementara tersebut harus diperiksa dan diuji
secara berkala sesuai ketentuan mengenai instalasi
sementara, paling lama tiga bulan sekali sesuai dengan
keadaan dan tempat instalasi
PEMERIKSAAN BERKALA
Disarankan jadwal pemeriksaan dan pengujian
berkala berbaga iinstalasi sbb:
• Rumahtinggal 5 tahun
• Bangunan komersial 5 ”
• Bangunan industri 3 ”
• Sekolah 5 ”
• Rumahsakit 5 ”
• Komplek hiburan 1 ”
• Agrobisnis 3 ”
• Penerangan darurat 3 ”
• Sistem alarm kebakaran 1 ”
• Instalasi sementara 3 bulan
1. LATAR BELAKANG PERLUNYA PEMERIKSAAN
1.1. POTENSI BAHAYA LISTRIK PADA INSTALASI LISTRIK
 Instalasi listrik memiliki potensi bahaya bagi manusia maupun
bagi instalasi itu sendiri. Potensi bahaya ini bisa menjadi
sumber penyebab terjadinya kecelakaan listrik
 Terdapat 4 macam bahaya listrik yaitu :
 Bahaya kejut listrik karena tersentuh tegangan
 Bahaya kebakaran
 Bahaya panas yang dapat merusak isolasi
 Bahaya ledakan atau percikan metal panas
1.2. KONDISI YANG DAPAT MENUNJANG TERJADINYA
KECELAKAAN/KERUSAKAN /KEBAKARAN

 Kondisi tersebut terjadi antara lain:


 Hubung pendek terjadi tanpa pengaman atau dengan
pengaman yang salah
 Beban lebih tanpa pengaman atau dengan pengaman
yang tidak sesuai
 Ledakan, percikan api atau pemanasan lokal yang timbul
krn salah pemilihan & penggunaan perlengkapan listrik
 Peralatan tidak memenuhi persyaratan keamanan baik
yang disyaratkan dalam standar maupun dalam PUIL
 Pelaksanaan pemasangan sistem proteksi termasuk di
dalamnya sistem pembumian instalasi yang tidak benar
 Penggunaan identifikasi warna atau tanda lain yg tidak benar
 Kontak pada peralatan pemutus, terminal,s ambungan, dan
pada klem buruk kondisinya
 Hilang kontak atau netral putus yang menimbulkan tegangan
tidak berimbang
 Keadaan lingkungan instalasi yang buruk
1.3. SUMBER KECELAKAAN KARENA LISTRIK
 Sebab kemungkinan kecelakaan yang berasal dari peralatan
 Peralatan sudah tua.
 Peralatan yang kondisinya tidak baik
 Peralatan tidak memenuhi persyaratan keamanan/standar
 Sebab-sebab kemungkinan kecelakaan yang berasal bukan dari
peralatan (peralatan memenuhi persyaratan).
 Kesalahan pengoperasian oleh pemakai instalasi/peralatan
listrik.
 Kesalahan yang dilakukan oleh instalatur, karena salah
memasang peralatan (tidak mengikuti peraturan) atau salah
memilih peralatan/material yang tidak memenuhi persyaratan
standar dan persyaratan PUIL
 Kesalahan yang dilakukan oleh pengawas, karena tidak
cermat, tidak disiplin
 Kesalahan yang dilakukan oleh perancang atau perencana,
baik karena salah memilih peralatan maupun karena salah
perhitungan/perencanaan
 Kesalahan-kesalahan karena kondisi peraturan dan kontrol
yang belum memadai
1.4. TUNTUTAN ATAU SYARAT UTAMA BAGI INSTALASI
LISTRIK
 Instalasi harus aman bagi manusia, ternak dan harta benda
 Instalasi harus andal dalam arti memenuhi fungsinya secara
aman bagi instalasi
 Instalasi listrik harus akrap lingkungan alam ( tidak merusak)
1.5. PERATURAN INSTALASI LISTRIK
 PUIL 2000 mempunyai maksud dan tujuan utama agar
pengoperasian instalasi listrik dapat terselenggara dengan
baik terutama untuk mencegah bahaya listrik
 Instalasi listrik harus direncanakan, dipasang, diperiksa,
dioperasikan dan dikelola/dipelihara secara berkala dengan
baik sesuai ketentuan PUIL 2000
 Para ahli dan teknisi yang mengerjakan tahap-tahap pekerjaan
instalasi tersebut harus memiliki kompetensi sesuai dengan
bidangnya
 Peralatan dan material instalasi yang digunakan harus
memenuhi persyaratan standar SNI atau standar lain yang
diberlakukan dan harus pula memenuhi persyaratan PUIL
antara lain sesuai penggunaan dan kemampuannya
1.6. PERTANGGUNG JAWABAN PEKERJAAN
 Pembangunan instalasi listrik sesuai dengan peraturan,
memerlukan biaya dan waktu dan dilakukan berdasarkan
persetujuan antara pemilik dan kontraktor
 Biaya, waktu pelaksanaan dan data teknis instalasi tersebut
serta ketentuan pelaksanaannya dicantumkan dalam
dokumen teknis (gambar, perhitungan teknis dan spesifikasi
peralatan/material listrik) yang merupakan bagian dari
kontrak perjanjian
 Hasil pemasangan instalasi harus diverifikasi dengan biaya
yang telah dikeluarkan oleh pemilik dan juga harus diverifikasi
kesesuaiannya dengan persyaratan PUIL 2000.
1.7. SETIFIKAT LAIK OPERASI
 UU dan peraturan perundangan mempersyaratkan sertifikat
laik operasi bagi instalasi listrik baru atau instalasi listrik lama
yang telah mengalami perubahan, sebelum instalasi tersebut
dioperasikan
2. KETENTUAN PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN SESUAI
PUIL 2000

