You are on page 1of 19

PSIKIATRI SOSIAL

PUTRI KURNIA (1102014214)


PUTRI MUFRIDA R. (1102014215)
PUTRI RAHAYU M. (1102014216)
RAMZY KUSWIJAYANTO (1102014219)
RIVAN TRISATRIO (1102014230)
PSIKIATRI SOSIAL =
PSIKIATRI MASYARAKAT =
COMMUNITY PSYCHIATRY
Pendahuluan
Pusat pelayanan Psikiatri Sosial harus mampu memberikan pelayanan :
 Bertanggung jawab terhadap seluruh Gangguan Mental di masyarakat termasuk
semua aspek dari perawatan di Rumah sakit seperti
 Penatalaksaan kasus
 Intervensi krisis
 Rawat inap
 Rawat jalan
 Pelayanan Gawat Darurat
 Konsultasi Masyarakat
 Day care (hospitalisasi partial, rumah singgah, home visit )
 Pendidikan dan penelitian
Kesehatan mental masyarakat
merupakan tim yang terdiri dari:
 Psikiater termasuk psikiater  LSM terkait
anak  Administrasi dan tata
 Psikolog klinis usaha
 Pekerja sosial psikiatrik
 Perawat psikiatrik
 Terapis okupasi
 Petugas sosial
 Rohaniawan
Penatalaksanaan Kasus Dengan
Berkesinambungan
 Mengikuti pasien melalui semua tahapan pengobatan
 Sebagai penghubung antar pasien dengan petugas
kesehatan jiwa
 Memberikan bantuan pasca rawat/ after care
 Melibatkan peran serta Masyarakat.
Pencegahan Primer
 Tujuannya  Contoh :
 Mencegah onset gangguan - Latihan perkembangan anak
dgn menurunkan insiden kpd orang tua.
termasuk rasio kasus baru
terhadap populasi dalam - Penyuluhan tentang alkohol dan
periode waktu tertentu. Hal ini obat-obatan.
dapat dicapai dgn:
- Usaha untuk menurunkan
1. Menghilangkan agen penyakit menular seksual (AIDS,
penyebab
SIFILIS)
2. Menurunkan faktor risiko
3. Meningkatkan daya tahan
host
4. Mengganggu transmisi
penyakit
Pencegahan Sekunder

 Tujuannya menurunkan prevalensi gangguan


dengan memperpendek durasinya termasuk :
a. Intervensi krisis
b. Pendidikan masyarakat.
c. Anak dengan gangguan mental
 dan identikasi, pengobatan, pencegahan dan
menurunkan kecacatan .
Pencegahan Tersier

 Tujuannya menurunkan prevalensi defek dan


kecacatan residual karena gangguan mental
untuk mencapai tingkat fungsional semaksimal
mungkin.
Aspek Sosioekonomi dalam
Kesehatan Jiwa
 WHO mendefinisikan sehat sebagai keadaan
sehat fisik, mental dan sosial yang lengkap
bukan semata-mata tidak adanya penyakit.
 Faktor sosial meliputi:
 Gaya Hidup
 Usia
 StatusEkonomi
 Kemiskinan
 Lingkungan
Aspek Sosial Dalam Psikiatri

Gaya hidup
Gaya hidup dan kebiasaan pribadi adalah faktor
utama dalam penyebab penyakit dan kematian di
Amerika Serikat (sd 70%) untuk semua penyakit baik
fsik maupun mental, misalnya obesitas
berhubungan dgn penyakit jantung dan DM,
penambahan BB berhubungan dgn kebiasaaan
makan dan olahraga. Aktivitas fisik yg teratur
berefek positif pada penurunan stress,
pencegahan dan pengobatan gg cemas dan gg
depresi.
Usia
80% usia > 65 tahun suspek menderita penyakit kronis:
artritis, hipertensi, penyakit jantung, gangguan
pendengaran, DM, katarak, dll.

