You are on page 1of 21

KELOMPOK 5 :

ARIFAH INDAR CAHYANI


LA ODE MUHAMMAD NAIN YAHYA
MEGA HASMIRANDA P
YUYUN
SUCI JUWITA SARI
YUNI FEBRIYANTI
Bunga merupakan alat reproduksi seksual. Bunga dikatakan
lengkap apabila mempunyai daun kelopak, daun mahkota, benang
sari, putik atau daun buah. Bunga terdiri atas bagian fertil, yaitu
benang sari dan daun buah, serta bagian yang steril yaitu daun
kelopak dan daun mahkota.
Secara anatomi daun mahkota dan daun kelopak mempunyai
struktur yang sama, terdiri atas sel-sel parenkimatis. Parenkim
dasar terletak di antara epidermis atas dan epidermis bawah.
Jaringan ini juga disebut mesofil.

Diagram struktur anatomi petala beberapa jenis


tumbuhan. Keterangan: A. Amelanchia laevis; B.
Lysimachia nummularia; C. Pinguicula vulgaris; t.
trikoma kelenjar; u. ruang sekretoris (Eames &
McDaniels, 1953)
Struktur Kepala Sari (Antera)

Struktur kepala sari pada bunga Lilium sp.


en. Endotesium; ep. Epidermis; js. Jaringan
sporogen (sel induk mikrospora); k.
konektivum; 1. lapisan tengah; ss. Serbuk
sari (pollen); st. stoinium; ts. Sisa tapetum;
t. tapetum.
(Foster & Gifford, 1974; Maheswari, 1950)
Terdapat dua jenis kepala sari, yaitu:
a) Penampang melintang kepala sari muda
Kepala sari terdiri atas 4 lobi (lokuli), tapetum menyelubungi
jaringan sporogen.
b) Penampang melintang kepala sari dewasa (masak)
Antera masak dengan serbuk sari yang banyak. Kedua lobi pada
masing- masing sisi mengadakan persatuan, disebut teka. Lamina
fibrosa (endotesium) tampak lebih tebal, epidermis
menipis.
a. Perkembangan kepala sari (antera)

Struktur dan perkembangan kepala sari pada tumbuhan Angiospermae,


Keterangan: A, B. Jaringan meristematis dikelilingi epidermis; C. Sel-sel
hipodermal terdiferensiasi menjadi selsel arkesporium; D. Lapisan
parietal primer dan sel spongen primer telah terbentuk; E. Lapisan
parietal primer mulal membelah; e: epidermis, m: lapisan tengah, sp:
sel sporogen primer, t: sel induk tapetum.
Menurut Bhojwani & Bhatnagar (1978, 1999) kepala sari mempunyai
lapisan dinding sebagai berikut:
Epidermis (eksotesium)
Merupakan lapisan terluar, terdiri dari satu lapis sel. Epidermis menjadi
memipih dan membentuk tonjolan (papila) pada kepala sari yang masak, dan
berfungsi sebagai pelindung epidermis. Disebut eksotesium apabila sel-selnya
mengalami penebalan berserabut.

