You are on page 1of 137

KP PEMBIAYAAN KESEHATAN

BLOK 21
SISTEM KESEHATAN NASIONAL

1. Subsistem Upaya Kesehatan


2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan
3. Subsistem Sumberdaya Manusia Kesehatan
4. Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan
5. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
6. Subsistem Manajemen Kesehatan
HUKUM
PEMBIAYAAN KESEHATAN
• “The law of medical money “
Hukum yang mengatakan, berapapun jumlah uang
yang disediakan untuk pelayanan kesehatan akan
habis, mengingat kebutuhan (needs) dari para
konsumen dan keinginan dari para “Health
provider” untuk menyelenggarakan tingkat
pelayanan kesehatan itu akan selalu disesuaikan
dengan uang yang tersedia.
SISTEM
PEMBIAYAAN KESEHATAN
• Sistem Pelayanan Kesehatan Nasional.
• Sistem Asuransi Kesehatan Sosial/Nasional.
• Sistem Jaminan Sosial.
PEMBIAYAN KESEHATAN
• Sistem Pembiayaan yang Adil:
Adalah bahwa beban biaya kesehatan dari biaya perorangan
tidak memberatkan penduduk.
• Aspek Pembiayaan yang adil pada umumnya diartikan
sebagai pembiayaan kesehatan yang adil dan merata atau
merata berkeadilan, adalah bahwa beban biaya kesehatan
dari kantong perorangan tidak memberatkan penduduk.
• Pembiayaan kesehatan yang adil dan merata
Adalah pembiayaan di mana seseorang mampu mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya dan
membayar pelayanan tersebut sesuai dengan kemampuannya
membayar.
Istilah-istilah

• Biaya (cost, costing)


• Anggaran (alokasi & realisasi)
• Pembiayaan (financing)
– Sumber
– Penggunaan/ pemanfaatan
– Telaah isyu kecukupan/ gap, efisiensi, equity
– Financial cost vs economic cost
BIAYA KESEHATAN
1. Health Provider : Besarnya dana yang
disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan
2. Health Consumer : Besarnya dana yang
disediakan untuk dapat memanfaatkan
jasa pelayanan.
• Sisi Provider
– Biaya kesehatan: besarnya dana yang harus
disediakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan secara paripurna.
– Provider = pemerintah, swasta
• Sisi Konsumen:
– Besarnya dana yang harus disediakan untuk
memanfaatkan upaya kesehatan.
– Konsumen= masyarakat pengguna pelayanan
BIAYA KESEHATAN

Sumber:
• Seluruhnya Pemerintah
• Sebagian Masyarakat

Jenis:
 Biaya pelayanan Kedokteran
 Biaya pelayanan Kesehatan Masyarakat
SYARAT POKOK PEMBIAYAAN
KESEHATAN
1. Jumlah (cukup) untuk membiayai penyelenggaraan
upaya kesehatan
2. Penyebaran dana sesuai kebutuhan
3. Pemanfaatan dana diatur secara seksama (efektif
dan efisien)
Peningkatan efektifitas =dampak yang lebih besar= upaya
pencegahan
Peningkatan efisiensi :
a. Standar minimal pelayanan (sarana, tindakan)
b. Kerjasama (institusi=cost sharing,sistem= rujukan)
MASALAH POKOK PEMBIAYAAN
KESEHATAN

1. Kurangnya dana yang tersedia, (Indonesia 2 – 3% total


Anggaran Belanja Negara)
2. Penyebaran dana tidak sesuai (perkotaan >> pedesaan)
3. Pemanfaatan dana yang tidak tepat, (biaya pelayanan
kedokteran > biaya pelayanan kesehatan masyarakat)
4. Pengelolaan dana belum sempurna (sikap mental para
pengelola)
5. Biaya kesehatan yang makin meningkat
BIAYA KESEHATAN 
MAKIN MENINGKAT
DIPENGARUHI OLEH
a. Tingkat Inflasi (peningkatan biaya investasi dan biaya
operasional)
b. Tingkat Permintaan (kuantitas dan kualitas penduduk
c. Kemajuan IPTEK(peralatan modern dan canggih  pel.
Kesehatan
d. Perubahan Pola Penyakit, Penyakit akut  penyakit kronis
(> lama penyembuhan)
BIAYA KESEHATAN 
MAKIN MENINGKAT

e. Perubahan pola pelayanan kesehatan (spesialisasi dan subspesialisasi)


(pelayanan terkotak-kotak)  pemeriksaan yang berulang-ulang  biaya >>

f. Perubahan pola hubungan dokter – pasien


1. Asuransi praktek kedokterannya

2. Pemeriksaan yang berlebihan


BIAYA KESEHATAN 
MAKIN MENINGKAT

g. Lemahnya mekanisme pengendalian biaya


(Profesional Standart, Medical Audit dll)

h. Penyalahgunaan Asuransi Kesehatan (tripartite model)

Badan Penyelenggara
Asuransi Kesehatan

Health Provider
Peserta
MACAM BIAYA KESEHATAN
Biaya Pelayanan Biaya Pelayanan
Kedokteran Kesehatan Masyarakat
Untuk upaya kuratif dan Untuk upaya promotif dan
rehabilitatif preventif

Secara tunai atau pre paid Disediakan pemerintah


(asuransi kesehatan) dalam bentuk anggaran
program kesehatan
MEKANISME PEMBIAYAAN KESEHATAN

Sentralisasi Desentralisasi

• Pemerintah merencanakan • Otonomi: pemda diberi


dan menentukan semua kewenangan mengatur &
biaya kesehatan bertanggung jawab pada
• Ditanggung oleh pembiayaan kesehatan
pemerintah pusat • Semi Otonom; pemda
mempunyai tanggung
jawab sesuai peraturan
saja, Pem pusat banyak
mengatur & merencanakan
pembiayaan kesh
Mekanisme pembiayaan kesehatan
• Pendapatan negara atau pajak
• Kontribusi asuransi sosial
• Premi asuransi swasta
• Pembiayaan masyarakat, seperti dana sehat
• out of pocket payments
Setiap metode:
• Memberikan distribusi dampak pembiayaan dan keuntungan yang
berbeda
• Memberikan pengaruh yang akan mengakses pelayanan kesehatan
• Proteksi pembiayaan

SOURCE  AGENT  PROVIDER  BENEFICIARY


MODEL PEMBIAYAAN:
• Sejak Jerman, 1882.
• Memungkinkan cakupan 100% penduduk, relatif
Model Asuransi rendahnya peningkatan biaya pelayanan kesehatan
Kesehatan Sosial (Social
Health Insurance)

• Berkembang di AS  Gagal. 38% tidak tercakup, peluang


moral hazard
Model Asuransi • Dikembangkan: Regulated Health Insurance, kepesertaan
berdasar kelompok dengan syarat minimal t3, kurangi
Kesehatan Komersial moral hazard

• Inggris, pasca PD II
• Peluang cakupan 100%, tp pembiayaan yg dijamin
Model NHS (National pemerintah akan menjadi beban berat
Health Services)
STRATEGI PEMBIAYAAN KESEHATAN
1. Kecukupan/adekuasi & kesinambungan
pembiayaan kesehatan pada tk pusat dan daerah dg
langkah:
• Mobilisasi sumber2 pembiayaan baik sumber2
tradisional maupun non tradisional
• Kesinambungan fiscal space dalam anggaran
kesehatan
• Peningkatan kolaborasi intersektoral utk mendukung
pembiayaan kesehatan
2. Pengurangan pembiayaan kesh dg
Pembiayaan Out of Pocket & meniadakan
hambatan pembiayaan utk mendapatkan
pelayanan kesh bg kel miskin dan rentan
(pengembangan ASKES sosial)
• Promosi pemerataan akses dan
pembiayaan & utilisasi pelayanan
• Pencapaian universal coverage &
penguatan jaminan kesmas miskin &
rentan
3. Peningkatan efisiensi & efektifitas
pembiayaan kesehatan:
• Kesesuaian tujuan nasional dg reformasi
pembiayaan yg diterjemahkan dalam
anggaran operasional & rencana pembiayaan
• Penguatan kapasitas manajemen
perencanaan anggaran & pemberi yankes
(provider)
• Pengembangan best practice
Sumber Utama Pembiayaan
Kesehatan

