Professional Documents
Culture Documents
Endotesium
Endotesium merupakan lapisan yang terletak di sebelah dalam epidermis. Pada
kepala sari yang masak endotesium mengadakan penebalan ke arah radial,
tangensial sebelah dalam atau antiklinal. Penebalan sel tersebut tidak teratur
dan menunjukkan struktur berserabut. Adanya struktur berserabut menyebabkan
endotesium mempunyai fungsi untuk membantu membukanya antera. Dengan
adanya struktur yang berserabut pada dindingnya maka endotesium sering
disebut lamina fibrosa.
Lapisan tengah
Lapisan tengah merupakan lapisan yang terletak disebelah dalam endotesium,
terdiri dan 2-3 lapis sel atau lebth, tergantung jenis tumbuhannya. Dengan
berkembangnya antera sel-selnya menjadi tertekan dan memipih, karena
terdesak oleh endotesium, sehingga sering pula disebut lapisan tertekan.
Keadaan ini terjadi pada waktu sel induk spora (sporosit) mengalami pembelahan
meiosis. Pada tumbuhan
tertentu tidak dijumpai adanya lapisan tertekan.
Tapetum
Tapetum merupakan dinding terdalam dari antera dan berkembang mencapai
maksimum pada saat terbentuknya serbuk sari tetrad. Lapisan tapetum berfungsi
memberikan seluruh isi selnya selama perkembangan mikrospora. Tapetum
umumnya merupakan derivat lapisan parietal primer. Namun pada suatu spesies,
misalnya pada Alectra thomsoni, sel-sel tapetum mempunyai 2 tipe berdasarkan
atas sel penyusunnya,yaitu:
1. Sel tapetum berukuran besar, merupakan derivat dan
sel-sel konektivum;
2. Sel tapetum lebih kecil dibanding tipe pertama,
merupakan derivat dan lapisan parietal primer.
Mikrosporogenesis
Setiap jaringan sporogen kadang-kadang langsung berfungsi sebagai sel induk
mikrospora, atau mungkin mengalami beberapa kali pembelahan mitosis,
sehingga jumlah selnya bertambah banyak sebelum mengalami meiosis.
Sel induk mikrospora (disebut pula sporosit) mengalami pembelahan meiosis,
menghasilkan mikrospora yang bersifat haploid.
Sitokinesis
Pembentukan dinding setelah pembelahan meiosis sel induk mikrospora dapat
terjadi secara susesif atau secara simultan.
- Secara susesif
Setelah pembelahan meiosis, terbentuk dinding yang memisahkan dua inti,
sehingga terbentuk stadium 2 sel (diad). Pembentukan dinding secara sentrifugal
(dari bagian tengah ke tepi). Pada stadium meiosis II, dinding pemisah dibentuk
dengan cara yang sama, sehingga terbentuk serbuk sari tetrad yang bertipe
isobilateral. Misalnya pada Zea mays.
- Secara simultan
Pada pembelahan meiosis I tidak diikuti pembentukan dinding, sehingga terdapat
stadium 2 inti (binuldeat). Selanjutnya 2 inti tersebut mengadakan pembelahan,
terbentuk serbuk sari tetrad yang bertipe tetrahidris. Contoh: Dryinis winteri
Megasporogenesis
Pada ontogeni ovulum, nuselus terbentuk lebih dulu, merupakan masa sel yang
diselubungi oleh epidermis, berasal dari proliferasi sel-sel plasenta. Suatu sel
hipodermal pada nuselus mempunyai ukuran yang besar, sitoplasma padat dan
ini besar berfungsi sebagai sel arkesporium. Sel ini membelah secara perildinal
atau langsung berfungsi sebagai sel induk megaspora. Bila membelah secara
periklinal, sel arkesporial tersebut ke arah dalam menghasilkan sel sporogen
primer dan ke arah luar menghasilkan sel parietal primer. Sel sporogen
berfungsi langsung sebagai sel induk megaspora.
Perkembangan gametofit betina (Megagametogenesis)
Gametofit betina (kantong embrio) yang
dewasa terdiri atas 7 sel, yaitu sel sentral yang
besar dengan 2 inti kutub, dibagian mikrofil 2
sel sinergid dan 1 sel telur serta di bagian
khalaza 3 sel antipoda. Perkembangan kantong
embrio dimulai dengan memanjangnya inti
megaspora yang berfungsi. Tergantung jumlah
inti megaspora yang berperan dalam
pembentukannya, gametofit betina (kantong
embrio) mungkin bertipe monosporik, bisporik
atau tetrasponik.
(Perbungaan cymosa)