2.1. LINGKUP PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN


 Instalasi listrik yang baru dipasang atau telah mengalami
perubahan, harus diperiksa dan diuji dulu sesuai dengan
ketentuan PUIL 2000
 Pemeriksaan dan pengujian sistem pembumian instalasi
domestik dan nondomestik harus mengikuti ketentuan sistem
pembumian yang ditrapkan
Sistem pembumian yang diatur dalam PUIL adalah:
 SistemTN-S, dimana penghantar pengaman terpisah
diseluruh sistem
 SistemTN-C-S, dimana fungsi netral dan fungsi proteksi
tergabung dalam penghantar tunggal disebagian sistem
 SistemTN-C, dimana fungsi netral dan fungsi proteksi
tergabung dalam penghantar proteksi diseluruh sistem
 SistemTT, d imana BKT instalasi dihubungkan keelektroda
bumi yang secara listrik terpisah dar ielektroda bumi
sistem

Catatan: SistenTN-C-S digunakan pada instalasi yang disambung


pada jaringan PLN berdasarkan SPLN-3
Lanjutan 2.1
 Pengujian sistem pembumian harus meliputi:
 Pemeriksaan awal yang teliti terhadap bagian instalasi yang
penting
 Pengukuran yang dapat menunjukkan keefektifan sistem
pengaman (a.l. pengukuran dan pengujian resistans
pembumian danberfungsinya alat pengaman GPAS – gawai
proteksi arus sisa dan GPAL – gawai proteksi arus lebih
 Pemeriksaan awal mengenai:
 Kesesuaian ukuran penghantar fase dan pengaman arus lebih
 Luas penampang minimum penghantar pengaman dan
kesesuaian pemasangannya
 Kontinuitas penghantar pengaman
 Apakah penghantar pengaman tidak terhubung dengan
penghantar fase?
 Tanda pengenal penghantar nol dan penghantar pengaman
 Apakah kotak kontak dan tusuk kontak telah mempunyai
penghantar pengaman dengan luas penampang yang cukup
dan telah terhubung pada kotak pengamannya?
 Apakah tegangan nominal sakelar pengaman cocok dengan
tegangan nominal jaringan
Lanjutan 2.1.
 Instalasi listrik yang selesai dipasang,a tau yang
mengalami perubahan, harus diperiksa dan diuji dahulu
sebelum dialiri listrik sesuai lingkup pemeriksaan dan
pengujian yang ditetapkan dan harus digunakan sesuai
dengan ketentuan dalam PUIL. Penyimpangan dari
ketentuan ini dapat dilakukan pada instalasi sementara
dan instalasi kedutaan asing, dengan izin khusus dari
instansi yang berwenang
 Pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik dilakukan
antaralain mengenai hal berikut:
 Berbagai tanda pengenal dan papan peringatan
 Perlengkapan listrik yang dipasang
 Cara memasang perlengkapan listrik
 Polaritas

