You are on page 1of 56

Ilmu Penyakit Dalam

Laporan Kasus
Fakultas Kedokteran
September 2018
Universitas Pattimura

Pria 54 Tahun dengan Leptospirosis

Disusun Oleh:
Frandita Ivana Tanisiwa
2017-84-037

Pembimbing: dr. Denny Jolanda, Sp. PD, FINASIM

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam


Fakultas Kedokteran
Universitas Pattimura
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
 Nama : Tn. IS
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Umur : 54 tahun
 Pekerjaan : Wirausaha
 Alamat : Batu Merah
 Ruang Perawatan : Ruang Interna Laki RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

2
LAPORAN KASUS

II. ANAMNESIS
(AUTOANAMNESIS)
 Keluhan Utama : Demam sejak 4
hari yang lalu
 Keluhan Tambahan : kuning seluruh
tubuh, kencing warna teh tua, lemas,
nyeri seluruh tubuh, bengkak kedua
kaki, mual, nyeri ulu hati
3
LAPORAN KASUS
 Anamnesis terpimpin :
Demam dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit,
demam hilang timbul. Demam juga dirasakan seperti perasaan
terbakar di seluruh tubuh, dengan pemberian obat penurun panas
perasaan terbakar tersebut tidak berkurang, demam tidak disertai
menggigil. Kulit dan mata juga mulai menguning sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya kuning tidak terlalu nampak,
namun kemudian semakin bertambah. Kuning awalnya muncul
pada wajah terlebih dahulu dan kemudian diikuti seluruh badan
dan menetap. Kuning pada seluruh badan juga disertai dengan
perubahan warna air kencing.
LAPORAN KASUS
 Air kencing berubah warna seperti teh tua. Perubahan warna
air kencing disertai peningkatan frekuensi kencing dan volume
air kencing namun tidak disertai nyeri saat kencing. Pasien juga
mengeluh lemas dan nyeri pada seluruh tubuhnya sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan terutama pada
kedua kaki sehingga tidak dapat berjalan. Nyeri dirasakan
seperti tertusuk-tusuk dan memberat jika ditekan dan
digerakan. Keluhan nyeri pada kedua tungkai disertai dengan
pembengkakan kedua kaki. Bengkak pada kedua kaki terjadi
bersamaan dengan nyeri pada kaki dan menetap. Pasien juga
mengeluh mual bersamaan dengan munculnya kuning pada
tubuh. Keluhan mual disertai rasa nyeri di uluhati, nyeri terasa
seperti tertusuk-tusuk, namun tidak disertai muntah. BAB
pasien dikatakan tidak ada keluhan.
LAPORAN KASUS
 RPD : tidak ada
 RPO : Paracetamol
 Riwayat keluarga : Tidak ada yang mengalami keluhan
seperti ini
 Riwayat Kebiasaan/Sosial: Merokok (-), Alkohol (-),
dan pasien sering jalan ditempat yang tergenang air
disekitar rumahnya hanya menggunakan sendal, pasien
menyangkal tidak membersihkan selokan dalam 2 minggu
terakhir.
LAPORAN KASUS

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
 Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis (E4M6 V5)
 Status gizi : Gemuk
BB: 85kg TB: 165cm IMT=31
 Tekanan darah : 90/60 mmHg
 Nadi : 91x/menit
 Suhu: 38C
 Pernafasan : 20x/menit
 SpO2 : 94%
4
LAPORAN KASUS: PEMERIKSAAN FISIK
Kepala:
 Bentuk kepala : Normocephali
 Ekspresi : Menurun
 Simetris Muka : Simetris
 Deformitas : Tidak ada
 Rambut : Distribusi merata

Mata:
 Eksoftalmus/Endoftalmus : tidak ada
 Tekanan bola mata : Normal
 Kelopak mata : ptosis (-), oedema (-)
 Konjungtiva : anemis (-/-), perdarahan konjungtiva (+/+)
 Sklera : Ikterik (+/+)
 Gerakan : Normal, ke segala arah
 Kornea : Refleks Kornea (+/+)
 Pupil : Refleks cahaya (+/+), 2mm/2mm, isokhor

5
LAPORAN KASUS: PEMERIKSAAN FISIK
Telinga:  Mulut:
 Tophi : negatif (-) Bibir : sianosis (-)
Gigi geligi : intak (+)
 Nyeri tekan di proc.mastoideus : negatif (-)
Gusi : perdarahan (-), oedema (-)
 Pendengaran : kesan normal Tonsil : hiperemi (-), oedema (-), kripta (-)
Hidung: Faring : hiperemi (-), oedema (-), post nasal drip
 Perdarahan : tidak ada (-)
Lidah : candidiasis oral (-)
 Sekret : tidak ada

