You are on page 1of 48

PSORIASIS VULGARIS

Oleh: Septika Purnastuti Hapsari

Pembimbing: dr. Andri Catur Jatmiko Sp.KK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
Pendahuluan

Psoriasis  kronik residif (fenomen tetesan lilin, Auspitz dan Kobner)

Eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal berlapis-lapis


(putih mengkilap serta transparan)

Prevalensi  1% hingga mencapai 3% dari populasi.

Penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tidak menular, menyebabkan


gangg kosmetik, gangguan psikologis, sosial, dan finansial

KIE sangat diperluan agar pasien mengerti akan keadaan dirinya dan
agar kekambuhan tidak terjadi.
Identitas pasien
 Nama : Ny. Jumaiyah
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 55 tahun
 Alamat : Diwek, Jombang
 Agama : Islam
 Status Perkawinan : menikah
 Pendidikan Terakhir : SD
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Suku Bangsa : Jawa
 Tanggal Pemeriksaan : 25 Januari 2015
 No RM : 25-70-71
Ax dengan KU: Bercak kemerahan
 Bercak kemerahan tersebut muncul kira-kira ± 1 tahun
yang lalu, dan diatasnya didapatkan sisik yang
berwarna putih Pada mulanya muncul bercak
kemerahan yang pertama kali di kedua siku, kemudian
menyebar ke bagian tubuh yang lain. Bercak tersebut
dirasakan sedikit gatal dan tidak nyeri. Bercak tersebut
timbul terus-menerus dan semakin banyak, terutama
setelah pasien memiliki kebiasaan mencuci baju dengan
tangan. Bila di gosok, bercak tersebut timbul bintik-
bintik seperti berdarah. Keluhan tersebut membuat
pasien dan keluarga pasien malu akan penyakitnya
dan keluarga pasien menyuruh pasien untuk berobat.
RPD RPK&RPsos

• Alergi (-) • Riw keluarga -


• Tidak pernah • Alergi -
seperti ini
• Rx pengobatan:
Pil bewarna putih
dan hijau, salep
(lupa nama
obatnya)
Pemeriksaan fisik
Status Dermatologisnya :
• Pada regio antebrachii, elbow, dorso manus, patela,
Lokasi maleolus medial, maleolus lateralis, dorso pedis
dextra sinistra.

Distribusi • hampir keseluruh tubuh yang rawan terkena trauma.

• Terdapat makula eritematous berbatas tegas


Ruam dengan bentuk yang tidak teratur, dengan skuama
putih tebal dan transparan yang lepas pada bagian
tepi dan lekat bagian tengah diatasnya.
Status generalis
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Composmentis
 Hygiene : Cukup
 Gizi : Cukup
 Nadi :-
 RR :-
 TD :-
a/i/c/d : -/-/-/- edema periorbita +
Pembesaran KGB -/-

Dbn

Dbn

Extremitas : sesuai status dermatologis


CRT < 2 detik
Pemeriksaan Lesi

• Karsvlek phenomena
(phenomena bercak
lilin) (+)
• Austpitz sign (+)
• Koebner phenomena (+)
Diagnosis
 Psoriasis vulgaris

 Pemeriksaan Penunjang
- Histopatologi (tidak dilakukan)

 Diagnosis banding
- Dermatofikosis superficialis
- Ptyriasis rosea
- Lues II
- Dermatitis seboroik
- M.H tipe T makuler
Penatalaksanaan
 Pengobatan topical
Steroid : Inerson (Desoximetasone) cream (dioleskan
didaerah yang sakit, pagi dan malam hari.)
 Pengobatan sistemik
- Loratadine (AllorisR) diberikan 1 kali sehari sebagai
antihistamin
- Methylprednisolone 8 mg, 2 kali sehari.
 Suportif:Harus hindari faktor pencetus seperti stres
emosional, trauma, infeksi dapat berupa tosilitis, caries,
investasi parasit harus diberantas.
Follow up
 Kontrol 1 minggu lagi untuk mengevaluasi hasil
pengobatan dan kemajuan penyakit ( keluhan
subyektif dan tanda obyektif).
 Prognosis
Ad vitam : baik
Ad sanam : buruk
Ad fungsionam : baik
Ad Kosmetikum : dubia ad bonam
Pembahasan
 Psoriasis  penyakit autoimun, bersifat kronis
residif, ditandai  plak eritema berbatas tegas
dengan skuama kasar, berlapis-lapis, dan
transparan
 fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner
Auspitz sign
Faktor pencetus
 Infeksi

 Obat-obatan

 Trauma fisik
 Stress

 Cuaca

 Lain-lain ( hormon, merokok, konsumsi alkohol yang


berat).
Etiopatogenesis (genetik, Imunologi)

Kulit yang sehat, mengandung sel langerhans, sel


dendritik imatur yang tersebar, dan sel T memori
yang homing di kulit.

