You are on page 1of 51

KESEHATAN REPRODUKSI DAN

PENCAPAIAN TARGET MDGs

Dr. Subandi Sardjoko

DIREKTUR KEPENDUDUKAN, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, DAN PERLINDUNGAN ANAK,


BAPPENAS

Disampaikan pada acara Workshop Penyusunan Rekomendasi Terhadap Komisi Kesehatan


Reproduksi dan Forum Database
Palembang, 28 Juni 2010

1
OUTLINE PAPARAN

I. PENDAHULUAN
II. MDGS DAN RPJMN 2010-2014
III. STATUS PENCAPAIAN MDGS
IV. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PERCEPATAN PENCAPAIAN
TUJUAN MDGS
2
I. PENDAHULUAN

3
Millenium Development Goals (MDGs)
Sebuah paket berisi tujuan yang mempunyai batas
waktu dan target terukur untuk menanggulangi
kemiskinan, kelaparan, pendidikan, diskriminasi
perempuan, kesehatan ibu dan anak, pengendalian
penyakit, dan perbaikan kualitas lingkungan.
Diformulasikan di UN Millenium Summit (New York, Sept, 2000)

8 Tujuan MDGs

4
8 Tujuan MDGs
GOAL 1 : MEMBERANTAS KEMISKINAN DAN KELAPARAN
GOAL 2 : MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA
GOAL 3 : MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
GOAL 4 : MENURUNKAN KEMATIAN ANAK
GOAL 5 : MENINGKATKAN KESEHATAN IBU
GOAL 6 : MENGENDALIKAN HIV DAN AIDS, MALARIA DAN
PENYAKIT MENULAR LAINNYA (TB)
GOAL 7 : MENJAMIN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
GOAL 8 : MENGEMBANGKAN KEMITRAAN PEMBANGUNAN DI
TINGKAT GLOBAL

5
II. MDGs DAN RPJMN 2010-2014

6
RPJMN 2010-2014 DAN PENCAPAIAN MDGS

 Paruh waktu kedua sejak 2000 bagi upaya


pencapaian MDGs 2015

 Kesempatan terakhir (Last Shot) bagi percepatan


pencapaian MDGs secara sistematis

 Pengarusutamaan pencapaian MDGs dalam


RPJMN 2010-2014 dengan penetapan
program/kegiatan, sasaran, indikator dan target
terukur, serta jaminan penyediaan sumber
pembiayaan.

7
Internalisasi MDGs
Dalam Pembangunan Nasional

MDGs RPJP
VISI & MISI PRESIDEN
2005-2025
PRIORITAS NASIONAL
RPJMN
(5 TAHUN) ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
PROGRAM DAN KEGIATAN
RENSTRA

Program Sektoral
RENCANA KERJA
Program Regional
PEMERINTAH (RKP)

RAPBN Pelaksanaan
Program
RAPBD
8
8
III. STATUS PENCAPAIAN MDGs
GOAL 5 : MENINGKATKAN KESEHATAN IBU

9
GOAL 5 : MENINGKATKAN KESEHATAN IBU

Target 5A: Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga-perempat dalam kurun
waktu 1990 - 2015
Indikator Acuan Dasar Saat Ini Target Status
Angka Kematian 1991: 390 2007: 228 (SDKI) 2015: 102 Diperkirakan
Ibu per 100.000 (SDKI) RPJM 2014: 118 sulit tercapai,
kelahiran hidup masih perlu
upaya keras
untuk mencapai
target 2015.
Proporsi 1994: 47,2 2009: 77,4 RPJM 2014: 90 Diperkirakan
kelahiran yang persen persen persen akan tercapai.
ditolong tenaga (Susenas) (Susenas)
kesehatan
terlatih (%)

10
STATUS SAAT INI DAN KECENDERUNGANNYA (1)

Tren nasional dan proyeksi Angka Kematian Ibu (1991-2025)

390
Kematian ibu per 100.000 k.h.

334
307

228
Tren AKI SDKI
226
MDG target
RPJM 2009 118
RPJM 2014

102
1992

1998

2004

2008

2010

2014
1990

1994

1996

2000

2002

2006

2012
Keadaan gizi masyarakat telah membaik pada tahun-tahun terakhir,
sebagaimana yang dapat dilihat dari penurunan prevalensi anak balita
dengan
Sumber: beratdengan
SDKI 2007 badandata
rendah
terpilihatau kurang
(1994, gizi.
1997, 2002-2003)
STATUS SAAT INI DAN KECENDERUNGANNYA (2)
Tren nasional persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih (1994-2009)
80 77,4
74,9
71,5 72,4 72,5
70,4
68,4 67,9
70 66,9 66,6
63,1

60 56,3 56,0

49,7 49,2
50 47,2

40

30
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Sumber: Susenas 1994-2009


Cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan terus menerus meningkat, namun
demikian, masih diperlukan upaya yang lebih keras untuk mencapai target
nasional pada tahun 2014 sebesar 90 persen.
STATUS SAAT INI DAN KECENDERUNGANNYA (3)
Pelayanan Antenatal K1 dan K4, 1995 - 2008

100 92,7 93,0 90,4 91,2 92,7


87,8 89,1 87,6 88,3 88,6 87,7 88,1 88,6
85,0
90
80
86,0
70 77,4 77,0 77,1 79,6 80,3
75,7 75,0 73,0 76,3
60 71,3 71,9
68,5
64,8
50
40
30
20
10
0
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Kunjungan (K1) 4 Kunjungan (K4)

Sumber: Profil Kesehatan, berbagai tahun

Peningkatan cakupan pelayanan antenatal berjalan lambat dan fluktuatif, terutama


untuk cakupan K4 yang angkanya selalu jauh lebih rendah dari K1. Padahal,
cakupan pelayanan antenatal memiliki peran penting dalam mengidentifikasi secara
dini kehamilan risiko tinggi untuk dapat mencegah komplikasi dan kematian ibu.
0
100

