Professional Documents
Culture Documents
SPONTAN SINISTRA ET
CAUSA SUSPEK
TUBERCULOSIS PARU
AMANDA NATHANIA, S.KED
CATHERINE IENAWI, S.KED
D E P A RT E M E N I L M U P E NY A K I T D A L A M
R S U P D R . M O HA M MA D H O E S I N PA L E M BA N G
F A K U L T A S K E D O K T E R A N U N I V E R S I T A S S R I W I J AY A
2018
BAB 1 PENDAHULUAN
• Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri yang bersifat
tahan asam (basil tahan asam), yaitu Mycobacterium tuberculosis.
• Kuman TB biasanya terutama dan pertama kali menyerang parenkim paru (TB paru) tapi juga
dapat menyerang organ tubuh lainnya (TB ekstra paru) seperti pleura, kelenjar limfe, tulang,
dan organ ekstra paru lainnya.
• Menurut data dari WHO (2018), pada tahun 2017 ada lebih dari 10 juta kasus baru TB yang
8% nya disumbangkan oleh negara Indonesia.
• Salah satu penyebab masih begitu segarnya infeksi TB adalah tingginya angka resistensi dari
bakteri etiologinya.
• Pneumothorax spontan adalah munculnya udara secara tiba-tiba pada kavitas pleura tanpa ada
penyebab eksternal yang jelas.
• Pneumothorax spontan sekunder biasanya terjadi karena adanya bukti klinis dan atau
radiologis adanya penyakit paru (yang paling umum adalah PPOK dan TB paru).
• Kemungkinan terjadinya pneumothorax spontan sekunder pada kasus TB paru sebenarnya
hanya 0.6-1.4% memang kelihatannya sedikit namun jika kita mempertimbangkan jumlah kasus
baru TB yang mencapai 10 juta hanya pada tahun 2017 dan fakta bahwa penyakit ini berjalan
kronis, kemungkinan seorang pelayan kesehatan menemukan pneumothorax spontan sekunder
akibat TB paru cukup sering.
• Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang calon dokter untuk memahami infeksi M. Tb
beserta seluruh komplikasinya.
BAB II STATUS PASIEN
IDENTIFIKASI
KELUHAN UTAMA
KELUHAN TAMBAHAN
Batuk berdahak
Nafsu makan berkurang
Berat badan berkurang
Nyeri dada
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
4 BULAN SMRS
Batuk berdahak
Dahak warna putih seperti air liur kental
Batuk tidak dipengaruhi emosi atau cuaca
Batuk biasanya lebih berat pada malam hari
Penurunan nafsu makan (-)
Penurunan berat badan (-)
Keringat pada malam hari (+)
Pasien sering merasa panas pada dada terutama saat malam hari
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
3 BULAN SMRS
Rasa sesak, seperti “mengas”, rasa tertindih (-)
Sesak timbul ketika mengangkat barang, hilang setelah beristirahat
sebentar
Sesak tidak dipengaruhi emosi dan cuaca
Saat tidur, tidak semakin sesak bila tidur tanpa bantal, namun lebih
nyaman menghadap kiri
Tidak pernah terbangun malam hari karena sesak
Sebelumnya belum pernah sesak
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
1 MINGGU SMRS
Sesak menjadi semakin sering sehingga mengganggu aktivitas
Sesak muncul ketika berjalan (mencari barang di sekitar gudang) dan
bertambah berat saat bekerja atau melakukan aktivitas seperti mandi
Sesak juga mengganggu makan sehingga pasien menjadi kurang nafsu
makan
Sesak menghilang bila istirahat
Pasien ke RS Bunda untuk meminta rontgen dan langsung di rujuk ke
IGD RSMH
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Sebelum sakit, pasien makan teratur sebanyak tiga hari sehari dengan porsi cukup dan
makanan yang bervariasi.
