You are on page 1of 26

Oleh :

Dania Artriana, dr.

PEMBIMBING :
Lupus manifestasi
eritematosus klinis 
SLE  70 menyerang
sistemik (SLE)
persen dari jantung, paru-
 penyakit
semua kasus
wanita usia
inflamasi paru, ginjal, reproduksi
lupus atau otak akan
autoimun
kronis terpengaruh.
SLE membentuk
berbagai jenis Modul ini akan
antibody dan meliputi membahas definisi,
keterlibatan kulit dan epidemiologi,etiologi,
mukosa, sendi, darah, serta patogenesis dan
jantung, paru, ginjal, patofisiologi penyakit
susunan saraf pusat SLE
(SSP) dan sistem imun
Systemic Lupus Erythematosus
• Merupakan penyakit reumatik autoimun yang ditandai
dengan adanya inflamasi yang tersebar luas.
• Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi dan
kompleks imun sehingga mengakibatkan kerusakan
jaringan.

• anti-nuclear antibody (ANA), • antihiston,


• anti-dsDNA, • antifosfolipid,
Antibodi • anti-Sm, • antieritrosit,
SLE • anti-RNP, • antitrombosit,
• anti-Ro (SS-A), • antineuronal
• anti-La (SS-B), • antiribosonal P

 Andreia Vilas-Boas, Jyoti Bakshi, David A Isenberg.. What can we learn from systemic lupus erythematosus pathophysiology
to improve current therapy?. Expert Rev. Clin. Immunol. 11(10), 1093–1107 (2015).
Insidensi berkisar 1 sampai
SLE menjadi salah satu 10 per 100.000 penduduk
penyakit rematik utama Prevalensi berkisar antara 20
didunia sampai 70 kasus per 100.000
penduduk

Di Amerika Serikat, orang-


orang keturunan Afrika dan RSHS (2010)  jumlah
Asia, dibandingkan dengan pasien SLE adalah sebanyak
orang-orang dari ras lain, 291 pasien atau 10.5% dari
cenderung memiliki total pasien yang berobat ke
peningkatan prevalensi SLE poliklinik Reumatologi
yang lebih besar

 Pons-Estel GJ, Alarcón GS, Scofield L, Reinlib L, Cooper GS (2010) Understanding the epidemiology
and progression of systemic lupus erythematosus. Semin Arthritis Rheum 39: 257-268.
Menurut Myers SA and Mary HE, (2001) lupus eritematosus dibagi kedalam 4
bagian besar, yaitu

1. Chronic Cutaneous Lupus Erythematosus (CCLE)


• Discoid Lupus Erythematosus (DLE)
• Palmar-palmar Lupus Erythematosus
• Oral Discoid lupus Erythematosus
• Lupus Erythematosus panniculitis
• Hypertrophic Lupus Erythematosus(HLE)
2. Subacute Cutaneous Lupus Erythematosus (SCLE)
• Neonatal lupus Erythematosus

3. Systemic Lupus Erythematosus

4. Drug-Induced Lupus Erythematosus(DILE)


Robert R Graham.et al Specific combinations of HLA-DR2 and DR3 class II haplotypes contribute
graded risk for disease susceptibility and autoantibodies in human SLE. European Journal of
Human Genetics volume 15, pages 823–830 (2007)
Genetik
• hubungan antara penyakit SLE dengan gen Human
Leukocyte Antigen (HLA) seperti DR2, DR3 dari Major
Histocompatibility Complex (MHC) kelas II.
• Individu dengan gen HLA DR2 dan DR3  risiko relatif
menderita penyakit SLE 2-3 kali lebih besar daripada
yang mempunyai gen HLA DR4 dan HLA DR5
• epitop antigen HLA-DR2  autoantibodi anti-dsDNA,
• epitop HLA-DR3  autoantibodi anti-Ro/SS-A dan anti-
La/SS-B
Robert R Graham.et alSpecific combinations of HLA-DR2 and DR3 class II haplotypes contribute
graded risk for disease susceptibility and autoantibodies in human SLE. European Journal of
Human Genetics volume 15, pages 823–830 (2007)
Tabel 1. Autoantibodi yang berkaitan dengan penyakit autoimun
Spesifisitas Epitop Keterangan
ds-DNA Berhubungan dengan bentuk lupus yang berat, seperti nefritis lupus tipe
glomerulonefritis proliferatif difus, dan lupus dengan target organ jantung
dan paru.