Pemerintah Swasta

Donor/hibah
Sumber Pembiayaan Kesehatan

• Pengeluaran pemerintah termasuk semua pengeluaran yang terkait


pelayanan kesehatan yang:
– Bersumber Pemerintah Pusat dan Lokal pada semua sektor (Sektor kesehatan dan
sektor lainnya, TNI/ POLRI)
– Dibayarkan melalui pajak, atau kontribusi asuransi kesehatan baik yang dibayarkan
oleh pekerja atau pemerintah atau keduanya yang dianggap sebagai pengeluaran
pemerintah dan kontribusi asuransi sosial(atau Social security funds)
• Pembayaran secara sukarela oleh individu atau pekerja yang dianggap
pengeluaran swasta
• Sumber eksternal merujuk pada bantuan dari luar/donor yang datang
melalui kerjasama program bilateral atau LSM international
• Swasta/ BUMN yang langsung memberi pelayanan kesehatan bagi
karyawan seperti klinik/ RS atau self-insured (tetapi tidak double
counting dengan asuransi kesehatan
SUMBER BIAYA KESEHATAN
Seluruhnya dari Pemerintah Sebagian ditanggung Masyarakat
1. Pemerintah Pusat: APBN, Inpres, 1. Out of pocket
SSBO (Subsidi Bantuan Biaya
Operasional)
2. Dana bersumber Departemen lain: 2. Pengeluaran Perusahaan Swasta
Depdagri, Depsos, Depnaker
3. Dana bersumber BUMN Depkes: 3. Pengeluaran kepada penyedia
Kimia Farma, Biofarma, Indofarma pelayanan kesehatan oleh pihak
asuransi kesehatan swasta
4. Dana dari APBD tingkat I

5. Dana dari APBD Tingkat II


Komitmen Anggaran Kesehatan :

• Prosentase anggaran kesehatan APBD II terhadap total APBD II


 15% ???
• Tingginya komitmen daerah dilihat dari tingginya proporsi
anggaran kesehatan APBD II terhadap total anggaran kesehatan -
sustainability (>70%)
• Semakin besar dana kesehatan ke sektor non kesehatan semakin
sulit menentukan batasan pembiayaan kesehatan
• Proporsi Anggaran Dinkes dan RSU menurut sumber (Pusat,
APBD I, dan APBD II)
Komitmen Anggaran Kesehatan :

• Makin tinggi (>60%) proporsi APBD II Dinkes terserap untuk


DIK, makin rendah Komitmen Pemda.
• Komitmen pelayanan yang menjadi tanggung jawab APBD II
adalah program yang dominan “Public Goods”
• Komitmen yang baik ditunjukkan dengan alokasi yang
relatif seimbang antara Investasi (20%), Operasional (70%)
dan Pemeliharaan (10%)
PELAKSANAAN ANGGARAN
BADAN LAYANAN UMUM
PENGELOLAAN KEUANGAN BLU

PENGERTIAN BLU
Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

FLEKSIBILITAS BLU, a.l.:


KARAKTERISTIK BLU 1. Pendapatan dapat digunakan langsung,
1. Berkedudukan sebagai namun tetap melakukan pengesahan ke
KPPN TUJUAN BLU
instansi pemerintah
2. Flexible budget dengan ambang batas Meningkatkan
(asetnya merupakan
3. Investasi jangka pendek untuk pelayanan
kekayaan negara yang tidak pengelolaan kas kepada
dipisahkan) 4. Melakukan utang jangka pendek masyarakat
2. Menghasilkan barang/jasa 5. Surplus digunakan pada tahun anggaran dalam rangka
yang seluruh/sebagian berikutnya dan defisit dimintakan dari memajukan
dijual kepada masyarakat APBN
kesejahteraan
3. Tidak mengutamakan 6. Pegawai dapat terdiri dari PNS dan
Profesional Non-PNS
umum dan
mencari keuntungan
7. Pengelolaan Barang dapat dikecualikan mencerdaskan
4. Dikelola secara otonom
dari aturan umum pengadaan. kehidupan
dengan prinsip efisiensi
8. Pengelolaan Kas pemanfaatan idle cash, bangsa
dan produktivitas ala
hasil untuk BLU
korporasi
JENIS REKENING BLU

1. Rekening Pengelolaan Kas BLU adalah Rekening Lainnya dalam


bentuk giro dan/atau deposito milik BLU untuk penempatan idle
cash pada bank umum yang terkait dengan pengelolaan kas BLU.
2. Rekening Operasional BLU adalah Rekening Lainnya dalam
bentuk giro milik BLU yang dipergunakan untuk menampung
seluruh penerimaan atau membayar seluruh pengeluaran BLU
yang dananya bersumber dari PNBP BLU pada bank umum.
3. Rekening Dana Kelolaan adalah Rekening Lainnya dalam bentuk
giro milik BLU yang dipergunakan untuk menampung dana yang
tidak dapat dimasukkan ke dalam Rekening Operasional BLU,
Rekening Pengelolaan Kas BLU pada bank umum, untuk
menampung dana antara lain:
a. Dana bergulir; dan/atau;
b. Dana yang belum menjadi hak BLU.
Pengelolaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah
Daerah Yang Belum Menerapkan PPK-BLUD
Landasan Kebijakan
Pasal 39 ayat (1) Perpres 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana telah
diubah dengan Perpres 111/2013 tentang Perubahan Atas Perpres 12/2013
Pengelolaan dan Pemanfaatan
Dana Kapitasi

Perpres 32/2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN Pada
FKTP Milik Pemerintah Daerah

Permenkes 19/2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan


Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada
FKTP Milik Pemerintah Daerah

SE MDN Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014, Hal Petunjuk Teknis


Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan, Serta Pertanggungjawaban
Dana Kapitasi JKN pada FKTP Milik Pemerintah Daerah
Definisi (Psl 1 Perpres 32/2014)

1 Pengelolaan dana kapitasi adalah tata cara


penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan
dan pertanggungjawaban dana kapitasi yang
diterima oleh FKTP dari BPJS Kesehatan.

2 Dana kapitasi adalah besaran pembayaran per


bulan yang dibayar di muka kepada FKTP
berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar
tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah
pelayanan kesehatan yang diberikan.
32
3 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan adalah Badan hukum yang dibentuk
untuk menyelenggarakan program jaminan
kesehatan.

4 Bendahara Dana Kapitasi JKN pada FKTP adalah


PNS yang ditunjuk untuk menjalankan fungsi
menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan dana kapitasi JKN.
Penganggaran (Psl 4 Perpres 32/2014)

1 Kepala FKTP menyusun rencana pendapatan dan belanja dana


kapitasi JKN, dan disampaikan kepada Kepala SKPD Dinas
Kesehatan

2 Berdasarkan rencana pendapatan dan belanja dana kapitasi


JKN tersebut, Kepala SKPD Dinas Kesehatan menyusun RKA-
SKPD Dinas Kesehatan, yang memuat rencana pendapatan
dana kapitasi JKN dan rencana belanja dana kapitasi JKN

3 Rencana pendapatan dana kapitasi JKN dianggarkan dalam


kelompok PAD, jenis Lain-lain PAD, obyek Dana Kapitasi JKN
pada FKTP, rincian obyek Dana Kapitasi JKN pada masing-
masing FKTP sesuai kode rekening berkenaan
4 Rencana belanja dana kapitasi JKN dianggarkan dalam
kelompok Belanja Langsung dan diuraikan ke dalam jenis,
obyek, dan rincian obyek belanja sesuai kode rekening
berkenaan, yang pemanfaatannya mempedomani Pasal 12
Perpres 32/2014 dan Permenkes 19/2014.