Endotesium
Endotesium merupakan lapisan yang terletak di sebelah dalam epidermis. Pada
kepala sari yang masak endotesium mengadakan penebalan ke arah radial,
tangensial sebelah dalam atau antiklinal. Penebalan sel tersebut tidak teratur
dan menunjukkan struktur berserabut. Adanya struktur berserabut menyebabkan
endotesium mempunyai fungsi untuk membantu membukanya antera. Dengan
adanya struktur yang berserabut pada dindingnya maka endotesium sering
disebut lamina fibrosa.
Lapisan tengah
Lapisan tengah merupakan lapisan yang terletak disebelah dalam endotesium,
terdiri dan 2-3 lapis sel atau lebth, tergantung jenis tumbuhannya. Dengan
berkembangnya antera sel-selnya menjadi tertekan dan memipih, karena
terdesak oleh endotesium, sehingga sering pula disebut lapisan tertekan.
Keadaan ini terjadi pada waktu sel induk spora (sporosit) mengalami pembelahan
meiosis. Pada tumbuhan
tertentu tidak dijumpai adanya lapisan tertekan.
Tapetum
Tapetum merupakan dinding terdalam dari antera dan berkembang mencapai
maksimum pada saat terbentuknya serbuk sari tetrad. Lapisan tapetum berfungsi
memberikan seluruh isi selnya selama perkembangan mikrospora. Tapetum
umumnya merupakan derivat lapisan parietal primer. Namun pada suatu spesies,
misalnya pada Alectra thomsoni, sel-sel tapetum mempunyai 2 tipe berdasarkan
atas sel penyusunnya,yaitu:
1. Sel tapetum berukuran besar, merupakan derivat dan
sel-sel konektivum;
2. Sel tapetum lebih kecil dibanding tipe pertama,
merupakan derivat dan lapisan parietal primer.
Mikrosporogenesis
Setiap jaringan sporogen kadang-kadang langsung berfungsi sebagai sel induk
mikrospora, atau mungkin mengalami beberapa kali pembelahan mitosis,
sehingga jumlah selnya bertambah banyak sebelum mengalami meiosis.
Sel induk mikrospora (disebut pula sporosit) mengalami pembelahan meiosis,
menghasilkan mikrospora yang bersifat haploid.
Sitokinesis
Pembentukan dinding setelah pembelahan meiosis sel induk mikrospora dapat
terjadi secara susesif atau secara simultan.
- Secara susesif
Setelah pembelahan meiosis, terbentuk dinding yang memisahkan dua inti,
sehingga terbentuk stadium 2 sel (diad). Pembentukan dinding secara sentrifugal
(dari bagian tengah ke tepi). Pada stadium meiosis II, dinding pemisah dibentuk
dengan cara yang sama, sehingga terbentuk serbuk sari tetrad yang bertipe
isobilateral. Misalnya pada Zea mays.
- Secara simultan
Pada pembelahan meiosis I tidak diikuti pembentukan dinding, sehingga terdapat
stadium 2 inti (binuldeat). Selanjutnya 2 inti tersebut mengadakan pembelahan,
terbentuk serbuk sari tetrad yang bertipe tetrahidris. Contoh: Dryinis winteri
Megasporogenesis
Pada ontogeni ovulum, nuselus terbentuk lebih dulu, merupakan masa sel yang
diselubungi oleh epidermis, berasal dari proliferasi sel-sel plasenta. Suatu sel
hipodermal pada nuselus mempunyai ukuran yang besar, sitoplasma padat dan
ini besar berfungsi sebagai sel arkesporium. Sel ini membelah secara perildinal
atau langsung berfungsi sebagai sel induk megaspora. Bila membelah secara
periklinal, sel arkesporial tersebut ke arah dalam menghasilkan sel sporogen
primer dan ke arah luar menghasilkan sel parietal primer. Sel sporogen
berfungsi langsung sebagai sel induk megaspora.
Perkembangan gametofit betina (Megagametogenesis)
Gametofit betina (kantong embrio) yang
dewasa terdiri atas 7 sel, yaitu sel sentral yang
besar dengan 2 inti kutub, dibagian mikrofil 2
sel sinergid dan 1 sel telur serta di bagian
khalaza 3 sel antipoda. Perkembangan kantong
embrio dimulai dengan memanjangnya inti
megaspora yang berfungsi. Tergantung jumlah
inti megaspora yang berperan dalam
pembentukannya, gametofit betina (kantong
embrio) mungkin bertipe monosporik, bisporik
atau tetrasponik.

Megasporogenesis dan perkembangan


kandung lembaga (megagametofit) tipe
Normal (polygonum) pada Angiosperm.
Polinasi
Polinasi adalah jatuhnya butir pollen pada kepala putik. Pada
Gymnospermae karena tidak mempunyai putik, butir pollen langsung
jatuh pada nuselus.
Perpindahari pollen pada Angiospermae ada 2 cara yaitu:
1. Pollen yang jatuh pada kepala putik berasal dari satu bunga yang
sama. Ini disebut penyerbukan sendiri (autogaini self pollination).
2. Pollen berasal dari bunga lain, ini disebut penyerbukan silang
(cross pollination). Pada tipe ini dibedakan menjadi 2, yaitu: pollen
berasal dari bunga yang berbeda, tetapi tanaman yang sama.
Penyerbukan semacam ini disebut geitonogaini; dan pollen berasal
dari bunga 2 tanaman yang berbeda.Tipe demikian disebut xenogami.

