You are on page 1of 66

CASE REPORT

PPOK EKSASERBASI AKUT

• Pendamping: dr. Hj. Sumarmi

• Presentan: dr. Vebry A

1
Pendahuluan
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai
oleh hambatan aliran udara di saluran nafas yang bersifat progresif
nonreversible atau reversible parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan
emfisema atau gabungan keduanya

Kebiasaan merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting


dari PPOK, faktor risiko lain diantaranya adalah hipereaktiviti bronkus, riwayat
infeksi saluran nafas bawah berulang, dan riwayat terpajan polusi udara di
lingkungan dan tempat kerja

Suvey Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena asma, bronkitis


kronis, dan emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering
kematian di Indonesia. jumlah dan tingkat mortalitas akibat kasus PPOK di
2
Indonesia adalah tinggi
IDENTITAS PASIEN

Nama :Tn. H
Usia :73 tahun
Tanggal lahir :16 Juli 1945
Agama :Islam
Tanggal masuk :02 Mei 2018, pukul 22.15
WIB
Unit :Instalasi Gawat Darurat

3
Pengambilan data secara autoanamnesis dan alloanamnesis
di IGD RSUD 45 Kuningan pukul 22.15

Keluhan utama

Sesak nafas yang bertambah hebat sejak ± 1


hari SMRS

Keluhan Tambahan

Batuk berdahak, dada kanan nyeri jika batuk

4
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

1 bulan SMRS 10 hari SMRS 1 hari SMRS


• Sesak saat
• ± 1 bulan SMRS, os • Sesak nafas
bernapas (+)
mengeluh batuk, bertambah berat,
• Batuk berdahak
dahak (+), warna mulut mencucu
semakin sering,
putih, ± 1 sendok saat bernapas
dahak warna putih,
makan setiap batuk • Batuk berdahak
± 1 sendok makan
• Os merokok 1 hari (+), dahak ± 2
setiap batuk
menghabiskan 1-2 sendok makan.
• Merokok 1hr 4btg
bungkus rokok Tiap batuk dada
rokok
kanan terasa nyeri
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Riwayat darah tinggi disangkal
• Riwayat kencing manis disangkal
• Riwayat Bronkitis Kronik diakui sejak 6
bulan yang lalu, pengobatan salbutamol
inhaler.
• Riwayat penyakit asma disangkal.
• Riwayat minum obat selama 6 bulan
disangkal
• Riwayat penyakit jantung disangkal

6
Riwayat Penyakit
Riwayat Sosial &
Keluarga Kebiasaan
• Riwayat penyakit
yang sama dalam Riwayat merokok diakui pasien sejak
keluarga disangkal usia 21 tahun dan merokok rata-rata
• Riwayat hipertensi 2 bungkus per hari
disangkal
• Riwayat asma
disangkal
•Riwayat penyakit
jantung disangkal.

7
a. STATUS GENERALIS b. TANDA VITAL

Keadaan umum : Sakit sedang Tekanan Darah : 120/80 mmHg


Kesadaran : Compos mentis Nadi : 96x/menit
Berat badan : 45 kg Pernapasan : 29x/menit
Tinggi badan : 163 cm SaO2 : 98%
IMT : 17 Suhu : 36,5oC
Status Gizi : Kurang
PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN
FISIK
Kepala : Normocefali, warna rambut sebagian besar putih
namun masih ada yang berwarna hitam,
penyebaran rambut merata, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), Sekret (-/-)
Telinga : Normotia, liang telinga lapang +/+, sekret -/-
Mulut : Oral hygiene baik, Pursed Lips Breathing, oral trush
-, gigi palsu -, faring hiperemis -, tonsil T1/T1
Leher: Trakea di tengah, tiroid tidak teraba, JVP 5+2cmH2O,
pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)
9
Inspeksi
• ictus cordis tak nampak

Palapsi
• ictus cordis tidak teraba, kuat angkat (-)
THORAX : COR
Perkusi
• Batas atas :Spasium Inter Costa II
Lineaparasternal Sinistra
Batas kanan : Linea Parasternal Dextra
Batas kiri : Spasium Inter Costa V 2 cm medial
Linea Mid Clavicula Sinistra