• Setelah mulai sesak pasien juga masih bisa makan seperti biasa dan makan mulai terganggu
1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala Mata
• Bentuk : Normocephali • Eksoftalmus : (-)
• Ekspresi : Wajar • Endoftalmus : (-)
• Rambut : hitam, lurus, pendek dan • Palpebral : edema (-)
tidak mudah dicabut • Konjungtiva palpebra : pucat (-)
• Alopesia : (-) • Sklera : ikterik (-)
• Deformitas : (-) • Kornea : jernih, cincin senilis (-)
• Perdarahan temporal : (-) • Pupil : bulat, isokor, diameter
• Nyeri tekan : (-) 3mm/3mm, reflek cahaya
• Wajah sembab : (-) (+/+)
KEADAAN SPESIFIK
Hidung Mulut
• Sekret : (-) • Higiene : baik
• Epistaksis : (-) • Bibir : cheilitis (-), rhagaden (-),
• Septum : deviasi (-) sianosis (-)
• Lidah : kotor (-), atrofi papil (-), pucat (-)
Telinga • Tonsil : T1-T1
• Meatus akustikus eks : lapang • Mulut : basah, stomatitis (-), ulkus (-)
• Nyeri tekan : processus mastoideus (-/-), • Gusi : hipertrofi (-), berdarah (-),
tragus (-/-) stomatitis (-)
• Nyeri tarik : aurikula (-/-) • Faring hiperemis : (-)
• Sekret : (-) • Gigi : (-)
• Pendengaran : baik • Bau Pernapasan : tidak ada bau pernapasan
KEADAAN SPESIFIK
Leher
• Inspeksi : benjolan (-)
• Palpasi : pembesaran kelenjar tiroid/struma (-)
• Auskultasi : bruit (-)
• Tekanan vena jugularis : (5+2) cmH2O
Dada
• Inspeksi : asimetris, saat dinamis dinding dada kiri tertinggal, sela iga melebar (+)
pada dada kiri, retraksi dinding dada (-), spider nevi (-), venektasi (-)
• Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
KEADAAN SPESIFIK
Paru-paru (anterior)
Inspeksi:
• Statis : retraksi iga (-), cembung pada dada kiri
• Dinamis: kiri tertinggal
Palpasi : nyeri tekan (-), sela iga melebar pada dinding dada kiri(+), stem fremitus kiri hilang
Perkusi:
• Kanan : nyeri ketok (-), sonor pada paru kanan, batas paru hepar ada di ICS 6
• Kiri : nyeri ketok (-), hipersonor pada lapang paru kiri
Auskultasi:
• Kiri : vesikuler menghilang
• Kanan : vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
KEADAAN SPESIFIK
Paru-paru (posterior)
Inspeksi:
• Statis : kanan = kiri
• Dinamis: kanan tertinggal
Palpasi : stem fremitus kanan menghilang
Perkusi:
• Kanan : nyeri ketok (-) ,sonor pada paru kanan
• Kiri : nyeri ketok (-), hipersonor pada paru kiri
Auskultasi:
• Kanan : vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
• Kiri : vesikuler menghilang
KEADAAN SPESIFIK
Jantung
• Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat, venektasi (-)
• Palpasi : ictus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba
• Perkusi : batas atas ICS III linea parasternalis dextra
batas kiri tidak dapat dinilai
batas kanan kira-kira 2 jari melewati linea parasternalis dextra
• Auskultasi : HR 92 x/menit, reguler, BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
KEADAAN SPESIFIK
Abdomen
• Inspeksi : datar, venektasi (-), scar (+) 2 buah pada kuadran kiri bawah, caput
medusae (-)
• Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), defans muskuler (-), ballottement, ginjal (-), hepar
dan lien tidak teraba
• Perkusi : timpani, shifting dullness (-), nyeri ketok CVA (-)
• Auskultasi : bising usus normal
KEADAAN SPESIFIK
Ekstremitas Palpasi:
Inspeksi:
• Superior: akral hangat (+/+), edema (-/-),
• Superior: deformitas (-), kemerahan (-), edema
(-/-), koilonikia (-), sianosis (-), jari krepitasi (-/-)
