Professional Documents
Culture Documents
Akreditasi PKM,
PIS-PK; GERMAS; PHBS Kapitasi/FKTP; FKTL
RS, Labkes, Binwil
Stunti
ng
BINWIL Kemampuan Kinerja PKM /
Dukungan LS
BLUD
(Input, Proses, Output)
SPM 3
3 PILAR PEMBANGUNAN KESEHATAN
UNTUK MENDUKUNG KABUPATEN BOGOR SEHAT
• TIGA PILAR PEMBANGUNAN KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG KABUPATEN BOGOR SEHAT, YAITU :
• Pilar 1. Paradigma Sehat, Paradigma sehat merupakan upaya untuk merubah pola pikir stakeholder dan
masyarakat dalam pembangunan kesehatan, dengan peningkatan upaya promotif – preventif,
pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan keluarga, peningkatan keterlibatan lintas sektor dan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat.
• Pilar 2. Penguatan Pelayanan Kesehatan, Penguatan pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk menjamin
keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengacu pada 3 (tiga) hal
yaitu pertama Peningkatan akses terutama pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), Optimalisasi
Sistem Rujukan, peningkatan mutu pelayanan kesehatan, kedua Penerapan pendekatan continuum of care,
ketiga Intervensi berbasis resiko kesehatan (health risk). Dalam rangka mengoptimalkan pilar penguatan
pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan seluruh fasilitas kesehatan menjadi terakreditasi.
• Pilar 3. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Program JKN ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan
kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia, baik Penerima Bantuan Iuran (PBI) ataupun Non-PBI. Dalam
pengembangan JKN, focus pada pengembangan benefit package, menggunakan sistem pembiayaan asuransi
dengan azas gotong royong, serta melakukan kendali mutu dan kendali biaya pelayanan kesehatan.
Peningkatan kemampuan Unit Pelayanan Kesehatan baik pada tahap Input, Proses maupun Output dalam
rangka melaksanakan ketiga pilar diatas bukan hanya harus didukung oleh upaya pembinaan wilayah yang
berkesinambungan oleh Dinas Kesehatan namun juga dukungan dari Lintas Sektor, sehingga seluruh Standar
Pelayanan Minimal dapat dilaksanakan dengan target tercapai.
• Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan
sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut.
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
• Upaya yang dilakukan untuk mencapai keluarga sehat dilakukan melalui Gerakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat (GERMAS) dengan
6 Kegiatan utama, yaitu :
• Peningkatan Aktivitas Fisik
• Peningkatan Perilaku Hidup Sehat
• Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi
• Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit
• Peningkatan Kualitas Lingkungan
• Peningkatan Edukasi Hidup Sehat
RPJMD DAN PROGRAM UNGGULAN
DALAM RENSTRA TRANSISI 2019 - 2023
VISI
• MISI KEEMPAT : MENINGKATKAN INDIKATOR
RPJMD “Kabupaten Bogor AKSESIBILITAS DAN KUALITAS
2013-2018 menjadi Kabupaten PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN UTAMA
Termaju di Indonesia” DAN PELAYANAN KESEHATAN.
