You are on page 1of 41

GIGITAN

ULAR BERBISA
EPIDEMIOLOGI
 Dari3500 spesies yang dikenal 10 – 15% ular
berbisa

 Kelas : Reptilia
 Ordo : Squamata
 Sub Ordo : Serpentes
FAMILIA :
 1. Elapidae (Kobra, Kraits, mambas dan coral
snakes).
 2. Viveridae
 3. Hidropidae
 4. Crotalidae (pit, Vipers)
 5. Colubridae (di Afrika)
 Bisa ular :
 Modifikasi kelenjer ludah.
 Masuk tubuh melalui alur pada taring atau
disemprotkan.

 Spesifikasi :
 Cairan jernih Keruh
 BD : 1,03 – 1,12
 Viskositas : 1,5 – 2,5
 PH : 5,5 – 7,0
 18 – 67% : Bahan padat aktif bertahun-tahun pada
suhu kamar.
KOMPONEN BISA ULAR
 1. Komponen Enzim
(5 – 15 macam).

 2. Komponen Protein dan Polipeptide Non Enzim


(3 – 12 macam).
KOMPONEN ENZIM
1. Proteinase :
 SifatProteolitik.
 Efek antikoagulan sebagai akibat kerja proteolitik
pada fibrinogen.
 Efek koagulan : katalisator konversi protrombim
trombin pada jenis ular viperidae dan crotalidae.
 2. Hialuronidase :
 Efekmenghancurkan as hialuronat
 Penestrasi toksin lain mudah
 Pada semua jenis ular

 3. Kholinesterase :
 Efek mengkatalisir hidrolisa Asetil Kholin (ACH).
 Penumpukan ACH pada neuro muscular junction
dicegah.
 Pada Jenis Elapidae.
 4. Fosfolipase :
 Hemolitik : hidrolisa fosfolipid pada eritrosit
 Memacu pengeluaran histamin
 Slow reaction hemolysis substance
 Neurotoxin : disrupsi hantaran listrik
 Secara menyeluruh enzim ini bersama – sama
mempunyai efek koagulasi dan anti koagulasi serta
fibrinolitik sindrom defibrinasi.

 “Disseminated intravascular fibrino-coagulopathy”


 Efek komponen enzim “tidak” mematikan.
KOMPONEN PROTEIN & POLIPEPTIDASE
NON ENZIM
 1. Hemorhagin (HR, dan HR2)
 Menyebabkan vasokonstriksi hebat pembuluh
kapiler, yang diikuti vasodilatasi.
 Vasculotoksik – merusaknya membrana basalis.
 Menghambat AGREGASI Platelet.
 Pada jenis viperidae dan crotalidae.
 2.Neurotoksin :
 Paling berbahaya dari semua ular
 Bekerja pada neuromuscular juntion
 Paralisis flacid otot rangka
 Berakhir dengan kematian
 Ada 2 macam Neurotoksin :
 A.  Bungarotoksin dan Cobratoksin
- Merusak reseptor ACH
- Dihambat neostigmin
 B.  Bungarotoksin
- Menghalangi keluarnya ACH pada
muscular junction
- Bekerja cepat pada otot yang bergerak
 3. Cardiotoksin :
 Bekerja langsung pada membrana basalis pada
otot jantung, otot polos otot rangka &
neuromuscular junction.
 Terdapat pada ular kobra.

 4. Sitotoksin :
 Melepas histamin dan zat vasoaktif “amin”
lainnya
 Berakibat gangguan kardiovaskular
 Terdapat pada ulat kobra
 5.Miotoksin :
 Menyebabkan Rhabdomyolisis terjadi
myoglobinuria.
 Berakibat pada ginjal dan hiperkalsemia
 GEJALA KLINIK :
 Sangat bervariasi.
 20% - 25% gejala sistemik (-).
 Hanya gejala lokal dan ringan.

 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


EFEK BISA :
 1. Umur, besar badan & KU korban.
 2. Lokasi gigitan.
 3. Jenis, besar, emosi dari ular.
 4. Keadaan bisa (penuh atau kosong).
 5. Ada tidaknya super infeksi.
 6. Mobilitas otot yang digigit.
GIGITAN VIPERIDAE dan
CROTALIDAE
 JENIS BISA : Hemotoksin
 1. Gejala lokal :
 Perdarahan pada bekas gigit.an
 Rasa sakit yang menyengat.
 Ekhimosis, edem masif.
 Vesikula, bulla.
 Gangren.
 2. Sistematik :
 Lesu,keringat banyak
 Haus, mual sampai muntah
 Kadang-kadang diare
 Rasa gatal dan kebal sekitar mulut & kulit kepala
 Hipotensi & febris
 3. Klinis :
 Hemoptisis, perdarahan gusi
 Hematemisis melena
 Gross hematuria
 Perdarahan vaginal
 4. Laboratoris :
 BT & CT memanjang
 Kadar fibrinogen menurun

