You are on page 1of 37

REFARAT

TONSILITIS DAN OSAS

Oleh
Parahmita
NIM: 0120840212

Pembimbing:
dr.JENI ARUNG PADANG SP.THT-KL

SMF THT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABEPURA
2018
PENDAHULUAN:
 Tonsilitis
adalah peradangan tonsil palatina yang
merupakan bagian dari cincin Waldeyer.
 Penyebaran infeksi terjadi melalui udara (air
borne droplets), dan kontak langsung melalui
tangan atau berciuman.
 Tonsilitis terjadi pada semua umur, terutama pada anak,
insidens tertinggi terjadi pada usia 4-5 tahun, pada usia
sekolah insiden tertingginya adalah usia 6-12 tahun.
 Tonsilitis kronis dengan hipertrofi tonsil dapat
menyebabkan berbagai gangguan tidur, seperti
mendengkur sampai dengan terjadinya apnea obstruktif
sewaktu tidur (Obstructive Sleep apnea).
 Secara umum, penatalaksanaan tonsilitis kronis dibagi
dua, yaitu konservatif dan operatif.
TONSILITIS:
Anatomi dan Fisiologi Tonsil:
 Tonsila palatina merupakan jaringan limfoepitel yang berperan
penting sebagai sistem pertahanan tubuh terutama terhadap
protein asing yang masuk ke saluran makanan atau masuk ke
saluran nafas (virus, bakteri, dan antigen makanan).
 Mekanisme pertahanan dapat bersifat spesifik atau non
spesifik, apabila patogen menembus lapisan epitel maka sel-
sel fagositik mononuklear pertama-tama akan mengenal dan
mengeliminasi antigen.
 Tonsil mempunyai dua fungsi utama yaitu menangkap dan
mengumpulkan bahan asing dengan efektif dan sebagai
organ produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan
antigen spesifik.
Definisi Tonsilitis:
 Tonsilitis adalah peradangan dan pembengkakan dari
tonsil palatina yang biasanya disertai dengan
pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati, dan bakteri
pathogen dalam kripta.
 Tonsilitis kronik merupakan perdangan kronis Tonsila
palatina setelah serangan akut yang berulang atau
infeksi subklinis.
Klasifikasi Tonsilitis:
A. Tonsilitis Akut:

Tonsilitis akut merupakan suatu inflamasi akut yang terjadi pada


tonsila palatina, yang terdapat pada daerah orofaring disebabkan
oleh adanya infeksi maupun virus.

Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut


tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini
menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi
tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini dapat melebar
sehingga terbentuk membran semu (pseudomembrane)
yang menutupi tonsil.
Acute superficial tonsilitis, biasanya disebabkan oleh
infeksi virus dan biasanya merupakan perluasan dari
faringitis serta hanya mengenai lapisan lateral.
• Acute folicular tonsilitis, infeksi menyebar sampai ke kripta sehingga
terisi dengan material purulen, ditandai dengan bintik – bintik kuning pada
tonsil.