PROGRAM UNGGULAN
Stunti
ng • PROGRAM PENINGKATAN
KESELAMATAN IBU MELAHIRKAN DAN
ANAK • MUTU LAYANAN
VISI • PROGRAM PERBAIKAN GIZI KESEHATAN
RENSTRA “ Terwujudnya MASYARAKAT • ELIMINASI TBC
TRANSISI • PROGRAM PENCEGAHAN DAN • PENURUNAN
Masyarakat Kabupaten
PENANGGULANGAN PENYAKIT STUNTING
2019 - 2023 Bogor yang Mandiri MENULAR DAN T IDAK MENULAR • PENCAPAIAN
untuk Hidup Sehat” • PROGRAM PROMOSI KESEHATAN IMUNISASI
DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
• PROGRAM PELAYANAN RUJUKAN
RPJMD DAN PROGRAM UNGGULAN DALAM RENSTRA TRANSISI 2019 - 2023
• Dalam RPJMD Kabupaten Bogor tahun 2013 – 2018, dinyatakan bahwa Visi Kabupaten Bogor adalah “Kabupaten Bogor
menjadi Kabupaten Termaju di Indonesia”, dan untuk mencapai Visi ini, terdapat Lima Misi yang ditetapkan, dimana misi
terkait dengan kesehatan terdapat pada misi ke-4 yaitu : Meningkatkan Aksesibilitas dan Kualitas Penyelenggaran
Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan. Misi ini merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Bogor dalam membangun
sumberdaya manusia yang sehat dan cerdas yang pada gilirannya akan menjadi manusia yang produktif, kompetitif, dan
dilandasi akhlak mulia sebagai kunci dari keberhasilan pelaksanaan misi yang lainnya. Di bidang kesehatan, Indikator utama
untuk mencapai misi ke-4 ini, yang masuk dalam indikator termaju bidang kesehatan yaitu :
• Angka Harapan Hidup (AHH) termasuk tertinggi di Indonesia
• Seluruh RSUD dan UPT PUSKESMAS terakreditasi
• Seluruh masyarakat memiliki jaminan kesehatan
• Untuk mencapai target ketiga Indikator Penciri Termaju bidang Kesehatan, ditetapkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten
Bogor, sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) transisi Dinas Kesehatan tahun 2019 – 2023, yaitu :
“Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor yang mandiri untuk hidup sehat”, dengan program-program unggulan
mencakup :
• Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan Dan Anak
• Program Perbaikan Gizi Masyarakat
• Program Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular Dan Tidak Menular
• Program Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat
• Program Pelayanan Rujukan
• Program unggulan dilaksanakan untuk mencapai Indikator Penciri Termaju Kesehatan, terutama dalam rangka Peningkatan
Angka Harapan Hidup dimana kegiatan utama yang dilaksanakan yaitu Peningkatan Mutu Layanan Kesehatan, Eliminasi
penyakit Tuberculosis, Penurunan Angka Stunting dan Pencapaian target serta mutu imunisasi.
FOKUS PROGRAM KESEHATAN PRIORITAS
DI KABUPATEN BOGOR
F
O
MANAJEMEN K
U
S
MUTU LAYANAN P
KESEHATAN ELIMINASI TBC STUNTING IMUNISASI A
(Kepmenkes 298/2008 (Permenkes 67/ 2016) Perpres 42/2013 (Permenkes No. 12
Permenkes 46/2015
D
Inpres 3/2010 Tahun 2017)
Permenkes 34/2017) 1. Missing Case 1. Cakupan. A
1. Akreditasi RS 2. Kepatuhan 1. Pencegahan 2. Mutu
2. Akreditasi Klinik/ 3. Resistensi Obat 2. Intervensi 3. Surveilans
Puskesmas P
R
O
S
E
TEKNIS S
9
FOKUS PROGRAM KESEHATAN PRIORITAS DI KABUPATEN BOGOR
• Pada pelaksanaan program-program prioritas bidang Kesehatan di Kabupten Bogor, dilaksanakan dengan
berfokus pada proses, baik terkait dengan teknis layanan kesehatannya maupun pada tahapan manajemen,
sebagai upaya untuk meningkatkan Angka Harapan Hidup di Kabupaten Bogor, sebagai salah satu indikator
Kabupaten Bogor termaju.