 Pembumian
 Resistans isolasi
 Kesinambungan sirkit
 Fungsi pengamanan sistem instalasi listrik
Pemeriksaan dan pengujian disusul dengan uji coba
2.2. ACUAN
 Pemeriksa instalasi listrik harus mentaati ketentuan dalam
PUIL 2000 dan peraturan-peraturan lain sebagaimana
disebutdalam PUIL 2000
 UU No. 1 tahun 1970
 Peraturan bangunan nasional
 Peraturan pemerintah RI tentang pengusahaan
kelistrikan
 Peraturan pemerintah RI tentang keselamatan kerja
 Peraturan menteri pertambangan dan energi tentang
izin usaha kelistrikan
 Peraturan menteri pertambangan dan energi tentang
standar nasional indonesia (SNI)
 Peraturan lainnya mengenai kelistrikan dan usaha
penunjangnya.
2.3. PEMBERITAHUAN KESIAPAN INSTALASI UNTUK
DIPERIKSA
Jika pekerjaan pemasangan instalasi listrik telah selesai,
pelaksana pekerjaan pemasangan instalasi tersebut
harus secara tertulis memberitahukan kepada instansi
yang berwenang bahwa pekerjaan telah dilaksanakan
dengan baik, memenuh isyarat juga pengamanan
sebagaimana diatur dalam PUIL 2000 serta siap untuk
diperiksa dan diuji.
2.4. SERTIFIKAT LAIK OPERASI & DOKUMEN
TERTULIS LAINNYA
 Instalasi listrik yang sudah memenuhi semua ketentuan
dalam puil 2000 ini diberi sertifikat oleh instansi yang
berwenang dan dapat dioperasikan dengan syarat tidak
boleh dibebani melebihi kemampuannya.
 Hasil pemeriksaan dan pengujian instalasi menurut PUIL
2000 harus dinyatakan secara tertulis oleh badan
penguji.
2.5. UJI COBA
 Instalasi yang telah diperiksa dan diuj idengan hasil baik,
sesuai ketentuan PUIL, jika dipandang perlu harus diuji
coba dengan tegangan dan arus kerja menurut batas
yang ditentukan dan dalam tegangan dan arus kerja
menurut batas yang ditentukan dan dalam waktu yang
disyaratkan.
 Pada waktu uji coba semua peranti yang terpasang dan
akan digunakan harus dijalankan, baik secara sendiri-
sendiri maupun serempak sesuai dengan rencana dan
tujuan penggunaannya.
 Hasil pemeriksaan dan pengujian, termasuk hasil uji
coba, harus dilaporkan dalam bentuk berita acara.
 Jika uji coba menunjukkan ada kesalahan dalam
instalasi, uji coba itu harus dihentikan dan hanya dapat
diulangi setelah instalasi diperbaiki.
2.6. PEMELIHARAAN
 Karena instalsi mengalami aus, penuaan atau kerusakan
yang akan mengganggu instalasi jika dibiarkan, secara
berkala instalasi harus diperiksa dan diperbaiki, dan
bagian yang aus, rusak atau mengalami penuaan
diganti.
 Perlengkapan tertentu seperti relai, kontaktor yang
bagiannya lebih cepat terganggu bekerjanya karena
mengalami aus, penuaan atau kerusakan, harus secara
berkala diperiksa dan dicoba, baik segi mekanis maupun
listriknya.
2.7. PEMERIKSAAN BERKALA
 Semua bagian instalasi listrik harus diperiksa dan dibersihkan
secara berkala dan teratur berdasarkan petunjuk, metode,
dan program yang telah ditentukan.
 Hasil pemeriksaan berkala suatu instalasi harus dimuat dalam
laporan tertulis pemeriksaan.
 Instalasi listrik yang disiapkan untuk melayani keadaan
darurat, harus diperiksa dan dicoba secara berkala agar
