You are on page 1of 38

CHOP

Tutorial
B-3
Definisi Tenaga Kerja
• Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. (Pasal 1 Ayat 2 UU No.
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan)
• Tenaga kerja merupakan pelaksana pembangunan untuk mencapai
kesejahteraan umum dan kualitas kehidupan yang semakin baik. Oleh
karenanya, upaya perlindungan tenaga kerja terhadap bahaya yang
dapat timbul selama bekerja merupakan suatu kebutuhan yang
sangat mendasar. Dengan adanya perlindungan tersebut diharapkan
agar tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dan nyaman sehingga
dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja (UU)
• Berdasarkan Objek Perlindungan Tenaga Kerja Undang-Undang No.
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menjadi objek utama
perlindungan tenaga kerja adalah penyandang cacat, anak, dan
perempuan.
• Perlindungan pekerja penyandang cacat
• Menurut ketentuan Pasal 67 ayat (1) Undang-undang Ketenagakerjaan,
pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib
memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya.
• Perlindungan pekerja anak
• Undang-undang Ketenagakerjaan melarang pengusaha untuk mempekerjakan anak-anak. (Pasal
68 Undang-undang ketenagakerjaan)
• Pengecualian bagi anak yang telah berumur 13 tahun sampai dengan 15 tahun untuk melakukan
pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan
sosial anak tersebut, dengan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. (Pasal 69 UU
Ketenagakerjaan)

• Persayaratan sebagai berikut:


• Izin tertulis dari orang tua atau wali;
• Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali;
• Waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam;
• Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah;
• Keselamatan dan kesehatan kerja;
• Adanya hubungan kerja yang jelas; dan
• Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku
• Akan tetapi syarat ini tidak berlaku bagi anak yang bekerja pada usaha
keluarganya. (Pasal 69 Ayat 3 UU Ketenagakerjaan)
• Siapapun dilarang mempekerjakan anak pada pekerjaan yang buruk,
tercantum dalam Pasal 74 ayat (1). Yang dimaksud pekerjaan terburuk
seperti dalam Pasal 74 ayat (2), yaitu :
• Segala pekerjaan dalam bentuk pembudakan atau sejenisnya.
• Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak untuk
produksi dan perdagangan minuman keras,narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya.
• Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau menawarkan anak untuk
pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, perjudian.
• Segala pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak.
• Perlindungan pekerja perempuan
• Pekerjaan wanita/perempuan di malam hari diatur dalam Pasal 76 UU No
13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yaitu sebagai berikut :
• Pekerjaan perempuan yang berumur kurang dari 18 tahun dilarang dipekerjakan
antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 pagi.
• Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja perempuan hamil yang menurut
keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya
maupun dirinya, bila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 pagi,
• Pengusaha yang mempekerjakan pekerja perempuan antara pukul 23.00 sampai
dengan pukul 07.00 pagi wajib :
• Memberikan makanan dan minuman bergizi
• Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja
• Pengusaha yang mempekerjakan pekerja perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan
pukul 05.00 pagi wajib menyediakan antar jemput.
• Tidak mempekerjakan tenaga kerja melebihi ketentuan Pasal 77 ayat (2) yaitu 7 (tujuh) jam
sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam seminggu atau 8
(delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam
seminggu.
• Bila pekerjaan membutuhkan waktu yang lebih lama, maka harus ada persetujuan dari
tenaga kerja dan hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam sehari dan 14
(empat belas) jam dalam seminggu, dan karena itu pengusaha wajib membayar upah kerja
lembur untuk kelebihan jam kerja tersebut. Hal ini merupakan ketentuan dalam Pasal 78 ayat
(1) dan ayat (2).
• Tenaga kerja berhak atas waktu istirahat yang telah diatur dalam Pasal 79 ayat (2) yang
meliputi waktu istirahat untuk:
• Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus
menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja
• Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam seminggu atau 2 (dua) hari untuk 5
(lima) hari kerja dalam seminggu.
• Cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 (dua belas hari kerja setelah tenaga kerja bekerja selama
12 (dua belas) bulan secara terus menerus.
• Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan apabila tenaga kerja telah bekerja selama 6
(enam) tahun secara terus menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan tenaga
kerja tersebut tidak berhak lagi istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan.