• Fokus program dan kegiatan yang dilakukan yaitu melalui upaya-upaya:
1. Peningkatan mutu layanan kesehatan
• Kepmenkes nomor 298/MENKES/SK/III/2008 Tahun 2008 tentang Standar Akreditasi Laboratorium
Kesehatan
• Permenkes nomor 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik
Mandiri Dokter, Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi
• Permenkes nomor 34 tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit
2. Eliminasi Tuberculosis
• Permenkes nomor 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis
• Dilaksanakan dalam rangka penanganan terhadap Missing Case, Peningkatan Kepatuhan minum obat
dan Pengendalian terhadap Resistensi Obat
3. Penurunan Stunting
• Peraturan Presiden nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
• Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan
• Kegiatan dilaksanakan dalam rangka Pencegahan terjadinya stunting dan intervensi terhadap stunting
4. Peningkatan mutu dan cakupan Imunisasi
• Peraturan Menteri Kesehatan nomor : 12 tahun 2017 tentang penyelenggaran imunisasi
• Fokus kegiatan dilaksanakan dalam rangk untuk meningkatkan cakupan, mutu serta surveilans
imunisasi
KEBIJAKAN & PROGRAM PRIORITAS
PENGUATAN PELAYANAN KESEHATAN
PEMERATAAN
AKSES
A. AKREDITASI
STANDARISASI
LAYANAN • FKRTL/RS
KESEHATAN
• FKTP
MUTU • LABORATORIUM
PENGUATAN
LAYANAN SISTEM RUJUKAN B. SISTEM RUJUKAN
KESEHATAN TERPADU
PELIBATAN
PEMANGKU C. UNIVERSAL
KEPENTINGAN HEALTH
COVERAGE
PEMBERDAYAAN
PEMERINTAH
DAERAH
KEBIJAKAN & PROGRAM PRIORITAS
PENGUATAN PELAYANAN KESEHATAN
Note: Mutu layanan Kesehatan tergantung pada :
1. Akses pelayanan kesehatan pemerataan akses pelayanan
(proporsi puskesmas dengan penduduk) sarpras
2. Standarisasi layanan kesehatan : akreditasi RS, FKTP
(puskesmas dan klinik swasta, praktek dokter dan dokter gigi),
Laboratorium
3. Penguatan system rujukan sitem rujukan terpadu
4. Pelibatan pemangku kepentingan kerjasama dan keterlibatan
lintas sector dalam penyelenggaraan program kesehatan
5. Pemberdayaan pemerintah daerah (Kebijakan dan Anggaran)
terutama untuk
FASILITAS LAYANAN KESEHATAN & STATUS AKREDITASI
2017 6 13 1 0 20
LABKESDA AKREDITASI
JUMLAH 9 19 1 0 29 ISO 16025
FASILITAS LAYANAN KESEHATAN & STATUS AKREDITASI
Fasilitas layanan kesehatan di Kabupaten Bogor terdiri dari :
• 101 Puskesmas : 28 puskesmas DTP, diantaranya 11 Puskesmas dengan PONED dan 79 Puskesmas
TTP.
• Dari target 101 Puskesmas telah terakreditasi sebanyak 29 Puskesmas dengan
• Status dasar : 9 puskesmas,
• Madya : 19 puskesmas,
• Utama 1 puskesmas.
• Fasilitas Kesehatan tingkat lanjut (FKRTL) di Kabupaten Bogor sebanyak 28 RS yang terdiri dari
• 6 RS Pemerintah dan
• 22 RS Swasta.
• Status akreditasi Rumah Sakit:
• Akreditasi Paripurna : 6 RS Pemerintah terakreditasi paripurna dan 4 RS Swasta ( RS Sentra
Medika, RS Hermina, RS AU Hasan Toto, RS Sentosa)
• Akreditasi Madya :4 RS swasta lainnya (RS Citama, RS Tri Mitra, RS Dompet Dhuafa, RS As
Salam).
• Untuk layanan penunjang berupa Laboratorium yaitu LABKESDA sudah akreditasi ISO 16025.
