Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kasus
Fakultas Kedokteran
September 2018
Universitas Pattimura
Disusun Oleh:
Frandita Ivana Tanisiwa
2017-84-037
2
LAPORAN KASUS
II. ANAMNESIS
(AUTOANAMNESIS)
Keluhan Utama : Demam sejak 4
hari yang lalu
Keluhan Tambahan : kuning seluruh
tubuh, kencing warna teh tua, lemas,
nyeri seluruh tubuh, bengkak kedua
kaki, mual, nyeri ulu hati
3
LAPORAN KASUS
Anamnesis terpimpin :
Demam dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit,
demam hilang timbul. Demam juga dirasakan seperti perasaan
terbakar di seluruh tubuh, dengan pemberian obat penurun panas
perasaan terbakar tersebut tidak berkurang, demam tidak disertai
menggigil. Kulit dan mata juga mulai menguning sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya kuning tidak terlalu nampak,
namun kemudian semakin bertambah. Kuning awalnya muncul
pada wajah terlebih dahulu dan kemudian diikuti seluruh badan
dan menetap. Kuning pada seluruh badan juga disertai dengan
perubahan warna air kencing.
LAPORAN KASUS
Air kencing berubah warna seperti teh tua. Perubahan warna
air kencing disertai peningkatan frekuensi kencing dan volume
air kencing namun tidak disertai nyeri saat kencing. Pasien juga
mengeluh lemas dan nyeri pada seluruh tubuhnya sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan terutama pada
kedua kaki sehingga tidak dapat berjalan. Nyeri dirasakan
seperti tertusuk-tusuk dan memberat jika ditekan dan
digerakan. Keluhan nyeri pada kedua tungkai disertai dengan
pembengkakan kedua kaki. Bengkak pada kedua kaki terjadi
bersamaan dengan nyeri pada kaki dan menetap. Pasien juga
mengeluh mual bersamaan dengan munculnya kuning pada
tubuh. Keluhan mual disertai rasa nyeri di uluhati, nyeri terasa
seperti tertusuk-tusuk, namun tidak disertai muntah. BAB
pasien dikatakan tidak ada keluhan.
LAPORAN KASUS
RPD : tidak ada
RPO : Paracetamol
Riwayat keluarga : Tidak ada yang mengalami keluhan
seperti ini
Riwayat Kebiasaan/Sosial: Merokok (-), Alkohol (-),
dan pasien sering jalan ditempat yang tergenang air
disekitar rumahnya hanya menggunakan sendal, pasien
menyangkal tidak membersihkan selokan dalam 2 minggu
terakhir.
LAPORAN KASUS
Mata:
Eksoftalmus/Endoftalmus : tidak ada
Tekanan bola mata : Normal
Kelopak mata : ptosis (-), oedema (-)
Konjungtiva : anemis (-/-), perdarahan konjungtiva (+/+)
Sklera : Ikterik (+/+)
Gerakan : Normal, ke segala arah
Kornea : Refleks Kornea (+/+)
Pupil : Refleks cahaya (+/+), 2mm/2mm, isokhor
5
LAPORAN KASUS: PEMERIKSAAN FISIK
Telinga: Mulut:
Tophi : negatif (-) Bibir : sianosis (-)
Gigi geligi : intak (+)
Nyeri tekan di proc.mastoideus : negatif (-)
Gusi : perdarahan (-), oedema (-)
Pendengaran : kesan normal Tonsil : hiperemi (-), oedema (-), kripta (-)
Hidung: Faring : hiperemi (-), oedema (-), post nasal drip
Perdarahan : tidak ada (-)
Lidah : candidiasis oral (-)
Sekret : tidak ada
Leher:
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran,
permukaan licin, konsitensi kenyal, nyeri tekan (-)