40

10
20
30
50
60
70
80
90
Maluku 42,3
Maluku Utara 47,3
Sulawesi Barat 47,6
Sulawesi Tenggara 48,8
Papua 49,2
Nusa Tenggara Timur 50,1
Kalimantan Barat 59,1
Papua Barat 60,5
Sulawesi Tengah 62,5

Sumber: Susenas, BPS 2009


Gorontalo 63,1
Kalimantan Tengah 63,7
Banten 69,0
Sulawesi Selatan 69,6
Jawa Barat 70,3
Jambi 70,5
Nusa Tenggara Barat 71,3
Kalimantan Selatan 76,0
Lampung 76,3
INDONESIA 77,4
Sumatera Selatan 78,7
Riau 82,8
Sulawesi Utara 82,8
Jawa Tengah 84,3
Bengkulu 85,2
Kep. Bangka Belitung 85,3
Kalimantan Timur 85,4
Aceh 85,9
Jawa Timur 86,3
Kep. Riau 87,6
Sumatera Utara 88,7
provinsi, Indonesia, 2009

Sumatera Barat 88,9


Bali 96,2
DI Yogyakarta 96,9
Analisis Regional

DKI Jakarta 98,1


%

daerah perkotaan (70 persen) dibanding di daerah perdesaan (29 persen).


Masih terjadi

lebar dalam hal

ditolong tenaga

Disamping itu, persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih lebih tinggi di
sebesar 42,3 %
Tertinggi di DKI
kesehatan terlatih.
Distribusi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih menurut

cakupan persalinan
disparitas yang cukup

Terendah di Maluku
Jakarta sebesar 98,1
Disparitas Capaian K1 dan K4 Antarprovinsi, 2007
DKI Jakarta 100,0 Jawa Barat 95,8
DI Yogyakarta 99,3 DKI Jakarta 95,8
Nusa Tenggara Barat 98,5 Sumatera Utara 94,5
Sulawesi Selatan 98,4 DI Yogyakarta 93,8
Jawa Timur 97,5 Nusa Tenggara Barat 93,8
Sumatera Selatan 97,2 Bali 93,8
Sumatera Utara 97,2 Nusa Tenggara Timur 89,5
Bali 96,5 Kep. Bangka Belitung 86,8
Banten 95,6 Jawa Tengah 86,7
Kalimantan Timur 94,3 Indonesia 86,0
Riau 93,9 Riau 85,5
Kep. Bangka Belitung 93,8 Sumatera Barat 85,5
Indonesia 92,7 Lampung 84,5
Lampung 92,3 Kalimantan Tengah 84,2
Jambi 92,2 Sumatera Selatan 83,6
Kalimantan Barat 91,8 Jambi 83,6
Kalimantan Selatan 91,0 Sulawesi Selatan 83,2
Kep. Riau 91,0 Gorontalo 82,6
Jawa Tengah 90,6 Jawa Timur 82,5
Sumatera Barat 90,1 Bengkulu 80,4
Gorontalo 89,7 Kep. Riau 79,3
Sulawesi Utara 89,5 Aceh 78,6
Maluku 89,5 Kalimantan Timur 77,9
Bengkulu 89,0 Kalimantan Selatan 77,9
Nusa Tenggara Timur 88,8 Banten 75,7
Kalimantan Tengah 88,7 Sulawesi Utara 75,3
Jawa Barat 88,5 Sulawesi Tenggara 75,2
Aceh 86,0 Sulawesi Tengah 73,4
Sulawesi Barat 85,5 Papua Barat 68,2
Sulawesi Tengah 85,0 Maluku Utara 68,2
Maluku Utara
Sulawesi Tenggara
83,5 K1 Kalimantan Barat
Maluku 64,0
67,8
K4
83,1
Papua 79,9 Sulawesi Barat 64,0
Papua Barat 74,5 Papua 38,5

30 40 50 60 70 80 90 100
60 70 80 90 100

Sumber data : Profil Kesehatan, 2008


Disparitas antarwilayah dalam pelayanan antenatal (K1 dan K4) cukup signifikan.
 Cakupan K1 : Tertinggi di DKI Jakarta (100 %) dan terendah di Papua Barat (74,5%)
 Cakupan K4 : Tertinggi di Jawa Barat (95,8 %) dan terendah di Papua (38,5%)
Distribusi Persalinan di Fasilitas Kesehatan Kesenjangan capaian persalinan di fasilitas kesehatan
Antarprovinsi, 2007 berdasarkan tingkat ekonomi, pendidikan dan kota-
desa, 2007
Sulawesi Tenggara 8,4
Bengkulu 12,1
Maluku 12,4 Angka Nasional 46,1

.
Sulawesi Barat 12,6

Kekayaan
Kalimantan Tengah 14,1 Teratas 83,3

Kuantil
Indeks
Maluku Utara 18,0
Sulawesi Tengah 19,0 Terbawah 13,6
Kalimantan Selatan 19,4
Nusa Tenggara Timur 20,7 SMA ke atas 71,2
Gorontalo 21,7
Aceh 24,8 Tidak Tamat SMA 48,7

Pendidikan Ibu
Jambi 26,1
Papua 26,2 Tamat SD 31,0
Sulawesi Selatan 30,6
Nusa Tenggara Barat 32,2 Tidak tamat SD 22,0
Sumatera Selatan 33,4
Kalimantan Barat 33,7 Tidak Sekolah 15,4
Sumatera Utara 35,0
Banten 38,1 Perdesaan 28,9