tabuh (-), palmar eritem (-), kulit • Inferior: akral hangat (+/+), edema pretibial
lembab, flapping tremor (-), (-/-), krepitasi (-/-)
onikomikosis (-)
ROM:
• Inferior: deformitas (-), kemerahan (-), edema
pretibial (-/-), koilonikia (-), sianosis (-), • Superior: kekuatan 5, rom aktif pasif luas
jari tabuh (-), onikomikosis (-) • Inferior: kekuatan 5, rom aktif pasif luas
KEADAAN SPESIFIK
Kulit
• Kulit : sawo matang
• Efloresensi : (-)
• Pigmentasi : (-)
• Jaringan parut : (-)
• Turgor : baik
• Keringat : cukup
• Pertumbuhan rambut : dalam batas normal
• Lapisan lemak : kurang
• Ikterus : (-)
• Lembab/kering : lembab
PEMERIKSAAN SPESIFIK
DIAGNOSIS BANDING
Pneumothorax spontan sinistra et causa PPOK
Pneumothorax spontan sinistra primer
PENATALAKSANAAN
• BTA sputum
• Rontgen ulang setelah pemasangan chest tube
PROGNOSIS
1 NOVEMBER 2018
P
S: Sesak sudah tidak ada,Thorax: Non-Farmakologi:
rasa nyeri pada lokasi Paru-paru Isitrahat
pemasangan WSD Inspeksi: Diet biasa
Statis: retraksi iga (-), kiri masih agak cembung Hentikan merokok
O: Dinamis: simetris Penilaian terhadap WSD
Sensorium: compos mentis Palpasi: nyeri tekan (-), sela iga melebar terutama di kiri, stem fremitus
TD: 130/80 mmHg kiri lebih lemah dari kanan. Farmakologis:
Nadi: 86 x/m Perkusi: kanan: nyeri ketok (-), sonor IVFD Asering gtt X/m
RR: 20 x/m kiri: nyeri ketok (-), hipersonor pada bagian bawah paru kanan FCD TB (RHZE) 4 tablet per
Temp: 36.8ºC Auskultasi: kanan: vesikuler (+) menurun, ronkhi (-), wheezing (-) hari selama 2 bulan
VAS: 1 kiri: vesikuler menurun, rh(-), wh (-) Ketorolac
N-asetylsistein
Kepala: konjungtiva Cor: HR 86 kali/menit, reguler, BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
palpebra pucat (-), sklera
ikterik (-) Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+)
normal, nyeri tekan (-)
Leher: JVP (5+0) cmH2O,
pembesaran KGB (-) Ekstremitas: akral hangat (+/+), palmar eritem (-/-), edema (-)
3 NOVEMBER 2018
Post pemasangan chest tube: Rontgen post pemasangan chest tube:
• undulasi masih > 2 cm dan masih ada
expiration bubble
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
TUBERCULOSIS PARU (TB PARU)
Faktor host:
• Kebiasaan dan paparan (merokok)
• Status nutrisi (berat badan kurang, defisiensi vitamin D)
• Penyakit sistemik (keganasan, gagal ginjal, diabetes, ulkus peptikum)
• Immunocompromised (HIV, obat-obatan seperti kortikosteroid dan TNF-
inhibitor)
• Usia (orang tua)
FAKTOR RISIKO
Faktor lingkungan:
• Orang yang tinggal serumah dengan seorang penderita TB
• Selain itu orang yang tinggal di lingkungan yang banyak terjadi kasus TB
• Sosioekonomi rendah
• Pada anak, tempat tinggal anak yang terpajan dengan orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB
positif), daerah endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene dan sanitasi tidak
baik), dan tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara, atau panti perawatan lain), yang
banyak terdapat pasien TB dewasa aktif
• Bayi dari seorang ibu dengan BTA sputum positif, Semakin erat bayi tersebut dengan ibunya,
semakin besar pula kemungkinan bayi tersebut terpajan percik renik (droplet nuclei) yang
infeksius
KLASIFIKASI
Pada pemeriksaan radiologi, gambaran yang dicurigai sebagai lesi TB aktif adalah:
• Bayangan berawan atau nodular disegmen apical dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah.
• Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular.
• Bayangan bercak milier.
• Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).
PEMERIKSAAN BTA
• Dikatakan BTA (+) jika ditemukan dua atau lebih dahak BTA (+) atau 1 BTA (+) disertai
dengan hasil radiologi yang menunjukkan TB aktif.
• Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-
sewaktu (SPS).
• Penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
INTERPRETASI
• Hemothorax
• Pneumothorax
• Bronkiektasis
• Abses Paru
• Kanker Paru
TAHAP PENGOBATAN TB
Tahap Lanjutan
• Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang
lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persistent sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
OAT KATEGORI I
• TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks terdapat lesi luas.
• Paduan obat yang dianjurkan adalah 2 RHZE/4RH atau 2RHZE/6HE atau
2RHZE/4R3H3.
OAT KATEGORI II
• TB paru (kasus baru), BTA negatif atau pada foto toraks terdapat lesi
minimal.
• Paduan obat yang diberikan adalah 2RHZE/4R3H3.
OAT KATEGORI IV
• TB paru kasus kronik. Paduan obat yang dianjurkan bila belum ada hasil uji
resistensi, berikan RHZES. Bila telah ada hasil uji resistensi, berikan sesuai
hasil uji resitensi (minimal OAT yang sensitive ditambah obat lini ,
pengobatan minimal 18 bulan).
OAT KATEGORI V
• MDR TB, paduan obat yang dianjurkan sesuai dengan uji resistensi
ditambah OAT lini 2 atau H seumur hidup.
PNEUMOTHORAX
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan pneumothoraks akan muncul tanda berikut:
• Tampak sesak ringan sampai berat, tergantung pada kecepatan udara yang masuk serta
ada tidaknya klep. Penderita bernapas tersengal, pendek-pendek dengan mulut terbuka.
• Sesak nafas dengan atau tanpa sianosis
• Badan tampak lemah dan dapat disertai syok, pada pneumothoraks dengan onset akut
dapat pula disertai keringat dingin.
• Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik pada sesak nafas ringan. Pada sesak nafas
berat, nadi menjadi cepat dan lemah disebabkan waktu pengisian kapiler berkurang.
PEMERIKSAAN FISIK THORAX
Inspeksi: Auskultasi:
• Hemithoraks yang sakit dapat lebih cembung • Pada bagian yang sakit, suara dasar nafas melemah
dibandingkan hemithoraks sehat, gerakan nafas sampai menghilang, suara nafas terdengar amforik
tertinggal pada bagian thoraks yang sakit, trakhea dan bila ada fistel bronkopleura yang cukup besar pada
jantung terdorong ke sisi yang sehat. pneumothoraks terbuka, suara vokal melemah dan
Palpasi: tidak menggetar serta bronkofoni negatif, dapat
• Pada sisi yang sakit, SIC dapat normal atau melebar, pula dilakukan coin test dengan menggunakan
iktus cordis terdorong ke arah sisi thoraks yang sehat, ketukan 2 koin logam yang satu ditempelkan di
vocal fremitus melemah atau menghilang pada sisi yang dada dan yang lain diketokkan pada koin pertama,
sakit. kemudian akan terdengar bunyi metalik pada
Perkusi: punggung.
• Pada sisi yang sakit didapatkan suara hipersonor dan
tidak menggetar, batas jantung terdorong ke arah
thoraks yang sehat, apabila tekanan intrapleural tinggi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
British Thoracic Society dan American College of Chest Physicians telah memberikan
rekomendasi untuk penanganan pneumothoraks, yaitu:
• Observasi dan pemberian tambahan oksigen
• Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi dengan atau tanpa
pleurodesis
• Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya bleb atau bula
• Torakotomi
KOMPLIKASI
Pneumothorax spontan sekunder ec Susp TB paru dd/ PPOK dengan bronkitis kronik