 Leher:
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran,
permukaan licin, konsitensi kenyal, nyeri tekan (-)
DVS : 5-2 cm/5 -2 cm H2O
Pembuluh darah : tidak ada pelebaran, pulsasi
abnormal (-)
Kaku kuduk : negatif (-)
Tumor : tidak ada

6
LAPORAN KASUS: PEMERIKSAAN FISIK
Dada:  Punggung
 Thoraks Palpasi : nyeri tekan (-)
 Inspeksi : pengembangan dada simetris Nyeri ketok : negatif
 Bentuk : normochest Auskultasi : Vesikuler,
 Pembuluh darah : tidak ada pelebaran Bunyi tambahan
 Buah dada : simetris, tanda radang (-), massa (-)
 Sela iga : tidak ada pelebaran
 Lain-lain : tidak ada

Paru: Gerakan:
 Palpasi pengembangan kedua lapang paru simetris
Fremitus taktil : normal, kiri dan kanan sama
Nyeri tekan : tidak ada
 Perkusi:
Paru kiri : sonor  Jantung
Paru kanan : sonor Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
Batas paru hepar : ICS V-VI Palpasi : ictus cordis teraba ICS V
Batas paru belakang kanan: ICS IX belakang kanan Perkusi : redup, batas kanan atas jantung di ICS II linea
parasternalis dextra, batas kanan bawah ICS IV linea parasternalis
Batas paru belakang kiri : ICS X belakang kiri dextra, batas kiri atas ICS II linea parasternalis sinistra dan batas kiri
 Auskultasi: bawah ICS V linea midclavicularis sinistra, pinggang jantung di ICS III
sinistra (2-3 cm dari mid sternum)
Bunyi pernapasan : vesikuler
Auskultasi : BJ I/II : Reguler
Bunyi Tambahaan
Bunyi tambahan: Gallop (-), Murmur (-)

7
LAPORAN KASUS: PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen

Inspeksi : datar, spider nevi (-), jaringan parut (-)


 Ekstremitas:
Auskultasi : bising usus (+) kesan normal akral hangat, oedema
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+)
Hati : teraba pembesaran 3 jari dibawah
costa dengan permukaan licin
Limpa : tidak teraba pembesaran
 Nyeri tekan
Ginjal : tidak teraba pembesaran M.gastrocnemius positif
Lain-lain : tidak ada
(+) D/S
Perkusi : timpani,
Ascites : shiffting dullnes (-), undulasi (-)  Alat kelamin : tidak
dilakukan pemeriksaan
 Anus dan rektum: tidak
dilakukan pemeriksaan
LAPORAN KASUS: PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin (23/07/2018)
Jumlah eritrosit 3,45 x 106/mm3
Hemoglobin 10,9 g/dL
Hematokrit 31,4%
MCV 91m
MCH 31,8 pg
MCHC 34,8 g/dL
RDW 12,3%
Jumlah trombosit 69 x 103/mm3
MPV 7,9 m
PCT 0,055 %
PDW 17,5 %
Jumlah leukosit 13,0 x 103/mm3
Hitung Jenis
Neutrofil 24,7 %
Limfosit 24,5 %
Monosit 42,9 %
Eosinofil 4,1 %
Basofil 3,8 %
9
LAPORAN KASUS: PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Kimia (21/07/2018)

Ureum 347,7 mg/dL


Creatinin 3,98 mg/dL
SGOT 10,47 U/L
SGPT 40,13 U/L

23/07/2018
GDP 62 mg/dL
Asam urat 3,1 mg/dL
Kolesterol total 112 mg/dL
Bilirubin total 38,6 mg/dL
Bilirubin direk 31,8 mg/dL
Bilirubin indirek 6,8 mg/dL
LAPORAN KASUS: PEMERIKSAAN PENUNJANG

Serologi
(21/07/2018)