Tempat
Daerah

Tinggal
Papua Barat 39,0
Kep. Bangka Belitung 43,2 Perkotaan 70,3
Riau 43,6
Jawa Barat 44,6 0 20 40 60 80 100
Lampung 44,7
Kalimantan Timur 45,8
Indonesia 46,1 Disparitas persentase persalinan di
Jawa Tengah 53,1 fasilitas kesehatan antarprovinsi masih
Sulawesi Utara 55,0
Sumatera Barat 63,5
cukup lebar.
Jawa Timur 65,5  Tertinggi di Provinsi Bali (90,8 %)
Kep. Riau 76,3
DI Yogyakarta 86,8  Terendah di Sulawesi Tenggara
DKI Jakarta 88,4
Bali 90,8
(8,4%)
0 20 40 60 80 100 Selain itu, terdapat kesenjangan
pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk
Sumber data : SDKI, 2007 persalinan antara kota-desa, antar
tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi.
TANTANGAN
1. Terbatasnya akses masyarakat terhadap fasilitas layanan kesehatan
yang berkualitas
2. Terbatasnya jumlah dan persebaran tenaga kesehatan terlatih,
terutama bidan.
3. Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya menjaga kesehatan dan keselamatan ibu.
4. Masih rendahnya status gizi ibu hamil.
5. Masih tingginya risiko kematian ibu akibat faktor 4 ”terlalu”: (i)
terlalu banyak (anak), (ii) terlalu lama (untuk mendapatkan layanan),
(iii) terlalu tua, atau (iv) terlalu muda (usia ibu).
6. Belum optimalnya sistem perlindungan pembiayaan kesehatan
untuk ibu hamil, khususnya kasus emergensi.
7. Pengukuran AKI masih belum tepat, karena sistem pencatatan
penyebab kematian ibu masih belum adekuat.
17
GOAL 5 : MENINGKATKAN KESEHATAN
IBU

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015
Indikator Acuan Dasar Saat Ini Target Status
Tingkat pemakaian 1991 : 49,7% 2007 : 61,4% Meningkat Akan tercapai
kontrasepsi/ (SDKI) (SDKI) (on track)
contraceptive
prevalence rate (CPR)
CPR cara modern 1991 : 47,1% 2007 : 57,4% Meningkat Akan tercapai
pada wanita usia 15- (SDKI) (SDKI) (on track)
49 tahun

Tingkat kelahiran 1991 : 2007 : Menurun Akan tercapai


pada remaja (per Kota : 39 Kota : 26 (on track)
1000 perempuan usia Desa : 82 Desa : 74
15-19 tahun) Total : 67 Total : 35
(SDKI) (SDKI)
Cakupan pelayanan 1995 : 2007 : Meningkat Akan tercapai
antenatal (K1 dan K4) K1 : 85% K1 :92,7% (on track)
K4 : 64,8% K4 : 86% (2007)
(Profil Kesehatan) (Profil Kesehatan)
Unmet need KB 1991 : 12,7% 2007 : Menurun Memerlukan perhatian
(SDKI) 9,1% khusus (need special
attention. 18
STATUS SAAT INI DAN KECENDERUNGANNYA (1)

• Pengendalian kuantitas penduduk merupakan salah satu prioritas


dalam pembangunan nasional.
 Di samping untuk tujuan pengendalian jumlah penduduk, KB
juga dilakukan dalam upaya pemenuhan hak reproduksi PUS
dalam rangka peningkatan kesehatan ibu dan anak.
• Pembangunan kependudukan dan KB diperkuat dengan
ditetapkannya UU No. 52/2009 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
• Pembangunan kependudukan dan KB telah berhasil menurunkan
angka kelahiran total (total fertility rate/TFR) dari 3,0 (SDKI 1991)
menjadi 2,3 anak per perempuan usia reproduksi (SDKI 2007, TFR
setelah dikoreksi)
 lebih dari 100 juta kehamilan atau kelahiran berhasil dicegah
sejak 1971
19
STATUS SAAT INI DAN KECENDERUNGANNYA (2)
• Meningkatnya angka pemakaian kontrasepsi/contraceptive
prevalence rate (CPR)
Tren CPR pada perempuan menikah usia 15-49 tahun, 1991-2007