KERANGKA KONSEP
PENINGKATAN MUTU LAYANAN KESEHATAN
STANDARISASI PENGUATAN SISTEM PELIBATAN PEMANGKU PEMBERDAYAAN
PEMERATAAN AKSES
LAYANAN KESEHATAN RUJUKAN KEPENTINGAN PEMERINTAH DAERAH
1. Pembentukan tim mutu di dinas kesehatan 1. Penguatan pelayanan kesehatan dasar 1. Mendorong RS selalu siap memberikan
2. Koordinasi dengan DPMPTSP, PUPR, BLH • Pembangunan sarana DTP, PONED pelayanan
(Perijinan Puskesmas) • Pengadaan Alkes, laboratorium dan 2. Menambah jumlah pusk dtp dan poned
3. Revitalisasi, rehabilitasi dan relokasi transportasi rujukan 3. Meningkatkan kapasitas / kemampuan
puskesmas sesuai permenkes 75 tahun • Peningkatan kapasitas Petugas : dokter umum
2014 PPGD, PPGDON 4. Memenuhi kebutuhan sarana / alat
4. Perlunya kebijakan rekrument SDM untuk 2. Mapping sarana dan prasarana Faskes kesehatan di PUSKESMAS
formasi tenaga yang belum terfasilitasi 3. Penguatan sistem jejaring informasi 5. Perbaikan mekanisme pencatatan dan
5. Memenuhi sarana, prasarana dan alat rujukan: Program Sijari Bunda (KIA) pelaporan mutasi peserta PBI
kedokteran 4. Peningkatan kerjasama dengan RS 6. Rekonsiliasi data kepesertaan secara
6. Membuat surat edaran dan pendampingan pemerintah maupun swasta baik dalam dan berkala dengan BPJS
pasca akreditasi luar wilayah 7. Mengoptimalkan upaya perluasan
7. Perlu adanya rakor yang berkesinambungan 5. Penyusunan regionalisasi rujukan kepesertaan
tingkat kabupaten untuk menjamin 6. Penyusunan regulasi : Perbup (proses) 8. Sosialisasi Program Jamkesda terintegrasi
pelayanan mutu puskesmas 7. Pembiayaan JKN
8. penggerakan lintas sektor kecamatan oleh 9. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi
SKPD terkait dengan stakeholder
• Dalam upaya peningkatan mutu layanan kesehatan diperlukan 5 hal yaitu pemerataan akses,
standarisasi layanan kesehatan, penguatan sistim rujukan, pelibatan pemangku kepentingan dan
pemberdayaan pemerintah daerah. Kelima hal tersebut dituangkan dalam kegiatan-kegiatan
untuk mencapai akreditasi layanan kesehatan, sistim rujukan terpadu dan universal health
coverage.
• Kegiatan yang dilakukan dalam mencapai akreditasi yaitu
• Pembentukan tim mutu di dinas kesehatan
• Koordinasi dengan DPMPTSP, PUPR, BLH (Perijinan Puskesmas)
• Revitalisasi, rehabilitasi dan relokasi puskesmas sesuai permenkes 75 tahun 2014
• Perlunya kebijakan rekrument SDM untuk formasi tenaga yang belum terfasilitasi
• Memenuhi sarana, prasarana dan alat kedokteran
• Membuat surat edaran dan pendampingan pasca akreditasi
• Perlu adanya rakor yang berkesinambungan tingkat kabupaten untuk menjamin pelayanan
mutu puskesmas
• penggerakan lintas sektor kecamatan oleh SKPD terkait
KERANGKA KONSEP PENINGKATAN MUTU LAYANAN KESEHATAN
• kegiatan yang dilakukan guna mencapai sistim rujukan yang terpadu yaitu :
• Penguatan pelayanan kesehatan dasar
• Pembangunan sarana DTP, PONED
• Pengadaan Alkes, laboratorium dan transportasi rujukan
• Peningkatan kapasitas Petugas : PPGD, PPGDON
• Mapping sarana dan prasarana Faskes
• Penguatan sistem jejaring informasi rujukan: Program Sijari Bunda (KIA)
• Peningkatan kerjasama dengan RS pemerintah maupun swasta baik dalam dan luar wilayah
• Penyusunan regionalisasi rujukan
• Penyusunan regulasi : Perbup (proses)
• Pembiayaan
• kegiatan yang dilakukan untuk mencapai universal health coverage yaitu :
• Mendorong RS selalu siap memberikan pelayanan
• Menambah jumlah pusk dtp dan poned
• Meningkatkan kapasitas / kemampuan dokter umum
• Memenuhi kebutuhan sarana / alat kesehatan di PUSKESMAS
• Perbaikan mekanisme pencatatan dan pelaporan mutasi peserta PBI
• Rekonsiliasi data kepesertaan secara berkala dengan BPJS
• Mengoptimalkan upaya perluasan kepesertaan
• Sosialisasi Program Jamkesda terintegrasi JKN
• Meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder
ELIMINASI TBC DI KABUPATEN BOGOR
122
105
98
67 70
40
31
14
PARUNG
JONGGOL
Tj. HALANG KLAPANUNGGAL
CISEENG
BJ.