Smith Berhubungan dengan nefritis lupus tipe membranopati

RNP Berhubungan dengan Raynaud’s phenomenon dan indikasi keterlibatan pulmo


dan musculoskeletal

SS-A (Anti-Ro) Lupus kutaneus, sicca complex, dan sindroma lupus neonatal

Apabila ada maka meningkatkan resiko lupus neonatal


SS-B (Anti-La)

Predisposisi fetal loss, trombus, dan trombositopenia


Phospholipid
Didapatkan pada SLE tanpa sindroma CREST hanya ada Raynaud’s
Centromere phenomenon

SCL-70 (topoisomerase) Mengindikasikan perubahan ke arah scleroderma

Rachmat G Wachjudi. Diagnosis dan Penatalaksanaan Lupus Eritematosus


Defisiensi komplemen
• sering ditemukan defisiensi komplemen C3
dan atau C4  SLE manifestasi ginjal, kulit,
saraf pusat
• defek pada komponen-komponen
komplemen, seperti Clq, Clr, Cls 
predisposisi menderita penyakit SLE dan
nefritis lupus
Humes HD, DuPont HL, Gardner LB, Griffin JW, Harris ED, Hazzard WR, et al. Kelly’s Textbook of Internal Medicine. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Wiliams & Wilkins Publishers;
2000.
Golman L, Ausiello D (eds). Cecil Textbook of Medicine. 22nd ed. USA: WB Saunders Company; 2003.
Remmers EF, Plenge RM, Gregersen PK. Rheumatoid Arthritis, Systemic Lupus Erythematosus, and STAT4. N Engl J Med 2007 Dec 13; 357: 2517-8.
Hormon
• testosteron berfungsi mensupresi sistem
imuns sedangkan estrogen memperkuat
sistem imun
• Predominan lupus pada wanita dibandingkan
pria memperlihatkan adanya pengaruh
hormon seks dalam patogenesis lupus

Humes HD, DuPont HL, Gardner LB, Griffin JW, Harris ED, Hazzard WR, et al. Kelly’s Textbook of Internal Medicine. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Wiliams & Wilkins Publishers;
2000.
Golman L, Ausiello D (eds). Cecil Textbook of Medicine. 22nd ed. USA: WB Saunders Company; 2003.
Remmers EF, Plenge RM, Gregersen PK. Rheumatoid Arthritis, Systemic Lupus Erythematosus, and STAT4. N Engl J Med 2007 Dec 13; 357: 2517-8.
Lingkungan
• Pengaruh fisik (sinar matahari), infeksi (bakteri, virus,
protozoa), dan obat-obatan dapat mencetuskan atau
memperberat penyakit autoimun.
Obat-obatan
• Carbamazepine, Chlorpromazine, Diphenylhydantoin,
Ethosuximide, Hydralazine, Isoniazid, Methyldopa,
Penicillamine, Procainamide, Quinidine, dan Sulfasalazine.
Stres
Humes HD, DuPont HL, Gardner LB, Griffin JW, Harris ED, Hazzard WR, et al. Kelly’s Textbook of Internal Medicine. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Wiliams & Wilkins Publishers;
2000.
Golman L, Ausiello D (eds). Cecil Textbook of Medicine. 22nd ed. USA: WB Saunders Company; 2003.
Remmers EF, Plenge RM, Gregersen PK. Rheumatoid Arthritis, Systemic Lupus Erythematosus, and STAT4. N Engl J Med 2007 Dec 13; 357: 2517-8.
Faktor genetik sepertinya merupakan faktor
yang paling menentukan dalam patogenesis SLE.