Sumber: SDKI 1991 - 2007

 CPR cara modern meningkat sekitar 10 persen selama periode hampir 2 dekade
 CPR cara modern diharapkan terus meningkat menjadi sekitar 65 persen di tahun
2015.
20
Tren Persentase CPR, Per Provinsi
Prevalensi Penggunaan Kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate), 1991 - 2007
1991 1994 1997 2002/2003 2007
No Provinsi Semua Cara Semua Cara Semua Cara Semua Cara Semua Cara
Cara Modern Cara Modern Cara Modern Cara Modern Cara Modern
1 Nangroe Aceh D 28,9 24,9 32,3 30,1 37,1 36,3 - - 47,7 45,4
2 Sumatera Utara 37,2 34,0 47,0 40,2 46,0 42,0 52,5 43,2 54,2 42,6
3 Sumatera Barat 40,3 37,8 44,2 41,1 44,8 41,8 52,9 46,2 59,9 52,8
4 Riau 39,8 35,2 41,0 38,6 48,0 44,1 54,8 55,7 56,7 52,8
5 Jambi 47,9 46,3 55,1 54,1 61,8 60,3 59,0 57,9 65,2 62,5
6 Sumatera Selatan 47,1 44,6 52,9 50,1 57,9 54,8 61,4 58,6 64,8 62,6
7 Bengkulu 58,3 55,9 61,6 60,2 66,6 62,3 68,2 64,0 74,0 70,4
8 Lampung 53,8 50,8 59,3 57,9 66,5 64,7 61,4 58,9 71,1 66,0
9 Bangka Belitung - - - - - - 65,1 63,3 67,8 64,7
10 Kepulauan Riau - - - - - - - - - 54,0
11 DKI Jakarta 56,0 51,8 59,7 54,8 58,9 53,9 63,2 57,4 60,1 56,4
12 Jawa Barat 51,0 49,7 56,7 56,0 57,6 56,5 59,0 57,5 61,1 60,3
13 Jawa Tengah 49,7 48,1 61,1 59,6 62,4 61,4 65,0 62,2 63,7 60,0
14 D.I. Yogyakarta 71,3 57,0 69,5 59,7 72,9 63,7 75,6 63,2 66,9 54,8
15 Jawa Timur 55,4 53,0 55,9 53,5 61,1 58,0 67,0 63,2 66,1 62,3
16 Banten - - - - - - 58,6 57,3 57,4 55,4
17 Bali 71,9 70,2 68,4 66,5 68,1 66,2 61,2 58,9 69,4 65,4
18 Kalimantan Barat 44,4 42,9 50,6 49,5 58,1 55,4 57,8 55,7 62,7 61,2
19 Kalimantan Tengah 44,6 42,9 44,5 41,1 63,3 57,0 63,9 62,9 66,5 65,2
20 Kalimantan Selatan 51,9 47,2 54,7 51,2 60,2 58,5 57,6 56,2 64,4 63,2
21 Kalimantan Timur 57,9 54,6 60,5 54,7 59,3 54,5 56,2 52,3 59,2 55,4
22 Sulawesi Utara 68,5 62,8 72,5 69,1 71,2 63,5 70,1 66,4 69,3 66,7
23 Sulawesi Tengah 50,4 47,5 52,5 48,3 51,7 50,2 54,6 49,8 63,6 59,8
24 Sulawesi Selatan 37,1 32,9 42,6 35,2 41,5 36,7 49,1 42,4 53,4 42,9
25 Sulawesi Tenggara 41,9 37,9 46,3 41,8 53,1 46,7 48,6 40,9 50,7 44,4
26 Gorontalo - - - - - - 52,0 48,2 60,1 58,8
27 Sulawesi Barat - - - - - - - - - 44,5
28 Nusa Tenggara Barat 39,0 38,2 49,8 47,9 56,5 54,3 63,5 52,5 54,8 52,2
29 Nusa Tenggara Timur 39,2 35,0 37,3 32,6 39,3 35,2 34,8 27,5 42,1 30,1
30 Maluku 43,2 36,5 34,9 33,4 40,1 36,1 - - 34,1 29,4
31 Maluku Utara - - - - - - - - 48,8 46,2
32 Papua Barat - - - - - - - - - 37,5
33 Papua 20,6 18,9 41,3 29,1 50,4 38,3 - - 38,3 24,5
Sumber : BPS, SDKI Berbagai Tahun
21
STATUS SAAT INI DAN KECENDERUNGANNYA (3)

• Pemakaian alat dan obat kontrasepsi cara modern


lebih banyak pada metode kontrasepsi jangka
pendek (suntikan dan pil) dibandingkan dengan
metode kontrasepsi jangka panjang (Modus Operasi
Wanita/MOW dan Modus Operasi Pria/MOP)

22
STATUS SAAT INI DAN KECENDERUNGANNYA (4)
• Menurunnya tingkat kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi/
unmet need.

Sumber: SDKI 1991 - 2007

 Tingginya unmet need disebabkan adanya ketakutan terhadap efek samping dan
ketidaknyamanan dalam penggunaan kontrasepsi
 Unmet need diharapkan terus turun mencapai 5 persen di tahun 2015
 Unmet need menyebabkan tingginya jumlah kehamilan yang tidak diinginkan
sehingga memicu tindakan aborsi yang tidak aman yang beresiko pada kematian
ibu 23
Trend Persentase Unmetneed, Provinsi
No Provinsi 1991 1994 1997 2002/03 2007
1 Nangroe Aceh D 23,8 17,3 10,3 - 12,0
2 Sumatera Utara 16,9 12,9 12,9 13,0 12,3
3 Sumatera Barat 17,1 13,0 15,9 12,3 11,2
4 Riau 18,8 14,7 12,7 10,4 9,1
5 Jambi 13,0 9,4 6,6 6,1 7,0
6 Sumatera Selatan 12,7 8,7 7,8 6,8 7,4
7 Bengkulu 9,2 9,2 7,4 8,0 6,1
8 Lampung 10,4 10,7 7,4 7,3 5,5
9 Bangka Belitung - - - 5,6 3,2
10 Kepulauan Riau - - - - 12,3
11 DKI Jakarta 10,5 9,1 8,9 6,9 6,9
12 Jawa Barat 13,1 11,5 9,8 9,9 10,0
13 Jawa Tengah 13,5 9,6 8,3 6,5 7,4
14 D.I. Yogyakarta 6,0 5,7 4,6 4,8 6,8
15 Jawa Timur 10,0 9,0 7,6 5,6 8,2
16 Banten - - - 9,7 9,0
17 Bali 5,9 5,9 5,8 6,9 5,8
20 Kalimantan Barat 14,6 12,8 10,7 16,0 12,9
21 Kalimantan Tengah 9,1 8,6 7,8 6,8 5,7
22 Kalimantan Selatan 9,7 9,0 7,5 9,3 6,2
23 Kalimantan Timur 11,4 8,8 7,9 7,0 7,7
24 Sulawesi Utara 7,9 6,5 4,4 4,4 6,1
25 Sulawesi Tengah 12,3 10,9 9,4 10,2 8,3
26 Sulawesi Selatan 13,6 14,0 11,7 11,8 13,9
27 Sulawesi Tenggara 18,4 14,1 8,9 13,4 12,9
28 Gorontalo - - - 11,0 6,6
29 Sulawesi Barat - - - - 17,4
18 Nusa Tenggara Barat 14,6 12,8 10,7 16,0 12,9
19 Nusa Tenggara Timur 13,1 16,5 13,5 16,7 17,4
30 Maluku 18,6 19,4 15,3 - 22,4
31 Maluku Utara - - - - 13,0
32 Papua Barat - - - - 16,6
33 Papua 21,9 10,9 13,6 - 15,8
Sumber : BPS, SDKI Berbagai Tahun
24
STATUS SAAT INI DAN KECENDERUNGANNYA (5)

• Keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan CPR dan menurunkan


unmet need menunjukkan adanya peningkatan kesadaran dan
kemandirian masyarakat dalam ber-KB serta peningkatan akses dan
kualitas layanan KB.
• Peran swasta makin meningkat dalam memberikan pelayanan KB seiring
dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam ber-KB
 Pelayanan KB oleh swasta meningkat dari 22 persen (1991) menjadi
69 persen (2007), sementara pelayanan KB oleh pemerintah menjadi
hanya 22 persen (2007)
• Upaya pemerintah untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
ber-KB serta menurunkan tingkat unmet need dilakukan dengan
melaksanakan revitalisasi program KB melalui program kependudukan
dan keluarga berencana.

25
STATUS SAAT INI DAN KECENDERUNGANNYA (6)
• Age Specific Fertility Rate/ASFR 15-19 (fertilitas remaja) turun hampir
setengahnya, yaitu dari 67 kelahiran per 1000 perempuan usia 15-19
tahun (1991) menjadi 35 kelahiran pada kelompok yang sama.

Median usia kawin


pertama perempuan
meningkat dari sekitar
17,7 tahun (1991)
menjadi 19,8 tahun
(2007)

Sumber: SDKI 1991 - 2007

Persentase perempuan usia 15-19 tahun yang sudah pernah melahirkan


dan sedang mengandung anak pertama adalah sebesar 8,5 persen.

26
Tren ASFR 15-19 tahun, Per provinsi
ASFR Usia 15-19 Tahun
Provinsi
1991 1994 1997 2002/03 2007
11. Nanggroe Aceh D 58 52 45 - 33
12. Sumatera Utara 41 32 33 19 19
13. Sumatera Barat 38 30 32 28 14
14. Riau - 58 42 34 25
15. Jambi - 68 62 37 30
16. Sumatera Selatan 70 61 52 38 25
17. Bengkulu 70 57 53 44
18. Lampung 64 86 54 52 39
19. Bangka Belitung - - 56 48 57
21. Kep. Riau - - - - 26
31. DKI Jakarta 32 25 20 17 11
32. Jawa Barat 100 83 57 41 36
33. Jawa Tengah 70 56 38 35 27
34. DI Yogyakarta 28 24 14 9 7
35. Jawa Timur 59 69 37 39 54
36. Banten - - 48 45 23
51. Bali 35 53 38 36 43
52. Nusa Tenggara Barat 50 65 58 46 60
53. Nusa Tenggara Timur - 29 34 25 31
61. Kalimantan Barat 82 72 59 41 41
62. Kalimantan Tengah - 61 75 49 34
63. Kalimantan Selatan 60 58 56 45 54
64. Kalimantan Timur - 77 51 33 34
71. Sulawesi Utara 37 41 51 26 34
72. Sulawesi Tengah - 50 63 62 92
73. Sulawesi Selatan 63 48 41 53 34
74. Sulawesi Tenggara - 62 69 65 48
75. Gorontalo - - 67 37 61
76. Sulawesi Barat - - - - 47
81. Maluku - 42 43 - 31
82. Maluku Utara - - 77 - 82
91. Papua Barat - - - - 51
94. Papua - 51 74 - 40
00. Indonesia 67 61 62 39 35
Sumber : SDKI (Berbagai Tahun)
Catatan : SDKI 2002-2003 dan 2007 Adjusted ASFR 27
STATUS SAAT INI DAN KECENDERUNGANNYA (7)

• Upaya pemerintah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman,


serta sikap dan perilaku remaja terhadap kesehatan dan hak-hak
reproduksi dilakukan dengan mengintegrasikan kebijakan kesehatan
reproduksi remaja ke dalam Rencana Pembangunan Nasional,
antara lain melalui kegiatan :
1. penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja (PKBR), dengan membentuk
Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR);
2. pembinaan ketahanan keluarga, dengan membentuk Bina Keluarga Remaja;
3. serta peningkatan promosi dan pergerakan masyarakat, dengan memberikan
informasi kependudukan, KB, dan kesehatan reproduksi melalui media massa.

28
Analisis Regional (1)
1. Disparitas angka pemakaian kontrasepsi/ CPR antarprovinsi
relatif tinggi

Sumber: SDKI 1991 - 2007 29


Analisis Regional (2)
2. Disparitas angka pemakaian kontrasepsi/CPR antarwilayah desa-kota,
antartingkat pendidikan, dan antartingkat kesejahteraan relatif besar

 CPR di perkotaan lebih


tinggi dibandingkan di
perdesaan
 CPR cenderung meningkat
seiring dengan
meningkatnya tingkat
pendidikan dan tingkat
kesejahteraan

Sumber: SDKI 1991 - 2007 30


Analisis Regional (3)
3. Tingginya disparitas unmet need antarprovinsi

Sumber: SDKI 1991 - 2007

Sebanyak 15 provinsi memiliki unmet need di atas rata-rata nasional dan 9


provinsi di antaranya merupakan provinsi di Indonesia bagian timur.
31
Analisis Regional (4)
4. Unmet need juga cenderung bervariasi antarwilayah,
antartingkat pendidikan dan antartingkat kesejahteraan.