keamanan dan keandalannya terjamin
 Pemeliharaan semua instalasi listrik sementara dilapangan
pembangunan harus diawasi oleh orang yang berwenang dan
memikul tanggungjawab penuh atas keamanan
menggunakan, mengubah, dan menambah instalasi. Instalasi
sementara tersebut harus diperiksa dan diuji secara berkala
sesuai ketentuan mengenai instalasi sementara, paling lama
tiga bulan sekali sesuai dengan keadaan dan tempat instalasi.
3. PELAKSANA PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
3.1. LEMBAGA SERTIFIKASI
 Pemeriksa instalasi listrik harus menggunakan tenaga kerja
yang berkompeten sesuai dengan bidangnya dan bersertifikat
yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi yang diakreditasi
oleh lembaga akreditasi yang ditetapkan berdasarkan UU.
 Pemeriksa instalasi listrik wajib menjaga keselamatan dan
kesehatan tenaga kerjanya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja yang
berlaku
 Lembaga sertifikasi yang melakukan pemeriksaan dan
pengujian instalasi harus netral (tidakberpihak).
 Pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik domestik dan non
domestik dengan daya sampai 199kVA dan penerbitan
sertifikasi lai koperasi dilakukan oleh KONSUIL
 Sertifikat laik operasi dikeluarkan setelah instalasi listrik
diperiksa dan diuji dengan hasil baik.
 Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian instalasi
diatas199 kVA tegangan rendah dan tegangan tinggi
dilakukan oleh instansi lain yang netral.
 Catatan:
 Direktorat Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenaga kerjaan,
sesuai peraturan perundang-undangan terkait K3 Listrik
melakukan pemeriksaan instalasi listrik penerangan dan tenaga
yang merupakan obyek pengawasan dibidang K3 Listrik, dimana
tenaga kerja melakukan kegiatannya.
 Direktorat Jendral Listrik dan Pengembangan Energi, sesuai
peraturan perundang-undangan dibidang ketenaga listrikan,
menetapkan sistem standarisasi dan sertifikasi dibidang
ketenagalistrikan, termasuk diantaranya sertifikasi tenaga
ahli/teknisi dan sertifikasi instalasi listrik domestik dan non. Untuk
instalasi non domestik telah ditunjuk15 perusahaan pemeriksa.
3.2. PEMERIKSA/PENGUJI (INSPEKTOR)
 Orang yang diserahi tanggungjawab atas semua
pekerjaan pemeriksaan instalasi listrik harus ahli
(memiliki sertifikat kompetensi) dibidang kelistrikan,
memahami peraturan perlistrikan, menguasai pekerjaan
memasang instalasi listrik,dan memiliki izin bekerja dari
instansi yang berwenang.
 Penguji harus mampu menjaga keselamatan dirinya dan
juga orang lain didekat tempat pengujian
 Sikap dan tindakan pengujian yang harus dilakukan oleh
seorang penguji mencakup diantaranya:
 Meyakini bahwa tindakan keselamatan &
pengamanan dipatuhi
 Mempunyai pemahaman ttg instalasi, bagaimana
rancangannya dan bagaimana pemasangannya.
Meyakini bahwa instrumen uji yang akan digunakan
memenuhi standar yang ditentukan dan masih
mempunyai tanda lulus kalibrasi untuk menjamin
ketelitiannya