RUMPIN
CIGUDEG KEMANG GEDE
CARIU
CARIU
JASINGA
RANCA CITEUREUP
BUNGUR
CIBUNGBULANG
LW.SADENG BBK.MADANG TANJUNGSARI
CIAMPEA
Dramaga
SUKARAJA
LEUWILIANG CIOMAS
SUKAJAYA MG.MENDUNG
TM.SARI
NANGGUNG CISARUA
TENJOLAYA CIGOMBON
G CIAWI
PAMIJAHAN ≥100 Kasus
CIJERUK
CARINGIN 50 -100 Kasus
≤50 Kasus
PETA SEBARAN UPAYA PENEMUAN KASUS TBC
DI KABUPATEN BOGOR
• Berikut adalah peta sebaran Kasus B sensitive di tiap kecamatan.
Sebanyak 22 kecamatan telah melakukan penemuan kasus secara
aktif dan melaporkannya secara rutin sehingga cakupannya >100
kasus per tahun. 14 Kecamatan di wilayahnya didapatkan kasus 50-
100/tahun dan 4 Kecamatan baru menemukan kasus <50/tahun. Pada
18 Kecamatan ini perlu dilakukan evaluasi terhadap aktifitas petugas
dalam penemuan dan pelaporan kasusnya, bila diperlukan akan
dilakukan peningkatan kapasitas petugas terkait penanggulangan TB
dan peningkatan kerjasama lintas sector dalan rangka active case
findingnya.
RUMAH SAKIT DENGAN PROGRAM DOTS
0
RUMAH SAKIT DENGAN PROGRAM DOTS
• Kabupaten Bogor memiliki Fasilitas kesehatan baik FKTP maupun
FKRTL yang cukup banyak. Dari data diperoleh jumlah klinik swasta
sebanyak 290 klinik, Puskesmas 101, Rumah Sakit Pemerintah
sebanyak 6 RS dan Rumah Sakit Swasta 28 RS. 101 Puskesmas
seluruhnya sudah menjalankan klinik DOTS. Dari 28 RS yang sudah
menjalankan strategi DOTS sebanyak 22 RS yang terdiri dari 6 RS
Pemerintah dab 16 RS Swasta. Dari 22 RS dengan strategi DOTS yang
rutin memberikan laporan SITT sebanyak 16 RS. Dari RS yang belum
menerapkan stategi DOTS dimungkinkan merupakan salah 1 sumber
missing case. Dari data SITT kita ketahui sebanyak 47% kasus TB Baru
beasala dari pelaporan RS, sisanya bersumber dari Puskesmas (53%).
SKEMA UPAYA PENANGGULANGAN TBC
DI KABUPATEN BOGOR
STANDART RENCANA AKSI DAERAH (RAD) TB : 1. AKTIF
PELAYANAN Dokumen kebijakan daerah yang berisi komitmen 2. PASIF INTEGRATIF
untuk melakukan serangkaian tindakan, tugas 3. MASIVE
MINIMAL 4. INTENSIF
atau langkah-langkah yang dirancang untuk
PMK Eliminasi TBC, mengacu pada kebijakan nasional
43/2017 terkait
PENEMUAN
KASUS
PEDOMAN
BUPATI PERBUP
PENANGGULANGAN
TBC
PMK 67 TH 2016
SKPD
NO 70/2017
RAD TB
TBC PENCEGAHAN INDIVIDU
PERBAIKAN LINGKUNGAN
PENGOBATAN
BAHAN ACUAN :
PIS-PK REGULASI 1. PAKET OBAT
PERENCANAAN 2. PENDAMPINGAN/PMO
PMK 39/2016 3. ASUPAN GIZI
PELAKSANAAN KEGIATAN 4. MONITORING EFEK
SAMPING
SKEMA UPAYA PENANGGULANGAN TBC
DI KABUPATEN BOGOR
• Upaya Penanggulangan TB di Kabupaten Bogor, didasarkan pada Permenkes 67 th
2017 tenyang Penanggulangan TB, Permenkes No 39 th 2016 tentang Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga dan Permenkes 43 th 2017 tentang
Standar Pelayanan Mnimal dimana di dalamnya memuat bahwa seluruh pasien
TBC mendapatkan pengobatan sesuai standar. Ketiga aturan dasar tersebut
tertuang dalam Rencana Aksi Daerah Penanggulangan TB yang disahkan dalam
Peraturan Bupati No 7 tahun 2017. Dimana RAD merupakan kebijakan daerah
yang berisi komitmen untuk melakukan dukungan terhadap Eliminasi TBC di
Kabupaten Bogor dan sebagai bahan acuan dalam menyusun regulasi,
perencanaan dan pelaksanaan terkait penanggulangan TBC. Dimana dalam
kegiatannya penanggulangan TBC focus pada Penemuan Kasus yang dilakukan
secara aktif, pasif integrative, massive dan intensif serta focus pada pengobatan
dimana harus didukung dengan ketersediaan obat, pendamping minum obat,
asupan gizi dan monitoring efek samping. Keseluruhan rangkaian
penanggulangan TBC harus dilakukan secara sinergi anta Dinas Kesehatan,
Puskesmas, Rumah Sakit, Lintas Sektor terkait dan masyarakat.