 Unmet need di daerah


perdesaan lebih tinggi
dibandingkan di
perkotaan
 Unmet need cenderung
meningkat seiring
dengan semakin
rendahnya tingkat
pendidikan dan tingkat
kesejahteraan

Sumber: SDKI 2007


32
Analisis Regional (5)
5. Disparitas ASFR 15-19 tahun antarprovinsi, antarwilayah, dan antarstatus sosial ekonomi
juga masih menjadi perhatian.

Sumber: SDKI 2007


• ASFR 15-19 tahun di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (masing-
masing 74 dan 26 kelahiran per 1000 perempuan usia 15-19 tahun)
• Perempuan usia 15-19 tahun yang pernah melahirkan lebih banyak terdapat di
daerah perdesaan dibandingkan dengan perkotaan (masing-masing sebesar 13
persen dan 4 persen)
• Perempuan usia 15-19 tahun yang pernah melahirkan lebih besar pada
perempuan dengan tingkat pendidikan dan tingkat kesejahteraan rendah.
33
TANTANGAN
1. Meningkatkan kesertaan ber-KB di daerah-daerah dengan CPR rendah,
meningkatkan pemakaian kontrasepsi jangka panjang, dan meningkatkan
kesertaan pria dalam ber-KB.
2. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB terutama di daerah tertinggal,
terpencil, serta perbatasan dan daerah dengan unmet need tinggi
3. Meningkatkan akses keluarga terhadap informasi pengasuhan dan pembinaan
tumbuh kembang anak dan remaja.
4. Meningkatkan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) serta penyediaan layanan
KB dan kesehatan reproduksi bagi PUS dan remaja, termasuk meningkatkan
pengetahuan remaja tentang pentingnya pendewasaan usia kawin.
5. Meningkatkan advokasi kepada pengambil kebijakan serta KIE kepada masyarakat
luas tentang pentingnya ber-KB, tidak hanya dalam rangka pengendalian kuantitas
penduduk tetapi juga untuk meningkatkan kualitas keluarga yaitu kesehatan ibu
dan anak.
6. Meningkatkan advokasi kepada pemerintah daerah tentang pentingnya program
KB, dan meningkatkan kompetensi tenaga pengelola serta pelaksana program KB
di daerah.

34
IV. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET MDGs
DALAM RPJMN 2010-2014

35
ARAH KEBIJAKAN DAN
STRATEGI PEMBANGUNAN GOAL 5 Target 5A
Prioritas peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan difokuskan
pada fokus 1: peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita yang meliputi:
1. peningkatan pelayanan continuum care kesehatan ibu dan anak
2. penyediaan sarana kesehatan yang mampu melaksanakan PONED dan PONEK;
3. peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih;
4. peningkatan cakupan kunjungan ibu hamil (K1 dan K4);
5. peningkatan cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani;
6. peningkatan cakupan penanganan komplikasi kebidanan pelayanan nifas;
7. peningkatan cakupan peserta KB aktif yang dilayani sektor pemerintah;
8. pemberian makanan pemulihan pada ibu hamil KEK;
9. peningkatan cakupan neonatal dengan komplikasi yang ditangani;
10. peningkatan cakupan kunjungan bayi;
11. peningkatan cakupan imunisasi tepat waktu pada bayi dan balita;
12. perbaikan kesehatan dan gizi ibu hamil;
13. pemberian ASI eksklusif sampai enam bulan;
14. peningkatan peran posyandu dalam rangka peningkatan kesehatan anak;
15. penyediaan tenaga pelayanan kesehatan bayi dan balita (dokter, bidan dan kader); dan
16. perbaikan kualitas lingkungan dalam rangka penurunan faktor risiko kesehatan bagi bayi dan balita.
36
STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET MDGS
GOAL 5 Target 5A (1)
Strategi yang dilakukan dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu
hingga tiga-perempat pada tahun 2015 meliputi:
1. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, melalui:
– meningkatkan layanan jangkauan luar (outreach) berbasis fasilitas yang disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat,
– memperluas fungsi bidan desa, termasuk kemitraan dengan dukun bayi,
– memperkuat sistem rujukan,
– mengurangi hambatan finansial
2. Peningkatan jumlah dan persebaran tenaga kesehatan terlatih (dokter umum, spesialis, bidan
desa, staf paramedis), termasuk peningkatan pre-service dan in-services training bagi tenaga
kesehatan strategis.
3. Peningkatan kesadaran tentang keselamatan ibu di tingkat masyarakat dan rumah tangga
dengan meningkatkan pendidikan kesehatan masyarakat melalui pelaksanaan program
perubahan perilaku dan KIE yang lebih intensif
4. Perbaikan status gizi ibu hamil dengan menjamin asupan gizi yang adekuat.
5. Penciptaan lingkungan yang kondusif dalam mendukung manajemen, partisipasi seluruh
stakeholder dalam pengembangan kebijakan dan proses perencanaan
6. Penguatan sistem informasi terkait kematian ibu
7. penguatan koordinasi dengan memperjelas peran dan tanggung jawab pusat dan daerah
sangat diperlukan disamping upaya penguatan survailans, monitoring, evaluasi, serta
pembiayaan
STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET MDGS
GOAL 5 Target 5A (2)

Upaya percepatan pencapaian target MDGs Goal 5 Target 5A


telah pula terintegrasi di dalam RPJMN 2010-2014 dengan
sasaran:
Menurunnya angka kematian ibu melahirkan per 100.000
kelahiran hidup
- Status awal (SDKI 2007): 228
- Target 2014: 118