Auskultasi
Kesan :
• Suara jantung murni: Suara I dan Suara II
reguler. Jantung Normal
• Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-)
Inspeksi
• Bentuk dada : barrel chest, sela iga melebar
(+), otot bantu intercostal (+)
•Hemitorak : Simetris statis dan dinamis
THORAX :
Palpasi
• Nyeri tekan (-)
PULMO
•Stem fremitus (+), menurun. Kanan=kiri
Perkusi
• Hipersonor lapang paru kanan dan kiri

Auskultasi
• Suara dasar : Vesikuler menurun
•Suara tambahan : Kesan :
• Wheezing -/- Thorak Emfisema
• Ronki basah halus -/-
PEMERIKSA HASIL PEMERIKSAAN
AN FISIK
ABDOMEN
• Inspeksi Datar, Supel, Strie -, Benjolan -
• Auskultasi Bising Usus (+) normal
• Palpasi Nyeri tekan Epigastrium (-), hepatospleenomegali
(-), Shifting dullnes (-)
• Perkusi Timpani seluruh lapang abdomen
KGB inguinal Tidak ada pembesaran
Genitalia Tidak diperiksa Kesan :
eksterna Abdomen Normal
Ekstremitas Akral hangat, crt < 2 s, edema pitting -/-
12
• LABORATORIUM 02- Mei-2018

Kesan :
Laboratorium
Normal

13
Interpretasi EKG
Irama Sinus rythm
EKG tgl 02 Mei 2018 QRS rate 65x/menit
Regularitas Regular
Axis Normoaksis
Interval PR 0,12s
Gelombang P normal
Kompleks QRS <0.12 s
ST Elevasi -
ST Depresi -
T inverse -
Q patologis -
VES -

Kesan : Normal (normo sinus


rythm)

14
Ro. Thorak 02 Mei 2018
Cor :
CTR <50%
Mediastinum tidak melebar

Pulmo :
Tampak Hiperlusen avaskuler pada kedua
lapang paru
Intercostal Space Melebar
Costa tampak mendatar
Corakan bronkhovaskular normal

Diafragma :
Diafragma letak rendah dan mendatar, sudut
cotoprenicus tajam

Kesan: Emfisema

15
RESUME
• 1 Bulan SMRS ps batuk, batuk berdahak berwarna putih dan pasien seorang perokok berat. 10hr
SMRS Ps. Sesak nafas disertai Batuk berdahak semakin sering, dahak warna putih, ± 1 sendok makan
setiap batuk dan Ps. merokok 1hr 4btg rokok. 1hr SMRS Sesak nafas bertambah berat, mulut
mencucu saat bernapas,batuk berdahak (+), dahak ± 2 sendok makan setiap batuk, tiap batuk dada
kanan terasa nyeri.
• Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan os tampak sakit sedang dengan kesadaran compos
mentis. Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 96 x/menit, pernapasan 29 x/menit, temperatur 36,9°C,
status gizi kurang. Pada pemeriksaan paru, inspeksi Statis, dinamis simetris kanan sama dengan kiri,
barrel chest, dan sela iga yang melebar, pursed lips breathing. Palpasi stem fremitus hemithorak
kanan dan kiri melemah, perkusi dada didapatkan hipersonor pada lapangan paru kanan dan kiri.
Pada auskultasi, Vesikuler menurun pada paru kanan.
Pemeriksaan Penunjang Ro. Thorak :
Pulmo :
• Tampak Hiperlusen avaskuler pada kedua lapang paru
• Intercostal Space Melebar
• Costa tampak mendatar
• Corakan bronkhovaskular normal
Kesan : Emfisema

16
DIAGNOSIS

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Kerja Asma
PPOK Eksaserbasi Tuberkulosis
akut Congestif Heart Failure
Bronkiektasis

17
Tatalaksana

Medikamentosa:
Non Medikamentosa: •Aminofilin + Nacl 500cc/
•O22-4 L/menit 8jam
•Tirah baring •Metyl Prednison 2x 125mg
•Komunikasi – Informasi - IV
Edukasi : pengendalian •Nebul meptin mini/ 4jam
Faktor risiko •Nebul Flexotide/ 8jam
•Konsul Sp.P •Ceftriaxone 2x1gr IV
•GG 3x100mg PO
• PROGNOSIS
• Quo ad vitam :
dubia ad bonam
• Qua ad Sanationam: dubia ad
malam
• Quo ad functionam :
dubia ad malam