KEGIATAN PENCEGAHAN & PENGENDALIAN TUBERKULOSIS
(Permenkes No. 67 Tahun 2016)
CDR>70%
SR<90% atau CDR >70%
CDR<70%
RISIKO CDR<70% RISIKO RISIKO
SR>90%
SR<90%
TINGGI SEDANG RENDAH
SR>90%
1. Menemukan pasien secara aktif 1. Menemukan pasien secara aktif terintegrasi
terintegrasi PIS PK 1. Melakukan penguatan surveilan TBC
PIS PK
2. Melakukan surveilan aktif/penyisiran data 2. Meningkatkan kapasitas PMO dan berbasis digital
di RS 2. Meningkatkan jejaring PPM TBC
3. Meningkatkan kapasitas PMO dan pelacakan kasus mangkir
pelacakan kasus mangkir 3. Melakukan surveilan aktif/ penyisiran data 3. Menemukan pasien TB secara pasif
4. Menerapkan mandatory notification di RS intensif dan promotif terintegrasi PIS PK
5. Melakukan sinkronisasi dengan BPJS 4. Meningkatkan jejaring PPM TBC 4. Mengendalikan faktor risiko (perilaku
6. Membentuk Jejaring PPM TBC dan koalisi 5. Meningkatkan kapasitas SDM TBC dan lingkungan)
organisasi profesi 6. Meningkatkan penemuan TBC melalui 5. Menggunakan TCM untuk deteksi dini
7. Meningkatkan surveilans
8. Menggunakan TCM untuk deteksi dini penguatan kolaborasi layanan ( HIV, DM, TBC
TBC (membangun jejaring dengan Gizi, KIA, PAL) 6. Meningkatkan kapasitas SDM TBC
transport sputum) 7. Menggunakan TCM untuk deteksi dini TBC 7. Meningkatkan penemuan TBC laten
9. Meningkatkan promosi dan pengendalian 8. Menerbitkan rencana aksi daerah
faktor risiko (perilaku dan lingkungan)
10.Menyusun rencana aksi daerah 9. Mengendalikan faktor risiko (perilaku dan
lingkungan)
KEGIATAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
• Kabupaten Bogor dilihat dari angka cakupan CDR yang masih kurang (55,07%) dan angka
keberhasilan pengobatan (Success Rate) yang masih kurang (88,8%) maka Kabupaten
bogor termasuk wilyah dengan Resiko tinggi. Untuk itu dalam upaya pencapaian target
indikator program dilakukan upaya-upya sebagai berikut :
1. Penemuan kasus yang dilakukan secara integrase dengan Program PIS PK
2. Meningkatkan pemahaman pada PMO dan melakukan pelacakan terhadap kasus
mangkir
3. Melakukan penyisisran dan validasi data secara aktif ke Rumah Sakit dengan DOTS
4. Meningkatkan jejaring dan kesepakatan Bersama Public Private Mix dengan klinik-
klinik swasta yang terorganisis dalam Asosiasi Klinik
5. Meningkatkan kapasitas SDM di Fasyankes melalui pelatihan-pelatihan
6. Menggunakan alat diagnostic Tes Cepat Molekuler untuk dapat mendeteksi secara
dini kasus TBC
7. Menerbitkan RAD TBC dimana menjadi pedoman selam 5 tahun mendatang untuk
penanggulangan TBC
8. Mengendalikan factor resiko baik perilaku maupun lingkungan melalui kerjasama
lintas program dengan Promkes dan Kesling dan meningkatkan PHBS
PENURUNAN STUNTING
KERANGKA KONSEP PENYEBAB STUNTING