DVS : 5-2 cm/5 -2 cm H2O
Pembuluh darah : tidak ada pelebaran, pulsasi
abnormal (-)
Kaku kuduk : negatif (-)
Tumor : tidak ada
6
LAPORAN KASUS: PEMERIKSAAN FISIK
Dada: Punggung
Thoraks Palpasi : nyeri tekan (-)
Inspeksi : pengembangan dada simetris Nyeri ketok : negatif
Bentuk : normochest Auskultasi : Vesikuler,
Pembuluh darah : tidak ada pelebaran Bunyi tambahan
Buah dada : simetris, tanda radang (-), massa (-)
Sela iga : tidak ada pelebaran
Lain-lain : tidak ada
Paru: Gerakan:
Palpasi pengembangan kedua lapang paru simetris
Fremitus taktil : normal, kiri dan kanan sama
Nyeri tekan : tidak ada
Perkusi:
Paru kiri : sonor Jantung
Paru kanan : sonor Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
Batas paru hepar : ICS V-VI Palpasi : ictus cordis teraba ICS V
Batas paru belakang kanan: ICS IX belakang kanan Perkusi : redup, batas kanan atas jantung di ICS II linea
parasternalis dextra, batas kanan bawah ICS IV linea parasternalis
Batas paru belakang kiri : ICS X belakang kiri dextra, batas kiri atas ICS II linea parasternalis sinistra dan batas kiri
Auskultasi: bawah ICS V linea midclavicularis sinistra, pinggang jantung di ICS III
sinistra (2-3 cm dari mid sternum)
Bunyi pernapasan : vesikuler
Auskultasi : BJ I/II : Reguler
Bunyi Tambahaan
Bunyi tambahan: Gallop (-), Murmur (-)
7
LAPORAN KASUS: PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
23/07/2018
GDP 62 mg/dL
Asam urat 3,1 mg/dL
Kolesterol total 112 mg/dL
Bilirubin total 38,6 mg/dL
Bilirubin direk 31,8 mg/dL
Bilirubin indirek 6,8 mg/dL
LAPORAN KASUS: PEMERIKSAAN PENUNJANG
Serologi
(21/07/2018)
HBsAg Negatif
Anti HCV Negatif
HIV Negatif
Pemeriksaan DDR/Malaria Negatif
LAPORAN KASUS
VII. RESUME
Pasien laki-laki, 54 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan demam yang telah
dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, demam hilang timbul. Demam
juga dirasakan seperti perasaan terbakar di seluruh tubuh, dengan pemberian obat
penurun panas perasaan terbakar tersebut tidak berkurang. Kulit dan mata juga
mulai menguning sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Kuning awalnya muncul
pada wajah terlebih dahulu dan kemudian diikuti seluruh badan dan menetap. Kuning
pada seluruh badan juga disertai dengan perubahan warna air kencing. Air kencing
berubah warna seperti teh tua. Perubahan warna air kencing disertai peningkatan
frekuensi kencing dan volume air kencing. Pasien juga mengeluh lemas dan nyeri
pada seluruh tubuhnya sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan
terutama pada kedua kaki sehingga tidak dapat berjalan. Nyeri dirasakan seperti
tertusuk-tusuk dan memberat jika ditekan dan digerakan. Keluhan nyeri pada kedua
tungkai disertai dengan pembengkakan kedua kaki. Bengkak pada kedua kaki terjadi
bersamaan dengan nyeri pada kaki dan menetap. Pasien juga mengeluh mual
bersamaan dengan munculnya kuning pada tubuh. Keluhan mual disertai rasa nyeri di
uluhati, nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk.