5 RKA-SKPD Dinas Kesehatan dipergunakan sebagai bahan


penyusunan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan
kepala daerah tentang penjabaran APBD sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PENGELOLAAN DAN
PEMANFAATAN
DANA KAPITASI JKN
DI FKTP
MILIK PEMERINTAH
DAERAH

Sundoyo, SH,MKM,
Sundoyo, SH, MKM,M.Hum
MH
BiroBiro Hukum dan Organisasi
Hukum dan Organisasi
DASAR HUKUM
1. Perpres No 32/2014 ttg Pengelolaan & Pemanfaatan Dana
Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Milik Pemda
2. Permenkes RI No 19/2014 ttg Penggunaan Dana Kapitasi
Jaminan Kesehatan Nasional untuk Jasa Pelayanan
Kesehatan & Dukungan Biaya Operasional Pada FKTP Milik
Pemda
3. SE Mendagri No 900/2280/SJ tgl 5 Mei 2014 ttg Petunjuk
Teknis Penganggaran, Pelaksanaan & Penatausahaan, serta
Pertanggungjawaban Dana Kapitasi JKN pada FKTP milik
Pemda.
37
DASAR PEMIKIRAN
• Dlm rangka meningkatkan mutu yankes dlm
penyelenggaraan JKN diperlukan pengaturan
pemanfaatan dana kapitasi yang diterima oleh FKTP
milik Pemda
• Dlm rangka tertib administrasi pengelolaan
keuangan daerah terkait dgn pembayaran dana
kapitasi oleh BPJS Kesehatan kpd FKTP milik Pemda
perlu diatur pengelolaan & pemanfaatan dana
kapitasi bagi FKTP milik Pemda;

38
Perpres No 32/2014 ttg
Pengelolaan & Pemanfaatan
Dana Kapitasi JKN Pada
(FKTP) Milik Pemda
RUANG LINGKUP PENGATURAN

Peraturan Presiden ini mengatur mengenai


Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi
JKN pada FKTP milik Pemerintah Daerah yang
belum menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
BLUD.
PENGELOLAAN

1. BPJS melakukan pembayaran dana kapitasi


kepada FKTP milik Pemerintah daerah
PASAL 3

2. Pembayaran dana kapitasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada
jumlah peserta yang terdaftar di FKTP sesuai
data dari BPJS Kesehatan

3. Dana kapitasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dibayarkan langsung oleh BPJS
Kesehatan kepada Bendahara Dana Kapitasi
JKN pada FKTP
PENGELOLAAN
1. Kepala FKTP menyampaikan rencana pendapatan dan
belanja dana kapitasi JKN tahun berjalan kepada Kepala SKPD
Dinas Kesehatan
2. Rencana pendapatan dan belanja dana kapitasi JKN
PASAL 4

sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) mengacu pada


jumlah peserta yang terdaftar di FKTP dan besaran kapitasi
JKN, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

3. Rencana pendapatan dan belanja Dana kapitasi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkan pada
RKA SKPD Dinas Kesehatan

4. Tata cara dan format penyusunan RKA SKPD disusun sesuai


dengan ketentuan perundang undangan dibidang
pengelolaan keuangan daerah
PENGELOLAAN
Pasal 6
(1) Kepala Daerah menetapkan Bendahara Dana Kapitasi JKN pada FKTP
atas usul Kepala SKPD Dinas Kesehatan melalui PPKD.
(2) Bendahara Dana Kapitasi JKN pada FKTP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) membuka Rekening Dana Kapitasi JKN.
(3) Rekening Dana Kapitasi JKN pada setiap FKTP sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan oleh Kepala Daerah.
(4) Rekening Dana Kapitasi JKN pada FKTP sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) merupakan bagian dari Rekening BUD.
(5) Rekening dana kapitasi JKN sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan oleh Kepala FKTP kepada BPJS Kesehatan
PENGELOLAAN
Pasal 7
(1) Pembayaran dana kapitasi dari BPJS Kesehatan dilakukan
melalui Rekening Dana Kapitasi JKN pada FKTP dan diakui
sebagai pendapatan.
(2) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan langsung untuk pelayanan kesehatan peserta
JKN pada FKTP.
(3) Dalam hal pendapatan dana kapitasi tidak digunakan
seluruhnya pada tahun anggaran berkenaan, dana
kapitasi tersebut digunakan untuk tahun anggaran
berikutnya.
PENGELOLAAN
Pasal 8
(1) Bendahara Dana Kapitasi JKN pada FKTP mencatat dan
menyampaikan realisasi pendapatan dan belanja setiap bulan
kepada Kepala FKTP.
(2) Kepala FKTP menyampaikan laporan realisasi pendapatan dan
belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala SKPD
Dinas Kesehatan dengan melampirkan surat pernyataan tanggung
jawab.
(3) Berdasarkan laporan realisasi pendapatan dan belanja
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala SKPD Dinas
Kesehatan menyampaikan Surat Permintaan Pengesahan
Pendapatan dan Belanja (SP3B) FKTP kepada PPKD.
(4) SP3B FKTP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) termasuk sisa
dana kapitasi yang belum digunakan pada tahun anggaran
berkenaan.
PENGELOLAAN
Pasal 10
(1) Kepala FKTP bertanggung jawab secara formal dan
material atas pendapatan dan belanja dana kapitasi
JKN.
(2) Pendapatan dan belanja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disajikan dalam Laporan Keuangan
SKPD dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
(3) Tata cara dan format penyusunan Laporan Keuangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pengelolaan keuangan daerah.
PENGAWASAN
Pasal 11
(1) Kepala SKPD Dinas Kesehatan dan Kepala FKTP melakukan
pengawasan secara berjenjang terhadap penerimaan dan
pemanfaatan dana kapitasi oleh Bendahara Dana Kapitasi
JKN pada FKTP.
(2) Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Kabupaten/Kota
melaksanakan pengawasan fungsional terhadap pengelolaan
dan pemanfaatan dana kapitasi sesuai ketentuan yang
berlaku.
(3) Pengawasan secara berjenjang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan pengawasan fungsional oleh Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilaksanakan untuk meyakinkan efektifitas,
efisiensi, dan akuntabilitas pengelolaan dan pemanfaatan
dana kapitasi.
PEMANFAATAN
Pasal 12
(1) Dana kapitasi JKN di FKTP dimanfaatkan seluruhnya untuk jasa pelayanan
kesehatan dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan.
(2) Jasa pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jasa
pelayanan kesehatan perorangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan
tenaga non kesehatan.
(3) Dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi biaya obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, dan
dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya.
(4) Jasa pelayanan kesehatan di FKTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sekurang-kurangnya 60% (enam puluh persen) dari total penerimaan
dana kapitasi JKN, dan sisanya dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional
pelayanan kesehatan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan jasa pelayanan kesehatan dan
dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan diatur dengan Peraturan
Menteri. PMK 19 TAHUN 2014
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 13
(1) Dalam hal pendapatan dan belanja dana kapitasi belum dianggarkan
dalam peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2014,
Pemerintah Daerah melakukan perubahan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2014 dan diberitahukan
kepada DPRD paling lambat 1 (satu) bulan setelah dilakukan perubahan.
(2) Perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun
Anggaran 2014 sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selanjutnya
ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun
Anggaran 2014.
(3) Dalam hal pemerintah daerah tidak melakukan perubahan atas
peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2014, pendapatan dan
belanja dana kapitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditampung
dalam laporan realisasi anggaran Tahun Anggaran 2014.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 61 TAHUN 2017
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS
NONFISIK BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2018
LATAR BELAKANG
Dalam rangka mewujudkan visi misi
Presiden dan Implementasi Nawa
Cita yg kelima
Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yg setinggi-tingginya melalui UKP dan UKM
dengan pendekatan promotif dan preventif
tanpa meninggalkan kuratif dan
rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh,
dan berkesinambungan