WASTING
KURUS
KERANGKA KONSEP PENYEBAB STUNTING
Permasalahan Mendasar Stunting di Indonesia
1. Kemiskinan
Stunting dan permasalahan kekurangan gizi lain yang terjadi pada balita erat kaitannya dengan kemiskinan. Stunting
umumnya terjadi akibat balita kekurangan asupan penting seperti protein hewani dan nabati dan juga zat besi. Pada
daerah-daerah dengan kemiskinan tinggi, seringkali ditemukan balita kekurangan gizi akibat ketidakmampuan orang tua
memenuhi kebutuhan primer rumah tangga.
2. Kestabilan Sosial Politik
3. Meningkatnya Paparan Penyakit
4. Ketahanan Pangan yang rendah
5. Akses Pelayanan Yang kurang
Kondisi-kondisi diatas, secara umum dapat menyebabkan rendahnya asupan gizi untuk ibu. Dampak yang dapat terjadi akibat
rendahnya asupan gizi bagi ibu baik pada saat pra kehamilan, pada saat kehamilan maupun persalinan mengakibatkan
beberapa masalah kesehatan seperti :
1. Bayi yang dikandung mengalami gagal tumbuh yang dapat mengakibatkan infeksi, stunting atau meninggal
2. Kekurangan gizi mikro mengakibatkan stunting, cacat dan meninggal
3. Kekurangan gizi makro, dapat mengakibatkan stunting, wasting (kurus) dan meninggal
4. Pemberian ASI yang jelek dapat mengakibatkan terjadinya infeksi, stunting, wasting dan meninggal.
TREND PREVALENSI STATUS GIZI
DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014-2017
Data Hasil Bulan Penimbangan Balita (BPB) Data Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG)
TREND PREVALENSI STATUS GIZI DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 201
• BPB dilakukan 1 tahun 2 kali, yaitu bulan Februari dan Agustus, semua bayi dan balita diukur berat
badan dan tinggi/panjang badannya.
• Sedangkan Pemantauan Status Gizi di lakukan 1 tahun 1 kali oleh Kemenkes, menggunakan
metode survei Cepat, 1 Kabupaten di wakili oleh 30 kluster (300 sampel). Pelaksananya adalah
petugas khusus (terlatih)
• Jumlah Balita Stunting :
• LB3 : 32.530 balita (5,7%)
• PSG : 153.520 balita (26,9%)
PETA STATUS GIZI WASTING HASIL BPB
MENURUT BB/TB TAHUN 2017
3 KOMPONEN
PENANGGULANGAN STUNTING
Enabling Factor
Advokasi, JKN, NIK, Akta Kelahiran, Dana Desa, Dana Insentif Daerah, Keamanan dan Ketahanan Pangan
KERANGKA KONSEP PENURUNAN STUNTING
• KERANGKA KONSEP PENYEBAB STUNTING
• Permasalahan Mendasar Stunting di Indonesia
1. Kemiskinan
Stunting dan permasalahan kekurangan gizi lain yang terjadi pada balita erat kaitannya dengan kemiskinan. Stunting
umumnya terjadi akibat balita kekurangan asupan penting seperti protein hewani dan nabati dan juga zat besi. Pada
daerah-daerah dengan kemiskinan tinggi, seringkali ditemukan balita kekurangan gizi akibat ketidakmampuan orang tua
memenuhi kebutuhan primer rumah tangga.