efek epigenetik  gangguan metilasi DNA 


ekspresi gen abnormal  hilangnya hambatan
MHC terhadap self antigen oleh sel T, dan
peningkatkan produksi antibodi oleh sel B.
Humes HD, DuPont HL, Gardner LB, Griffin JW, Harris ED, Hazzard WR, et al. Kelly’s Textbook of Internal Medicine. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Wiliams & Wilkins Publishers;
2000.
Golman L, Ausiello D (eds). Cecil Textbook of Medicine. 22nd ed. USA: WB Saunders Company; 2003.
Remmers EF, Plenge RM, Gregersen PK. Rheumatoid Arthritis, Systemic Lupus Erythematosus, and STAT4. N Engl J Med 2007 Dec 13; 357: 2517-8.
Arvind Kaul, Caroline Gordon, Mary K. Crow, Zahi Touma, Murray B. Urowitz,
Ronald van Vollenhoven, Guillermo Ruiz-Irastorza and Graham Hughes. Systemic lupus erythematosus. Nature
Reviews. 2016
Arvind Kaul, Caroline
Gordon, Mary K. Crow,
Zahi Touma, Murray B.
Urowitz,
Ronald van Vollenhoven,
Guillermo Ruiz-Irastorza
and Graham Hughes.
Systemic lupus
erythematosus. Nature
Reviews. 2016
Diagnosis SLE dibuat dengan kombinasi data-data
temuan klinis, patologi dan laboratorium, berdasarkan
kriteria dari American College of Rheumatology (ACR).
(sensitivitas 90% dan spesifisitas 99%)

Klasifikasi ini terdiri dari 11 kriteria. Untuk kepentingan


studi klinis, seseorang dikatakan SLE apabila didapatkan
4 atau lebih dari 11 kriteria, baik secara serial maupun
berkelanjutan selama interval atau observasi.

Humes HD, DuPont HL, Gardner LB, Griffin JW, Harris ED, Hazzard WR, et al. Kelly’s Textbook of Internal Medicine. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Wiliams & Wilkins Publishers;
2000.
Golman L, Ausiello D (eds). Cecil Textbook of Medicine. 22nd ed. USA: WB Saunders Company; 2003.
Remmers EF, Plenge RM, Gregersen PK. Rheumatoid Arthritis, Systemic Lupus Erythematosus, and STAT4. N Engl J Med 2007 Dec 13; 357: 2517-8.
Kriteria Definisi
1. Malar rash/ Ruam pada wajah Eritema yang rata atau sedikit menimbul diatas permukaan kulit muka, menyerupai kupu-kupu, biasanya
tidak mengenai plika nasolabialis
2. Lupus diskoid Ruam berbentuk bulatan menimbul diatas pemukaan kulit dengan lapisan terkelupas disertai penyumbatan
folikel. Pada lesi yang lama mungkin berbentuk jaringan parut.

3. Fotosensitif Ruam kulit timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap sinar matahari, diperoleh dari anamnesis atau
pemeriksaan fisik.
4. Ulserasi oral atau nasofaring Biasanya tidak terasa nyeri, didapatkan dari pemeriksaan fisik
5. Artritis Artritis non erosif mengenai 2 sendi atau lebih, bengkak dan terasa nyeri atau terdapat efusi sinovial.

6. Serositis a) Pleuritis – adanya riwayat nyeri pleura atau terdengar bunyi gesekan pleura pada pemeriksaan atau ada
efusi pleura
atau
b) Perikarditis –dari EKG atau didapatkannya bunyi gesekan perikardium atau ada efusi pericardium
7. Kelainan ginjal a) proteinuria menetap > 0.5 g/hari atau pemeriksaan proteinuria urin sewaktu > 3+
atau
b) Celular cast – dapat berupa sel eritrosit, hemoglobin, granular, tubular atau campuran.
a) Kejang – spontan bukan karena obat-obatatn atau gangguan metabolisme seperti uremia, ketoasidosis
8. Kelainan neurologis dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Atau
b) Psikosis tanpa adanya sebab lain seperti obat-obatan atau gangguan metabolisme seperti uremia,
ketoasidosis dan gangguan keseimbangan elektrolit
9. Kelainan hematologik a) Anemia hemolitik dengan retikulositosis
atau
b) Leukopenia – kurang dari 4000/mm3 pada 2/ lebih pengukuran
c) Limfopenia – kurang dari 1500/mm3 pada 2/ lebih pengukuran
d) Trombositopenia – kurang dari 100.000/mm3 tanpa obat-obatan yang dapat menimbulkan
trombositopenia
10. Kelainan immunologi b a) Anti-DNA: titer abnormal antibodi terhadap native DNA
b) Anti-SM: adanya antibodi terhadap antigen inti otot polos atau
atau
c) Antiphospholipid antibodi positif berdasarkan pada :
(1) Titer serum abnormal IgG atau IgM antibodi anti-kardiolipin atau,
(2) Antikoagulan lupus positif dengan menggunakan metode standar atau
(3) Uji serologis positif semu selama minimal 6 bulan dan dikonfirmasi oelh uji imobilisasi Treponema
pallidum atau uji fluorosensi absorpsi antibodi treponema