 Memeriksa bahwa penghantar uji yang akan dipakai


dalam keadaan baik perlu diproteksi oleh pengaman
lebur
4. DATA YANG DIPERLUKAN PENGUJI
 Penguji demikian pula pengguna instalasi harus memperoleh
data yang jelas tentang instalasi dan bagaimana melaksanakan
fungsi tersebut.
 Data yang diperlukan oleh seorang pemeriksa dan penguji
adalah :
 Gambar situasi
 Gambar instalasi sesuai ketentuan
 Jenis suplai apa fasa tunggal atau fasa tiga
 Kebutuhan maksimum instalasi
 Tindakan pembumian bagi instalasi
 Rincian rancangan instalasi termasuk susunan PHB
utama dan PHB cabang serta sirkit cabang dan sirkit
akhir
 Data mengenai rancangan instalasi termasuk
perhitungan untuk menentukan kebutuhan maksimum,
penampang penghantar fasa dan netral, penghantar
pengaman dan lainnya
 Metode yang diterapkan untuk menghindari tegangan
sentuh jika terjadi gangguan bumi.
 Daftar semua sirkit dan perlengkapan yang mungkin
menjadi rusak karena adanya pengujian
 Tanpa informasi yang lengkap ini penguji tidak dapat
memverifikasi apakah instalasi telah memenuhi regulasi
dan persyaratan atau bahwa instalasi telah dilaksanakan
sesuai rancangan
5. INSTRUMEN UJI
5.1. INSTRUMEN INSTRUMEN UJI YANG DIPERLUKAN
 Ohmeter resistans rendah
 Pengukur resistans isolasi
 Pengukur impedans lingkar gangguan bumi
 Penguji GPAS
 Pengukur resistans elektroda bumi
 Penguji tegangan terpasang
5.2. PERSYARATAN INSTRUMEN UJI
 Harus disimpan dengan baik dan selalu selalu dalam
keadaan siap pakai.
 Secara berkala harus dikalibrasi agar ketelitian yang
disyaratkan dipenuhi
 Bila cacat karena perlakuan mekanis yang kasar, harus
diuji ulang
 Harus diperiksa setiap 2 tahun bagi istrumen yang
jarang digunakan
 Harus diperiksa setiap tahun bagi instrumen yang sering
dipakai.
 Untuk instrumen digital persyaratan ketelitian ±5%
 Untuk instrumen analog persyaratan ketelitian ±2% dari
kisar skala penuh sehingga terpenuhi ketelitian ±5%
6. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DAN
PENGUJIAN INSTALASI
6.1. PEMERIKSAAN PENANDAAN DAN TANDA
PERHATIAN
 Label pada pengaman lebur
 Penandaan pada sakelar utama
 Berbagai informasi pada gamba rinstalasi
 Pengumuman pada PHB utama tentang pengujian
terakhir dan pengujian berkala berikutnya.
 Tanda peringatan adanya bahaya jika penghantar
bumi dilepas pada titik: elektrodabumi, terminal
pembumi utama & penghantar pengikat ekipotensial
6.2. PEMERIKSAAN ATAU INSPEKSI SEBELUM
DILAKUKAN PENGUJIAN
o Tidak terlihat cacat atau rusak
o Telah dipilih dan dipasang secara benar
o Telah memenuhi dan sesuai standar yang berlaku
o Sudah cocok dengan kondisi sekeliling yang berlaku
6.3. URUTAN PENGUJIAN YANG AMAN
 Sebelum instalasi dihubungkan dengan suplai
 Kontinuitas penghantar proteksi
 Kontinuitas penghantar pengikat
 Resistans isolasi
 Isolasi yang dilaksanakan setempat
 Proteksi dengan pemisahan
 Proteksi dengan penghalang Dan penyelungkupan
 Resistans isolasi lantai dan dinding
 Polaritas
 Resistans elektrode bumi
Sesudah instalasi dihubungkan dengan suplai:
o Meyakini polaritas yang benar
o Impedans lingkar gangguan bumi
o Bekerjanya GPAS
o Bekerjanya GPAS
o Bekerjanya semua sakelar, pemutus sirkit dan pemisah
6.4. PEMERIKSAAN BERKALA
Disarankan jadwal pemeriksaan dan pengujian berkala
berbagai instalasi sbb:
Rumah tinggal ....... 5 tahun
Bangunan komersial ..... 5 tahun
Bangunan industri ..... 3 tahun
Sekolah ....... 5 tahun
Rumah sakit ...... 5 tahun
Komplek hiburan ...... 1 tahun
Agrobisnis ....... 3 tahun
Penerangan darurat ..... 3 tahun
Sistem alarm kebakaran..... 1 tahun
Instalasi sementara ........... 3 bulan
6.5. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DAN
PENGUJIAN INSTALASI DOMESTIK
 Kontraktor harus menyerahkan berkas yang berisi a.l:
o Perhitungan tentang jenis dan penampang kabel, susut
tegangan dan impedans lingkar bumi
o Daftar peralatan/material listrik yang terpasang beserta
jumlah dan spesifikasinya
o Sertifikat kontraktor yang menyatakan bahwa instalasi
telah selesai dipasang dengan baik dan telah diperiksa
dan atau diuji internal oleh kontraktor
o Tanda pelunasan biaya pemeriksaan dan pengujian
Kontraktor harus menyiapkan petugas untuk
mendampingi penguji KONSUIL dan membantu
kelancaran pelaksanaan pengujianinstalasi.
 Kontraktor bersedia menyaksikan pelaksanaan
pengujian dan membubuhkan tandatangan pada borang
pengujian KONSUIL bersama pemilik rumah
 KONSUIL mengirim penguji kelapangan untuk
melaksanakan pemeriksaan dan pengujian dengan
berpedoman pada borang pengujian yang sudah baku
 Setelah pemeriksaan selesai dan data hasil
pemeriksaan telah dituangkan padaborang, penguji
membubuhkan tandatangan pada borang tersebut
 Penanggungjawab kontraktor atau yang diberi
wewenang bersama pemilik instalasi harus
membubuhkan tanda tangannya pada borang pengujian
untuk kesaksiannya bahwa pemeriksaan dan pengujian
telah dilaksan sesuai prosedur.
TIM ahli melakukan evaluasi atas gambar instalasi dan
borang yang telah diisi dan ditandatangani. Selanjutnya
TIM ahli memberi penilaian apakah instalasi laya katau
tidak diberi sertifikat
 Instalasi yang memenuhi syarat diberi sertifikat yang
ditandatangan ioleh Ketua KONSUIL.
6.6. TEMUAN ATAU PENYIMPANGAN YANG
SERING DIJUMPAI.

