You are on page 1of 58

Bismillahirrohmanirrohiem

Robbana zidnaa ‘ilma


Warzuqnaa fahma
INDIKASI TRANSFUSI

Suryo A. Taroeno
SMF/Bagian Penyakit Dalam RS PKU
Muhammadiyah Sala/FK UMS Sala
Overview : Indikasi Transfusi
 Definisi transfusi
 Berbagai Sediaan Transfusi
 Whole blood
 Packed red cell (PRC)
 Thrombocyte concentrate (TC)
 Fresh frozen plasma (FFP)
 Tujuan khusus
 Perlakuan khusus
Definisi
 Proses pemindahan darah, produk darah,
atau cairan lain ke dalam sirkulasi darah
pasien
 Salah satu bentuk transplantasi organ,
yang paling sering dilakukan
Berbagai sediaan transfusi
 Whole blood (WB)
 Komponen darah
 Packed red cell (PRC)
 Thrombocyte concentrate (TC)
 Fresh frozen plasma (FFP)
Transfusi darah merah
 Anemia simptomatik yang :
 Tidak respon thd terapi spesifik, atau
 Memerlukan koreksi segera

 Kehilangan darah akut

Perbaikan kapasitas
pembawa oksigen ke jaringan
Perbaikan hipoksia
Aplikasi klinis
 Hb < 7 g/dl : diperlukan transfusi
 Hb antara 7 – 9 /10 g/dl : dipertimbangkan
transfusi apabila ada komorbid lain yg
berpotensi memberat dgn adanya anemia
 Penyakit kardiovaskuler
 Penyakit paru
PRC atau WB
 Komponen darah : meminimalkan reaksi
reaksi transfusi
 WB : plus volume ekspansi
 Pergunakan WB pada kehilangan darah
akut yg berpotensi mengakibatkan
hipovolemik
Dosis transfusi darah merah
 1 unit PRC menaikkan Hb 1 g/dl
 Pada perdarahan akut, kadar Hct sesaat
tidak mencerminkan kehilangan darah,
sampai 24 jam kemudian
Thrombocyte concentrate (TC)
 Indikasi
 Tanpa adanya perdarahan (prophylactic
platelet transfusion)  transfusi TC umumnya
dilakukan bila AT < 10.000
 Adanya perdarahan disertai trombositopenia
yang patut diduga sebagai penyebabnya 
transfusi TC dilakukan pada angka trombosit
yg lebih tinggi
Thrombocyte concentrate (TC)
 1 kantung TC teoritis menaikkan 10.000
angka trombosit
 Evaluasi kenaikan dilakukan 1 jam dan 24
jam pasca selesainya transfusi
 Kondisi adanya autoimunitas (misal ITP)
dan alloimunitas (misal transfusi TC yg
telah dilakukan berulang) mengurangi
efektivitas kenaikan trombosit
Fresh frozen plasma (FFP)
 FFP adalah sumber faktor koagulan,
fibrinogen, antitrombin, protein C dan
protein S
 Indikasi : defisiensi antikoagulan pd
berbagai kondisi klinis
 Intoksikasi warfarin
 DIC
EVALUASI :
 Penyakit hati PEMERIKSAAN PT dan PTT
REAKSI TRANSFUSI

Suryo A. Taroeno
SMF/Bagian Penyakit Dalam RS PKU
Muhammadiyah Sala/UMS Sala
Overview : Reaksi Transfusi
 Definisi
 Ilustrasi Kasus
 Reaksi Segera (immediate) dan Tertunda (delayed)
 Reaksi Imunologis dan Non Imunologis
 Reaksi Transfusi Imunologis
 Berbagai Reaksi Transfusi Imunologis
 Patofisiologi dan Gambaran Klinis Reaksi Transfusi Imunologis
 Resume
 Pencegahan dan Penatalaksanaan
 Reaksi Transfusi Non Imunologis
 Berbagai Reaksi Transfusi Non Imunologis
 Pencegahan dan Penatalaksanaan
DEFINISI dan TERMINOLOGI
 Reaksi transfusi1,3
 Komplikasi transfusi2
 Efek merugikan akibat transfusi darah 3