HBsAg Negatif
Anti HCV Negatif
HIV Negatif
Pemeriksaan DDR/Malaria Negatif
LAPORAN KASUS
VII. RESUME
 Pasien laki-laki, 54 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan demam yang telah
dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, demam hilang timbul. Demam
juga dirasakan seperti perasaan terbakar di seluruh tubuh, dengan pemberian obat
penurun panas perasaan terbakar tersebut tidak berkurang. Kulit dan mata juga
mulai menguning sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Kuning awalnya muncul
pada wajah terlebih dahulu dan kemudian diikuti seluruh badan dan menetap. Kuning
pada seluruh badan juga disertai dengan perubahan warna air kencing. Air kencing
berubah warna seperti teh tua. Perubahan warna air kencing disertai peningkatan
frekuensi kencing dan volume air kencing. Pasien juga mengeluh lemas dan nyeri
pada seluruh tubuhnya sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan
terutama pada kedua kaki sehingga tidak dapat berjalan. Nyeri dirasakan seperti
tertusuk-tusuk dan memberat jika ditekan dan digerakan. Keluhan nyeri pada kedua
tungkai disertai dengan pembengkakan kedua kaki. Bengkak pada kedua kaki terjadi
bersamaan dengan nyeri pada kaki dan menetap. Pasien juga mengeluh mual
bersamaan dengan munculnya kuning pada tubuh. Keluhan mual disertai rasa nyeri di
uluhati, nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk.

10
LAPORAN KASUS; RESUME
 Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Status gizi : Gemuk BB: 85kg TB: 165cm IMT=31
Tanda vital : Tekanan darah : 90/60 mmHg SpO2 : 94%
Konjungtiva : Perdarahan konjungtiva (+/+)
Sklera : Ikterik (+/+)

Abdomen
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+)
Hati : teraba pembesaran 3 jari dibawah costa dengan permukaan
licin

Ekstremitas
 oedema
 Nyeri tekan M.gastrocnemius positif (+) D/S
LAPORAN KASUS
X.TERAPI
IX. ASSESMENT
 IVFD NaCl 0,9% 16 tpm
 Diagnosis :  Oksigen 3 LPM dengan nasal kanula
 Ceftriaxone 1 gr/8 jam/IV
Acute kidney disease e.c suspek  Ranitidine 2 x 1 amp/IV
leptospirosis  Bicnat 3 x 2 tab
 Sucralfat 4 x 1 C a.c
Dispepsia e.c gastritis akut
 Hemodialisa
 Pantau urine 24 jaM

 Diagnosis Banding :
 Rencana Pemeriksaan:
Hepatitis  MAT (Micro Agglutination Test)
 USG Abdomen
Cholelitiasis
Ca caput pankreas
XI. PROGNOSIS
 Quo ad Vitam : dubia at Bonam
 Quo ad Visam : dubia at Bonam
 Quo ad Sanationam : dubia at Bonam