10
LAPORAN KASUS; RESUME
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Status gizi : Gemuk BB: 85kg TB: 165cm IMT=31
Tanda vital : Tekanan darah : 90/60 mmHg SpO2 : 94%
Konjungtiva : Perdarahan konjungtiva (+/+)
Sklera : Ikterik (+/+)
Abdomen
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+)
Hati : teraba pembesaran 3 jari dibawah costa dengan permukaan
licin
Ekstremitas
oedema
Nyeri tekan M.gastrocnemius positif (+) D/S
LAPORAN KASUS
X.TERAPI
IX. ASSESMENT
IVFD NaCl 0,9% 16 tpm
Diagnosis : Oksigen 3 LPM dengan nasal kanula
Ceftriaxone 1 gr/8 jam/IV
Acute kidney disease e.c suspek Ranitidine 2 x 1 amp/IV
leptospirosis Bicnat 3 x 2 tab
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Dispepsia e.c gastritis akut
Hemodialisa
Pantau urine 24 jaM
Diagnosis Banding :
Rencana Pemeriksaan:
Hepatitis MAT (Micro Agglutination Test)
USG Abdomen
Cholelitiasis
Ca caput pankreas
XI. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia at Bonam
Quo ad Visam : dubia at Bonam
Quo ad Sanationam : dubia at Bonam
11
FOLLOW UP
12
Hari/Tanggal SOAP
23/07 S: lemas 1 minggu terakhir, bengkak
Hari ke-2 pada kedua kaki, badan terasa panas,
tubuh kuning sejak 3 hari SMRS
O: TD: 90/60 mmHg N: 91x/m SpO2:
94% RR: 20x/m T: 37C
A: Acute kidney disease et causa
suspek leptospirosis, dispepsia et
causa gastritis akut
P:
IVFD NaCl 0,9% 16 tpm
Oksigen 3 LPM dengan nasal kanula
Ceftriaxone 1 gr/8 jam/IV
Ranitidine 2 x 1 amp/IV
Bicnat 3 x 2 tab
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Hemodialisa
Pantau urine 24 Jam
Hari/Tanggal SOAP
24/07 S: Lemas berkurang, bengkak pada
Hari ke 3 kedua kaki, tubuh masih kuning, nyeri
ulu hati, mual dan muntah (+)
O: TD: 110/60 N: 77x/m SpO2: 92% RR:
20x/m T: 37C
Urine 24 jam 2.800 ml
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis
akut
P:
IVFD NaCl 0,9% 16 tpm
Oksigen 3 LPM dengan nasal kanula
Ceftriaxone 1 gr/8 jam/IV
Ranitidine 2 x 1 amp/IV
Bicnat 3 x 2 tab
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Hemodialisa
Pantau urine 24 Jam
Hari/Tanggal SOAP
25/07/2018 S: Lemas berkurang, bengkak pada
Hari ke-4 kedua kaki, tubuh masih kuning, nyeri
ulu hati berkurang, mual dan muntah
tidak ada, sulit tidur
O: TD: 120/70 N: 78x/m SpO2: 95% RR:
20x/m T: 37C
Urine 24 jam 1500 ml
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis
akut
P:
IVFD NaCl 0,9% 16 tpm
Ceftriaxone 1 gr/8 jam/IV
Ranitidine 2 x 1 amp/IV
Bicnat 3 x 2 tab
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Hemodialisa
Pantau urine 24 Jam
Hari/Tanggal SOAP
26/07/2018 S: Lemas berkurang, bengkak pada kedua kaki,
Hari ke-5 tubuh masih kuning, nyeri ulu hati berkurang,
sulit tidur, nyeri tenggorokan dan mimisan, gatal
serta timbul ruam-ruam pada kedua kaki dan
tangan
O: TD: 130/70 N: 85x/m SpO2: 99% RR: 20x/m T:
37C
Urine 24 jam 1500 ml
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis akut
P:
IVFD NaCl 0,9% 16 tpm
Ceftriaxone 1 gr/8 jam/IV
Ranitidine 2 x 1 amp/IV
Bicnat 3 x 2 tab STOP
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Cetrizin 1 x 1 tab
Vit K 1 x 1 amp/IV
Hemodialisa
Pantau urine 24 Jam
Cek Ureum/Creatinin ulang
Hari/Tanggal SOAP