Kulit yang normal pada psoriasis, terjadi dilatasi


kapiler dan muncul lekukan, terjadi peningkatan
ringan jumlah dari sel T dan juga sel mast (M),
kadang terjadi penebalan epidermis. Pada plak
psoriasis kronis perubahan ini tergantung jarak
dari lesi yang sudah terbentuk.
Area transisi dari lesi ditandai oleh dilatasi kapiler yang
meningkat progresif, jumlah dari sel mast, makrofag (MP) dan
sel T serta sel mast yang terdegranulasi (diberi tanda panah).
Pada epidermis peningkatan dari ketebalan rete pegs yang
prominen, penebalan celah extra sel, diskeratosis, hilangnya
lapisan granuler di beberapa tempat, dan parakeratosis. Sel
Langerhans (L) mulai keluar ke epidermis, sel dendritik inflamasi
epidermal (I) dan sel T CD8+ (8) mulai masuk ke epidermis.

Lesi telah penuh. Dicirikan dengan adanya dilatasi kapiler


maksimal dan peningkatan aliran darah sepuluh kali. Jumlah
makrofag yang terdapat di membrane basal dan sel T dermal
(terutama sel T CD4+) yang kontak dengan dendrite matur (D).
Pada epidermis lesi yang matur ditandai dengan peningkatan
hiperproliferasi keratinosit hingga ke lapisan suprabasal,
parakeratosis, peningkatan jumlah sel T CD8+ dan akumulasi
neutrofil di stratum korneum (munro’s microabses)
Gambaran klinis
 Bercak-bercak eritema yang meninggi (plak)
 skuama di atasnya berlapis-lapis, kasar dan
berwarna putih seperti mika (mica-like scale),
serta transparan.
 Stadium penyembuhannya sering eritema yang di
tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir
 Besar kelainan bervariasi dari milier, lentikular,
numular, sampai plakat, dan berkonfluensi, dengan
gambaran yang beraneka ragam, dapat arsinar,
sirsinar, polisiklis atau geografis.
Tempat predileksi (daerah trauma)
 Ekstremitas bagian ekstensor siku, lutut,
lumbosakral
 Daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila),
 Skalp
 Perbatasan skalp dengan muka
 Telapak kaki dan tangan
 Tungkai atas dan bawah
 Umbilikus
 Kuku
Predileksi
Bentukan klinis psoriasis
 Psoriasis Vulgaris
 Psoriasis Gutata
 Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)
 Psoriasis eksudativa
 Psoriasis seboroik (seboriasis)
 Psoriasis Pustulosa
 Artritis psoriatik
 Psoriasis Eritroderma
Psoriasis vulgaris
Psoriasis gutata
 Diameter kelainan
biasanya <1 cm.
 Timbulnya mendadak
dan diseminata
 Post infeksi
Streptococcus di saluran
napas bagian atas atau
sehabis influenza atau
morbili, stres, luka pada
kulit, penggunaan obat
tertentu (antimalaria
dan beta bloker).
Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)
 Psoriasis tersebut
mempunyai tempat
predileksi pada
darerah fleksor
Psoriasis eksudativa
 Bentuk tersebut sangat
jarang, kelainannya
eksudativa seperti
dermatitis akut.
Psoriasis seboroik (seboriasis)
 Gambaran klinis
merupakan gabungan
antara psoriasis dan
dermatitis seboroik
 skuama yang biasanya
kering menjadi agak
berminyak dan agak
lunak
 Lesi juga terdapat
pada tempat seboroik.
Psoriasis Pustulosa
 Terdapat dua bentuk psoriasis
pustulosa, bentuk lokalisata
(psoriasis pustulosa palm-
plantar (Barber) dan
generalisata (psoriasis
pustulosa generalisata akut
(von Zumbusch) .
 Pustula timbul pada lesi
psoriasis dan juga kulit di luar
lesi, disertai gejala sistemik
berupa panas / rasa
terbakar.
 Dapat terjadi komplikasi
pneumonia, hepatitis, dan
kegagalan jantung, sehingga
berakibat fatal.
Artritis psoriatik
 Poliartritis dan
menyerang sendi-sendi
kecil, terutama
interfalang distal.
Psoriasis Eritroderma
 Psoriasis Eritroderma dapat
disebabkan oleh pengobatan
topikal terlalu kuat atau oleh
penyakitnya sendiri yang
meluas, dapat juga
ditimbulkan oleh infeksi,
hipokalsemia, obat
antimalaria, tar dan
penghentian kortikosterid,
baik topikal maupun sistemik.
 Lesi yang khas untuk psoriasis
tidak tampak lagi karena
terdapat eritema dan skuama
tebal universal.
Histopatologi

 abses Munro (parakeratosis dan akantosis)