11
FOLLOW UP

12
Hari/Tanggal SOAP
23/07 S: lemas 1 minggu terakhir, bengkak
Hari ke-2 pada kedua kaki, badan terasa panas,
tubuh kuning sejak 3 hari SMRS
O: TD: 90/60 mmHg N: 91x/m SpO2:
94% RR: 20x/m T: 37C
A: Acute kidney disease et causa
suspek leptospirosis, dispepsia et
causa gastritis akut
P:
IVFD NaCl 0,9% 16 tpm
Oksigen 3 LPM dengan nasal kanula
Ceftriaxone 1 gr/8 jam/IV
Ranitidine 2 x 1 amp/IV
Bicnat 3 x 2 tab
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Hemodialisa
Pantau urine 24 Jam
Hari/Tanggal SOAP
24/07 S: Lemas berkurang, bengkak pada
Hari ke 3 kedua kaki, tubuh masih kuning, nyeri
ulu hati, mual dan muntah (+)
O: TD: 110/60 N: 77x/m SpO2: 92% RR:
20x/m T: 37C
Urine 24 jam 2.800 ml
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis
akut
P:
IVFD NaCl 0,9% 16 tpm
Oksigen 3 LPM dengan nasal kanula
Ceftriaxone 1 gr/8 jam/IV
Ranitidine 2 x 1 amp/IV
Bicnat 3 x 2 tab
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Hemodialisa
Pantau urine 24 Jam
Hari/Tanggal SOAP
25/07/2018 S: Lemas berkurang, bengkak pada
Hari ke-4 kedua kaki, tubuh masih kuning, nyeri
ulu hati berkurang, mual dan muntah
tidak ada, sulit tidur
O: TD: 120/70 N: 78x/m SpO2: 95% RR:
20x/m T: 37C
Urine 24 jam 1500 ml
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis
akut
P:
IVFD NaCl 0,9% 16 tpm
Ceftriaxone 1 gr/8 jam/IV
Ranitidine 2 x 1 amp/IV
Bicnat 3 x 2 tab
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Hemodialisa
Pantau urine 24 Jam
Hari/Tanggal SOAP
26/07/2018 S: Lemas berkurang, bengkak pada kedua kaki,
Hari ke-5 tubuh masih kuning, nyeri ulu hati berkurang,
sulit tidur, nyeri tenggorokan dan mimisan, gatal
serta timbul ruam-ruam pada kedua kaki dan
tangan
O: TD: 130/70 N: 85x/m SpO2: 99% RR: 20x/m T:
37C
Urine 24 jam 1500 ml
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis akut
P:
IVFD NaCl 0,9% 16 tpm
Ceftriaxone 1 gr/8 jam/IV
Ranitidine 2 x 1 amp/IV
Bicnat 3 x 2 tab STOP
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Cetrizin 1 x 1 tab
Vit K 1 x 1 amp/IV
Hemodialisa
Pantau urine 24 Jam
Cek Ureum/Creatinin ulang
Hari/Tanggal SOAP
27/07/2018 S: Lemas berkurang, bengkak pada kedua
Hari ke-6 kaki, tubuh masih kuning, nyeri ulu hati
tidak ada, sulit tidur, nyeri tenggorokan dan
mimisan tidak ada lagi, gatal serta timbul
ruam-ruam pada kedua kaki dan tangan
telah berkurang
O: TD: 150/80 N: 83x/m SpO2: 98% RR:
20x/m T: 37C
Urine 24 jam 1500 ml
Ureum 35 mg/dL, Creatinin 1,2 mg/dL
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis
akut
P:
IVFD NaCl/D5 0,9% 20 tpm
Ceftriaxone 1 gr/8 jam/IV
Ranitidine 2 x 1 amp/IV
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Cetrizin 1 x 1 tab
Vit K 1 x 1 amp/IV (hr-ke 2)
Pantau urine 24 Jam
Hari/Tanggal SOAP
28/07/2018 S: Kuning seluruh tubuh berkurang, gatal
Hari ke-7 serta timbul ruam-ruam pada kedua kaki
dan tangan telah berkurang, bengkak pada
kedua kaki,
O: TD: 110/80 N: 79x/m SpO2: 99% RR:
20x/m T: 37C
Urine 24 jam 3000 ml
Malaria negatif (-)
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis
akut
P:
Stop obat injeksi, lanjutkan obat oral
Ciprofloxacin tab 2 x 500 mg
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Cetrizin 1 x 1 tab
Pantau urine 24 Jam
Hari/Tanggal SOAP
30/07/2018 S: Kuning seluruh tubuh berkurang, gatal
Hari ke-9 serta timbul ruam-ruam pada kedua kaki
dan tangan telah berkurang
O: TD: 120/70 N: 74x/m SpO2: 97% RR:
20x/m T: 37C
Urine 24 jam 2500 ml
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis
akut
P:
Stop obat injeksi, lanjutkan obat oral
Ranitidin 2 x 1 tab
Ciprofloxacin tab 2 x 500 mg
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Cetrizin 1 x 1 tab
Urdahex 2 x 1 tab
Pantau urine 24 Jam
USG abdomen
Hari/Tanggal SOAP
31/07/2018 S: Kuning seluruh tubuh berkurang, gatal
Hari ke-10 serta timbul ruam-ruam pada kedua kaki
dan tangan tidak ada
O: TD: 120/70 N: 73x/m SpO2: 98% RR:
20x/m T: 37C
Urine 24 jam 2000 ml
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis
akut
P:
Ranitidin 2 x 1 tab
Ciprofloxacin tab 2 x 500 mg
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Cetrizin 1 x 1 tab
Urdahex 2 x 1 tab
Pantau urine 24 Jam
USG abdomen
Hari/Tanggal SOAP
01/08/2018 S: Kuning seluruh tubuh berkurang, gatal
Hari ke-11 serta timbul ruam-ruam pada kedua kaki
dan tangan tidak ada
O: TD: 120/70 N: 73x/m SpO2: 98% RR:
20x/m T: 37C
Urine 24 jam 2000 ml
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis
akut
P:
Ranitidin 2 x 1 tab
Ciprofloxacin tab 2 x 500 mg
Sucralfat 4 x 1 C a.c
Cetrizin 1 x 1 tab
Urdahex 2 x 1 tab
Pantau urine 24 Jam
USG abdomen
Hari/Tanggal SOAP
02/08/2018 S: Kuning seluruh tubuh tidak ada lagi, gatal
Hari ke-12 serta timbul ruam-ruam pada kedua kaki
dan tangan tidak ada
O: TD: 110/70 N: 83x/m SpO2: 98% RR:
20x/m T: 37C
Urine 24 jam 2500 ml
A: Acute kidney disease et causa suspek
leptospirosis, dispepsia et causa gastritis
akut
P:
Ranitidin 2 x 1 tab
Ciprofloxacin tab 2 x 500 mg
Urdahex 2 x 1 tab
Boleh pulang
TINJAUAN PUSTAKA: PENDAHULUAN
 Leptospirosis tersebar di  Internasional Leptospirosis
seleruh dunia, di semua Society menyatakan
Indonesia sebagai Negara
benua kecuali benua dengan dengan insidens
Amerika, namun terbanyak leptospirosis tinggi dan
didapati di daerah tropis. peringkat ketiga di
dunia untuk mortalitas.
 Leptospira bisa terdapat  Di Indonesia, leptospirosis
pada binatang piaraan ditemukan di DKI Jakarta,
seperti anjing, babi, lembu, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I
kuda, kucing, marmut dan Yogyakarta, Lampung,
binatang pengerat lainnya Sumatra Selatan, Bengkulu,
Riau, Sulawesi Selatan,
seperti tupa,musang, Sulawesi Utara, Kalimantan
kelelawar, dan lain Timur, dan Kalimantan Barat.
sebagainya.
13
Etiologi Leptospirosis
 Leptosiprosis disebabkan spesies  Ciri khas organisme ini yakni berbelit, tipis,
fleksibel. Salah satu ujung organisme sering
patogenik dari genus Leptospira, membengkak, membentuk suatu kait. Terdapat
suatu bakteri spirochaeta aerob gerak rotasi aktif, tetapi tidak ditemukan adanya
flagella. Spirochaeta ini demikian halus sehingga
obligat. Leptospira sangat motil, dalam mikroskop lapangan gelap hanya dapat
berukuran 0,25 x 6,25 µm. terlihat sebagai rantai kokus kecil-kecil.

