You are on page 1of 31

TRAUMA OKULI

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. JENIS JENIS TRAUMA PADA MATA
2. PATOMEKANISME DARI GEJALA
3. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGIS
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
5. TATALAKSANA
6. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
7. HIPOTESIS
JENIS JENIS TRAUMA MATA
PATOMEKANISME
Patomekanisme
Hifema,mata buram, penurunan TIO, iridodialisis(+)
Counter Global
Coup Equatorial
coup repotitioning
Hifema
Robeknya Pembuluh
Darah keluar dan
Trauma darah iris, badan
mengisi rongga COA
siliar & khoroid

Keluarnya melalui
kanalis schlemm

Tubuh akan menyerap darah tsb, dan


dipercepat dengan adanya enzim
fibrinolitik.

Sebagian darah yg keluar dalam


Hemosiderosis
bentuk hemosiderin
Hemosiderosis Glaukoma

Dapat masuk ke corpus Ketajaman


Hifema
vitreum penglihatan menurun
Laserasi kornea-sklera
anterior

Merembesnya aquos humor

TIO menurun
Iridodialisis

Iris yang berdekatan dengan badan silier gampang robek.

Iridodialisis

Penglihatan ganda& pupil lonjong


Patofisiologis Edema &
Hiperemis
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGIS
● pemeriksaan ketajaman mata (visus) : biasanya pada pasien trauma mata visusnya 1/30
● Pemeriksaan lapangan pandang : pada pasien trauma mata lapangan pandang kabur atau berkurang
namun pada mata yang normal lapang pandangan masih normal atau jelas.
● Inspeksi Palpebra: dilihat apakah ada jenis luka tertentu, benda asing, atau hematome
● Inspeksi Konjungtiva: dilihat apakah ada perdarahan, benda asing, ataupun laserasi
● Inspeksi Kornea: Dilihat apakah ada benda asing, luka dan abrasi, ataupun edema
● Inspeksi COA: melihat apakah dangkal, hifema, atau ada pendarahan vitreous
● Inspeksi Iris: melihat adanya midriasis traumatik, ruptur sfingter iris, atau iriodialisis
● Inspeksi Pupil: melihat adanya midriasis traumatik, tear-drop shape, atau irregularitas
● Inspeksi Lensa: melihat adanya midriasis traumatik, ruptur sfingter iris, atau iriodialisis
● Pengukuran tonografi : mengkaji tekanan intra okuler ( TIO ) normal 12-25 mmHg.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
X-RAY ORBITA
Orbital x ray, atau radiografi orbital, sering digunakan untuk mendeteksi masalah akibat cedera atau
trauma pada mata. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi perubahan pada struktur mata, yang dapat
mengindikasikan berbagai penyakit termasuk trauma mata. x-ray orbita juga diindikasikan jika ada
kekhawatiran bahwa benda asing mungkin ada di mata yang tidak dapat dideteksi dengan alat
ophthalmoscope.
TES FLUORESENSI
tes yang menggunakan pewarna oranye (fluorescein) dan cahaya biru untuk
mendeteksi benda asing di mata. Tes ini juga dapat mendeteksi kerusakan pada epitel
kornea, permukaan luar mata.
Prinsip Kerja
Zat warna fluoresin akan berubah hijau pada media alkali. Zat warna fluoresin bila
menempel pada epitel kornea yang defek akan memberikan warna hijau karena
jaringan epitel yang rusak bersifat lebih basa
TATALAKSANA
Evaluasi trauma :
1. Pemeriksaan visus
2. Pergerakan bola mata
3. Pupil/Refleks cahaya/ RAPD (Relative Afferent Pupillary
Defect)
4. Lapang Pandang
5. Tekanan bola mata
6. Ophtalmologis direct/ Rujuk segera untuk mendapatkan
prognosis visus yang baik.
Trauma Tumpul
● Pendarahan subkonjungtiva/hematoma → kompres dan
dekongestan jika perlu
● Ruptur jaringan adneksa/bulbus okuli → repair ruptur
Jika laserasi palpebra tidak sampai margo, bisa dijahit
langsung.
● Abrasi kornea → bandage CL atau verban tekan
● Corpus alienum kornea → ekstraksi corpus
● Hifema : bed rest dengan kepala kemiringan 30 derajat dan
medikamentosa serta bedah.
Penatalaksanaan Hifema.

● Rawat bedrest posisi kepala elevasi 30 derajat.


● Atropine 1% tetes 3-4 kali/menit.
● Hemostasis/anti pendarahan oral 3-4 tab/hr
● Analgesik ringan.
Kriteria intervensi/bedah pada hifema :
● Jika 2 x 24 jam gagal
● TIO
>50mmHg selama 5 hari.
>35 mmHg selama 7 hari.
● Corneal status : Terdapat imbibisi kornea
● Tingginya hipema >50% dan debris radang pada COA
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
Komplikasi
1.Ablasio Retina
Terjadi apabila retina lepas dari posisi aslinya. Ablasio retina bermula dari robekan atau lubang kecil yang disebut
robekan retina yang disebabkan oleh luka atau trauma karena tekanan yang tinggi. Yang menyebabkan fungsi
persepsi visual dapat hilang tergantung derajat
2. Contusio Nervus Opticus
Kontusio dapat menyebabkan edem dan inflamasi di sekitar diskus optik berupa papilitis. Keadaan ini sering disertai
pula dengan kerusakan koroid dan retina yang luas. Kontusio dan konkusio yang hebat juga mengakibatkan ruptur
atau avulsi nervus optikus yang biasanya disertai kerusakan mata berat
3. Glaukoma Sekunder
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran keluar humor aqueous akibat
kelainan sistem drainase sudut bilik mata depan (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor aqueous ke
sistem drainase (glaukoma sudut tertutup).
4. Katarak Sekunder
Katarak adalah kondisi mata di mana lensa mata menjadi keruh dan berawan. Katarak sekunder diakibatkan trauma
yang merusak lensa. Penderita katarak akan merasa seperti melihat jendela berasap.
5. Uveitis
Uveitis adalah penyakit radang yang menyebabkan pembengkakan dan merusak jaringan mata. Kondisi ini meliputi
peradangan pada lapisan tengah mata yang disebut saluran uveal atau uvea. Uvea meliputi bagian berwarna mata
(iris), selaput tipis yang mengandung banyak pembuluh darah (koroid) dan badan silier (bagian mata yang
menyambungkan semuanya). Uvea sangat penting karena mengandung banyak pembuluh darah dan arteri yang
mengantarkan darah ke bagian lain pada mata. Penyakit ini sangat mempengaruhi pandangan Anda, mengurangi
penglihatan dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang parah.
Prognosis
Prognosis : Dubia ad bonam
Ada beberapa faktor prediktor berkaitan dengan prognosis yang buruk misalnya akuisi visual yang menurun
bahkan hilang penglihatan, seperti defek pupil aferen, laserasi di kelopak, kerusakan lensa, perdarahan vitreous
dan adanya benda asing intraokular
Luka yang mengarah ke posterior : Kemungkinan prognosanya buruk
Luka yang mengarah ke anterior : Kemungkinan prognosanya baik
HIPOTESIS
Hipotesis
H: Adanya hubungan antara gejala klinis pasien dengan trauma pada mata

—> Disebabkan oleh karena pasien terbentur bola pada Occuli Dextra, dan
memiliki gejala klinis sbb:

1. Terdapat hifema, oedem palpebrae, disertai dengan penurunan visus pada


salah satu mata (Occuli Dextra), sementara mata lainnya tidak mengalami
penurunan visus.
2. Iridodialisis (+) dan TIO menurun.

You might also like