Professional Documents
Culture Documents
1611212020
EPIDEMILOGI DAN BIOSTATISTIK
Epidemiologi ANEMIA
Epidemiologi Gizi
FKM UNAND
OUTLINE
• Pengertian ANEMIA
• Besaran Masalah ANEMIA
• Faktor Determinan ANEMIA
• Dampak ANEMIA
PENGERTIAN ANEMIA
• ANEMIA adalah Suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam
darah lebih rendah dari pada nilai normal untuk kelompok orang
menurut umur dan jenis kelamin. (Adriani, Merryana. 2016.
Pengantar Gizi Masyarakat)
• Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah
13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.
• Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer
Institute, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada
pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk
evaluasi anemia pada penderita dengan keganasan. (Schrier SL.
Approach to the adult patient with anemia. January 2011. [cited
2011, June 9 ]. Available from: www.uptodate.com)
• Secara fungsional anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah masa
eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer.
• Secara praktis anemia di tunjukan oleh penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit atau hitungan eritrosit.
• Anemia merupakan istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal.
• Anemia bukan merupakan penyakit melainkan merupakan pencerminanan
keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis,
anemia terjadi apabiala apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin
untuk mengangkut oksigen ke jaringan (Smeltzer, 2002).
• Kadar Hb merupakan parameter yang paling mudah
digunakan untuk menentukan status anemia.
BESARAN MASALAH ANEMIA
Distribusi
• Ada banyak masalah gizi pada anak-anak di Indonesia,
namun yang dianggap memiliki dampak paling luas dan
jangka panjang yakni anemia. Jika tidak diatasi, keduanya bisa
memicu masalah kesehatanyang lain ( Anas, 2013).
• Kekurangan zat besi mempengaruhi sekitar dua miliar orang di
seluruh dunia dan menghasilkan lebih dari 500 juta kasus
anemia. Di sub Sahara Afrika, prevalensi anemia defisiensi
besi diperkirakan sekitar 60% dengan 40 sampai 50% anak di
bawah usia lima tahun di Negara berkembang menjadi
kekurangan zat besi.(Aguilar dkk, 2012)
BESARAN MASALAH ANEMIA
Distribusi
• Anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi utama di indonesia.
Prevalensi anemia gizi besi pada balita sebagian besar disebabkan
kekurangan zat besi dalam makanan. Akibat nyata dari anemia gizi
terhadap kualitas sumber daya manusia tergambar pada angka kematian
ibu dan bayi, menurunkan prestasi belajar anak sekolah dan produktifitas
pekerja. Dari aspek konsumsi maslah yang belum terselesaikan adalah
rendahnya konsumsi oleh masyarakat kelompok ekonomi rendah.
• Kekurangan zat besi mempengaruhi sekitar dua miliar orang di seluruh
dunia dan menghasilkan lebih dari 500 juta kasus anemia. Di sub Sahara
Afrika, prevalensi anemia defisiensi besi diperkirakan sekitar 60% dengan
40 sampai 50% anak di bawah usia lima tahun di Negara berkembang
menjadi kekurangan zat besi.(Aguilar dkk, 2012)
BESARAN MASALAH ANEMIA
Distribusi
• Anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi utama di indonesia.
Prevalensi anemia gizi besi pada balita sebagian besar disebabkan
kekurangan zat besi dalam makanan. Akibat nyata dari anemia gizi
terhadap kualitas sumber daya manusia tergambar pada angka kematian
ibu dan bayi, menurunkan prestasi belajar anak sekolah dan produktifitas
pekerja. Dari aspek konsumsi maslah yang belum terselesaikan adalah
rendahnya konsumsi oleh masyarakat kelompok ekonomi rendah.
• Kekurangan zat besi mempengaruhi sekitar dua miliar orang di seluruh
dunia dan menghasilkan lebih dari 500 juta kasus anemia. Di sub Sahara
Afrika, prevalensi anemia defisiensi besi diperkirakan sekitar 60% dengan
40 sampai 50% anak di bawah usia lima tahun di Negara berkembang
menjadi kekurangan zat besi.(Aguilar dkk, 2012)
BESARAN MASALAH ANEMIA
Distribusi
• Anemia defesiensi besi merupakan masalah gizi yang paling
lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia.
• Perkiraan prevalensi anemia secara global adalah sekitar 51 %.