1
Triwibowo, 1996; 2Longo, 2009; 3Dzieczkowski & Anderson, 2005
Ilustrasi Kasus A
 Sdr X, diagnosis DHF, hitung trombosit
turun 4.000 sel/mmk. Diberikan transfusi
trombocyte concentrate (TC) 6 kantung.
Baru beberapa menit transfusi kantung
pertama berjalan, pasien mengeluh mual,
keringat dingin, dan merasa akan pingsan.
TD yang semula normal turun menjadi
60/palpasi, nadi lemah sulit teraba. Apa
yang terjadi ?
Ilustrasi Kasus B
 Bp Y, dengan NHL, kadar Hb : 5,6 mg/dl.
Diberikan transfusi PRC 4 kantung. Pada
transfusi kantung ketiga pasien mengeluh
dingin, menggigil. TD normal, nadi
meningkat 110 kali/menit, suhu yg semula
normal meningkat 37,8’C. Apa yang
terjadi?
Ilustrasi Kasus C
 Ibu Y, dengan gangguan ginjal. Kreatinin 2,5
mg/dl. Masuk RS dengan perdarahan saluran
cerna bawah (hematokezia) masif. Hb : 7 mg/dl.
TD 140/80 mmHg. Dilakukan transfusi whole
blood 3 kantung. Pasca transfusi pasien
mengeluh sesak napas, terdengar mengi
(wheezing) di kedua lapangan paru, TD :
190/100 mmHg. Diberikan terapi furosemid
injeksi 2 A tidak membaik. Pasien meninggal
dengan gagal napas. Apa yang terjadi ?
REAKSI SEGERA (immediate) dan
TERTUNDA (delayed)1
 Reaksi transfusi segera
 Terjadi selama atau 2 jam setelah transfusi
selesai
 Reaksi transfusi tertunda
 Terjadibeberapa hari, bulan, sampai tahun
setelah transfusi selesai
 Klasifikasi ini bermanfaat dlm menentukan
dugaan penyebab  mempercepat
penanganan
Reaksi Imunologis dan Non
Imunologis
 Reaksi transfusi imunologi
 Terjadi reaksi antigen-antibodi1
 Akibat pada donor atau resipien telah terbentuk
antibodi sebelum proses transfusi3
 Kadang, juga diakibatkan elemen seluler3
 Reaksi transfusi non imunologis
 Bukan akibat reaksi antigen-antibodi
 Terutama diakibatkan faktor fisik, kandungan kimia
dalam darah transfusi serta zat aditifnya3
REAKSI TRANSFUSI
IMUNOLOGIS
Berbagai Reaksi Transfusi
Imunologis3
 Reaksi Transfusi Hemolitik Akut
 Reaksi Transfusi Hemolitik Tertunda
 Reaksi Panas (non hemolitik)
 Reaksi Alergi
 Reaksi Anafilaktik
 Transfusion Associated Graft versus Host
Disease
 Transfusion Related Acute Lung Injury
 Purpura Pasca Transfusi
 Alloimunisasi
Patofisiologi dan Gambaran
Klinis Reaksi Transfusi
Imunologis
Reaksi Transfusi Hemolitik Akut
 Terjadi pada 1 : 12.000 transfusi, dan berakhir
fatal pada 1 : 100.000 transfusi
 Terutama diakibatkan ketaksesuaian gol darah
ABO (inkompabilitas ABO)3,4
 85% kasus hemolitik terjadi akibat kesalahan
administratif4 : salah catat, tertukar
 Muncul tanda dan gejala akibat kerusakan
eritrosit (hemolisis) intravaskuler, segera setelah
transfusi berjalan, akibat antigen donor bereaksi
dengan antibodi resipien1
Gomella & Haist, 2007
4
Eritrosit menggumpal  aktivasi komplemen  hemolisis  TF  DIC
Kompleks imun  gagal ginjal3
Reaksi Transfusi Hemolitik Akut
 Gejala3 : segera sesudah transfusi dimulai5
 napas cepat (takipneu)
 menggigil
 nyeri pada lokasi infus