 Berdasarkan hibridisasi DNA,


genus Leptospira yang sudah
dikenali terdiri atas 12 yang
patogenik atau mungkin patogenik
dan 6 saprofitik.

14
Lanjutan…
 Beberapa serovar L. interrogans yang dapat menginfeksi manusia
diantaranya adalah L. icterohaemorrhagiae, L. canicola, L. pomona, L. javanica,
dan lain-lain.
 Menurut bebrapa peneliti, yang tersering menginfeksi manusia adalah L.
icterohaemorrhagica dengan reservoar tikus, L. canicola dengan reservoar
anjing, dan L. pomona dengan reservoar sapi dan babi.

14
Epidemiologi Leptospirosis
 Pada iklim sedang infeksi leptospira  Beberapa tahun terakhir di derah
didapatkan terutama melalui
paparan rekreasional atau banjir seperti Jakarta dan
pekerjaan, atau hidup di daerah Tangerang juga dilaporkan
kumuh. terjadinya penyakit ini. Bakteri
leptospira juga banyak berkembang
 Angka kejadian penyakit tergantung biak di daerah pesisir pasang surut
musim. Di negara tropis sebagian
besar kasus terjadi saat musim seperti Riau, Jambi dan
hujan, di negara barat terjadi saat Kalimantan.
akhir musim panas atau awal  Angka kematian akibat
gugur karena tanah lembab dan
bersifat alkalis.1 leptospirosis tergolong tinggi,
mencapai 5-40%. Infeksi ringan
 Yang ada di mana-mana adalah jarang terjadi fatal dan
icterohaemorrhagiae dengan diperkirakan 90% termasuk dalam
spesies tikus Rattus, hardjo dengan kategori ini. Anak balita, orang
sapi, canicola dengan anjing, dan
pomona dengan babi dan sapi. lanjut usia dan penderita
immunocompromised mempunyai
resiko tinggi terjadinya kematian.1 14
Cara Penularan Leptospirosis
 Infeksi dapat terjadi akibat paparan
langsung atau tidak langsung
terhadap host reservoir yang
membawa patogen dalam ubulus
renal dan menyebarkan leptospira
patogen dalam urin.
 Terkait Penularan, manusia dapat
terinfeksi melalui kontak dengan
tanah, air, atau lumpur yang telah
terkontaminasi oleh urine binatang
yang telah terinfeksi leptospira.
 Infeksi tersebut terjadi jika
terdapat luka/erosi pada kulit
ataupun selaput lendir.
Gambar 2. Proses penularan leptospirosis

14
Patomekanisme Leptospirosis
Organ utama yang terkena
adalah:
 ginjal, dengan inflamasi
Sel endotel tubulointerstisial difus dan
Kontak membengkak dan
nekrosis
nekrosis tubular,
 paru, biasanya kongesti,
dengan perdarahan
Penetrasi kulit intraalveolar fokal atau masif,
atau Cedera endotel deposisi linear imunoglobulin
mukosasirkulasi dan komplemen pada
permukaan alveolar,
 hati, yang menunjukkan
Protein membran sisi luar Leptospira kolestasis terkait perubahan
(outer membrane protein / OMPs) dan degeneratif ringan pada
lipopolisakarida dapat menimbulkan hepatosit.
inflamasi melalui jalur yang bergantung
Toll like receptor.
14
Patomekanisme Leptospirosis

• Gagal ginjal terjadi akibat tubular nekrosis akut.