Acute parenchymatous tonsilitis, infeksi mengenai hampir


seluruh bagian tonsil sehingga tonsil terlihat hiperemis dan
membesar.
• Acute membranous tonsilitis, merupakan stase lanjut dari tonsilitis
folikular dimana eksudat dari kripta menyatu membentuk membran di
permukaan tonsil.
Tonsilitis Memberanosa :
 Tonsilitis Difteri
 Etilogi: coryne bacterium diptheriae
 Biasanya menginfeksi sal.napas atas dan tergantung dari titer antitoksin,
 Gejala dan tanda:
Umum Lokal Eksotoksin
Subfebris Tonsil membesar Miokardistis
Nyeri kepala Ditutupi bercak putih kotor Kelumpuhan otot
membentuk membran semu yang palatum dan
semakin meluas pernapasan
Lemah letih Mudah berdarah
lesu
Nyeri menelan kGB leher membengkak (bull’s neck) Albuminaria
 Terapi: ADS dengan dosis ditempat tidur selama 2-3
20.000-100.000 unit minggu.
tergantung umur dan
beratnya penyakit.
 Antibiotik: penilisin dan
eritromisin.
 Kortikosteroid.
 Antipirektik.
 Isolasi pasien.
 Perawatan harus istirahat
 Angina Plaut Vincent prosesus alveolaris, foeter ex
 Etiologi: bakteri ore, KGB submandibular
spirochaeta/triponema pada membesar.
orang yang hygiene mulut buruk  Terapi: antibiotik spektrum luas,
dan defisiensi Vit.C. perbaiki hygiene mulut, Vit.C
 Gejala dan tanda: demam tinggi, dan Vit. B kompleks.
nyeri kepala, badan lemah,
gang.pencernaan, nyeri mulut,
hipersalivasi, gigi dan gusi
mudah berdarah, mukosa mulut
dan faring hiperemis, membrane
putih keabuan di atas tonsil,
uvula, dinding faring, gusi, serta
 Tonsilitis septik  Infeksi mononucleosis:terjadi tonsilo
 Etiologi: Sterptococus. faringitis ulsero membranosa bilateral.
 Penyakit kelainan darah: Membran semu yang ditutupi ulkus
mudah diangkat tanpa timbul
 Leukimia: gejala pertama sering perdarahan. Terdapat pembesaran
berupa epistaksis, perdarahan di kelenjar limfa leher, ketiak, dan
mukosa mulut, gusi, dan dibawah kulit regioinguinal. Gambaran darah khas
sehingga kulit tampak bercak yaitu terdapat leukosit mononukleus
kebiruan. Tonsil membengkak ditutupi dalam jumlah besar. Tanda khas yang
membran semu tetapi tidak hiperemis lain ialah kesanggupan serum pasien
dan rasa nyeri yang hebat untuk beraglutinasi terhadap sel
ditenggorok. darah merah domba (reaksi Paul
 Angina agranulositosis:penyebabnya Bunnel).
ialah akibat keracunan obat dari
golongan amidopirin, sulfa, dan arsen.
Pada pemeriksaan tampak ulkus di
mukosa mulut dan faring serta
disekitar ulkus tampak gejala radang.
Ulkus ini juga dapat ditemukan di
genitalia dan saluran cerna.
B. Tonsilitis Kronik:

Peradangan tonsil yang menetap sebagai akibat infeksi akut


atau subklinis yang berulang.

Ukuran tonsil membesar akibat hiperplasia parenkim atau


degenerasi fibrinoid dengan obstruksi kripta tonsil, namun
dapat juga ditemukan tonsil yang relatif kecil akibat
pembentukan sikatrik yang kronis.

Biasanya nyeri tenggorok dan nyeri menelan dirasakan lebih


dari 4 minggu dan kadang dapat menetap.
Etiologi Tonsilitis:
Dari beberapa studi yang telah Beberapa etiologi lain yang
dilakukan menunjukkan bahwa juga cukup tinggi insidennya
Streptococcus β Hemolitikus dalam menyebabkan terjadinya
Grup A merupakan penyebab tonsilitis adalah Haemophyllus
utama dari tonsilitis dengan influenza Staphylococcus
persentase sekitar 15 – 30% aureus dan Streptococcus
dari semua jenis bakteri. Pyogens.
Patofisiologi Tonsilitis:
 Pada tonsilitis akut dimulai dengan gejala sakit tenggorokan
ringan hingga menjadi parah.
 Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya
sehingga sakit menelan dan demam tinggi, sekresi yang
berlebih membuat pasien mengeluh sakit menelan,
tenggorokan akan terasa mengental.
 Tetapi bila penjamu memiliki kadar imunitas antivirus atau
antibakteri yang tinggi terhadap infeksi virus atau bakteri
tersebut, maka tidak akan terjadi kerusakan tubuh ataupun
penyakit. Sistem imun selain melawan mikroba dan sel
mutan, sel imun juga membersihkan debris sel dan
mempersiapkan perbaikan jaringan.
Akut :

Bakteri menginfiltrasi lapisan epitel


Detritus mengisi krpta
jaringan tonsil

Detritus merupakan kumpulan leukosit,


Reaksi radang bakteri yang mati dan epitel yang
terlepas

Keluarnya leukosit polimorfonuklear Detritus terbentuk


Kronik:
Proses terus Perlekatan
Proses radang berlanjut hingga dengan jaringan
beruang menembus sekitar fosa
kapsul tonsil tonsilaris

Epitel mukosa
tonsil dan Kripta akan terisi
jaringan limfoid dengan detritus
terkikis