38
STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET MDGS
GOAL 5 TARGET 5A (3)
Untuk mewujudkan sasaran di atas, indikator dan target
tahunan yang akan dicapai antara lain meliputi:
TARGET
PROGRAM INDIKATOR
2010 2011 2012 2013 2014
Bina Gizi dan 1. Persentase ibu bersalin yang 84 86 88 89 90
Kesehatan Ibu ditolong oleh tenaga kesehatan
dan Anak terlatih (cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan (PN))
2. Cakupan kunjungan neonatal 84 86 88 89 90
pertama (KN1)

3.Persentase balita ditimbang berat 65 70 75 80 85


badannya (jumlah balita
ditimbang/seluruh balita (D/S))

39
STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET MDGS
GOAL 5 TARGET 5A (4)

TARGET
PROGRAM INDIKATOR
2010 2011 2012 2013 2014
Pembinaan 1.Persentase ibu bersalin yang 84 86 88 89 90
Pelayanan ditolong oleh tenaga kesehatan
Kesehatan Ibu dan terlatih (cakupan PN)
Reproduksi
2.Persentase ibu hamil yang 84 86 90 93 95
mendapatkan pelayanan antenatal
(cakupan kunjungan kehamilan ke
empat (K4))

3.Persentase fasilitas pelayanan 10 40 75 90 100


kesehatan yang memberikan
pelayanan KB sesuai standar

40
ARAH KEBIJAKAN DAN
STRATEGI PEMBANGUNAN GOAL 5 Target 5B (1)
Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui tiga fokus
prioritas:

1. Revitalisasi program KB, melalui :


a) pengembangan dan sosialisasi kebijakan pengendalian penduduk
yang responsif gender;
b) pembinaan dan peningkatan kemandirian keluarga berencana;
c) promosi dan penggerakan masyarakat;
d) peningkatan dan pemanfaatan sistem informasi manajemen (SIM)
berbasis teknologi informasi;
e) pelatihan, penelitian dan pengembangan program kependudukan dan
KB; dan
f) peningkatan kualitas manajemen program.

Upaya mewujudkan akses kesehatan reproduksi dilakukan


melalui fokus 1: Revitalisasi Program KB 41
ARAH KEBIJAKAN DAN
STRATEGI PEMBANGUNAN GOAL 5 Target 5B (2)
2. penyerasian kebijakan pengendalian penduduk, melalui :
(a) penyusunan peraturan perundangan pengendalian penduduk;
(b) perumusan kebijakan kependudukan yang sinergis antara aspek kuantitas,
kualitas dan mobilitas; dan
(c) penyediaan sasaran parameter kependudukan yang disepakati semua
sektor terkait.

3. peningkatan ketersediaan dan kualitas data dan informasi kependudukan yang


memadai, akurat dan tepat waktu, melalui:
(a) penyediaan data kependudukan yang akurat dan tepat waktu
bersumber pada sensus penduduk dan survei kependudukan;
(b) penyediaan hasil kajian kependudukan; dan
(c) peningkatan cakupan registrasi vital.

42
STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET MDGS
GOAL 5 Target 5B (2)
Strategi yang dilakukan dalam rangka mewujudkan kesehatan reproduksi bagi semua
pada tahun 2015 adalah dengan melanjutkan Revitalisasi Program KB melalui program
kependudukan dan KB. Berbagai upaya-upaya yang dilakukan meliputi:
1.Meningkatkan pembinaan kesertaan dan kemandirian ber-KB melalui 23.500 klinik KB
pemerintah dan swasta
2.Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja tentang kesehatan reproduksi
remaja, HIV/AIDS, Napza, pendidikan keterampilan hidup, serta pendidikan kehidupan
berkeluarga bagi remaja.
3.Meningkatkan kapasitas sumber daya penyelenggara program KB di semua tingkatan,
terutama di tingkat lini lapangan (kabupaten/kota atau di bawahnya)
4.Mengembangkan media komunikasi dan intensifikasi komunikasi, informasi dan edukasi
tentang pengendalian penduduk serta keluarga berencana
5.Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat tentang pengendalian
penduduk, KB, dan kesehatan reproduksi.
6.Meningkatkan komitmen dan peran serta lintas-sektor dan pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan program kependudukan dan KB.
7.Menggalang dan memperkuat kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM),
swasta, dan masyarakat dalam penyelenggaraan program kependudukan dan KB.
43
STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET MDGS
GOAL 5 Target 5B (3)
Upaya percepatan pencapaian target MDGs telah pula
terintegrasi di dalam RPJMN 2010-2014 dengan sasaran antara
lain sebagai berikut:

Indikator Status 2010* Target 2014


a. TFR per perempuan usia reproduksi 2,3 a) 2,1
b. CPR cara modern (persen) 57,4 b) 65,0
c. Kebutuhan ber-KB tidak terpenuhi/unmet 9,1 b) 5,0
need
d. ASFR 15−19 tahun per 1.000 perempuan 35 b) 30
e. Meningkatnya median usia kawin pertama 19,8 b) 21
perempuan (tahun)
f. Menurunnya disparitas TFR, CPR dan unmet need antarwilayah dan antartingkat
sosial ekonomi
Status awal : a) SDKI, 2007 (Dikoreksi); dan b) SDKI, 2007