Ginjal • Adanya peranan nefrotoksin, reaksi imunologis, iskemia


ginjal, hemolisis dan invasi langsung mikroorganisme juga
berperan menimbulkan kerusakan ginjal.

Hati • Nekrosis sentilobuler fokal dengan infiltrasi sel limfosit


fokal dan proliferasi sel kupfer dengan kolestasis.

Jantung
• Kelainan miokardium dapat fokal atau difus berupa
interstitial edema dengan infiltrasi sel mononuclear dan
plasma.

14
Patomekanisme Leptospirosis

Otot • local nekrotis, vakuolisasi dan kehilangan

rangka striata.

• Leptospira dapat masuk ruang anterior dari


Mata mata selama fase leptospiremia dan bertahan
beberapa bulan walaupun antibody yang
terbentuk cukup tinggi

Pembuluh • perdarahan/pteki pada mukosa, permukaan


serosa dan alat-alat viscera dan perdarahan
Darah bawah kulit

14
Patomekanisme Leptospirosis

Susunan • Leptospira mudah masuk kedalam cairan cerebrospinal


(CSS) dan dikaitkan dengan terjadinya meningitis.
saraf Pusat

Weil Disease adalah leptospirosis berat yang ditandai dengan ikterus, biasanya disertai
perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran, demam tipe kontinua, dan
berkurangnya kemampuan darah untuk membeku sehingga terjadi perdarahan dalam
jaringan
Pemeriksaan darah menunjukkan adanya anemia. Penyebab weil disease adalah
serotipe icterohaemorragica, pernah juga dilaporkan oleh seotipe copenhageni dan
bataviae

14
Diagnosis Leptospirosis
 Klinis

Tinggal daerah
Demam akut banjir atau Mialgia
resiko tinggi

Injeksi
Menggigil Nyeri perut
konjungtiva

Sakit kepala Ikterus Oliguria

14
Diagnosis Leptospirosis
 Klinis

Leptospirosis Ringan
• dengan tanda vital stabil, sklera anikterik, keluaran
urin yang baik, tidak ada meningismus/ iritasi
meningen; sepsis/syok sepsis; sulit bernapas; atau
ikterus, dan bisa mengonsumsi obat per oral
Leptospirosis Sedang - Berat
• tanda vital tidak stabil, ikterus atau sklera ikterik,
nyeri perut, mual, muntah dan diare, oliguria/
anuria, meningismus/ iritasi meninges, sepsis/ syok
sepsis, perubahan status mental atau sulit bernapas
dan hemoptisis  perlu rawat inap
14
Diagnosis Leptospirosis

Gambar 3. Perjalanan Bifasik Leptospirosis


Specimen 1 dan 2 untuk sampel serum serologi fase akut
Specimen 3 dan 4; sampel serum untuk deteksi respon imun fase late
Specimen 4 dan 5 untuk follow-up sampel serum yang menyediakan informasi epidemiologi seperti
presumptive infecting serogroup.
14
Diagnosis Leptospirosis
Fase Leptospiremia Fase Imun
(4-7 hari) 4-30 hari

 Fase ini ditandai dengan adanya  Pada fase ini leptospira


leptospira di dalam darah dan
cairan serebrospinal. dijumpai didalam urin.
 Mialgia dapat diikuti dengan  Fase ini ditandai dengan
hiperestesi kulit, demam tinggi peningkatan titer antibodi,
yang disertai menggigil, juga
didapati mual dengan atau tanpa dapat timbul demam yang
muntah bahkan pada sekitar 25% mencapai suhu 40°C disertai
kasus disertai penurunan
kesadaran menggigil dan kelemahan
 Pada hari ke 3-4 dapat dijumpai umum
adanya konjungtiva suffusion dan  Terdapat perdarahan berupa
fotofobia. Pada kulit dapat dijumpai
rash yang berbentuk makular, epistaksis, gejala kerusakan
makulopapular, atau urtikaria. pada ginjal dan hati, uremia
dan ikterik.