11. Antibodi Antinuclear Titer ANA abnormal diperiksa dengan metode imunoflurosensi atau cara lain yang setara, yang dilakukan
pada waktu yang sama atau adanya sindroma lupus karena obat
Harrison’s Principles of Internal Medicine, 19th
edition
Manifestasi Konstitusional

Manifestasi Mukokutan
• Fotosensitivitas
• Malar Rash
• Alopesia

Manifestasi Muskuloskeletal
• Artralgia
• Myalgia
Manifestasi Kardiovaskular
• Perikarditis
• Endokarditis
Manifestasi Paru
• Pneumonitis
Humes HD, DuPont HL, Gardner LB, Griffin JW, Harris ED, Hazzard WR, et al. Kelly’s Textbook of Internal Medicine. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Wiliams & Wilkins Publishers;
2000.
Golman L, Ausiello D (eds). Cecil Textbook of Medicine. 22nd ed. USA: WB Saunders Company; 2003.
Remmers EF, Plenge RM, Gregersen PK. Rheumatoid Arthritis, Systemic Lupus Erythematosus, and STAT4. N Engl J Med 2007 Dec 13; 357: 2517-8.
Manifestasi Ginjal
• Nefrotis Lupus

Manifestasi Neurologis dan Psikiatrik

Manifestasi Gastrointestinal

Manifestasi Hematologi

Manifestasi Mata

Late Lupus Syndrome


Humes HD, DuPont HL, Gardner LB, Griffin JW, Harris ED, Hazzard WR, et al. Kelly’s Textbook of Internal Medicine. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Wiliams & Wilkins Publishers;
2000.
Golman L, Ausiello D (eds). Cecil Textbook of Medicine. 22nd ed. USA: WB Saunders Company; 2003.
Remmers EF, Plenge RM, Gregersen PK. Rheumatoid Arthritis, Systemic Lupus Erythematosus, and STAT4. N Engl J Med 2007 Dec 13; 357: 2517-8.
SLE terdiri dari tiga fase
• fase inisiasi
• menginisiasi kematian sel secara apoptosis  disebabkan oleh berbagai
agen yang sebenarnya merupakan pajanan yang cukup sering ditemukan
pada manusia (namun rentan PADA sle)
• fase propagasi
• Fase profagase ditandai dengan aktivitas autoantibodi dalam menyebabkan
cedera jaringan. Autoantibodi menyebabkan cedera jaringan dengan cara
• (1) pembentukan dan generasi kompleks imun,
• (2) berikatan dengan molekul ekstrasel pada organ target dan
mengaktivasi fungsi efektor inflamasi di tempat tersebut
• (3) secara langsung menginduksi kematian sel dengan ligasi molekul
permukaan atau penetrasi ke sel hidup.
• fase puncak (flares).
• Fase puncak merefleksikan memori imunologis, muncul sebagai respon
untuk melawan sistem imun dengan antigen yang pertama muncul.

Humes HD, DuPont HL, Gardner LB, Griffin JW, Harris ED, Hazzard WR, et al. Kelly’s Textbook of Internal Medicine. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Wiliams & Wilkins Publishers;
2000.
Golman L, Ausiello D (eds). Cecil Textbook of Medicine. 22nd ed. USA: WB Saunders Company; 2003.
Remmers EF, Plenge RM, Gregersen PK. Rheumatoid Arthritis, Systemic Lupus Erythematosus, and STAT4. N Engl J Med 2007 Dec 13; 357: 2517-8.

You might also like