Diagnosis banding

Pitiriasis
rosea

Dermatofit eritroderm
osis a

eritroskuamosa

dermatitis Sifilis
seboroik Psoriasifor
mis
Dermatofitosis
 Pada stadium penyembuhan
psoriasis telah dijelaskan
bahwa eritema dapat terjadi
hanya di pinggir, hingga
menyerupai dermatofitosis.
 Perbedaannya adalah
skuama umumnya pada
perifer lesi dengan gambaran
khas adanya central healing,
 keluhan pada dermatofitosis
gatal sekali dan pada
sediaan langsung ditemukan
jamur.
Sifilis Psoriasiformis
 Sifilis pada stadium II dapat
menyerupai psoriasis dan
disebut sifilis psoriasiformis.
 Perbedaannya adalah
skuama berwarna coklat
tembaga dan sering disertai
demam pada malam hari
(dolores nocturnal), STS positif
(tes serologik untuk sifilis),
terdapat senggama
tersangka (coitus suspectus),
dan pembesaran kelenjar
getah bening menyeluruh
serta alopesia areata.
Dermatitis seboroik
 Predileksi Dermatitis Seboroik
pada alis, lipatan nasolabial,
telinga sternum dan fleksura.
Sedangkan Psoriasis pada
permukaan ekstensor terutama
lutut dan siku serta kepala.
 Skuama pada psoriasis kering,
putih, mengkilap, sedangkan
pada Dermatitis Seboroik
skuama berminyak, tidak
bercahaya.
 Psoriasis tidak lazim pada wajah
dan jika skuama diangkat
tampak basah bintik perdarahan
dari kapiler (Auspitz sign),
dimana tanda ini tidak
ditemukan pada dermatitis
seboroik
Ptiriasis rosea
 Pada pitiriasis Rosea,
lokasi erupsi pada
lengan atas, badan
dan paha, bentuk
oval, distribusi
memanjang mengikuti
garis tubuh (pohon
cemara), skuama
sedikit tidak berlapis-
lapis dan didahului
oleh herald patch.
Tatalaksana
 Topikal antara lain:
 Anthralin  antiinflamasi dan menghambat proliferasi
keratinosit. (Psoriasis bentuk plakat yang kronis atau
psoriasis gutata)
 vitamin D3 (Calcipotriol)  antiinflamasi dan
menghambat proliferasi keratinosit dengan
menghambat pembentukan IL-6. (Psoriasis bentuk
plakat, dan dapat menimbulkan iritasi lokal)
 Preparat tar  Menghambat proliferasi keratinosit.
 kortikosteroid topikal  efek anti inflamasi dan anti
mitosis.
 Pengobatan sistemik antara lain:
 Kortikosteroid  efek anti inflamasi dan anti mitosis.
 Methotrexate  efek menghambat sintesis DNA dan bersifat anti
inflamasi dengan menekan kemotaktik terhadap sel netrofil
 Siklosporin  obat imunosupresif dg efek menghambat aktivasi
dan proliferasi sel Tserta menghambat pertumbuhan sel
keratinosit
 Retinoid  efek menghentikan diferensiasi dan proliferasi
keratinosit dan bersifat anti inflamasi, dengan menghambat
fungsi netrofil
 DDS (diaminodifenilsulfon)  sebagai pengobatan Psoriasis
Pustulosa tipe Barber
 Fototerapi  efek menghambat mitosis, sehingga dapat
digunakan untuk pengobatan psoriasis
Edukasi
 Hindari trauma
 menghindari stres.
 hindari faktor pencetus
 stresemosional
 fokal infeksi dapat berupa tosilitis, caries, investasi
parasit harus diberantas
Kesimpulan
 Telah dilaporkan kasus psoriasis vulgaris yang diderita
wanita 55 tahun, pada regio antebrachii, elbow, dorso
manus, patela, maleolus medial, maleolus lateralis,
dorso pedis dextra sinistra.
 Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis berupa
bercak merah pada kedua tungkai kaki dan tangan
sejak +1 tahun ini
 pemeriksaan fisik didapatakan kulit kemerahan
(makula eritematous) berbatas tegas dengan bentuk
tidak teratur, dengan skuama putih tebal diatasnya.
 pasien diberikan obat topikal steroid (inerson
cream) hal ini sesuai dengan teori bahwa
kortikosteroid topical memberikan hasil yang baik
 Pengobatan sistemik diberikan metilprednisolon
16mg dan pemberian loratadine (AllorisR)
digunakan sebagai antihistamin karena pasien
mengeluhkan gatal.
Terima kasih 

You might also like