 Methemoglobin dan sindroma nefrotik


dengan lesi pada tubuh : squelle menakutkan.
KLASIFIKASI menurut PARRISH
 GRADE 0:
 Tidak terdapat keracunan
 Bekas gigitan / taring (-)
 Rasa sakit minimal
 Edem dan eritem 12 jam I < 2,5 cm
 Gejala sistematik (-)
 GRADE 1:
 Keracunan minimal.
 Bekas gigitan / taring (+).
 Nyeri hebat.
 Edem dan eritem dalam 12 jam I. 2,5 cm – 12,5 cm.
 Gejala sistemik belum jelas.
 GRADE 2 :
 Keracunan sedang
 Bekas taring (+)
 Nyeri hebat
 Eritem dan edema dalam 12 jam I antara 15 cm –
30 cm
 Gejala sistematik : mulai nampak
 GRADE 3:
 Keracunan berat
 Bekas taring (+)
 Edem & eritem 12 jam I > 30 cm
 Gejala sistematik (+)
 GRADE 4 :
 Keracunan sangat berat
 Bekas taring (+)
 Edema dan eritem melewati ekstremitas yang
sakit
 Gejala sistemik : hebat renal failure / koma
GIGITAN ELAPIDAE
 Jenisbisa : Neurotoksik
 Gejala lokal :
 Kerusakan & rasa sakit minimal kecuali ular cobra
 Kerusakan jaringan setelah 2 – 5 hr
 Dapat terjadi atau tanpa gejala sistematik
 Sistemik : Neurotoksik tampak setelah
20 – 15 jam
 Ptosis bilateral gejala awal
 Disusul :
 Rasa ngantuk, lemah, sukar menelan dan bicara :
diplopia
 Gangguan mental : euphoria
 Pupil dilatasi, reflek cahaya (N)
 Berkeringat banyak & hipersalivasi
 Reflex tendo hilang secara progresif hingga terjadi
paralise flacid
 Suhu (N), hipotensi, koma
 Reflex tendo dalam (-)
 Inkontinensa kematian
GIGITAN HIDROPIDAE
 Jenisbisa : Neurotoksik
 Gejala lokal :
 Rasasakit minimal
 Pembengkakan (-)
 Sistemik :
 Lesiprimer :
 Kerusakan otot sklet
 Lainnya sama pada golongan elapidae
 Diagnosa :
 Kadang-kadang sulit
 Identifikasi ular :
 1. Pupil makin bulat, makin tak berbisa.
 2. Taring :
a. Jenis a. glypha :
b. Jenis ophistoglypha :
Letak dibelakang, kurang berbisa.
c. Jenis Proteroglypha :
letak didepan dan beralur :
 1. Neurotoksin :
 Pada ular laut, ular welang (Bungarus Candidus
dan Bungarus Fasciatus).
 Pada ular kobra (Naya Hannah dan Naya
Sputatrik).
 2. Kardiotoksin :
 Jenis ular tanah (maticaro intestinalis).
 PRINSIP PERTOLONGAN :
 1. Menghampat dan menghalangi bisa masuk
sirkulasi.
 2. Menetralisir dengan anti bisa ular.
 3. Mengatasi efek lokal & sistemik
 TINDAKAN :
 1. Bila ekstremitas yang digigit proximal gigitan balut
tekan + 60 mm Hg.
 2. Istirahat bagian yang digigit .
 3. Pendinginan bagian yang digigit dengan es + 15 º C.
 4. Mencegah nyeri & syok.
 5. Segera dibawa ke Rumah Sakit.
 A). Jenis Solenoglypha :
 Letak didepan dan berliang sifatnya : hemotoksin
 Pada :
 - Vit Vipes : Angkistrodon, Rhodostoma &
Trimesurus Albolaris.
 - Ular Viper : Vipera Ruselli
 3. Bentuk Gigitan
 Semisirkuler: bukan ular berbisa
 Berupa V. Punctum 2 atau lebih gigitan ular berbisa.

 4. Reaksi Lokal
 Nyerihebat dalam 30 menit hemotoksin gol Viper
 Tanpa nyeri hebat :
 Neurotoksin : elapidae & hidropidae
 PENGOBATAN :
 1. Identifikasi ularnya
 2. Insisi :
 Full thickness : - Sepanjang 5 – 7 cm
- Melalui luka gigitan
- 2 – 3 buah
- Penghisapan mekanik
 Kontra indikasi : Terjadi gangguan pembekuan
 3. Pemberian SABU (Serum Anti Bisa Ular)
 Drug of choice
 Reaksi syok anafilaktik
 Belum ada standarisasi
 Ada proteksi silang
 Sediaan : Monovalen dan di Indonesia Polivalen dari :

- Ular Welang (Bungarus faciatus)


- Ular Sendok (Naya sputatrik)
- Ular Tanah (Angkistrodon –
Rhodostoma)
 4. Pemberian Kortikosteroid : 100 – 150 mg
 5. Analgesik, sedativa & transquilizer
 6. Fasciotomi bila ada compartement syndrome
 7. Resusitasi pernafasan :
- ETT
- Trakheostomi
- Kalau perlu Respirator
 8. Pasang NGT : Feeding bila otot farings paralise
 9. Neostigmin Methyl Sulfat : Neurotoksik
- 50 – 100 diameter gram tiap ½ jam 5x
pemberian.
- Kemudian Tappering off.
Berhasil : kelumpuhan berkurang
 10. Pasang infuse
 11. Anti koagulan
 12. Hemodialisa gagal ginjal.
 13. Transfusi / Exchange Transfussion
 14. Anti biotik
 15. ATS dan toksoid
 16. Aktif imunisasi : masih dalam penelitian.
 INDIKASI PEMBERIAN SABU
 Gejala awal keracunan sistemik (+)
 Segera setelah gigitan terjadi pembengkakan hebat

 CARA PEMBERIAN :
 Sabu + Dext 5% at Nacl 0,9 %
1 : 10 at 1 : 50
 Dosis awal 20 cc diulang tiap 4 jam
 Cara infiltrasi
 Berhasil : Edema tidak meluas
 MENURUT PARRISH
 Grade 0 tidak diberikan.
 Grade 1 10 cc.
 Grade 2 30 cc – 50 cc.
 Garde 3,4 > 50 cc.

You might also like