27/07/2018 S: Lemas berkurang, bengkak pada kedua
Hari ke-6 kaki, tubuh masih kuning, nyeri ulu hati
tidak ada, sulit tidur, nyeri tenggorokan dan
mimisan tidak ada lagi, gatal serta timbul
ruam-ruam pada kedua kaki dan tangan
telah berkurang
O: TD: 150/80 N: 83x/m SpO2: 98% RR:
20x/m T: 37C
Urine 24 jam 1500 ml
Ureum 35 mg/dL, Creatinin 1,2 mg/dL
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis
akut
P:
IVFD NaCl/D5 0,9% 20 tpm
Ceftriaxone 1 gr/8 jam/IV
Ranitidine 2 x 1 amp/IV
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Cetrizin 1 x 1 tab
Vit K 1 x 1 amp/IV (hr-ke 2)
Pantau urine 24 Jam
Hari/Tanggal SOAP
28/07/2018 S: Kuning seluruh tubuh berkurang, gatal
Hari ke-7 serta timbul ruam-ruam pada kedua kaki
dan tangan telah berkurang, bengkak pada
kedua kaki,
O: TD: 110/80 N: 79x/m SpO2: 99% RR:
20x/m T: 37C
Urine 24 jam 3000 ml
Malaria negatif (-)
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis
akut
P:
Stop obat injeksi, lanjutkan obat oral
Ciprofloxacin tab 2 x 500 mg
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Cetrizin 1 x 1 tab
Pantau urine 24 Jam
Hari/Tanggal SOAP
30/07/2018 S: Kuning seluruh tubuh berkurang, gatal
Hari ke-9 serta timbul ruam-ruam pada kedua kaki
dan tangan telah berkurang
O: TD: 120/70 N: 74x/m SpO2: 97% RR:
20x/m T: 37C
Urine 24 jam 2500 ml
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis
akut
P:
Stop obat injeksi, lanjutkan obat oral
Ranitidin 2 x 1 tab
Ciprofloxacin tab 2 x 500 mg
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Cetrizin 1 x 1 tab
Urdahex 2 x 1 tab
Pantau urine 24 Jam
USG abdomen
Hari/Tanggal SOAP
31/07/2018 S: Kuning seluruh tubuh berkurang, gatal
Hari ke-10 serta timbul ruam-ruam pada kedua kaki
dan tangan tidak ada
O: TD: 120/70 N: 73x/m SpO2: 98% RR:
20x/m T: 37C
Urine 24 jam 2000 ml
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis
akut
P:
Ranitidin 2 x 1 tab
Ciprofloxacin tab 2 x 500 mg
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Cetrizin 1 x 1 tab
Urdahex 2 x 1 tab
Pantau urine 24 Jam
USG abdomen
Hari/Tanggal SOAP
01/08/2018 S: Kuning seluruh tubuh berkurang, gatal
Hari ke-11 serta timbul ruam-ruam pada kedua kaki
dan tangan tidak ada
O: TD: 120/70 N: 73x/m SpO2: 98% RR:
20x/m T: 37C
Urine 24 jam 2000 ml
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis
akut
P:
Ranitidin 2 x 1 tab
Ciprofloxacin tab 2 x 500 mg
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Cetrizin 1 x 1 tab
Urdahex 2 x 1 tab
Pantau urine 24 Jam
USG abdomen
Hari/Tanggal SOAP
02/08/2018 S: Kuning seluruh tubuh tidak ada lagi, gatal
Hari ke-12 serta timbul ruam-ruam pada kedua kaki
dan tangan tidak ada
O: TD: 110/70 N: 83x/m SpO2: 98% RR:
20x/m T: 37C
Urine 24 jam 2500 ml
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis
akut
P:
Ranitidin 2 x 1 tab
Ciprofloxacin tab 2 x 500 mg
Urdahex 2 x 1 tab
Boleh pulang
TINJAUAN PUSTAKA: PENDAHULUAN
Leptospirosis tersebar di Internasional Leptospirosis
seleruh dunia, di semua Society menyatakan
Indonesia sebagai Negara
benua kecuali benua dengan dengan insidens
Amerika, namun terbanyak leptospirosis tinggi dan
didapati di daerah tropis. peringkat ketiga di
dunia untuk mortalitas.