19
ANATOMI PARU

20
• Fase inspirasi. Fase ini berupa
FISIOLOGI PARU berkontraksinya otot antar tulang rusuk
sehingga rongga dada membesar.
Otot yang digunakan saat
inspirasi
1. Kontraksi diafragma
2. Kontraksi otot eksternal
3. Kontraksi otot aksesori,
seperti sternocleidomastoid,
serratus anterior, pectoralis
minor, dan otot scalens.

21
Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau
kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula
yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk

22
EPIDEMIOLOGI

• Survei th 2001: Di US, kira-kira 12,1jt pasien menderita PPOK, 9 juta


menderita bronkitis kronik dan sisanya menderita emphysema atau kombinasi
keduanya.
• The Asia Pasific COPD Roundtable Group memperkirakan, jumlah penderita
PPOK sedang hingga berat dinegara asia pasific mencapai 56,6 juta dengan
angka prevalensi 6,3 persen.
• Sementara itu, di Indonesia diperkirakan 4,8 juta penderita PPOK dengan
angka prevalensi 5,6 persen. Yang di dominasi oleh laki-laki lebih banyak dari
pada perempuan.
• kejadian meningkat dengan makin banyaknya jumlah perokok

23
Definisi PPOK GOLD 2017

PPOK adalah penyakit yang umum, dapat dicegah,


dan dapat ditangani, yang memiliki karakteristik
gejala pernapasan yang menetap dan keterbatasan
aliran udara, dikarenakan abnormalitas saluran
napas dan/atau kerusakan alveolus yang biasanya
disebabkan oleh pajanan gas atau partikel
berbahaya

PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau
reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema PDPI
atau gabungan keduanya.
GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. Available online at http://goldcopd.org/. Accessed 21stNovember
24 2018.
Bronkitis kronis adalah Kelainan saluran napas yang
ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan
dalam setahun,sekurang-kurangnya dua tahun berturut -
turut, dan produksi mukus yang berlebih, tidak
disebabkan penyakit lainnya.

Emfisema adalah suatu kelainan anatomis paru yang


ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus
terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.

25
Faktor - faktor yang berpengaruh pada perjalanan dan
perburukan PPOK

1. Perokok (Asap rokok)


2. Usia (pertengahan) & jenis kelamin lebih banyak
laki-laki dibandingkan perempuan
3. Pajanan terhadap partikel, polusi tempat kerja,
polusi dalam ruangan
4. Faktor sosial ekonomi
5. Asma dan hipereaktivitas saluran napas (ACOS)
6. Bronkitis kronis
7. Infeksi berulang di saluran napas
GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. Available online at http://goldcopd.org/.
26
Accessed 21stNovember 2016.
Etiologi, patobiologi & patologi PPOK
Etiologi
Merokok dan polusi
Host factors

Patobiologi
• Gangguan perkembangan paru GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis,
• Accelerated decline Management and Prevention of COPD.
• Kerusakan paru Available online at http://goldcopd.org/.
• Inflamasi paru & sistemik Accessed 21stNovember 2016.

Patologi
• Gangguan atau abnormalitas saluran napas
kecil
• Emfisema
• Efek Sistemik

Manifestasi klinis
Hambatan aliran udara
• Gejala
• Hambatan aliran udara
• Eksaserbasi
yang persisten
• Komorbidities
27
Patogenesis

28
Alur diagnosis PPOK
Gejala:
Sesak napas, batuk kronis atau produksi
sputum, dan/atau riwayat pajanan akan
faktor resiko

Spirometri:
Pasca bronkodilator
VEP1/KVP < 0.70

GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. Available online at http://goldcopd.org/. Accessed 21stNovember
29 2016.
Indikator utama untuk membuat diagnosis PPOK