Meningkatkan kualitas hidup manusia


KEBIJAKAN OPERASIONAL
1. DAK Nonfisik bukan dana utama dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah;
2. Tahun 2018, target penurunan prevalensi stunting
(28%);
3. Penanggulangan KLB (KLB Diare, Outbreak Respons
Immunization/ORI), dll ;
4. Tidak duplikasi dengan sumber pembiayaan lain;
5. Kegiatan dalam RKA mengacu pada Juknis BOK 2018;
6. Kegiatan prioritas daerah selaras dgn prioritas
nasional bidang kesehatan
7. Sinergi dengan sumber dana lainnya;
8. Ketentuan lanjutan dapat diatur daerah.
KEBIJAKAN KHUSUS
1. Dana BOK Puskesmas diarahkan untuk meningkatkan
kinerja tenaga kesehatan dalam UKM melalui promotif
dan preventif baik di luar gedung dalam rangka PIS-PK;
2. Pemanfaatan BOK Puskesmas untuk mendukung biaya
operasional bagi petugas kesehatan dan kader shg
terbentuk masyarakat ber-PHBS;
3. BOK Kabupaten/Kota dan BOK Puskesmas dapat
digunakan untuk dukungan manajemen satuan kerja
SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan atau
Puskesmas Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan
besaran maksimal 5% dari alokasi yang diterima,mengacu
tugas dan fungsi serta pada ketentuan yang berlaku
dengan mengedepankan pengelolaan keuangan yg
akuntabel, transparan, efisien dan efektif.
TUJUAN UMUM
• Mendukung daerah dalam pelaksanaan
pembangunan bidang kesehatan bersumber
DAK untuk mencapai target prioritas nasional
bidang kesehatan;
• Meningkatkan akses dan mutu yankes utk
upaya promotif dan preventif di wilayah kerja,
yg dilaksanakan terutama melalui pendekatan
keluarga menuju keluarga sehat.
TUJUAN KHUSUS BOK

1. Menyelenggarakan PIS-PK;
2. Menyelenggarakan upaya kesehatan promotif dan preventif
utamanya pelayanan di luar gedung;
3. Menyelenggarakan fungsi manajemen untuk mendukung kinerja;
4. Menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat;
5. Menyelenggarakan kerjasama lintas sektoral dalam mendukung
program kesehatan;
6. Mendukung penurunan prevalensi stunting, outbreak respond dan
kegiatan lainnya yg terkait pencapaian prioritas nasional;
7. Mendukung kelanjutan Program STBM agar terwujud Desa SBS;
Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan
Tahun Anggaran 2018 Terdiri Atas:

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK);


a. BOK Puskesmas;
b. BOK Kabupaten/Kota dan BOK Provinsi untuk
mendukung Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan Balai Kesehatan Masyarakat; dan
c. BOK untuk distribusi obat, vaksin dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP) serta dukungan
pemanfaatan sistem informasi/aplikasi logistik
obat dan BMHP secara elektronik di Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota.
Lanjutan...
2. Jaminan Persalinan (Jampersal):
a.Rujukan persalinan dari rumah ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang
kompeten;
b.Sewa dan operasional rumah tunggu
kelahiran (RTK);
c. Pertolongan persalinan, perawatan
kehamilan dan nifas pada ibu risiko
tinggi, KB pascapersalinan dan
perawatan bayi baru lahir;
d.Dukungan manajemen.
Lanjutan...

c. akreditasi puskesmas :
a. Workshop pendukung implementasi
akreditasi puskesmas;
b. Pendampingan akreditasi puskesmas;
dan
c. Survei akreditasi puskesmas.
Lanjutan...
d. Akreditasi Rumah Sakit :
a. workshop pendukung pemenuhan
standar akreditasi rumah sakit;
b.pembinaan rumah sakit dalam rangka
persiapan akreditasi; dan
c. survei akreditasi rumah sakit.
Lanjutan...
e. Akreditasi Labkesda :
a. workshop pendukung pemenuhan
standar akreditasi Labkesda;
b.pembinaan Labkesda dalam rangka
persiapan Labkesda; dan
c. survei akreditasi Labkesda.
Pemanfaatan Dana BOK
Dana BOK yg diterima setiap jenjang dapat
dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan UKM
meliputi :
a. Transport lokal dalam wilayah desa, kecamatan,
kabupaten/kota bagi petugas kesehatan, lintas
sektor termasuk kader kesehatan;
b. Perjalanan dinas atau transport PNS dan non
PNS;
c. Pembelian barang pakai habis;
d. Belanja bahan/material untuk mendukung
pelayanan promotif dan preventif antara lain
penggandaan media, reagen, rapid tes/tes cepat,
bahan PMT penyuluhan dan pemulihan
berbahan lokal;
e. Belanja cetak dan penggandaan;
f. Belanja makanan dan minuman;
g. Penyelenggaraan rapat-rapat, sosialisasi,
pertemuan koordinasi;
h. Honorarium PNS dan non PNS;
i. Belanja langganan jasa internet;
j. Belanja iuran premi JKN bagi tenaga
Promoter Kesehatan dan STBM;
k. Belanja barang dan jasa lain sesuai
kebutuhan program.
Dana BOK tidak dapat dimanfaatkan untuk:
1. Belanja tidak langsung (gaji, tunjangan, dll)
2. Belanja modal,
3. Pembelian obat dan vaksin,
4. Pemeliharaan gedung dan kendaraan,
5. Biaya transportasi rujukan pasien,
6. Jasa pelayanan atau pemeriksaan (kecuali:
pemeriksaan sampel terkait kesmas spt : kualitas air
minum, makanan, udara, dll)
7. Upaya kesehatan kuratif, rehabilitatif, dan paliatif.
KEGIATAN BOK PUSKESMAS
1. Kegiatan PIS-PK;
2. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial, antara lain :
a. Upaya Kesehatan Ibu;
b. Upaya Kesehatan Neonatus dan Bayi;
c. Upaya Kesehatan Anak Balita dan Pra Sekolah;
d. Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja;
e. Imunisasi;
f. Upaya Kesehatan Usia Reproduksi;
g. Upaya Kesehatan Lanjut Usia;
h. Upaya Kesehatan Lingkungan;
i. Upaya Promosi Kesehatan;
Lanjutan…….
j. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Langsung (antara lain: TB, HIV/AIDS, IMS, Hepatiis, Diare, Tipoid,
ISPA/Pneumonia, Kusta, Frambusia, dll);
k. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
Zoonotik (antara lain: Malaria, DBD, Chikungunya, Japanese
enchepalophaty, Filariasis, Schistosomiasis, kecacingan, Rabies,
Antrax, Flu burung, Leptospirosis, Pes, penyakit zoonosa
Lainnya, dll);
l. Pengendalian Vektor;
m. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
n. Surveilans dan Respon KLB;
Lanjutan…….
3. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan, antara lain:
a. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Masalah Keswa dan
Napza;
b. Pelayanan Kesehatan Kerja;
c. Pelayanan Kesehatan Tradisional;
d. Pelayanan Kesehatan Olahraga;
e. Pelayanan Kesehatan Lainnya termasuk lokal spesifik.
4. Fungsi Manajemen meliputi : Perencanaan, Penggerakan
Pelaksanaan/Mini Lokakarya Puskesmas, dan
Pengawasan/Pelaporan/Penilaian Kinerja Puskesmas
5. Menyelenggarakan Kegiatan Pemicuan STBM.
DANA DESA
• PEMBANGUNAN FISIK DESA
• PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
Kegiatan Prioritas Bidang Pemberdayaan
Masyarakat Desa.
Peningkatan Kualitas dan Akses terhadap Pelayanan Sosial
Dasar
pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat,
antara lain:
a) penyediaan air bersih;
b) pelayanan kesehatan lingkungan;
c) kampanye dan promosi hidup sehat guna mencegah
penyakit seperti penyakit menular, penyakit seksual,
HIV/AIDS, tuberkulosis, hipertensi, diabetes mellitus
dan gangguan jiwa;;
d) bantuan insentif untuk kader kesehatan masyarakat;
e) pemantauan pertumbuhan dan penyediaan makanan
sehat untuk peningkatan gizi bagi balita dan anak
sekolah;
f) kampanye dan promosi hak-hak anak, ketrampilan
pengasuhan anak dan perlindungan Anak
g) pengelolaan balai pengobatan Desa dan persalinan;
h) perawatan kesehatan dan/atau pendampingan untuk
ibu hamil, nifas dan menyusui;
i) pengobatan untuk lansia;
j) keluarga berencana;
k) pengelolaan kegiatan rehabilitasi bagi penyandang
disabilitas;
l) pelatihan kader kesehatan masyarakat;
m) pelatihan hak-hak anak, ketrampilan pengasuhan
anak dan perlindungan Anak;
n) pelatihan pangan yang sehat dan aman;
o) pelatihan kader Desa untuk pangan yang sehat dan
aman; dan
p) kegiatan pengelolaan pelayanan kesehatan
masyarakat Desa lainnya
Peningkatan Kualitas dan Akses terhadap
Pelayanan Sosial Dasar
Pengadaan, pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan
sarana prasarana kesehatan,