Leptospira bisa terdapat Di Indonesia, leptospirosis
pada binatang piaraan ditemukan di DKI Jakarta,
seperti anjing, babi, lembu, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I
kuda, kucing, marmut dan Yogyakarta, Lampung,
binatang pengerat lainnya Sumatra Selatan, Bengkulu,
Riau, Sulawesi Selatan,
seperti tupa,musang, Sulawesi Utara, Kalimantan
kelelawar, dan lain Timur, dan Kalimantan Barat.
sebagainya.
13
Etiologi Leptospirosis
Leptosiprosis disebabkan spesies Ciri khas organisme ini yakni berbelit, tipis,
fleksibel. Salah satu ujung organisme sering
patogenik dari genus Leptospira, membengkak, membentuk suatu kait. Terdapat
suatu bakteri spirochaeta aerob gerak rotasi aktif, tetapi tidak ditemukan adanya
flagella. Spirochaeta ini demikian halus sehingga
obligat. Leptospira sangat motil, dalam mikroskop lapangan gelap hanya dapat
berukuran 0,25 x 6,25 µm. terlihat sebagai rantai kokus kecil-kecil.
14
Lanjutan…
Beberapa serovar L. interrogans yang dapat menginfeksi manusia
diantaranya adalah L. icterohaemorrhagiae, L. canicola, L. pomona, L. javanica,
dan lain-lain.
Menurut bebrapa peneliti, yang tersering menginfeksi manusia adalah L.
icterohaemorrhagica dengan reservoar tikus, L. canicola dengan reservoar
anjing, dan L. pomona dengan reservoar sapi dan babi.
14
Epidemiologi Leptospirosis
Pada iklim sedang infeksi leptospira Beberapa tahun terakhir di derah
didapatkan terutama melalui
paparan rekreasional atau banjir seperti Jakarta dan
pekerjaan, atau hidup di daerah Tangerang juga dilaporkan
kumuh. terjadinya penyakit ini. Bakteri
leptospira juga banyak berkembang
Angka kejadian penyakit tergantung biak di daerah pesisir pasang surut
musim. Di negara tropis sebagian
besar kasus terjadi saat musim seperti Riau, Jambi dan
hujan, di negara barat terjadi saat Kalimantan.
akhir musim panas atau awal Angka kematian akibat
gugur karena tanah lembab dan
bersifat alkalis.1 leptospirosis tergolong tinggi,
mencapai 5-40%. Infeksi ringan
Yang ada di mana-mana adalah jarang terjadi fatal dan
icterohaemorrhagiae dengan diperkirakan 90% termasuk dalam
spesies tikus Rattus, hardjo dengan kategori ini. Anak balita, orang
sapi, canicola dengan anjing, dan
pomona dengan babi dan sapi. lanjut usia dan penderita
immunocompromised mempunyai
resiko tinggi terjadinya kematian.1 14
Cara Penularan Leptospirosis
Infeksi dapat terjadi akibat paparan
langsung atau tidak langsung
terhadap host reservoir yang
membawa patogen dalam ubulus
renal dan menyebarkan leptospira
patogen dalam urin.
Terkait Penularan, manusia dapat
terinfeksi melalui kontak dengan
tanah, air, atau lumpur yang telah
terkontaminasi oleh urine binatang
yang telah terinfeksi leptospira.
Infeksi tersebut terjadi jika
terdapat luka/erosi pada kulit
ataupun selaput lendir.
Gambar 2. Proses penularan leptospirosis
14
Patomekanisme Leptospirosis
Organ utama yang terkena
adalah:
ginjal, dengan inflamasi
Sel endotel tubulointerstisial difus dan
Kontak membengkak dan
nekrosis
nekrosis tubular,
paru, biasanya kongesti,
dengan perdarahan
Penetrasi kulit intraalveolar fokal atau masif,
atau Cedera endotel deposisi linear imunoglobulin
mukosasirkulasi dan komplemen pada
permukaan alveolar,
hati, yang menunjukkan
Protein membran sisi luar Leptospira kolestasis terkait perubahan
(outer membrane protein / OMPs) dan degeneratif ringan pada
lipopolisakarida dapat menimbulkan hepatosit.
inflamasi melalui jalur yang bergantung
Toll like receptor.