• Untuk pekerja wanita, terdapat beberapa hak khusus sesuatu dengan kodrat
kewanitaannya, yaitu :
• Pekerja wanita yang mengambil cuti haid tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua
(Pasal 81 ayat (1))
• Pekerja wanita berhak memperoleh istirahat selama 1,5 bulan sebelum saatnya melahirkan dan
1,5 bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan/bidan (Pasal 82 ayat (1))
• Pekerja wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 bulan
sesuai ketentuan dokter kandungan/bidan (Pasal 82 (2))
• Pekerja wanita yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya untuk
menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja (Pasal 83)
• Pekerja wanita yang mengambil cuti hamil berhak mendapat upah penuh (Pasal 84).
DEFINISI HIGIENE PERUSAHAAN
• Higiene perusahaan adalah usaha kesehatan masyarakat yang
mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan
manusia atau suatu upaya untuk mencegah timbulnya penyakit
karena pengaruh lingkungan.
• Menurut Thomas J. Smith “Higiene industri atau perusahaan dianggap
sebagai ilmu dan seni yang mampu mengantisipasi, mengenal,
mengevaluasi dan mengendalikan bahaya faktor-faktor yang timbul di
dalam lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan dan
ketidakefisienan kepada masyarakat yang berada di lingkungan kerja
tersebut maupun kepada masyarakat yang berada diluar industri”.
JENIS SIFAT-SIFAT HIGIENE PERUSAHAAN
• Sasaran adalah lingkungan kerja
• Bersifat tehknik
TUJUAN HIGIENE PERUSAHAAN
• Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang
setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negri, atau
pekerja-pekerja bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk
kesejahteraan tenaga kerja.
• Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada
meningginya efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam
produksi. Oleh karena hakikat tersebut selalu sesuai dengan maksud
dan tujuan pembangunan didalam suatu negara maka Higene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja selalu harus diikut sertakan dalam
pembangunan tersebut.
RUANG LINGKUP HIGIENE PERUSAHAAN
• Mengantisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya
dan risiko di tempat kerja. Tahap awal dalam melakukan atau
penerapan higiene perusahaan di tempat kerja. Adapun tujuan dari
antisipasi adalah :
• Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul menjadi
bahaya dan risiko yang nyata.
• Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan atau
suatu area dimasuki.
• Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu proses
dijalankan atau suatu area dimasuki.
RUANG LINGKUP HIGIENE PERUSAHAAN
• Mengenal
Mengenal atau rekognisi merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali
suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan
suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif
dan bisa dipertanggung- jawabkan. Dimana dalam rekognisi ini kita
melakukan pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan informasi
tentang konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis, kandungan atau
struktur, dan sifat. Adapun tujuan dari pengenalan, yaitu :
• Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek, severity,
pola pajanan, besaran).
• Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko.
• Mengetahui pekerja yang berisiko.
RUANG LINGKUP HIGIENE PERUSAHAAN
• Mengevaluasi
Pada tahap evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran,
pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui
penilaian lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja
secara kuantitatif dan terinci, serta membandingkan hasil
pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga dapat
ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada
atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus merupakan
dokumen data di tempat kerja. Tujuan dari pengukuran dalam
evaluasi, yaitu :
• Untuk mengetahui tingkat risiko.
• Untuk mengetahui pajanan pada pekerja.
• Untuk memenuhi peraturan (legal aspek).
• Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan.
• Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja.
• Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik.
RUANG LINGKUP HIGIENE PERUSAHAAN
• Pengendalian
Pengendalian faktor-faktor lingkungan kerja sesungguhnya dimaksudkan untuk
menciptakan atau memelihara lingkungan kerja agar tetap sehat dan aman atau
memenuhi persyaratan kesehatan dan norma keselamatan, sehingga tenaga kerja
terbebas dari ancaman gangguan kesehatan dan keamanan atau tenaga kerja tidak
menderita penyakit akibat kerja dan tidak mendapat kecelakaan kerja. Ada
beberapa bentuk pengendalian atau pengontrolan di tempat kerja yang dapat
dilakukan , yaitu :
• Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya serta menghentikan
semua kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi bahaya.
• Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu atau asap, dan mengurangi
bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan kerja dengan mengubah beberapa peralatan
proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik bahan baku yang diterima untuk
diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan potensi bahayanya.
• Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja dengan menempatkannya
di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya dari pekerja lainnya, dan
sentralisasi kontrol kamar.
• Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada faktor
lingkungan kerja selain pekerja.
• Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi pekerja
dengan lingkungan kerja.
• APD (Alat Pelindung Diri) : langkah terakhir dari hirarki pengendalian.