14
Diagnosis Leptospirosis
 Diagnosis Laboratorium

ELISA • Respons antibodi IgM yang kuat, muncul sekitar 5-7


hari setelah awitan gejala,

MAT
• peningkatan titer empat kali lipat dari serum akut ke
konvalesens merupakan konfirmasi diagnosis
• Titer lebih tinggi dari 1/400-1/800, sebagian besar
dianggap sebagai leptospirosis

PCR
• mengidentifikasi semua bakteri yang hidup dan
mati. Metode berbasis PCR banyak digunakan untuk
penentuan strain patogenik leptospira, karena
kemampuan presisi tinggi dan diagnosis dini.

14
Diagnosis Leptospirosis

Berdasarkan kriteria Faine yang dimodifikasi, diagnosis


presumtif leptospirosis dapat ditegakkan jika: (i) Skor bagian A
atau bagian A + bagian B = 26 atau lebih; atau (ii) Skor bagian A
+ bagian B + bagian C = 25 atau lebih. Skor antara 20 dan 25
menunjukkan kemungkinan diagnosis leptospirosis tetapi belum
terkonfirmasi.

14
Penatalaksanaan Leptospirosis

Tabel 2. Dosis Antiobiotik Rekomendasi untuk Leptospirosis4,19


14
Penatalaksanaan Leptospirosis
 Pada leptospirosis sedang
berat, terapi suportif dengan
perhatian pada
keseimbangan cairan dan  Perdarahan paru sering
elektrolit serta fungsi paru membutuhkan intubasi dan
dan jantung sangat penting. ventilasi mekanik segera.
 Pasien yang menderita gagal  Metilprednisolon diberikan
ginjal diterapi dengan dalam 12 jam pertama
hemodialisis atau awitan keterlibatan paru
hemodiafiltrasi jika tersedia. dengan dosis 1 g iv/hari selama
3 hari dilanjutkan prednisolon
 Transfusi darah dan produk oral 1 mg/kgBB/hari selama 7
darah mungkin diperlukan pada hari. Plasmaferesis dosis
perdarahan berat. Transfusi rendah (25 mL/kg) juga
trombosit dini dianjurkan jika bermanfaat pada perdarahan
<50 ribu/mm3 atau pada paru ringan.
turun bermakna dalam waktu
singkat.

14
Pencegahan Leptospirosis

Gambar 4. Profilaksis pasca-paparan leptospira.4

14
Leptospirosis dan acute kidney injury (AKI)

Gambar 5. Patofisiologi disfungsi ginjal akut pada leptospirosis.8

14
DISPEPSIA
 Dispepsia merupakan rasa tidak
nyaman yang berasal dari daerah
abdomen bagian atas; nyeri
epigastrium, rasa terbakar di
epigastrium, rasa penuh setelah makan,
cepat kenyang, rasa kembung pada
saluran cerna bagian atas, mual,
muntah, dan sendawa.

Penyakit organik
• seperti tukak peptik, gastritis, batu
kandung empedu dll
Gangguan struktural/biokimiawi
• Dispepsia fungsional

14
TINJAUAN TEORI: TATALAKSANA DISPEPSIA

29
Gambar 6. Alogaritma Tata Laksana Dispepsia belum di Investigasi
TINJAUAN TEORI: TATALAKSANA DISPEPSIA

Gambar 7. Alogaritma Taaksana Ulkus Peptikum 30


TINJAUAN TEORI: TATALAKSANA DISPEPSIA

31
Gambar 8. Alogaritma Tata Laksana Dispepsia Akibat Penggunaan NSAID dan Komplikasi Gastro Intestinal
DISKUSI
Hasil temuan Anamnesis Tinjauan Teori

 laki-laki usia 54 tahun Infeksi leptospirosis pada pemeriksaan fisik pada


Keluhan utama: Demam sejak 4 umumnya didapatkan, demam, bradikardi, nyeri
hari yang lalu tekan otot gastrocnemius, hepatomegali, conjunctival
injection.