14
Patomekanisme Leptospirosis
Jantung
• Kelainan miokardium dapat fokal atau difus berupa
interstitial edema dengan infiltrasi sel mononuclear dan
plasma.
14
Patomekanisme Leptospirosis
rangka striata.
14
Patomekanisme Leptospirosis
Weil Disease adalah leptospirosis berat yang ditandai dengan ikterus, biasanya disertai
perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran, demam tipe kontinua, dan
berkurangnya kemampuan darah untuk membeku sehingga terjadi perdarahan dalam
jaringan
Pemeriksaan darah menunjukkan adanya anemia. Penyebab weil disease adalah
serotipe icterohaemorragica, pernah juga dilaporkan oleh seotipe copenhageni dan
bataviae
14
Diagnosis Leptospirosis
Klinis
Tinggal daerah
Demam akut banjir atau Mialgia
resiko tinggi
Injeksi
Menggigil Nyeri perut
konjungtiva
14
Diagnosis Leptospirosis
Klinis
Leptospirosis Ringan
• dengan tanda vital stabil, sklera anikterik, keluaran
urin yang baik, tidak ada meningismus/ iritasi
meningen; sepsis/syok sepsis; sulit bernapas; atau
ikterus, dan bisa mengonsumsi obat per oral
Leptospirosis Sedang - Berat
• tanda vital tidak stabil, ikterus atau sklera ikterik,
nyeri perut, mual, muntah dan diare, oliguria/
anuria, meningismus/ iritasi meninges, sepsis/ syok
sepsis, perubahan status mental atau sulit bernapas
dan hemoptisis perlu rawat inap
14
Diagnosis Leptospirosis
14
Diagnosis Leptospirosis
Diagnosis Laboratorium
MAT
• peningkatan titer empat kali lipat dari serum akut ke
konvalesens merupakan konfirmasi diagnosis
• Titer lebih tinggi dari 1/400-1/800, sebagian besar
dianggap sebagai leptospirosis
PCR
• mengidentifikasi semua bakteri yang hidup dan
mati. Metode berbasis PCR banyak digunakan untuk
penentuan strain patogenik leptospira, karena
kemampuan presisi tinggi dan diagnosis dini.
14
Diagnosis Leptospirosis
14
Penatalaksanaan Leptospirosis
14
Pencegahan Leptospirosis
14
Leptospirosis dan acute kidney injury (AKI)
14
DISPEPSIA
Dispepsia merupakan rasa tidak
nyaman yang berasal dari daerah
abdomen bagian atas; nyeri
epigastrium, rasa terbakar di
epigastrium, rasa penuh setelah makan,
cepat kenyang, rasa kembung pada
saluran cerna bagian atas, mual,
muntah, dan sendawa.
Penyakit organik
• seperti tukak peptik, gastritis, batu
kandung empedu dll
Gangguan struktural/biokimiawi
• Dispepsia fungsional
14
TINJAUAN TEORI: TATALAKSANA DISPEPSIA
29
Gambar 6. Alogaritma Tata Laksana Dispepsia belum di Investigasi
TINJAUAN TEORI: TATALAKSANA DISPEPSIA
31
Gambar 8. Alogaritma Tata Laksana Dispepsia Akibat Penggunaan NSAID dan Komplikasi Gastro Intestinal
DISKUSI
Hasil temuan Anamnesis Tinjauan Teori
32
DISKUSI
Hasil temuan Pemfis Tinjauan Teori
33
DISKUSI
Hasil temuan Penunjang Tinjauan Teori
35
Terima kasih
Any question?