1. Sesak napas Pertimbangkan PPOK, dan lakukan


• Progresif dari waktu ke waktu spirometri, jika ada dari indikator
di bawah, di temukan pada pasien
• Diperberat dengan aktivitas
> 40 tahun. Kehadiran beberapa
• Persisten indikator utama memperbesar
2. Batuk kronis kemungkinan diagnosis PPOK.
• Intermiten atau unproductive Spirometri diperlukan untuk
• Mengi yang sering kambuh menegakkan diagnosis PPOK
3. Produksi sputum yang meningkat
4. Infeksi saluran napas bawah berulang
5. Riwayat faktor resiko
Genetik, abnormalitas kongenital, asap rokok, asap dari limbah domestik atau
bahan bakar, kondisi lingkungan pekerjaan seperti debu, uap, bahan bakar, gas
dan bahan kimia lainnya
6. Riwayat keluarga dengan PPOK dan/atau faktor pada masa kecil
7. Berat badan pada saat lahir, infeksi pernapasan masa kecil, dsb

GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. Available online at http://goldcopd.org/. Accessed 21stNovember
30 2016.
Konsesensus Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003

31
• Palpasi : sela iga melebar, stem fremitus
ka=ki melemah
• Perkusi : hipersonor
• Auskultasi : suara napas vesikuler normal,
atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu
bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
- bunyi jantung terdengar jauh

Konsesensus Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003

32
Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan uji faal paru

33
34
Diagnosis banding untuk gejala batuk kronis
(selain PPOK)

1. PPOK
2. Asma
3. Tuberkulosis
4. Bronchiectasis
5. Congestif heart failure

GOLD 2017 Global Strategy for the


Diagnosis, Management and
Prevention of COPD. Available
online at http://goldcopd.org/.
Accessed 21stNovember 2016.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003

35
Diagnosis banding untuk gejala batuk kronis
(selain PPOK)
Diferensial Diagnosis COPD
COPD/ PPOK  Onset in mid-life
 Symptoms slowly progressive
 History of tabacco smoking or eposure
to other types of smoke GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis,
ASMA  Onset early in life (often childhood) Management and Prevention of COPD.
Available online at http://goldcopd.org/.
 Symptoms vary widely from day to day Accessed 21stNovember 2016.
 Symtoms worse at night / early
morning
 Allergy, rhinitis, and/or eczema
 Family history of asthma
Congestive Heart Failure  Chest X-ray shows dilated heart,
pulmonary edema
 Pulmonary function test indicate
volume restriction
Bronkiektasis  Large volume of purulent sputum
 Commonly associated with bacterial
infection
Tuberkuloisis  Onset all ages
 Chest X-ray Shows lung infiltrate
36
 Microbiology confirmation
Derajat keparahan PPOK

37
Penilaian PPOK
• Tujuan dari penilaian PPOK adalah untuk menentukan keterbatasan
tingkat aliran udara.
• Penilaian PPOK harus melibatkan aspek berikut:
1. Derajat keparahan abnormalitas spirometri
2. Gejala pasien
3. Riwayat eksaserbasi
4. Komorbiditas
1. Modified British Medical Research Council
(mMRC) questionnaire Penilaian gejala
PPOK
2. COPD Assessment Test (CATTM)
GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. Available online at http://goldcopd.org/. Accessed 21stNovember
2016.
Klasifikasi derajat keparahan keterbatasan aliran udara
pasien PPOK (VEP1 pasca-bronkodilator)
Pada pasien dengan VEP1/KVP <0.70:
GOLD 1 ringan VEP1 ≥ 80% nilai prediksi
GOLD 2 sedang 50% ≤ VEP1 < 80% nilai
prediksi
GOLD 3 berat 30% ≤ VEP1 < 50% nilai
prediksi
GOLD 4 Sangat berat VEP1 < 30% nilai prediksi

GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. Available online at http://goldcopd.org/. Accessed 21stNovember
39 2016.
Hasil FEV/FVC= 0,5 obstruksi
40
Centang kotak yang sesuai dengan kondisi pasien (hanya 1 kotak saja)

mMRC Grade 0. Saya hanya susah bernapas jika aktivitas berat

mMRC Grade 1. Napas saya menjadi pendek jika naik tangga dengan bergegas atau berjalan
ke tanjakan

mMRC Grade 2. Saya berjalan lebih lambat dibandingkan teman sebaya karena susah
bernapas, atau saya harus berhenti untuk mengambil napas ketika berjalan di tangga

mMRC Grade 3. Setelah berjalan 100 meter atau beberapa menit di tangga, saya harus
berhenti untuk mengambil napas
mMRC Grade 4. Saya tidak bisa keluar rumah karena susah bernapas atau tidak bisa
mengganti baju karena susah bernapas

GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. Available online at http://goldcopd.org/. Accessed 21stNovember
2016.
CAT

 COPD Assessment
Test (CATTM): An 8-
item measure of
health status
impairment in COPD

(http://catestonline.o
rg).
Combined Assessment of
COPD
When assessing risk, choose the highest
risk according to GOLD grade or
exacerbation history
Patient Characteristic Spirometric Exacerbations per mMRC CAT
Classification year
Low Risk
A GOLD 1-2 ≤1 0-1 < 10
Less Symptoms
Low Risk
B GOLD 1-2 ≤1 >2 ≥ 10
More Symptoms
High Risk
C GOLD 3-4 >2 0-1 < 10
Less Symptoms
High Risk ≥ 10
D GOLD 3-4 >2 >2
More Symptoms
Management Stable COPD:
Goals of Therapy
 Menghilangkan gejala Mengurangi
 Meningkatkan toleransi latihan gejala
 Meningkatkan status kesehatan

 Mencegah perkembangan penyakit


 Mencegah dan mengobati eksaserbasi menurunkan
 menurunkan angka kematian
risiko
Identifikasi dan menurunkan paparan terhadap faktor resiko

1. Berhenti merokok (Evidence A)

2. Ventilasi yang memadai, tungku memasak yang tidak


menimbulkan polusi, dan pencegahan polusi lainnya (Evidence B,
C)

3. Dokter harus meminta pasien untuk menghindari pajanan terhadap


iritan yang berkelanjutan (Evidence D)

GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. Available online at http://goldcopd.org/. Accessed 21stNovember
45 2016.
EDUKASI PENGHENTIAN MEROKOK

GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. Available online at http://goldcopd.org/. Accessed 21stNovember
2016.

46
47
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
-Golongan antikolinergik
1. Bronkodilator Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai
2. Antiinflamasi bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali
perhari ).
3. Antibiotik - Golongan agonis beta - 2
4. Mukolitik Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet
5. O2 yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk
mengatasi eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan
jangka panjang.
- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta - 2
Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek
bronkodilatasi, karena keduanya mempunyai tempat kerja yang
berbeda.
- eksaserbasi akut.
Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar
48
aminofilin darah.
Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi
eksaserbasi akut
dalam bentuk oral atau
injeksi intravena,
berfungsi menekan
inflamasi yang terjadi,
dipilih golongan
metilprednisolon atau
prednison.

49
50
51
Terapi PPOK eksaserbasi akut

Terapi eksaserbasi akut di rumah sakit:


1. Terapi oksigen terkontrol, melalui kanul nasal
Indikasi rawat inap :
atau venturi mask
2. Bronkodilator: inhalasi agonis 2 (dosis &
1. Eksaserbasi sedang dan berat
frekwensi ditingkatkan) + antikolinergik. Pada 2. Terdapat komplikasi
eksaserbasi akut berat: + aminofilin (0,5 3. Infeksi saluran napas berat
mg/kgBB/jam) 4. Gagal napas akut pada gagal
3. Steroid: prednisolon 30-40 mg PO selama napas kronik
10-14 hari. 5. Gagal jantung kanan
4. Steroid intravena: pada keadaan berat
5. Antibiotika terhadap S pneumonie, H
influenza, M catarrhalis.

GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. Available online at http://goldcopd.org/. Accessed 21stNovember
2016.
52
Pilihan terapi PPOK

Beta2 - agonis
Short – acting Beta2 – agonis (SABA)
Long – acting Beta2 – agonis (LABA)
Antikolinergi
Short-acting anticholinergics (SAMA)
Long-acting anticholinergics (LAMA)
Kombinasi short-acting beta2-agonists + anticholinergic dalam satu inhaler
Kombinasi long-acting beta2-agonists + anticholinergic dalam satu inhaler
Methylxanthines
Kombinasi long-acting beta2-agonists + ICS dalam satu inhaler
Phosphodiesterase-4 inhibitors

GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. Available online at http://goldcopd.org/. Accessed 21stNovember
53 2016.
54
55
56
Komplikasi
1. Gagal nafas : gagal nafas kronik dan gagal nafas akut
2. Infeksi berulang: Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan
menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi
berulang. Pada kondisi kronik ini imunitas menjadi lebih rendah, ditandai
dengan menurunnya kadar limfosit darah.
3. Kor Pulmonal : Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %,
dapat disertai gagal jantung kanan

57
Penggunaan ICS/LABA pada PPOK (GOLD 2017)

Di sebagian pasien terapi awal dengan LABA/ICS dapat menjadi pilihan pertama.