PRINSIP DASAR HIGIENE PERUSAHAAN
• Pengenalan terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja
• Penilaian/evaluasi terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja.
• Pengendalian terhadap bahaya faktor-faktor lingkungan kerja.
MANFAAT HIGIENE PERUSAHAAN
• Mencegahan dan memberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja.
• Dapat memelihara dan meningkatan kesehatan tenaga kerja.
• Dapat memeliharaan dan meningkatan efisiensi dan daya produktifitas tenaga
manusia.
• Memberantasan kelelahan kerja dan meningkatan kegairahan kerja.
• Memeliharaan dan meningkatan higiene dan sanitasi perusahaan pada umumnya
seperti kebersihan ruangan-ruangan, cara pembuangan sampah, atau sisa-sisa
pengolahan dan sebagainya.
• Memberikan perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar
terhindar dari pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan.
• Memberikan perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari bahaya-bahaya yang
mungkin di timbulkan oleh hasil-hasil produksi perusahaan.
Keselamatan kerja
• Perlindungan tenaga kerja memiliki beberapa aspek dan salah satunya
yaitu perlindungan keselamtan, perlindungan tersebut bermaksud
agar tenaga kerja secara aman melakukan kerjanya secara aman
melakukan kerjanya sehari-hari untuk meningkatkan produktivitas
Definisi
• Menurut Bangun Wilson (2012:377) Keselamatan Kerja adalah
perlindungan atas keamanan kerja yang dialami pekerja baik fisik
maupun mental dalam lingkungan pekerjaan
Tujuan
1. Menciptakan kondisi kerja yang aman dan sehat sehingga
mencegah terjadinya injury, desease, dan kecelakaan yang akan
menimbulkan kerugian baik materil maupun non materil
2. Mencegah terjadinya penurunan kesehatan atau gangguan lainnya
(cacat, cidera, dll) pada pekerja yang diakibatkan oleh bahaya dan
risiko yang ada di tempat kerja
3. Menciptakan keserasian antara pekerja dengan pekerjaan maupun
lingkungan kerjanya, baik secara fisiologis maupun psikologis untuk
meningkatkan kapasitas, kinerja, maupun kapasitas kerja
Tujuan
• Berdasarkan undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
bahwa tujuan keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ) yang berkaitan
dengan mesin, peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan tempat
kerja adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja,
memberikan perlindungan pada sumber-sumber produksi sehingga dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
• Menurut Suma’mur ( 1992 ) tujuan keselamatan kesehatan kerja ( K3 ) ialah
sebagai berikut:
• Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan
pekerjaannya untuk kesejahteraaan dan meningkatkan kinerja.
• Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.
• Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Sedangkan menurut Mangkunegara “2004” tujuan keselamatan kesehatan kerja (
K3 ) ialah:
• Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial dan psikologis.
• Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
• Agar semua hasil produksi di pelihara keamanannya.
• Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
• Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.
• Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atas
kondisi kerja.
• Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Sifat
a. Sasarannya adalah manusia
b. Bersifat medis
Fungsi
1. Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dan praktek yang dapat
membahayakan keselamatan para pekerja.
2. Membuat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan program
3. Menerapkan, mendokumentasikan dan menginformasikan rekan lainnya
dalam hal pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya
4. Ukur, periksa kembali keefektifitas pengendalian bahaya dan program
pengendalian bahaya
Aspek-aspek
• Miner (1992) mengemukakan beberapa aspek keselamatan kerja,
yaitu :
1. Pelatihan Keselamatan Kerja
• Program pelatihan untuk karyawan baru dan tidak terbiasa
melakukan hal-hal yang termasuk dalam isi program keselamatan
yang dipertimbangkan. Teknik yang digunakan untuk pelatihan
keselamatan misalnya ceramah, peragaan, film dan simulasi
kecelakaan.
2. Kontes dan Publisitas Keselamatan
• Publisitas keselamatan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, yakni
poster, buklet, nota khusus, dan artikel terbitan perusahaan. Selain
itu, juga dapat dilakukan kontes untuk membantu perkembangan
keselamatan. Misalnya dengan melakukan pertandingan antar
departemen yang memiliki potensi kecelakaan yang sama.
3. Pengontrolan Lingkungan Kerja
• Perancangan tempat kerja dan peralatan yang digunakan merupakan
pendekatan utama untuk mencegah kecelakaan dan yang paling efektif.
• Peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau Personal Protective
Equipment (PPE) yang wajib disediakan oleh perusahaan kontraktor untuk
semua karyawan : pakaian kerja, sepatu kerja, kacamata kerja, penutup
telinga, sarung tangan, helm, masker, jas hujan, sabuk pengaman, tangga,
dan P3K. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan
konstruksi, yaitu lokasi pekerjaan dan merokok saat bekerja. Kebersihan
tempat bekerja di kantor maupun di lokasi pekerjaan ikut menentukan hasil
kerja bagi pekerja konstruksi. Perilaku merokok di lokasi pekerjaan beresiko
mengakibatkan terjadinya kebakaran dan juga merugikan kesehatan
(Ervianto, 2005).
4. Pemeriksaan dan disiplin
• Beberapa bentuk pemeriksaan misalnya dengan menyediakan
peringatan awal terhadap kecelakaan dan menyediakan surat
panggilan OSHA (Occupational Safety and Health Administration).
Pemeriksaan dilakukan oleh pengawas, anggota komite keselamatan,
atau diwakilkan oleh pihak asuransi yang menangani kebijakan
kompensasi pegawai perusahaan.
HIPERKES
SEJARAH
• Bapak dari Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja adalah
Bernardine Ramazzini (1633-1714). Ialah yang menulis buku “De
Morbis Artificum Diatriba”. Di dalam buku itu diuraikan tentang
berbagai penyakit dengan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh
pekerja.
• Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja berkembang sangat cepat
dan pesatnya oleh karena dorongan Revolusi Industri di Inggris
sebagai akibat ditemukannya cara-cara produksi baru, mesin-mesin
baru dan lain-lain untuk industri dan pengangkutan, yang terjadi pada
tahun 1760- 1830.
• Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja ini di berbagai negara terus
berkembang, baik di bidang organisasi maupun teknik, ataupun
keilmuannya. Bahkan di abad ke-20 ini Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja dirasakan sebagai suatu keharusan, oleh karena ia
memiliki segi-segi, baik kesejahteraan tenaga manusia maupun demi
produksi.
definisi
• Higiene perusahaan dan kesehatan kerja memiliki satu kesatuan
pengertian adalah terjemahan dari “Occupational Health” yang
diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi
problematik kesehatan secara menyeluruh dari seorang tenaga kerja.
• Menyeluruh disini berartimelakukan usaha kuratif, preventif,
penyesuaian faktor manusiawai terhadap pekerjaan, higene dan lain-
lain.
Dasar hukum
• Menurut Undang-undang No.14 Tahun 1969 tentang ketentuan
pokok mengenai Tenaga Kerja pasal 9 dan 10 Higiene perusahaan dan
kesehatan kerjaini adalah lapangan kesehatan yang ditujukan kepada
pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja, dilakukan
dengan pemberian pengobatan, perawatan tenaga kerja yang sakit,
mengatur persediaan tempat, cara-cara dan syarat yang memenuhi norma-
norma higiene perusahan dan kesehatan kerja untuk mencegah penyakit,
baik sebagai akibat pekerjaan maupun penyakitumum serta menetapkan
syarat-syarat kesehatan bagi perumahan tenaga kerja.
• Landasan hukum pelaksanaan higene perusahaan dan kesehatan kerja
mencakup Undang-undang Kesehatan dan Undang-undang yang terkait
dengan ketenagakerjaan. Dalam Undang-undang No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan tepatnya Bab XII pasal 164, 165 dan 166 diatur tentang
kesehatan kerja
tujuan
• Menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
• Untuk efisiensi kerja yang optimal, maka sebaiknya pekerjaan harus
dilakukandengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi
syarat kesehatan (tekanan panas, penerangan ditempat kerja, udara,
sikap badan) Lingkungan kerja inipun perlu disesuaikan dengan
tingkat kesehatan dan keadaan gizi tenaga kerja yang bersangkutan.
Penanggungjawab hygiene perusahaan
• Di Indonesia Pelaksanaan Higene Perusahaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Indonesia secara kelembagaan menjadi
tanggung jawab dua instansi yaitu Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi serta Departemen Kesehatan.
referensi
• http://fkm.unmul.ac.id/viewfile/iwan_m_ramdan/Karya_Ilmiah/Buku
-Higene-Industri
• https://www.scribd.com/doc/157968062/Higiene-Perusahaan-Dan-
Kesehatan-Kerja
• http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/106/jbptunikompp-gdl-s1-2007-
mohammadiy-5298-bab-2.pdf

You might also like