a) air bersih berskala Desa;


b) sanitasi lingkungan;
c) jambanisasi;
d) mandi, cuci, kakus (MCK);
e) mobil/kapal motor untuk ambulance Desa;
f) alat bantu penyandang disabilitas;
g) panti rehabilitasi penyandang disabilitas;
h) balai pengobatan;
i) posyandu;
j) poskesdes/polindes;
k) posbindu;
l) reagen rapid tes kid untuk menguji sampel-sampel makanan; dan
m)sarana prasarana kesehatan lainnya
Pengelolaan sarana dan prasarana lingkungan
berdasarkan kemampuan teknis dan
sumber daya lokal yang tersedia.
Pengelolaan lingkungan perumahan Desa,
antara lain:
a) pengelolaan sampah berskala rumah
tangga;
b) pengelolaan sarana pengolahan air
limbah; dan
c) pengelolaan lingkungan pemukiman
lainnya
ASURANSI
KESEHATAN
LAHIRNYA ASURANSI
1. Perjanjian
(Asuransi Sukarela/Komersial)
2. Peraturan Perundang-undangan (Asuransi
Wajib/Sosial)
ASURANSI

RISIKO
TERTANGGUNG PENANGGUNG

Risiko adalah ketidakpastian yang dapat


menyebabkan kerugian
TUJUAN ASURANSI
• Memperalihkan risiko dari tertanggung kepada
penanggung

RISIKO ASURANSI
• Adalah kemungkinan kerugian yang akan
dialami, yang diakibatkan oleh bahaya yang
mungkin akan terjadi, tetapi tidak diketahui
lebih dahulu kapan saat akan terjadi.
PENGGOLONGAN RISIKO
1. RISIKO MURNI (PURE RISK)
Adalah risiko yang menimbulkan kerugian
2. RISIKO SPEKULATIF (SPECULATIVE RISK)
Adalah risiko yang bersifat spekulatif, bisa
menimbulkan keuntungan/kerugian.
CARA MENGATASI RISIKO
1. Menghindari (Avoidance)
2. Mencegah (Prevention)
3. Memperalihkan (Transfer)
4. Menerima (Assumption or Retention)
JENIS ASURANSI

1. Asuransi Kerugian
2. Asuransi Jiwa
PERBEDAAN ASURANSI KERUGIAN
DENGAN JIWA
1. MENGENAI PARA PIHAK
a. Asuransi Kerugian
Ada 2 pihak yaitu pihak penanggung dan tertanggung
b. Asuransi Jiwa
Selain pihak penanggung, pihak tertanggung dapat
memecah diri menjadi:
1) Penutup Asuransi
2) Badan Tertanggung
3) Penikmat
2. MENGENAI YANG DIPERTANGGUNGKAN
a. Asuransi Kerugian
Yang dipertanggungkan adalah benda/barang
b. Asuransi Jiwa
Yang dipertanggungkan adalah jiwa/manusia
3. MENGENAI PRESTASI PENANGGUNG
a. Asuransi Kerugian
Prestasi penanggung adalah mengganti kerugian
yang benar-benar diderita oleh tertanggung.
b. Asuransi Jiwa
Prestasi penanggung adalah membayar sejumlah
uang tertentu yang besarnya telah ditetapkan pada saat
penutupan asuransi.
4. MENGENAI KEPENTINGAN
a. Asuransi Kerugian
Kepentingannya adalah bersifat materiil berupa hak
subyektif.
b. Asuransi Jiwa
Kepentingannya adalah bersifat immateriil.
5. MENGENAI EVENEMEN
a. Asuransi Kerugian
Evenemen adalah terjadinya peristiwa yang menimbulkan
kerugian tertanggung.
b. Asuransi Jiwa
Evenemen adalah meninggalnya badan tertanggung atau
lampaunya waktu tanpa meninggalnya badan tertanggung.
6. AZAS INDEMNITAS
a. Asuransi Kerugian
Berlaku azas indemnitas
b. Asuransi Jiwa
Tidak berlaku azas indemnitas.
PENGGOLONGAN ASURANSI
1. Berdasarkan Obyek
A. Asuransi Jiwa/Manusia
B. Asuransi Benda/Barang
2. Secara Yuridis
A. Asuransi Kerugian
B. Asuransi Jiwa
3. Berdasarkan Kehendak Para Pihak
A. Asuransi Sukarela
B. Asuransi Wajib
4. Berdasarkan Tujuan
A. Asuransi Komersial
B. Asuransi Sosial
UNSUR-UNSUR ASURANSI
1. Adanya tertanggung dan penanggung
2. Adanya peralihan risiko dari tertanggung kepada
penanggung
3. Adanya premi yang harus dibayar tertanggung
kepada penanggung
4. Adanya peristiwa tidak tentu yang
dipertanggungkan
5. Adanya pemberian ganti rugi/santunan dari
penanggung kepada tertanggung didasarkan pada
peristiwa yang tidak tentu
6. Kepentingan
ASAS-ASAS ASURANSI
1. Kepentingan.
2. Itikat Baik (Good Faith).
3. Indemnitas.
4. Subrogasi.
5. Reasuransi.
1. KEPENTINGAN
Dalam setiap perjanjian asuransi diharuskan
adanya suatu kepentingan (Insurable Interest ).

Kepentingan adalah hak subyektif yang


mungkin akan lenyap atau berkurang karena
adanya peristiwa yang tidak pasti
2. GOOD FAITH
• Itikat baik pada dasarnya merupakan suatu
asas pada setiap perjanjian pada umumnya,
sehingga para pihak yang membuat
perjanjian harus dengan kesadarannya sendiri
melaksanakan itikat baik.
YANG WAJIB DIBERITAHUKAN
OLEH TERTANGGUNG
1. Segala fakta yang diketahui oleh tertanggung, atau
dianggap wajib diketahuinya dalam usahanya sehari-
hari;
2. Segala keadaan dan keterangan-keterangan yang
dapat mempengaruhi pertimbangan penanggung
dalam menetapkan premi atau menentukan apakah ia
mau menutup pertanggungan itu atau tidak; dan
3. Hal-hal yang menurut dugaannya akan terjadi atau
keyakinannya atas sesuatu hal yang mungkin
mempengaruhi penanggung dalam melakukan
penutupan
3. INDEMNITAS
• Perjanjian asuransi secara umum dapat
dikatakan mempunyai tujuan utama adalah
untuk memberi ganti rugi (santunan),
sehingga perjanjian asuransi dapat diartikan
sebagai perjanjian ganti rugi (santunan) atau
perjanjian Indemnitas.
TUJUAN INDEMNITAS
Adalah tertanggung dilarang dengan adanya
asuransi ingin memperkaya diri.