• Yaitu pada pasien dengan riwayat dan/atau diketahui Asthma-COPD Overlap (ACOS).

• Atau pasien dengan jumlah eosinofil yang tinggi pada darah, walaupun ini masih dalam
debat

(Evidence A)
Penggunaan jangka panjang dengan ICS dapat dipertimbangkan dengan LABA untuk pasien
dengan riwayat eksaserbasi, walaupun pasien sudah menggunakan LABA yang sesuai

58 GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. Available online at http://goldcopd.org/. Accessed 21stNovember
2016.
Penggunaan ICS/LABA pada PPOK (GOLD 2017)

Penghentian ICS pada pasien PPOK, di beberapa penelitian, menunjukkan peningkatan


eksaserbasi dan/atau gejala pada pasien, walaupun ada beberapa yang tidak.

Ada bukti yang menunjukkan terjadi penurunan VEP1 (~ 40 mL) ketika ICS dihentikan,
yang dapat dikaitkan dengan peningkatan kadar Eosinofil.

59 GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. Available online at http://goldcopd.org/. Accessed 21stNovember
2016.
Partridge, Martyn R., et al., Effect on lunch function and morning activities of Budesonide/formoterol versus salmeterol/fluticasone in
60 patients with COPD. Ther Adv Respir Dis (2009), 3(4); 147-157
Desain penelitian

Random, double blind, multi-centres, double-dummy, cross-over, 442 pasien dengan PPOK usia ≥40 tahun
(Prebronkodilator VEP1 ≤ 50%; VEP1/KVP <70%) dengan 2x periode pengobatan 1 minggu, dilakukan dalam 66 pusat
di 9 negara (Argentina, Australia, Belgium, Brazil, Denmark, Jerman, India, Filipin, dan UK

61 Partridge, Martyn R., et al., Effect on lunch function and morning activities of Budesonide/formoterol versus salmeterol/fluticasone in
patients with COPD. Ther Adv Respir Dis (2009), 3(4); 147-157
APE 5 menit setelah dosis:
Budesonide/Formoterol 15.1 L/menit
Salmeterol/Fluticasone 14.2 L/menit
P = 0.603

Perbaikan lebih nyata terlihat pada


Budesonide/Formoterol Vs Sal/Flu untuk menit ke –
5 dan menit ke – 15 VEP1 rata-rata di pagi hari

(P< 0.09 dan P<0.05)

Partridge, Martyn R., et al., Effect on lunch function and morning activities of
Budesonide/formoterol versus salmeterol/fluticasone in patients with COPD.
62
Ther Adv Respir Dis (2009), 3(4); 147-157
Budesonide/Formoterol lebih signifikan
menunjukkan perbaikan aktivitas pagi hari
Vs. Sal/Flu

Total skor CDLM*


Bud/For Vs Sal/Flu
0.22 Vs 0.12 (P<0.05)

Partridge, Martyn R., et al., Effect on lunch function and morning activities of Budesonide/formoterol versus salmeterol/fluticasone in
patients with COPD. Ther Adv Respir Dis (2009), 3(4); 147-157
63
*CDLM: Capacity of Daily Living during the Morning Questionnaire
Budesonide/Formoterol memiliki onset kerja yang lebih cepat dan
memberikan perbaikan yang lebih besar bagi kemampuan pasien
melakukan aktivitas pagi hari Vs. Sal/Flu
64
Bud/Formoterol memiliki onset
kerja lebih cepat daripada Sal/Flu,
sehingga lebih cepat dalam
meredakan gejala akut.

65 Larrson, K., et al., J of Int Med, 2013, 273; 584-594


T TERIMA KASIH

66

You might also like