Pada anamnesis penting diketahui tentang riwayat


RPS: kuning seluruh tubuh, kencing
pekerjaan pasien dan tempat tinggal, apakah termasuk
warna teh tua, lemas, nyeri seluruh
kelompok risiko tinggi. Setiap pasien demam akut
tubuh, bengkak kedua kaki, mual,
mempunyai riwayat, setidaknya 2 hari, tinggal di daerah
nyeri ulu hati
banjir atau memiliki risiko tinggi terpapar (berjalan kaki di
banjir atau air yang terkontaminasi, kontak dengan cairan
dari hewan, berenang di air banjir atau menelan air yang
terkontaminasi dengan atau tanpa luka) Suspek
Leptospirosis
. RPD  HT (-), DM(-) dan Malaria
(+)
Dispepsia Rasa tidak nyaman pada abdomen atas
Riwayat kebiasaan sering jalan
berupa salah satu dari : nyeri epigastrium, rasa terbakar di
ditempat yang tergenang air disekitar
epigastrium, rasa penuh setelah makan, cepat kenyang,
rumahnya hanya menggunakan sendal,
rasa kembung pada saluran cerna bagian atas, mual,
muntah, dan sendawa

32
DISKUSI
Hasil temuan Pemfis Tinjauan Teori

Keadaan Umum: Tampak sakit Pemfis leptospirosis demam, ikterik seluruh


sedang tubuh, bradikardia, nyeri tekan otot, hepatomegali,
Status Gizi: Gemuk BB: 85kg TB: dan lain-lain. Setiap kasus suspek leptospirosis
165cm IMT=31) dengan tanda vital stabil, sklera anikterik, keluaran
Kesadaran: Compos mentis urin yang baik, tidak ada meningismus/ iritasi
Tanda Vital: TD 90/60, T: 38C, meningen; sepsis/syok sepsis; sulit bernapas; atau
Spo2= 94% (02=4lpm) ikterus.
Mata: perdarahan konjungtiva
(+/+), sklera ikterik (+/+) Pemfis Dispepsiaperut kembung, distensi (+),
Abd flat, NTE (+), BU (+) Hati NTE (+), BU (meningkat)
teraba pembesaran 3 jari dibawah
costa dengan permukaan licin
 Ekstremitas  edem (-/+)
Nyeri tekan M.gastrocnemius positif
(+) D/S
Urin: Teh tua

33
DISKUSI
Hasil temuan Penunjang Tinjauan Teori

Hb: 10,9 g/dL Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin bisa


Trombosit: 69 x 103/mm3 dijumpai anemia, leukositosis, normal, atau sedikit
Leukosit: 13,0 x 103/mm3 menurun disertai gambaran neutrofilia dan laju
endap darah yang meninggi. Trombositopenia
terdapat pada 50% kasus.
SGOT/SGPT: 10,47/40,13 U/L
Bilirubin total/direk/indirek . Pada pasien terjadi peningkatan SGOT dan
38,6/31,8/6,8 mg/dL SGPT karena terjadinya gangguan hati, diikuti
dengan penurunan nilai albumin, terjadi juga
Ur/Cr: 347,7/3,98 mg/dL
LFG: 25 mL/menit/1,73 peningkatan bilirubin dimana bilirubin direk lebih
tinggi dari bilirubin inderek akibat kolestasis sesuai
dengan gambaran leptospirosis.
Uji MAT (+)
Diagnosa pasti dengan isolasi leptospira dari
cairan tubuh dan serologi

Pada uji aglutinasi mikroskopik, peningkatan titer


empat kali lipat dari serum akut ke konvalesens 34
merupakan konfirmasi diagnosis
DISKUSI
Hasil temuan Tinjauan Teori
Penatalaksanaan
IVFD NaCl 0,9% 16 tpm Infus NaCl  memenuhi kebutuhan cairan tubuh
Oksigen 3 LPM dengan nasal Oksigen 3 LPM diberikan untuk memperbaiki saturasi oksigen
kanula Ranitidine & sucralfat mengurangi gejala perut kembung dan
nyeri ulu hati.
Ceftriaxone 1 gr/8 jam/IV
Ceftriaxon diberikan terutama untuk mengatasi infeksi
Ranitidine 2 x 1 amp/IV leptospira.
Bicnat 3 x 2 tab Sesuai teori, keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa
Sucralfat 4 x 1 C a.c diatur sebagaimana pada penanggulangan gagal ginjal secara umum
Cetrizin 1 x 1 tab sehingga diberikan.
Hemodialisa azotemia/uremia berat sebaiknya dilakukan dialysis.
Pantau urine 24 Jam Pada pasien penyakit leptospirosis yang berhasil bertahan, fungsi
ginjal akan kembali normal sehingga pasien dianjurkan mengikuti
HD temporer dengan follow up hasil lab ureum dan kreatinin
hingga mencapai kadar normal.
Obat untuk kecurigaan kelainan hepatobilier diberikan Urdahex.
Cetrizin diberikan untuk menghilangkan gatal ruam-ruam kulit,

35
Terima kasih 

Any question?

You might also like