 Hal-hal yang tidak sesuai ketentuan, mengakibatkan


pemeriksaan ulang harus dilaksanakan. Biaya
pemeriksaan bertambah a.l.:
o Instalasi belum ada atau belum selesai dipasang
o Alamat tidak ditemukan.
o Gambar situasi tidak jelas dan atau tidak dikenal warga
setempat.
o Instalasi telah tersambung kejaring PLN oleh instalatur
yang bersangkutan.
o Penghuni melarang listrik dimatikan agar bebas
tegangan, akibatnya gagal dilaksanakan pengujian
o Denah setempat tidak sesuai dengan gambar,
misalnya gambar untuk 1 lantai, kenyataannya
bangunannya 2 lantai Luas bangunan menurut
gambar 6X8 m2 pada kenyataannya 8X29 m2
o Gambar instalasi/bagan satu garis tidak sesuai
dengan yang terpasang
Lanjutan 6.6
 Kesalahan atau penyimpangan teknis yang tergolong
MAYOR, menjadikan instalasi tidak laik operasi
 Hasil ukur tahanan isolasi tidak memenuhi
persyaratan PUIL.
 Ukuran penghantar saluran utama kurang dari 4mm2
(Cu)
 Penghantar sirkit akhir tanpa penghantar pembumian
 Letak kotak kontak tanpa pengaman tutup/putar
kurang dari 1,25 m
 Sistem pembumian, elektroda bumi, penghantar PE
tidak ada
 Penghantar elektroda bumi lebih kecil dari
penghantar saluran utama untuk saluran utama s/d
35 mm2
 Penggabungan penghantar netral dengan penghantar
pembumian tidak dilakukan di PHB/KHB
 Warna penghantar netral tidak biru muda
 Warna penghantar pembumian tidak loreng hijau-kuning
Ada yang hijau biru
 PHB/KHB tidak dilengkap sakelar utama, kecuali untuk 1
(satu) sirkit dan KHB cabang yang berjarak kurang dari 5 m
 Penghantar sirkit cabang tidak dilengkapi pengaman
 Jumlah titik beban terpasang tidak sesua igambar di JILDAK
 Polaritas KKB dan atau fiting lampu dan atau sakelar tak
benar
 Besar pengaman tidak memperhatikan KHA saluran /
penghantar yang diamankan dan tidak memperhatikan
besar beban
 Penggabungan penghantar dengan jenis yang berbeda (Cu
dan Al) tidak menggunakan alat sambung bimetal
Lanjutan 6.6
 Kesalahan atau penyimpangan yang sementara ini
dikategorikan MINOR, sehingga instalasi bisa dianggap
laik operasi.
o Simbol yang digunakan tidak sesuai PUIL 2000
o Gambar bagan satu garis tidak sesuai dengan gambar
Instalasi
o Tanda jumlah dan macam hantaran tidak ada
o Jenis, penampang penghantar dan tabel beban tidak ada
o Tanda hantaran naik/turun pada denah bertingkat tak ada
o Simbol/gambar peralatan terpasang permanen (motor,AC
sentral dll) termasuk alat kontrolnya serta data teknis tidak
ada
7. DOKUMENTASI PEMERIKSAAN DAN
PENGUJIAN.
• Data pelanggan
• Surat permintaan pemeriksaan dan pengujian.
• Laporan.
• Laporan pemeriksaan dan pengujian dibuat sesingkat
mungkin, hanya memua hal-hal yang esensiil saja
3. PENANGANAN P3K DALAM K3
KASUS TERSENGAT ARUS LISTRIK