STOP
 nyeri dada dan pinggang
 Tanda3 :
 hipotensi
 takikardia
TRANSFUSI SAAT ITU JUGA !!!
 hemoglobinemia
 hemoglobinuria
 bilirubin indirek meningkat, haptoglobin menurun, LDH
meningkat
5
Uy, 2004
REAKSI TRANSFUSI HEMOLITIK
TERTUNDA
 Angka kejadian 1 : 1000 transfusi3
 Tidak sepenuhnya dapat dicegah
 Akibat sensitisasi, pasien membentuk antibodi terhadap
antigen donor, dgn kadar terlalu rendah utk terdeteksi
saat skrining pratransfusi. Antibodi ini diproduksi lebih
banyak setelah transfusi darah berlangsung3
 Setelah 1-2 minggu transfusi, antibodi yg terbentuk
mengikat antigen donor  eritrosit yg ditransfusikan
akan dilisiskan di SRE hemolitik ekstravaskuler3
Umumnya tidak berat5
 Kadar Hb pasien turun, lab menunjukkan tanda
hemolisis, pemeriksaan direct antibody test menjadi (+)5
REAKSI ALERGI
 Angka kejadian 1-4 : 100 transfusi3
 Reaksi alergi berupa gatal dan munculnya urtikaria3 baik
lokal atau general5
 Diakibatkan kandungan protein plasma pd komponen
darah donor3. Risiko meningkat pd resipien dgn riwayat
alergi.
 Setelah diterapi dengan antihistamin (difenhydramine)
dan gejala mereda, bila tidak disertai gejala reaksi alergi
lain, transfusi dapat tetap dilanjutkan 1,3

 MASALAH : bagaimana membedakan reaksi alergi


dengan reaksi anafilaktik ?
REAKSI PANAS
(NON HEMOLITIK)
 Termasuk reaksi transfusi tersering, 1-4 : 100 transfusi
 Diakibatkan reaksi antibodi resipien terhadap antigen
dan HLA lekosit donor
 Faktor risiko : transfusi berulang, resipien ♀ multipara
 Gejala : menggigil, kaku-kaku, kenaikan suhu => 1’C.
Ringan dan tidak berbahaya3

 MASALAH : bagaimana membedakan reaksi panas non


hemolitik dari panas pd reaksi hemolitik akut atau
bakteriemia ?1
URTIKARIA
REAKSI ANAFILAKTIK
 Angka kejadian 1 : 150.000 transfusi 3,4
 Terjadi pada menit-menit pertama 3
 Pada dasarnya adalah reaksi alergi
dengan manifestasi sistemik pada sistem
pernapasan, kardiovaskuler, gastro
intestinal, mata, kulit; secara tunggal
maupun gabungan1
 Faktor risiko : resipien dengan defisiensi
IgA1,3
REAKSI ANAFILAKTIK
 Manifestasi klinik : menit-menit pertama 3,4
 Hipotensi akut, syok
 Sesak napas
 Nyeri perut, mual
 Urtika
STOP
 Henti napas
TRANSFUSI SAAT ITU JUGA !!!
 Bronkospasme
 Gangguan kesadaran
Transfusion Associated Graft
versus Host Disease3
 Jarang terjadi
 Limfosit T donor menjadikan antigen HLA
resipien sebagai target imunologis
 Terjadi terutama pada resipien dgn status imun
buruk (immunocompromised) atau resipien dgn
kesamaan antigen HLA dgn donor
 Manifestasi klinik : demam, diare, erupsi kulit
khas, dan gangguan fungsi hati, 8 – 10 hari
setelah transfusi
 Resisten terhadap terapi, prognosis jelek,
kematian terjadi dlm 3 – 4 minggu
Transfusion Related Acute Lung
Injury3
 Angka kejadian 1 : 5000 transfusi
 Kadar antibodi anti HLA dari donor tinggi,
akan berikatan dgn HLA resipien 
agregasi lekosit  tertimbun di vaskuler
paru  mediator inflamasi  peningkatan
permeabilitas vaskuler paru  edema
paru non kardial
 Faktor risiko : donor wanita multipara
Purpura Pasca Transfusi 3