Setelah berada pada kepala putik, pollen akan berkecambah. Lama


waktu yang dibutuhkan oleh pollen untuk berkecambah sangat
bervariasi untuk setiap jenis tumbuhan.
Pembuahan
Setelah berkecambah, buluh menembus jaringan stilus (pada tipe tertutup)
atau membuat jalan pada permukaan epidermis yang membatasi saluran
stilus (pada tipe terbuka) yang kemudian masuk ke dalam janingan stilus.
Akhirnya buluh sampai di dalam ovarium, dan segera menuju ovulum.
Masuknya buluh pollen ke dalam ovulum kemungkinan secara:
1. poligami, ini merupakan cara yang umum, yaitu buluh
melalui mikrofil.
2. khalazogaimi, buluh melalui ujung khalaza, misalnya
pada Casuarina.
3. misogami, buluh masuk melalui funikulus misalnya
Pistacia, atau melalui integumen seperti pada
Cucurbita.

Skema Pola masuknya buluh


pollen ke dalam
ovulum
a. Struktur Morfologi Bunga
Bunga adalah batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini
disebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang
oleh sejumlah fitohormon tertentu. Pembentukan bunga dengan
ketat dikendalikan secara genetik dan pada banyak jenis diinduksi
oleh perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu rendah, lama
pencahayaan, dan ketersediaan air (Harsidi 2011).
b. Letak Bunga pada Tumbuhan
Letak bunga pada tumbuhan disebut anthotaxis.
Berdasarkan posisi bunga terhadap bunga lain, dibedakan menjadi
tiga macam antotaxis, yaitu :
1. Hanya satu bunga (planta uniflora) seperti bunga coklat
(Zephyranthes rosea) dan lili (Lilium longiflorum).
2. Kuntum bunga tersebar dan terdapat sendiri-sendiri (flores sparsa).
Bunga soliter, letaknya terminal di ujung ranting atau aksiler, seperti
bunga Cucurbita.
3. Perbungaan (inflorescentia) terdiri dari satu sumbu
bersama tempat melekat sejumlah kuntum bunga
sehingga menghasilkan satu kesatuan.
c. Struktur Benang Sari
Dalam satu bunga jumlah benang sari bervariasi.
Berdasarkan panjangnya dapat dibedakan menjadi benang sari
didinamus (2 panjang, 2 pendek) dan tetradinamus (4 panjang, 2
pendek).

Benangsari tetradinamus dan didinamus


Kepala sari dapat terpisah atau berlekatan (syngenesis).
Tangkai sari umumnya berbentuk silindris, tetapi ada stamen yang
seperti lembaran dan biasanya steril, misalnya dapat ditemukan pada
bunga Canna hybrida.

Kepala sari yang berlekatan


b. Struktur Putik
Berdasarkan letak ovarium terhadap dasar bunga, dapat dibedakan
menjadi : ovarium menumpang (superum), ovarium tenggelam
(inferum), dan ovarium setengah tenggelam (hemi/semi inferum).
Berdasarkan letak ovarium terhadap perhiasan bunga, dapat
dibedakan menjadi ovarium epiginus, ovarium periginus, dan
ovarium hipoginus.

Letak ovarium terhadap perhiasan bunga


c. Perbungaan (Bunga Majemuk atau Inflorecentia)
Perbungaan terdiri dari suatu sumbu bersama tempat melekat
sejumlah kuntum bunga sehingga menghasilkan suatu kesatuan bagian-
bagian perbungaan terdiri dari :
a. Bagian yang bersifat seperti batang, seperti tangkai
perbungaan (peduncullus), sumbu primer atau rakhis, sumbu
sekunder, tangkai bunga (pedicellus), dan reseptakulum.
b. Bagian yang bersifat seperti daun, seperti daun pelindung atau
brachte, seludang bunga (spatha), daun tangkai atau
brachteola, kelopak tambahan (epicalix), daun pembalut
(brachtea involucrum) dan daun bunga (calix, corolla,
stamen dan putik).
Secara garis besar perbungaan dapat dibedakan menjadi 3
kelompok, yaitu:
1. Perbungaan rasemosa, dengan sumbu utama tumbuh
tak terbatas, monopodial dan bunga mekar dari bawah
ke atas atau dari tepi ke tengah (sentripetal)
2. Perbungaan simosa, dengan sumbu tumbuh berbatas, simpodial,
dan bunga mekar dari tengah ke tepi
(sentrifugal)
3. Perbungaan campuran, yang bagian-bagiannya tidak
mengikuti pola perkembangan yang seragam, ada yang
bersifat simosa, dan ada pula yang bersifat rasemosa
(Perbungaan rasemosa) (Perbungaan lain/campuran)

(Perbungaan cymosa)

You might also like