44
STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET MDGS
GOAL 5 Target 5B (4)
Untuk mewujudkan sasaran-sasaran di atas, indikator dan
target tahunan yang akan dicapai antara lain meliputi:
TARGET
PROGRAM INDIKATOR OUTCOME
2010 2011 2012 2013 2014
Kependudukan dan KB Contraceptive Prevalence 57,4 - - - 65
Rate/CPR (%)
a. Jumlah peserta KB baru /PB 7,1 7,2 7,3 7,5 7,6 K)
(juta)
b. Jumlah peserta KB aktif/PA 26,7 27,5 28,2 29 29,8
(juta)
c. Jumlah peserta KB baru 3,4 3,4 3,4 3,5 3,6 K)
mandiri (ribu)
d. Persentase peserta KB aktif 48,4 49,6 49,7 50,9 51
mandiri
e. Persentase peserta KB baru 12,1 12,5 12,9 13,2 13,6
MKJP K)

f. Persentase peserta KB aktif 24,2 25,1 25,9 26,7 27,5


MKJP
g. Persentase peserta KB baru 3,6 4,0 4,3 4,6 5,0
Pria
45
STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET MDGS
GOAL 5 Target 5B (5)
TARGET
KEGIATAN INDIKATOR OUTPUT
2010 2011 2012 2013 2014 2014
Meningkatkan pembinaan, 1. Jumlah klinik KB pemerintah 23.500 23.500 23.500 23.500 23.500 23.500
kesertaan, dan kemandirian ber- dan swasta yang melayani
KB melalui 23.500 klinik KB KB
3,75 3,8 3,89 3,97 4,05 19,46 K)
pemerintah dan swasta 1. Jumlah peserta KB baru
miskin (KPS dan KS-1) dan
rentan lainnya yang
mendapatkan pembinaan
dan alokon gratis melalui
23.500 klinik KB pemerintah
dan swasta (juta)
11,9 12,2 12,5 12,8 13,1 62,5 K)
1. Jumlah peserta KB aktif
miskin (KPS dan KS-1) dan
rentan lainnya yang
mendapatkan pembinaan
dan alokon gratis melalui
23.500 klinik KB pemerintah
dan swasta (juta)
K)
1. Jumlah klinik KB pemerintah 4.700 4.700 4.700 4.700 4.700 23.500
dan swasta yang mendapat
dukungan sarana prasarana
Meningkatkan kapasitas sumber 1. Persentase tenaga 35 45 75 90 100 100
daya penyelenggara program KB pelayanan KB terlatih di
di 23.500 klinik KB pemerintah 23.500 klinik KB pemerintah
dan swasta dalam rangka dan swasta
pembinaan, kesertaan, dan 1. Persentase klinik KB yang 20 35 50 70 85 85
kemandirian ber-KB melayani KB sesuai SOP (dari
23.500 klinik KB pemerintah 46
dan swasta)
STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET MDGS
GOAL 5 Target 5B (6)
TARGET
KEGIATAN INDIKATOR OUTPUT
2010 2011 2012 2013 2014 2014
Meningkatkan pengetahuan, sikap, 1. Jumlah kebijakan tentang PKBR 1 1 1 1 1 5 K)

dan perilaku remaja tentang


penyiapan kehidupan berkeluarga 1. Persentase pengetahuan
bagi remaja (PKBR) remaja tentang :
a. Kesehatan reproduksi remaja 50 53 56 59 62 62
a. HIV/AIDS 64 67 70 72 76 76
a. Perencanaan kehidupan 10 15 20 25 30 30
berkeluarga
1. Jumlah pelatih PKBR dilatih - 115 30 30 30 205
1. Persentase kab/kota yang 20 40 60 80 100 100
mempunyai kebijakan program
PKBR
1. Persentase mitra kerja yang 20 40 60 80 100 100
melaksanakan kegiatan PKBR
1. Jumlah center of excellent 1 2 3 4 5 15 K)

PKBR (per provinsi)


1. Jumlah PIK remaja/mahasiswa 9.373 12.253 13.195 14.140 15.016 63.977 K)

yang dibentuk dan dibina

Meningkatkan pengetahuan, sikap 1. Jumlah kebijakan tentang 2 - - - - 2 K)

dan perilaku masyarakat tentang komunikasi, informasi, dan


pengendalian penduduk dan KB edukasi
1. Persentase media dan materi 38 65 84 100 100 100
KIE yang diproduksi
1. Persentase PUS, WUS, dan 95 95 95 95 95 95
remaja yg mengetahui
informasi KKB melalui media
massa (cetak dan elektronik)
dan media luar ruang 47
STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET MDGS
GOAL 5 Target 5B (7)

TARGET
KEGIATAN INDIKATOR OUTPUT
2010 2011 2012 2013 2014 2014
Meningkatkan peran serta LSM, 1. Persentase MOU yang 25 35 45 55 65 65
swasta, dan masyarakat dalam operasional
penyelenggaraan program KKB
2. Persentase pelatih IMP yang 20 35 50 70 80 80
terlatih

3. Persentase toga/toma/toda - 20 50 60 75 75
yang terlatih
4. Persentase motivator swasta - 20 50 60 75 75
dan LSM yang terlatih
5. Jumlah tenaga lini lapangan
KB (PLKB/PKB) yang terlatih:
a. Latihan dasar umum (LDU) 1.065 1.343 1.342 - - 3.750 K)

b. Refreshing 1.350 2.500 2.750 2.700 1.700 11.000 K)

c. Pelatihan teknis 3.018 3.300 3.450 2.157 950 12.875 K)

48
APA YANG HARUS DILAKUKAN ?
Oleh:

Komisi RH
Forum Database

49
Komisi RH: (Terdiri dari 5 Pokja: yaitu Kesehatan Ibu
dan Bayi, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja,
Kesehatan Reproduksi Usia Lanjut, Pencegahan &
Penanggulangan PMS HIV/AIDS)

Sesuai dengan tupoksi masing-masing Pokja maka harus terus


dilakukan kegiatan koordinasi, bimbingan, advokasi & KIE,
motivasi, dan monitoring kepada para pemangku kepentingan
dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan target-
target yang telah dicapai Provinsi Sumatera Selatan, guna
mendukung pencapaian tujuan dan target MDGs secara
nasional.

Forum Database:
Menyediakan data dan informasi secara up to date dan
akurat, dengan berkoordinasi antar-SKPD.
50
51

You might also like