 Terjadi trombositopenia 7-10 hari setelah


transfusi trombosit
 Terutama terjadi pada wanita
 Terdapat antibodi antiplatelet pada serum
resipien  bereaksi baik thd trombosit donor
maupun resipien pada antigen HPA-1a di
reseptor glikoprotein IIIa  destruksi trombosit
 Transfusi berikutnya, bila dilakukan, akan makin
menurunkan angka trombosit
Bentuk perdarahan kulit : petekie  purpura  ekimosis
Tidak lenyap pada penekanan (beda dengan rash)
Alloimunisasi
 Berbagai antigen pd eritrosit & plasma donor dapat
menimbulkan proses alloimunisasi pada resipien3 
terbentuk antibodi pada resipien thd antigen donor
tersebut
 Alloimunisasi terjadi terhadap antigen eritrosit (RBC
allosensitization) atau antigen trombosit/lekosit (HLA
allosensitization)2
 RBC allosensitization dapat berakibat penyakit hemolitik
pada BBL yg dikandung ibu yg mengalaminya3
 HLA allosensitization tampak pd kondisi transfusi
trombosit yang refrakter  tidak terjadi kenaikan jumlah
trombosit seperti diharapkan3,5
RESUME
Urutan Angka Kejadian Reaksi
Transfusi Imunologis2
1. Alloimunisasi HLA (1 : 10)
2. Reaksi panas, reaksi alergi (1-4 : 100)
3. Alloimunisasi eritrosit (1 : 100)
4. Reaksi transfusi hemolitik tertunda
(1 : 1000)
5. Transfusion related acute lung injury
(1 : 5000)
6. Reaksi transfusi hemolitik akut (1 : 12.000)
7. Reaksi anafilaktik (1 : 150.000)
Time Table Reaksi Transfusi
 Menit pertama
 Reaksi transfusi hemolitik akut
 Reaksi anafilaktik
 Selama transfusi sampai 2 jam sesudahnya
 Reaksi panas
 Reaksi alergi
 Transfusion related acute lung injury
 Sampai 12 jam sesudahnya6
 Reaksi leukoaglutinin (demam, sesak, infiltrat paru)
 >=1 minggu
 Purpura pasca transfusi
 Reaksi transfusi hemolitik tertunda
 Transfusion related graft versus host disease

Linker, 2007
6
PENCEGAHAN DAN
PENATALAKSANAAN
PENGEGAHAN
 Penetapan indikasi transfusi : “do not ever decide blood
transfusion cosmetically”1
 Pertimbangkan penggunaan komponen darah sebelum
whole blood1. Pertimbangkan washed cellular blood
component, leucocyte reduced cellular component
(leukoreduction)3
 Premedikasi dgn antihistamin bila ada riwayat alergi3
 Premedikasi dgn asetaminofen bila ada riwayat reaksi
panas berulang3
 Penerapan protap ketat dlm pelaksanaan transfusi utk
mencegah clerical error3
 Observasi tanda vital sebelum transfusi, lanjutkan
pengamatan selama transfusi utk deteksi dini reaksi
transfusi.
BLOOD TRANSFUSION INDICATION

-FOR LIVE SAVING ?


YES.

-FOR SUPPORTIVE TREATMENT ?


CONSIDER JUDICIOUSLY.

-FOR PREVENTIVE TREATMENT ?