Bandingkan dengan prevalensi untuk balita yang sekitar 43 %,
anak usia skolah 37%, pria dewasa hanya 18%, dan wanita
tidak hamil 33%, yang menyengsarakan sekitar 44% wanita di
seluruh negara sedang berkembang (kisaran angka 13,4-
87,5%). Angka tersebut terus membengkak hingga 74% yang
bergerak dari 13,4% (Thailand) ke 85,5% (India)
(Arisman, 2009).
BESARAN MASALAH ANEMIA
Distribusi
• Anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi utama di indonesia.
Prevalensi anemia gizi besi pada balita sebagian besar disebabkan
kekurangan zat besi dalam makanan. Akibat nyata dari anemia gizi
terhadap kualitas sumber daya manusia tergambar pada angka kematian
ibu dan bayi, menurunkan prestasi belajar anak sekolah dan produktifitas
pekerja. Dari aspek konsumsi maslah yang belum terselesaikan adalah
rendahnya konsumsi oleh masyarakat kelompok ekonomi rendah.
• Kekurangan zat besi mempengaruhi sekitar dua miliar orang di seluruh
dunia dan menghasilkan lebih dari 500 juta kasus anemia. Di sub Sahara
Afrika, prevalensi anemia defisiensi besi diperkirakan sekitar 60% dengan
40 sampai 50% anak di bawah usia lima tahun di Negara berkembang
menjadi kekurangan zat besi.(Aguilar dkk, 2012)
FAKTOR DETERMINAN ANEMIA
• Pendekatan kinetik
Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3
mekanisme independen
Berkurangnya produksi sel darah merah
Meningkatnya destruksi sel darah merah
Kehilangan darah.
FAKTOR DETERMINAN ANEMIA
• Berkurangnya produksi sel darah merah
Disebabkan oleh :
– Kekurangan nutrisi: Fe, B12, atau folat
– Kelainan sumsum tulang (anemia aplastik, pure red
cell aplasia,mielodisplasia, inflitrasi tumor)
– Supresi sumsum tulang (obat, kemoterapi, radiasi)
– Rendahnya trophic hormone untuk stimulasi produksi
sel darah merah
FAKTOR DETERMINAN ANEMIA
• Pendekatan Morfologi
Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia diklasifi
kasikan menjadi
– Anemia makrositik
– Anemia mikrositik
– Anemia normositik
FAKTOR DETERMINAN ANEMIA
Anemia makrositik
Anemia makrositik merupakan anemia dengan karakteristik MCV di atas 100
fL. Anemia makrositik dapat disebabkan oleh:
Peningkatan retikulosit
Peningkatan MCV merupakan karakteristik normal retikulosit.
Metabolisme abnormal asam nukleat pada prekursor sel darah merah (defi
siensi folat atau cobalamin, obat-obat yang mengganggu sintesa asam nukleat:
zidovudine, hidroksiurea)
Gangguan maturasi sel darah merah (sindrom mielodisplasia, leukemia akut)
Penggunaan alkohol
Penyakit hati
Hipotiroidisme.
FAKTOR DETERMINAN ANEMIA
Anemia mikrositik
Anemia mikrositik merupakan anemia dengan karakteristik sel
darah merah yang kecil (MCV kurang dari 80 fL). Anemia mikrositik
biasanya disertai penurunan hemoglobin dalam eritrosit.
Penyebab anemia mikrositik hipokrom:
Berkurangnya Fe: anemia defi siensi Fe, anemia penyakit
kronis/anemia infl amasi, defisiensi tembaga.
Berkurangnya sintesis heme: keracunan logam, anemia sideroblastik
kongenital dan didapat.
Berkurangnya sintesis globin: talasemia dan hemoglobinopati.
FAKTOR DETERMINAN ANEMIA
Anemia normositik
Anemia normositik adalah anemia dengan MCV normal (antara 80-
100 fL). Keadaan ini dapat disebabkan oleh
Anemia pada penyakit ginjal kronik.
Sindrom anemia kardiorenal: anemia, gagal jantung, dan penyakit ginjal
kronik.
Anemia hemolitik: Anemia hemolitik karena kelainan intrinsik sel darah
merah: Kelainan membran (sferositosis herediter), kelainan enzim (defi
siensi G6PD),kelainan hemoglobin (penyakit sickle cell).
Anemia hemolitik karena kelainan ekstrinsik sel darah merah: imun,
autoimun (obat, virus, berhubungan dengan kelainan limfoid, idiopatik),
alloimun (reaksi transfusi akut dan lambat, anemia hemolitik neonatal),
DAMPAK ANEMIA