Jaringan parut
Jaringan limfoid
akan mengkerut
diganti oleh
dan kripta akan
jaringan parut
melebar
Manifestasi Klinis Tonsilitis:
 Napas berat dan lidah yang licin jugulodigastrikus
 Hiperemis pada pilar, uvula dan  Sakit tenggorokan
palatum mole  Sakit menelan
 Kemerahan dan bengkak pada tonsil  Perubahan suara (serak)
disertai dengan gambaran bintik  Sakit pada telinga
bintik kuning yang merupakan
gambaran material purulen pada  Snoring (akibat obstruksi jalan napas
kripta yang terbuka (acute folicular atas)
tonsilitis). Kedua tonsil dapat  Napas berbau
membesar hingga dapat bertemu  Gangguan pendengaran
pada midline orofaring.  Pasien tampak sangat sakit.
 Pembesaran dari KGB
Tonsilitis Akut Tonsilitis kronis
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan
mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan
jarak permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran
tonsil dapat dibagi menjadi :
Diagnosis Tonsilitis:
Anamnesis: Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan
Penunjang:
Rasa sakit pada tenggorok Pada tonsilitis akut tampak Dapat dilakukan
yang terus menerus, sakit tonsil membengkak, kultur dan uji
waktu menelan, nafas bau hiperemis dan terdapat resistensi kuman
busuk, malaise, kadang- detritus berbentuk folikel, dari sediaan apus
kadang ada demam dan lakuna atau tertutup oleh tonsil.
nyeri pada leher. Pada anak membran semu sedangkan
dapat ditemukan adanya pada tonsilitis kronik tampak
pembesaran kelenjar limfa tonsil membesar dengan
submandibular. adanya hipertrofi dan
jaringan parut.
Diagnosis Banding Tonsilitis:
 Hipertrofi tonsil  Tumor ganas tonsil
 GERD (Gastro Esophageal  Tonsilitis difteri
Reflux)  Angina Plaut Vincent
 Leukemia  Mononukleosis Infeksiosa
 Limphoma of the head and  Faringitis Tuberkulosa
neck  Faringitis Luetika
 NPC (Nasopharingeal  Lepra (Lues)
carcinoma)
 Aktinomikosis Faring.
Terapi Medikamentosa:

Penatalaksaan Tonsilitis:
Untuk pasien yang menderita tonsilitis akut, berikut ini
penatalaksanan yang dapat diberikan :
 Antibiotik golongan penisilin atau sulfanamid selama 5 hari dan
obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan
diberikan eritromisin atau klindamisin.
 Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,
kortikosteroid untuk mengurangi udem pada laring dan obat
simptomatik.
 Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari
komplikasi selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok
3x negatif.
 Pemberian antipiretik.
 Pada tonsillitis kronik dilakukan terapi lokal untuk
hygiene mulut dengan obat kumur/hisap dan terapi
radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa
atau terapi konservatif tidak berhasil.
 Pada tonsilitis yang berulang, penggunaan antibiotik
ciprofloxacin dan gentamisin perlu dipertimbangkan.
 Pada pasien anak, penggunaan amoxicillin atau
kombinasi amoxicillin-asam klavulanat adalah pilihan
pertama pada tonsilitis berulang.
Tindakan Operatif :
Indikasi dilakukannya tonsilektomi menurut The American of Otolaryngology Head
and Neck Surgery Clinical Indicators Compendium tahun 1995 yaitu:
 Serangan tonsillitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah mendapatkan
terapi yang adekuat.
 Tonsil hipertrofi yang menimbulakan maloklusi gigi dan menyebabakan gangguan
pertumbuhan orofasial.
 Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan
napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor
pulmonale.
 Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak berhasil
hilang dengan pengobatan.
 Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
 Tonsilitis berulang yang disebabkan bakteri grup A Stereptococcus β hemoliticus.
 Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
 Otitis media efusa/ otitis media supuratif.
Kontraindikasi tonsilektomi:
 Infeksi pernapasan bagian atas yang berulang.
 Infeksi sistemis atau kronis.
 Demam yang tidak diketahui penyebabnya.
 Pembesaran tonsil tanpa gejala obstruksi .
 Rhinitis alergika.
 Asma.
 Diskrasia darah.
 Ketidakmampuan yang umum atau kegagalan untuk tumbuh.
 Tonus otot yang lemah.
 Sinusitis.
Teknik Tonsilektomi:

• Guillotine • Teknik Coblation


• Teknik Diseksi • Skapel harmonik
• Teknik elektrokauter • Intracapsular partial
• Radiofrekuensi tonsillectomy
• Laser (CO2-KTP)
Komplikasi pasca bedah:

Immediate: perdarahan segera/perdarahan primer, komplikasi yang berhubungan


dengan anestesi: diperngaruhi obat bius dan reflex batul belum sempurna hingga
darah dapat menyumbat jalan napas menyebabkan asfiksia, penyebabnya
diduga karena hemostasis yang tidak cermat atau terlepasnya ikatan.

Intermediate: dapat berupa perdarahan sekunder, hematom dan edem uvula,


infeksi, komplikasi paru dan otalgia, trauma akibat makanan, jahitan yang
terlepas, jaringan granulasi yang menutupi fossa tonsil terlepas sebelum luka
sembuh.

Late complication: jaringan parut di palatum mole, bila berat gerakan palatum
terbatas dan menimbulkan rinolalia, komplikasi lain adalah adanya sisa jaringan
tonsil, tonsillitis akut atau abses peritonsil.
Postoperative Compromise Pulmonary
Airway Dehidrasi Edema

Nasopharyngeal Eustachian Tube Aspiration


Stenosis Dysfunction Pneumonia
Beberapa perawatan yang harus dilakukan pada pasien yang telah menjalani
tonsilektomi adalah sebagai berikut:
 Perawatan awal: Pasien tetap dikondisikan dalam keadaan “Posisi Koma” sampai efek
anestesi hilang, awasi tanda – tanda perdarahan dari hidung dan mulut, awasi tanda –
tanda vital pasien.
 Diet: Saat pasien sudah sadar, pasien dapat mulai diberikan makanan cair, seperti
susu dingin atau es krim, diet diberikan bertahap mulai dari makanan lunak sampai
makanan biasa/solid.
 Oral hygine: Pasien diberikan obat kumur 3-4 kali sehari. Mulut dibersihkan dengan air
bersih setiap selesai makan.
 Analgesik: Nyeri, biasanya terjadi secara lokal pada tenggorokan yang dapat menjalar
ke telinga, dapat diredakan dengan analgesik lemah, seperti paracetamol.
 Antibiotik: Antibiotik yang sesuai dapat diberikan secara injeksi /oral selama sekitar
satu minggu.
 Pasien dapat dipulangkan 24 jam setelah operasi jika tidak ada komplikasi dan dapat
beraktivitas normal kembali 2 minggu setelah operasi.
Komplikasi Tonsilitis:
Komplikasi sekitar tonsil: Komplikasi Organ jauh
 Otitis Media Akut dan kronik.  Demam rematik dan
 Rhinosinusitis. penyakit jantung rematik.
 Peritonsilitis.  Miokarditis.
 Abses Peritonsilar (Quinsy).  Glomerulonefritis
 Abses Parafaringeal.  Episkleritis, konjungtivitis
 Abses Retrofaring. berulang dan koroiditis.
 Kista Tonsil.  Psoriasiseritema
multiforme, kronik urtikaria
 Tonsilolith. dan purpura.
 OSAS.  Artritis dan fibrositis.
PrognosisTonsilitis:
Tonsilitis biasanya dapat sembuh dalam waktu
beberapa hari dengan beristirahat
dan pengobatan suportif.

Gejala-gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi


bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas
lainnya. Infeksi yang sering terjadi yaitu infeksi pada
telinga dan sinus.

Pada kasus-kasus yang jarang, tonsilitis dapat


menjadi sumber dari infeksi serius seperti demam
rematik atau pneumonia.
Pencegahan Tonsilitis:
Gelas minuman dan
Mencegah terpapar dari Sikat gigi yang talah lama perkakas rumah tangga
penderíta Tonsilitis atau sebaiknya diganti untuk untuk makan tidak
yang memiliki keluhan mencegah infeksi dipakai bersama dan
sakit menelan. berulang. sebaiknya dicuci dengan
menggunakan

Sering mencuci tangan


untuk mencegah
penyebaran infeksi pada
orang lain.

You might also like