2. Kestabilan Sosial Politik
3. Meningkatnya Paparan Penyakit
4. Ketahanan Pangan yang rendah
5. Akses Pelayanan Yang kurang
Kondisi-kondisi diatas, secara umum dapat menyebabkan rendahnya asupan gizi untuk ibu. Dampak yang dapat terjadi akibat
rendahnya asupan gizi bagi ibu baik pada saat pra kehamilan, pada saat kehamilan maupun persalinan mengakibatkan
beberapa masalah kesehatan seperti :
1. Bayi yang dikandung mengalami gagal tumbuh yang dapat mengakibatkan infeksi, stunting atau meninggal
2. Kekurangan gizi mikro mengakibatkan stunting, cacat dan meninggal
3. Kekurangan gizi makro, dapat mengakibatkan stunting, wasting (kurus) dan meninggal
4. Pemberian ASI yang jelek dapat mengakibatkan terjadinya infeksi, stunting, wasting dan meninggal
PENCEGAHAN DAN INTERVENSI SPESIFIK
IMUNISASI
WAJIB PILIHAN
100 Kampanye
MR tidak
94.2 95.2
92.4 masuk cak
95 92.3 93.1
program
90
85
Desa UCI
80
81.3 Target
PARUNG
G. PUTRI CILEUNGSI
TAHUN 2015-2017
JONGGOL
KLAPANUNGGAL
CISEENG TAJUR BJ.
RUMPIN HALANG GEDE
CIGUDEG CARIU
KEMANG
JASINGA
RANCA CITEUREUP
BUNGUR
CIBUNGBULANG
LW.SADENG TANJUNGSARI
CIAMPEA BBK.MADANG
Dramaga SUKARAJA
LEUWILIANG CIOMAS
SUKAJAYA MG.MENDUNG
TM.SARI
NANGGUNG CISARUA
TENJO
CIGOMBONG
LAYA
CIAWI
PAMIJAHAN
CIJERUK
CARINGIN
• SDM (Jurim, Bidan, • Manajemen rantai Cakupan Imunisasi Titer Antibodi yang Eradikasi PD3I
Perawat) dingin (petugas Lengkap: protektif: (Tidak ada
• Biaya (BOK, DAK pencatat suhu,
• BCG • Difteri kasus PD3I)
Non Fisik, Kapitasi) tata kelola rantai • DPT, HB, HiB • Pertusis
• Vaksin dan Bahan dingin, kualitas (1,2,3) • Tetanus
Habis Pakai vaksin) • Campak • Hepatitis B
• Sarana Rantai • Pemberian
• Td • Influenza B
Dingin
• MR • Campak
imunisasi yg • Rubella
(Fridge, Vaccine benar
carrier, termos) GAP IMUNISASI GAP PROTEKSI
• Kendaraan utk
outearch/ PIS-
PK,Pusling
PERMASALAHAN
SOLUSI MASALAH
26
Kerangka konsep mencakup Kegiatan mulai dari input proses output
sampai impact. Termasuk input adalam SDM, sarana prasarana dan
anggaran. SDM ditingkatkan dengan peningkatan kemampuan melalui
workshop, pertemuan pada validasi data dan pelatihan. Validasi data
merupakan pembinaan dinas kesehatan melalui system OJT (on the job
trainning). Sarana prasarana mendukung terjaganya kualitas vaksin
melalui rantai dingin (cold chain). Proses pada majanemen dan tenkis
pelaksanaan imunisasi pada sasaran termasuk didalamnya sosialisasi
pada masyarakat. Output bias dilihat pada capaian program imunisasi
per antigen. Outcome diperoleh dengan meningkatnya titer antibody
pada masyarakat sehingga kekebalan imunitas (herd imunity) /
kekebalan kelompok terbentuk. Impact dapat dilihat dengan
menurunnya atau hilangnya kasus PD3I.
KEGIATAN PENANGGULANGAN IMUNISASI
KECAMAT
DISDIK
AN
PERENCA PELAKSA ELIMINASI TBC
NAAN NAAN
DISNAKAN DINSOS
Stunt PENURUNAN
PEMANTAUAN & ing STUNTING
EVALUASI
DKP DP3AP2KB
PENCAPAIAN
DISDUK IMUNISASI
PUPR
CAPIL