Indemnitas hanya berlaku bagi Asuransi


Kerugian, tidak berlaku bagi Asuransi Jiwa
4. SUBROGASI
Penanggung yang membayar kerugian dari suatu
benda yang dipertanggungkan mendapat semua
hak-hak yang ada pada si-tertanggung terhadap
orang-orang ketiga mengenai kerugian itu; dan
tertanggung bertanggung-jawab untuk setiap
perbuatan yang mungkin dapat merugikan hak
dari penanggung terhadap orang-orang ketiga itu.
SYARAT SUBROGASI
1. Tertanggung mempunyai hak terhadap
penanggung dan terhadap pihak ketiga; dan
2. Adanya hak tersebut karena timbul kerugian
sebagai akibat perbuatan pihak ketiga.
TUJUAN SUBROGASI
1. Untuk mencegah tertanggung memperoleh
ganti kerugian melebihi hak yang
sesunggughnya; dan
2. Untuk mencegah pihak ketiga membebaskan
diri dari kewajibannya membayar ganti
kerugian.
SUBROGASI BERLAKU BAGI
ASURANSI KERUGIAN
Karena:
1. Untuk mencegah tertanggung mendapat
ganti rugi dari penanggung dan dari pihak
ketiga mengenai kerugian yang sama; dan
2. Untuk mengatur pembarengan (samenloop)
dari kewajiban-kewajiban mengganti
kerugian pada suatu kerugian yang sama.
5. REASURANSI
• adalah perjanjian timbal balik antara penanggung
pertama dengan penanggung reasuransi, di mana
penanggung reasuransi itu, dengan menerima uang
premi yang telah ditetapkan lebih dulu jumlahnya,
bersedia untuk mengganti rugi kepada penanggung
pertama (tertanggung kedua), bilamana dia menurut
hukum harus memberi ganti kerugian kepada
tertanggung pertama, sebagai akibat dari perjanjian
pertanggungan yang dibuat oleh penanggung
pertama dengan pihak tertanggung pertama
MANFAAT REASURANSI
1. Reasuransi memungkinkan penanggung pertama
menerima pelimpahan risiko yang besar dengan aman
tanpa ancaman dan ketidak seimbangan solvensi;
2. Reasuransi memungkinkan penanggung pertama untuk
tetap menjaga suatu stabilitas usaha tanpa rasa khawatir
terhadap adanya tuntutan klaim yang bersamaan, klaim
besar yang tidak diantisipasikan, yang dapat
membahayakan perusahaan; dan
3. Reasuransi modern, yang gerak operasionalnya
melampaui wilayah negara dapat membagi dampak
ekonomi yang disebabkan oleh terjadinya peristiwa
besar pada beberapa negara atau bencana alam
ASURANSI KESEHATAN
• Adalah suatu sistem pembiayaan kesehatan
yang berjalan berdasarkan konsep risiko.
• Dalam sistem asuransi kesehatan, risiko
sakit secara bersama-sama di tanggung
oleh peserta dengan membayar premi yang
dikelola penanggung (adanya prinsip
gotong-royong).
PRINSIP
ASURANSI KESEHATAN
1. Asuransi Kesehatan merupakan sistem
pembiayaan kesehatan yang berjalan
berdasarkan konsep risiko.
2. Mentransfer risiko dari satu individu ke suatu
kelompok.
3. Membagi bersama jumlah kerugian dengan
proporsi yang adil oleh seluruh anggota
kelompok melalui penanggung.
UNSUR-UNSUR
ASURANSI KESEHATAN
1. Tertanggung (Pasien).
2. Penanggung (Perusahaan Asuransi)
3. Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK).
MACAM-MACAM
ASURANSI KESEHATAN
1. Asuransi Kesehatan Sosial
(Social Health Insurance)
2. Asuransi Kesehatan Komersial
(Private Voluntary Health Insurance)
1. PRINSIP-PRINSIP
ASURANSI KESEHATAN SOSIAL
1. Kepesertaan bersifat wajib.
2. Premi/iuran berdasar prosentasi pendapatan/ gaji.
3. Premi/iuran ditanggung bersama oleh tempat
bekerja/perusahaan dan tenaga kerja.
4. Peserta/tenaga kerja dan keluarganya memperoleh
jaminan pemeliharaan kesehatan.
5. Peserta/tenaga kerja memperoleh kompensasi selama
sakit.
6. Peranan Pemerintah besar.
2. PRINSIP-PRINSIP
ASURANSI KESEHATAN KOMERSIAL
1. Kepesertaan bersifat sukarela.
2. Premi/iuran berdasar angka absolut, sesuai
dengan perjanjian/kontrak.
3. Peserta/tenaga kerja dan keluarganya
memperoleh santunan biaya pelayanan kesehatan
sesuai perjanjian/kontrak (tidak komprehensif).
4. Peranan Pemerintah relatif kecil.
PENYIMPANGAN ASURANSI SOSIAL
TERHADAP ASURANSI KOMERSIAL
1. Kepesertaan dalam asuransi sukarela diubah menjadi bersifat wajib
2. Asuransi sukarela bersumber perjanjian, asuransi sosial bersumber
peraturan perundang-undangan
3. Penutupan perjanjian asuransi komersial bersifat individual,
asuransi sosial bersifat kolektif
4. Asuransi komersial masalah risiko dan evenement merupakan hak
tertanggung untuk memilihnya, asuransi sosial masalah risiko dan
evenement ditentukan peraturan perundang-undangan
5. Asuransi komersial diadakan perimbangan antara premi dengan
gantirugi/santunan berdasarkan keadilan individu, asuransi sosial
berdasarkan sistem progresif
6. Ditutupnya asuransi komersial berdasarkan seleksi risiko yang
dihadapi, asuransi sosial risiko berdasarkan peraturan perundang-
undangan
PROGRAM
ASURANSI KESEHATAN
A. Asuransi Kesehatan Ganti Rugi Tradisional
1. Penanggung memberikan penggantian
(reimbursement) secara tunai terhadap biaya
yang dikeluarkan oleh peserta untuk perawatannya;
2. PPK (health care providers) hanya memberikan
pelayanan kuratif;
3. Biaya kepada PPK dilakukan langsung dari peserta
setelah PPK memberikan pelayanan;
4. Peserta bebas memilih PPK
B. Asuransi Kesehatan Terkendali
1. Memberikan jasa pelayanan kesehatan (services benefits), dan
bukan kemanfaatan tunai (non-cash benefits);
2. Pelayanan kesehatan komprehensif berupa kuratif, promotif,
preventif dan rehabilitatif ;
3. Imbalan kepada PPK berupa iuran per-Kapita yang dibayarkan
didepan; dan
4. Peserta memilih PPK yang telah dikontrak oleh Penanggung
(member health providers).
Dengan demikian peserta memperoleh pelayanan kesehatan yang
komprehensif. Tetapi terbatas pilihannya atas PPK dalam
memperoleh pelayanan
PENDUKUNG ASURANSI SOSIAL
1. Dengan mewajibkan anggota masyarakat untuk
mengikuti asuransi, maka asuransi sosial
memungkinkan pengucuran uang bagi pemeliharaan
kesehatan
2. Asuransi sosial memastikan adanya sumber
pendapatan yang stabil bagi sektor kesehatan
3. Asuransi sosial (terutama sistem “asuransi kesehatan
nasional”) tidak mengurangi dana yang tersedia bagi
Departemen Kesehatan
4. Asuransi sosial meningkatkan kesehatan para pekerja
yang amat vital bagi pertumbuhan negara
5. Apabila memiliki fasilitas-fasilitas sendiri, maka
asuransi sosial menggunakan dana dengan lebih
efisien daripada sektor swasta
PENDUKUNG ASURANSI SWASTA
• Asuransi berlangsung dalam mekanisme pasar
kompetitif, maka semua perusahaan akan
berupaya meningkatkan efisiensi dengan
menekan biaya serendah mungkin. Pada
gilirannya, perusahaan dapat memperoleh
keuntungan wajar, dan peserta/tertanggung
membayar premi rendah
PERAN NEGARA
1. Government
Negara merupakan instansi terpenting yang mengatur segala
sesuatu dalam kehidupan bersama
2. Governance
Negara hanya berperan sebagai agen regulator dan agen
administratif
3. Negara Kesejahteraan
Memberikan kekuasaan atau peran yang lebih besar kepada
negara, berarti pula menghambat pertumbuhan masyarakat
madani. Sebaliknya apabila pilihan jatuh pada masyarakat
madani, berarti peran negara harus semakin diminimalisir
4. Sistem Campuran
Mencampurkan elemen-elemen konsep ekonomi pasar bebas dan
negara kesejahteraan
SISTEM JAMINAN SOSIAL
• Menurut Pasal 34 (2) UUD’1945.
Negara mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan
tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan.
PROGRAM JAMINAN SOSIAL
• Program Jangka Pendek.
Adalah program jaminan sosial jangka pendek yang
langsung dapat dinikmati pesertanya (mis: program jaminan
kesehatan).
Program jangka pendek memerlukan tersedianya dana setiap
saat, karena kejadian sakit bisa terjadi setiap saat.
• Program Jangka Panjang.
Adalah program jaminan sosial jangka panjang yang baru
bisa dinikmati (mis: program jaminan pensiun/hari tua).
Program jangka panjang terbuka peluang akumulasi dana
yang sangat besar, karena dana tersebut tidak setiap saat
digunakan.
CIRI PROGRAM
JAMINAN SOSIAL
1. Tumbuh dan berkembang sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi sebuah negara.
2. Ada peran peserta untuk ikut membiayai program
jaminan sosial, melalui mekanisme asuransi, baik
sosial/komersial.
3. Kepesertaan bersifat wajib, sehingga hukum the law
of large numbers cepat terpenuhi.
4. Peran negara besar, baik dalam regulasi, kebijakan
maupun penyelenggaraan program jaminan sosial.
5. Bersifat not for profit, seluruh nilai tambah hasil
investasi harus dikembalikan untuk peningkatan
jaminan program jaminan sosial.
6. Penyelenggara program jaminan sosial harus dapat
diselenggarakan dengan penuh kehati-hatian,
transparan, akuntabel, mengingat terkait kebutuhan
masyarakat yang jumlahnya besar dan sifat jaminan
sosial yang harus berkelanjutan (sustainable).
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
(UU NO. 40/2004)
• Pasal 1 (1) UU No. 40/2004
Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial
untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak

• Pasal 1 (2) UU No. 40/2004


Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa
badan penyelenggara jaminan sosial
KARAKTERISTIK PROGRAM
JAMINAN SOSIAL
1. Program Jaminan Sosial biasanya ditentukan oleh pihak pemerintah
2. Program Jaminan Sosial memberikan kepada perorangan berupa
pembayaran tunai atau dalam bentuk pelayanan, sebagai ganti rugi
akibat suatu risiko
3. Ditinjau dari jangka waktu
a. Long Term Risk
Program-program yang termasuk mengelola suatu risiko
jangka waktu panjang
b. Short Term Risk
Program-program jaminan yang dapat dikategorikan mengelola
risiko jangka waktu pendek
4. Ditinjau dari pendekatan pelaksanaan program jaminan
sosial, terdiri dari:
a. Pelayanan Umum
Untuk memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat
umum dengan biaya yang relatif rendah (Puskesmas)
b. Bantuan Sosial
Biasanya bersifat sesaat dan jangka pendek serta tidak
ada iuran atau kontribusi dari peserta (Bencana Alam)
ASURANSI SOSIAL
• Pasal 1 (3) UU No. 40/2004
Asuransi Sosial adalah suatu mekanisme
pengumpulan dana yang bersifat wajib yang
berasal dari iuran guna memberikan perlindungan
atas risiko sosial ekonomi yang menimpa peserta
dan/atau anggota keluarganya
• Asuransi Sosial adalah asuransi yang pada
dasarnya memberikan perlindungan kepada
masyarakat luas, terhadap semua kemungkinan
kerugian yang diderita di luar kemampuan
orang-orang pribadi, sehingga asuransi sosial
menyangkut kepentingan masyarakat, yang
ditanggung oleh penanggung berupa risiko
kolektif dari masyarakat atau sebagian anggota
masyarakat tertentu.
PERBEDAAN ASURANSI SOSIAL & KOMERSIAL

Sosial Kepesertaan Komersial


Wajib bagi Kepesertaan
seluruh (100%) Sukarela
penduduk

Non Profit Profit

Manfaat sesuai
Manfaat
dgn premi yg
Komprehensif
dibayarkan
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DAN
JAMINAN SOSIAL KESEHATAN
JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
Sistem Jaminan Sosial Nasional
Hak konstitusional setiap orang + Wujud tanggung jawab negara

• Standar minimal Jaminan Sosial (Tunjangan kesehatan, tunjangan


Konvensi ILO 102 sakit, tunjangan pengangguran, tunjangan hari tua, tunjangan
kecelakaan kerja, tunjangan keluarga, tunjangan persalinan,
tahun 1952 tunjangan kecacatan, tunjangan ahli waris

Pasal 28 H ayat 3 • “Setiap orang berhak atas Jaminan Sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
UUD 45 bermanfaat".

Pasal 34 ayat 2 • "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh


rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
UUD 45 mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan".

Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur


DASAR HUKUM
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANO. 101 TAHUN 2012
TENTANG PENERIMA BANTUAN IURAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 12 TAHUN 2013, TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013


TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2013, TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NO. 86 TAHUN 2013


TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEMBERI
KERJA SELAIN PENYELENGGARA NEGARA DAN SETIAP ORANG, SELAIN
PEMBERI KERJA, PEKERJA, DAN PENERIMA BANTUAN IURAN DALAM
PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL
Sistem Jaminan Sosial Nasional
3 Azas 5 Program 9 Prinsip
Jaminan Kegotong-royongan
Kemanusiaan
Kesehatan Nirlaba
Manfaat Keterbukaan
Jaminan Kehati-hatian
Keadilan sosial Kecelakaan Kerja Akuntabilitas
bagi seluruh
Jaminan Hari Tua Portabilitas
rakyat Kepesertaan wajib
Indonesia Jaminan Pensiun
Dana amanat
Jaminan Hasil pengelolaan dana
Kematian digunakan seluruhnya
untuk pengembangan
program dan sebesar-
besarnya untuk
kepentingan peserta
TUGAS BPJS
• Melakukan pendaftaran/penerimaan peserta
• Memungut dan mengumpulkan iuran dari Peserta dan
Pemberi Kerja
• Menerima bantuan iuran dari Pemerintah
• Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta
• Mengumpulkan dan mengelola data peserta Program
Jaminan Sosial
• Membayarkan manfaat/membiayai pelkes sesuai ketentuan
Program Jaminan Sosial
• Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan
Program Jaminan Sosial kepada Peserta dan masyarakat
WEWENANG BPJS
• Menagih pembayaran iuran
• Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi Jangka
Panjang/Pendek
• Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan Peserta
dan Pemberi Kerja dlm memenuhi kewajibannya
• Membuat kesepakatan dgn faskes mengenai pembayaran mengacu
pada standar tarif
• Membuat/menghentikan kontrak dgn faskes
• Mengenakan sanksi administratif thd Pekerja dan Pemberi Kerja
• Melaporkan Pemberi Kerja kpd instansi berwenang mengenai
ketidakpatuhan terkait iuran dan kewajiban lainnya
• Melakukan kerja sama dgn pihak lain dlm rangka penyelenggaraan
program Jaminan Sosial
Iuran