Status Ekonomi
Meliputi penghasilan, Pendidikan, pekerjaan dan gaya
hidup. Ada hubungan positif antara status ekonomi
dengan kesehatan jiwa. Hasil penelitian mencatat bahwa:
 Gangguan bipola > pada status sosioekonomi tinggi
 Skizofrenia > pd status sosioekonomi rendah
Kemiskinan
Berhubungan dengan kesehatan jiwa yang buruk dan
mengakibatkan gagal sekolah, tindakan criminal,
penyalah gunaan zat.

Lingkungan
Terjadi gangguan mental biasanya oleh karena
perubahan lingkungan dari masyarakat pinggiran menuju
masyarakat perkotaan
KEMATIAN DAN KEHILANGAN
(TANATOLOGI)
 Dokter selalu berhadapan dengan:
I. Kematian
II. Hampir Mati
III. Kehilangan
Kematian
 Kematian yang tepat (timely death)seseorang meninggal saat
diperkirakan harus meninggal dan yang ditinggalkan berdukacita
tetapi tidak terkejut oleh kematian tsb.
 Kematian yang tidak tepat pada waktunya (untimely
death)kematian yang tidak diharapkan: kematian anak muda,
kematian mendadak, kematian karena bencana, kematian karena
kecelakaan.
ASPEK HUKUM PADA KEMATIAN

 Menurut hukum, dokter harus menandatangani sertifikat


kematian dengan penyebab kematiannya, mis.
Kematian akibat gagal jantung kongestif, pneumonia,
dll.
 Klarifikasi kematian akibat kecelakaan, bunuh diri,
pembunuhan atau yang lain.
REAKSI TERHADAP KEMATIAN YANG
MENGANCAM
 Menurut Kubler Ross ada 5 stadium,
1. STADIUM 1: GONCANGAN DAN PENYANGKALAN  Saat
dikatakan pasien akan meninggalreaksi awal adalah
goncangan. Mula-mula bingung, kemudian
menolak/menyangkal untuk mempercayai diagnosis
dan prognosisnya. Beberapa pasien tidak melalui
stadium ini, tapi pergi dari satu dokter ke dokter lain
sampai menemukan dokter yang membantu
kondisinya. Dalam hal ini peranan dokter untuk
berkomunikasi secara aktif akan sangat membantu.
2. STADIUM 2 : KEMARAHAN  Disini pasien menjadi frustasi,
mudah tersinggung dan marah karena penyakitnya.
Marah kepada Tuhan, kepada nasibnya, kepada teman,
kepada keluarga, bahkan diri sendiri dengan pertanyaan
“kenapa saya?”. Pada stadium ini pasien sulit diobati.
Respon yang empatik dapat membantu menghilangkan
kemarahan pasien dan dapat membantu mengendalkan
situasi pada saat itu.
3. STADIUM 3 : PERUNDINGAN  pasien berusaha berunding
dengan dokter, teman, bahkan Tuhan. Sebagai balasan
kesembuhan, pasien akan membuat banyak janji, seperti
beribadah dengan teratur dan bertobat. Dengan demikian
dokter akan dapat membuat mereka menjadi lebih baik.

4. STADIUM 4 : DEPRESI  Pasien menunjukkan gejala depresi,


menarik diri, retardasi psikomotor, gangguan tidur, putus asa
sampai ide untuk bunuh diri. Depresi sebagai reaksi terhadap
penyakitnya dimana pasien kehilangan pekerjaan, tidak
berdaya, terisolasi, kesulitan ekonomi, tidak punya harapan.
Harapan dapat mengubah pasien memiliki martabat yang
tinggi dan kualitas hidup yang baik.
5. STADIUM 5 : PENERIMAAN  Pasien menyadari
bahwa kematian tidak dapat dihindari, dan
pasien menerima bahwa kematian tersebut
dialami oleh semua orang.

You might also like