• Bila korban masih berhubungan dengan kontaknya, matikan


sumber arus listrik atau tolong korban dengan cara
mengisolasi diri dari tanah. Kemudian tarik korban pada
pakaiannya
• Bila korban tidak pingsan, beri minum larutan NaHCO3 (1
sendok teh dalam 1 gelas air)
• Bila korban pingsan, lakukan langkah penyadaran, jika
pernafasan terhenti beri pernafasan buatan.
Tidak memberi minum pada saat korban pingsan.
• Korban segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan
lebih lanjut.
SISTEM MANAJEMEN K3 (SMK3)
SMK3 ialah singkatan dari Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang merupakan bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian risiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif
SIKLUS PROSES SMK3
yaitu mulai dari proses pengembangan komitmen & kebijakan –
perencanaan – pelaksanaan – pengukuran & evaluasi – peninjauan
ulang & peningkatan oleh manajemen dst sehingga terjadi proses
perbaikan

Tahapan Proses dalam SMK3:


A. Komitmen dan Kebijakan
1. Kepemimpinan dan Komitmen:
Komitmen untuk menerapkan SMK3 di tempat kerja, mutlak
harus diberikan oleh semua pihak, terutama dari pihak manajemen
/pengurus dan tenaga kerja. Oleh karena itu, perusahaan harus:
Membentuk organisasi tempat kerja untuk terciptanya K3.
Menyediakan anggaran dan personil yang memadai.
Melakukan perencanaan dan pelaksanaan Program K3.
Melakukan penilaian atas kinerja Program K3.
2.Tinjauan awal K3
Manajemen harus melakukan tinjauan awal K3 dengan cara:
Mengidentifikasikan kondisi yang ada.
Mengidentifikasikan sumber bahaya.
Penguasan pengetahuan, peraturan perundangan & standar K3.
Membandingkan penerapan K3 di perusahaan lain yg lebih baik.
Meninjau sebab akibat dari kejadian yang membahayakan.
Menilai efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
3.Kebijakan K3.
Kebijakan K3 merupakan pernyataan kepada umum yg ditandatangani
oleh manajemen senior yang menyatakan komitmen dan kehendaknya
untuk bertanggung jawab terhadap elemen K3:
Komitmen tertulis, ditandatangani pengurus tertinggi.
Memuat visi dan tujuan yang bersifat dinamis.
Memuat kerangka kerja dan program kerja.
Dibuat melalui proses konsultasi dengan pekerja/wakil pekerja.
Disebarluaskan kepada seluruh pekerja
B. Perencanaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan:
Perencanaan manajemen risiko.
Menetapkan tujuan dan sasaran dari kebijakan K3.
Menggunakan indikator kinerja sebagai penilaian kinerja K3.
Menetapkan sistem pertanggung jawaban & cara pencapaian
kebijakan K3.
C. Penerapan
Pada tahap ini, perusahaan perlu memperhatikan:
1. Jaminan Kemampuan, yaitu:
Tersedianya personil terlatih, sarana dan dana yang memadai.
Tersedianya sistem & prosedur yang terintegrasi dengan K3.
Adanya Tanggungjawab dan akuntabilitas K3 dari Pengurus
Adanya motivasi/ kesadaran pekerja tentang SMK3.
Adanya komunikasi dengan pekerja tentang penerapan SMK3.
Adanya seleksi, penilaian dan pelatihan kompetensi untuk K3.
2. Kegiatan pendukung
Komunikasi dua arah yang efektif antara pengurus dan pekerja.
Pelaporan, guna menjamin SMK3 dipantau, kinerjanya
ditingkatkan.
Dokumentasi sistem dan prosedur kegiatan perusahaan.
Pengendalian Dokumen, hanya yang berlaku yang digunakan.
Adanya pengendalian rekaman sebagai bukti penerapan SMK3
3. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko
Pada saat perancangan, rekayasa, pengadaan & pelaksanaan.
Lakukan pengendalian administratip & APD pada pelaksanaan.
Tinjau ulang kontrak dan persyaratan saat pembelian.
Persiapkan prosedur menghadapi keadaan darurat, insiden dan
pemulihan keadaan darurat

You might also like