MAY NOT.
PENATALAKSANAAN
 Pada setiap kecurigaan reaksi transfusi,
stop transfusi
 Ganti infus dengan normal salin, monitor
tanda vital pasien dan produksi urin
 Amankan sisa darah, pastikan tidak ada
kesalahan administratif, ambil sampel
darah sesuai keperluan
REAKSI TRANSFUSI NON
IMUNOLOGIS
Beberapa Reaksi Transfusi Non
Imunologis3
 Kelebihan volum
 Hipotermia  disritmia jantung
 Toksisitas elektrolit : kalium, sitrat
 Kelebihan besi
 Reaksi hipotensi pd terapi ACE inhibitor
 Komplikasi infeksi : HBV, HBC, HIV,
bakterial
Pencegahan dan
Penatalaksanaan3
 Perkiraan kebutuhan, pemakaian diuretik
 Pemanas in-line
 Penggunaan darah segar, pemakaian
kalsium glukonas bila diperlukan
 Pikirkan terapi selain transfusi (EPO),
pemakaian iron chellating agent
 Antisipasi hipotensi pada pasien dlm
terapi antihipertensi ACE inhibitor
INKOMPABILITAS

Suryo A. Taroeno
SMF/Bagian Penyakit Dalam RS PKU
Muhammadiyah Sala/FK UMS Sala
Overview : Inkompabilitas
 Definisi
 Inkompabilitas ABO
 Inkompabilitas Rhesus
ABO grouping system
 Antigen A dan B terdapat pada eritrosit
 Antigen A dan B juga terdapat di semua sel dan
lingkungan
 Antibodi IgM terhadap antigen2 tersebut
terdapat pada serum
 Antibodi terhadap A dan B tersebut terbentuk pd
tahun2 pertama kehidupan, karena paparan thd
virus, bakteri, tanaman di alam
Rhesus system
 Sebanyak 47 antigen tergolong dalam sistem
golongan darah Rhesus
 Saat ini, antigen Rhesus yg bermakna secara
klinis adalah antigen D  Rh D
 Antigen Rh hanya terdapat pd permukaan
eritrosit
 Anti Rh tidak terbentuk secara alamiah, tapi
harus melewati paparan terhadap antigen D, in
utero atau saat transfusi
Transfusi darah dgn
inkompabilitas Rh
 Berpotensi memicu reaksi transfusi fatal
 Inkompabilitas Rh (Rh +ve  Rh –ve) tidak
boleh diberikan pada wanita premenopause
 Inkompabilitas Rh boleh diberikan SEKALI SAJA
pada pria dan wanita post menopause
 Reaksi fatal dapat dicegah dgn pemberian
antibodi poliklonal (imunoglobulin) terhadap
ANTI D
KEPUSTAKAAN
 1. Triwibowo, 1997. Indikasi dan Reaksi Transfusi Darah, Komite Medis
RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, Yogyakarta, pp 53 – 80
 2. Longo, D.L, 2009, Transfusion and Pheresis Therapy, in A.S Fauci, E.
Braunwald, D.L. Kasper, S.L. Hauser, et al., Harrison’s Manual of Medicine,
17th Ed, McGrawHill Medical, New York, pp 44-46.
 3. Dzieczkowski, J.S., Anderson, K.C., 2005. Transfusion Biology and
Therapy, in D.L. Kasper, E. Barunwald, A.S. Faucy, S.L. Hauser, et al.,
Harrison’s Principles of Internal Medicine, 16th Ed, McGrawHill Medical, New
York, pp 665-7
 4. Gomella, L.G., Haist, S.A., 2007. Clinician’s Pocket Reference, 11th Ed,
McGrawHill Medical, New York, pp 203-5
 5. Uy, G.L., 2004. Transfusion Medicine, in G. Pillot, M. L. Chantler, H.M.
Magiera, S. Peles, et al., The Washington Manual Hematology and
Oncology Subspecialty Consult, Lippincott Williams and Wilkins,
Philadelpia, pp 73-7
 6. Linker. C. A., 2007. Blood, in S.J. McPhee, M.A. Papadakis, L.M. Tierney,
CMDT, 46th Ed, McGrawHill Medical, New York, pp 545-7
Alhamdulillahi robbil
alamien
Terima kasih atas perhatian
hadirin sekalian

You might also like