You are on page 1of 24

Induksi

 Suatu usaha untuk menstimulasi terjadinya kontraksi


sebelum timbulnya tanda persalinan yang spontan,
dengan atau tanpa disertai adanya pecah selaput ketuban.

Augmentasi

 Suatu usaha stimulasi terhadap kontraksi telah ada


namun kurang adekuat dalam menyebabkan dilatasi dari
serviks ataupun penurunan kepala
Penilaian Sebelum Induksi

• Indikasi dan kontraindikasi

• Kematangan serviks

• Monitoring kesejahteraan janin

• Syarat induksi

• Efek samping
Indikasi

 Prolonged pregnancy (Usia kehamilan 41 minggu)

 Ketuban Pecah Dini

 Kemungkinan gangguan pada janin (IUGR, IUFD)

 Penyakit hipertensi dalam kehamilan


Kontraindikasi

• Sisi Janin
• Makrosomia, gemelli, hidrosefalus berat,
malpresentasi

• Sisi Ibu
• Riwayat insisi uterus sebelumnya

• Kelainan anatomi panggul

• Letak plasenta yang abnormal


Kematangan Serviks

 Dinilai dengan Skor Bishop

 Semakin rendah nilai skor dari Bishop, keberhasilan


induksi pun akan semakin rendah

 Skor Bishop < 5  serviks belum matang


Syarat Induksi

1. Kehamilan aterm

2. Tidak ada CPD

3. Janin dalam presentasi kepala

4. Serviks sudah matang (dinilai dengan skor bishop)


Efek Samping Induksi

• Kontraksi rahim yang berlebihan

• Korioamnionitis

• Atonia uteri

• Ruptur uteri

• Gawat janin
Teknik Induksi Persalinan

Farmakologi Mekanik

• Prostaglandin E2 • Foley Kateter dengan atau


• Prostaglandin E1 tanpa EASI

• Donor Nitrit Oksida • Dilatator Higroskopik

• Oksitosin Cervical (Laminaria)


• Stripping of the Membran
• Amniotomi
Prostaglandin E1 (Dinoprostone)
• Prepidil
• Sediaan
• Bentuk gel (Prepidil) syringe 2,5 ml
mengandung 0,5 mg untuk pemberian
intraservikal.
• Pemberian
• Dengan posisi telentang, dikeluarkan tepat
dibawah ostium uteri internum.
• Tetap pada posisi tersebut hingga 30 menit
• Dosis dapat diulangi setiap 6 jam, dengan
maks 3 dosis dalam 24 jam.
Prostaglandin E2 (Dinoprostone)
• Cervidil
• Sediaan
• Mengandung 10 mg dinoprostone
• Melepaskan PG E2: 0,3 mg/jam
• Pemberian
• Dosis tunggal pada posisi melintang pada
fornix posterior vagina.
• Pasien posisi terlentang 2 jam. Alat
tersebut dapat dilepaskan setelah 12 jam
atau ketika inpartu.
Efek Samping

American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) 


peningkatan aktivitas uterus

 Takisistol uterus  ≥ 6 kontraksi dalam periode 10 menit.

 Hipertoni uterus  kontraksi yang bertahan selama > 2


menit

 Hiperstimulasi uterus  pola djj yang meresahkan


Prostaglandin E1 (Misoprostol)
Cytotec (Prostaglandin E1 sintetik)
 Sediaan
Tablet 100 µg, 200 µg
 Pemberian

 Dosis 25 µg untuk pematangan serviks


 Pemberian misoprostol oral manfaatnya sama
dengan pemberian intravaginal untuk mematangkan
serviks.
 Dosis oral 100 µg sama dengan dosis 25 µg
intravaginal
Donor Nitrit Oksida

• Nitrit oksida  mediator pematangan serviks.

• Metabolit NO yang ada di serviks meningkat pada awal


permulaan kontraksi uterus.

• Produksi NO di serviks sangat rendah pada kehamilan lebih


bulan
Prostaglandin E1 (Misoprostol)

• Isosorbid mononitrat menginduksi cyclo-oksigenase 2 di


serviks serta merangsang perubahan ultrastruktur serupa
dengan pematangan serviks spontan.

• Uji klinis belum menunjukkan bahwa donor NO sama


efektifnya dengan prostaglandin E2 dalam menghasilkan
pematangan serviks.
Oksitosin
• Infus oksitosin dikerjakan pagi hari dengan observasi yg
baik.

• Dextrose 5% 500 ml yang diisi dengan 5 unit oksitosin,


kemudian dialirkan iv melalui saluran infus dengan jarum
no. 20 G

• Tetesan permulaan dibuat agar kadar oksitosin mencapai


jumlah 2 mU/menit.
Oksitosin

• Timbulnya kontraksi rahim dinilai tiap 15 menit

• Tetesan maksimal diperbolehkan sampai kadar oksitosin


30-40 mU/menit

• Infus dipertahankan sampai persalinan selesai yaki 1 jam


setelah lahirnya plasenta
Gagal Induksi

• Jika setelah pemberian 1 siklus : pemberian 2x tablet


PGE2 (3 mg) / gel (1-2 mg) dengan interval 6 jam.

• Atau 1 siklus pemberian PGE2 (10 mg) selama 24 jam.

• Atau dilatasi serviks tidak meningkat dari 3 cm setelah


pemberian oksitosin yang adekuat (6 jam setelah rate
infus maks).
Teknik Mekanik

• Foley kateter dengan atau tanpa EASI

• Dilator Higroskopik Cervical (Laminaria)

• Stripping of the Membran

• Amniotomi
Foley Kateter

• Tekanan ke arah bawah


yang diciptakan dengan
menempelkan kateter ke
paha dapat menyebabkan
pematangan serviks.
Extra Amnionic Saline Infusion

• Infus salin kontinu melalui kateter


ke dalam ruang antara os serviks
interna dan membran plasenta.
Dilatator Higroskopik Cervical
• Dilator higroskopik dapat menunjang pematangan serviks
sebelum induksi dengan oksitosin.

• Biaya yang murah dan mudah untuk pengaplikasian dan


pencabutannya
Stripping of the Membran

• Stripping aman dan


turunkan insiden kehamilan
lewat bulan.

• Metode ini dapat


meningkatkan kadar
prostaglandin endogen.
Amniotomi

• Amniotomi dilakukan dengan cara memecahkan ketuban


baik di bagian bawah depan/bagian belakang dengan
suatu alat khusus.

• Amniotomi saat dilatasi serviks 5 cm dapat mempercepat


persalinan 1-2 jam.

You might also like