• Dibayar oleh pemerintah


PBI

Pekerja • Dibayar oleh Pemberi Kerja


Penerima Upah dan Pekerja

Pekerja Bukan • Dibayar oleh peserta yang


Penerima Upah bersangkutan
• Dibayar oleh peserta yang
Bukan Pekerja bersangkutan
Manfaat Jaminan Kesehatan
Bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan obat, bahan medis
habis pakai sesuai dengan indikiasi medis yang diperlukan

1. Manfaat Medis yang tidak terikat dengan besaran iuran yang


dibayarkan
2. Manfaat non medis yang ditentukan berdasarkan skala besaran
iuran yang dibayarkan, termasuk didalamnya manfaat akomodasi

Ambulans diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan


dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan
Pelayanan Kesehatan Yang Dijamin
Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama (RJTP dan RITP)

Pelayanan Kesehatan Rujukan


Tingkat Lanjutan (RJTL dan RITL)

Pelayanan Kesehatan Lain yang


ditetapkan oleh Menteri
Pelayanan Kesehatan Yang Dijamin

• 1. Administrasi pelayanan;
• 2. Pelayanan promotif dan preventif;
• 3. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi
Pelayanan medis;
kesehatan tingkat • 4. Tindakan medis non spesialistik, baik
pertama, meliputi operatif maupun non operatif;
• 5. Pelayanan obat dan bahan medis habis
pelayanan pakai;
kesehatan non • 6. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan
spesialistik yang medis;
mencakup: • 7. Pemeriksaan penunjang diagnostik
laboratorium tingkat pratama; dan
• 8. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan
indikasi
Pelayanan Kesehatan Yang Dijamin
Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan kesehatan yang
mencakup:

2. Rawat Inap yang Meliputi:


a) Perawatan inap non intensif; dan
1. Rawat Jalan yang Meliputi: b) Perawatan inap di ruang intensif.
a) Administrasi pelayanan;
b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis;
c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan
indikasi medis;
d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
e) Pelayanan alat kesehatan implan;
f) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai
dengan indikasi medis;
g) Rehabilitasi medis;
h) Pelayanan darah;
i) Pelayanan kedokteran forensik; dan
j) Pelayanan jenazah di Fasilitas Kesehatan.
Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
• memenuhi persyaratan
Fasilitas (credentialing)
Kesehatan • wajib bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan
milik
Pemerintah
• memenuhi persyaratan
(credentialing)
Fasilitas • dapat menjalin kerjasama
Kesehatan dengan BPJS Kesehatan
milik swasta
KOMPARASI ASKES DAN
BPJS KESEHATAN
Askes BPJS Kesehatan
• Peserta : • Peserta :
• PNS, Pensiunan PNS, Pensiunan TNI/POLRI, • Seluruh Penduduk Indonesia
Pejabat Negara, PK, Veteran • 5 org / keluarga
• 4 org / keluarga • Dapat menambah anggota keluarga lain 
tambahan iuran
• Manfaat Pelayanan :
• Komprehensif • Manfaat Pelayanan :
• Obat  DPHO (Askes) • Komprehensif + Katastropik (talasemia,
hemodialisa, operasi jantung unlimited)
• Obat  E-Catalog (Kemkes)
• Ambulans
• Pelayanan Jenazah
• Kompensasi untuk daerah yang tidak ada
faskes
• PHK s/d 6 bln mendapat manfaat jaminan
tanpa bayar iuran
Askes BPJS Kesehatan
• Faskes : • Faskes :
• Tingkat Pertama : • Tingkat Pertama :
• PKM • PKM
• Klinik • Klinik  + Klinik “JPK Jamsostek”, Klinik
• Dokkel “TNI/POLRI” dan Lainnya (baru)
• Tingkat Lanjutan : • Dokkel  + Dokkel “JPK Jamsostek” dan Lainnya
• RS Pemerintah (Baru)
• RS Swasta • Tingkat Lanjutan :
• RS TNI/POLRI • RS Pemerintah
• RS Swasta  yang bersedia PKS
• Pola Tarif ; Kapitasi, Paket, Fee For Services • RS TNI/POLRI  + Seluruh RS “TNI/POLRI” dan
Lainnya (Baru)
• Iuran ; 2% (Pemberi Kerja), 2% (Pekerja)
• Pola Tarif : Kapitasi, INA-CBGs

• Iuran (draft RPerpres) ; 3% (Pemberi Kerja), 2%


(Pekerja) -> untuk Pekerja Pemerintah
• 4% (Pemberi kerja), 0.5% (Pekerja) -> sd 30 Juni 2015
JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN
1. JAMINAN KECELAKAAN KERJA
(JKK)

Ruang lingkup kecelakaan kerja :


 Selama bekerja di tempat kerja,
 Perjalanan dari rumah menuju tempat kerja dan kembali
lagi ke rumah melalui jalan yang wajar
 Semua kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan
atau tugas dari kantor seperti : rekreasi bersama dari kantor,
menghadiri rapat diluar kantor, dll

RUANG LINGKUP

KANTOR
RUMAH TINGGAL

TEMPAT LAIN
MANFAAT JAMINAN KECELAKAAN KERJA

CACAT TETAP TOTAL

1.SANTUNAN SEKALIGUS
70% X 80 BLN UPAH
BEKERJA 2.SANTUNAN BERKALA
KEMBALI Rp. 200.000,-/BLN
SELAMA 24 BLN
SEMENTARA
TIDAK MAMPU CACAT
CACAT TETAP SEBAGIAN
BEKERJA
1.BIAYA PENGOBATAN SANTUNAN SEKALIGUS
Rp. 20.000.000 % TABEL CACAT X 80
2.SANTUNAN STMB BLN UPAH
- 4 BLN PERTAMA 100 % UPAH
- 4 BLN KEDUA 75% UPAH
KECELAKAAN CACAT FUNGSI
PENGANGKUTAN - SETERUSNYA 50% UPAH
KERJA
% KURANG FUNGSI X %
DARAT Rp 750.000 TABEL CACAT X 80 BLN UPAH
LAUT Rp 1.000.000 MENINGGAL
UDARA Rp 2.000.000 DUNIA BIAYA
REHABILITASI
1. SANTUNAN SEKALIGUS
60% X 80 BLN UPAH -REHABILITASI MEDIK
2. SANTUNAN BERKALA Max. Rp. 2.000.000
Rp. 200.000,- /BLN SELAMA 24 BLN
-PROTHESE ANGGOTA
3. BIAYA PEMAKAMAN Rp. 2.000.000
BADAN TIRUAN
-ORTHOSE ALAT BANTU
(KURK,KURSI RODA)
2. JAMINAN HARI TUA (JHT)

PROGRAM JAMINAN HARI TUA DITUJUKAN SEBAGAI PENGGANTI


TERPUTUSNYA PENGHASILAN TENAGA KERJA KARENA MENINGGAL,
CACAT, ATAU HARI TUA DAN DISELENGGARAKAN DENGAN SISTEM
TABUNGAN HARI TUA. PROGRAM JAMINAN HARI TUA MEMBERIKAN
KEPASTIAN PENERIMAAN PENGHASILAN YANG DIBAYARKAN PADA
SAAT TENAGA KERJA MENCAPAI USIA 55 TAHUN ATAU TELAH
MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU.

PENGEMBALIAN JAMINAN HARI TUA


DARI BPJS KETENAGAKERJAAN, YANG TERDIRI DARI
AKUMULASI IURAN (5,7% KALI UPAH) BERIKUT
HASIL PENGEMBANGANNYA

136
3. JAMINAN KEMATIAN (JK)

JAMINAN KEMATIAN DIPERUNTUKKAN BAGI AHLI


WARIS TENAGA KERJA YANG MENJADI PESERTA
JAMSOSTEK YANG MENINGGAL BUKAN KARENA
KECELAKAAN KERJA

SANTUNAN KEMATIAN Rp 14,2 JUTA

BIAYA PEMAKAMAN Rp 2 JUTA


SANTUNAN BERKALA @ Rp 200.000/bln
SELAMA 24 BLN (SEKALIGUS-Rp.4,8 JUTA)

You might also like