You are on page 1of 74

PNEUMOTHORAX

SPONTAN SINISTRA ET
CAUSA SUSPEK
TUBERCULOSIS PARU
AMANDA NATHANIA, S.KED
CATHERINE IENAWI, S.KED

D E P A RT E M E N I L M U P E NY A K I T D A L A M
R S U P D R . M O HA M MA D H O E S I N PA L E M BA N G
F A K U L T A S K E D O K T E R A N U N I V E R S I T A S S R I W I J AY A
2018
BAB 1 PENDAHULUAN
• Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri yang bersifat
tahan asam (basil tahan asam), yaitu Mycobacterium tuberculosis.
• Kuman TB biasanya terutama dan pertama kali menyerang parenkim paru (TB paru) tapi juga
dapat menyerang organ tubuh lainnya (TB ekstra paru) seperti pleura, kelenjar limfe, tulang,
dan organ ekstra paru lainnya.
• Menurut data dari WHO (2018), pada tahun 2017 ada lebih dari 10 juta kasus baru TB yang
8% nya disumbangkan oleh negara Indonesia.
• Salah satu penyebab masih begitu segarnya infeksi TB adalah tingginya angka resistensi dari
bakteri etiologinya.
• Pneumothorax spontan adalah munculnya udara secara tiba-tiba pada kavitas pleura tanpa ada
penyebab eksternal yang jelas.
• Pneumothorax spontan sekunder biasanya terjadi karena adanya bukti klinis dan atau
radiologis adanya penyakit paru (yang paling umum adalah PPOK dan TB paru).
• Kemungkinan terjadinya pneumothorax spontan sekunder pada kasus TB paru sebenarnya
hanya 0.6-1.4% memang kelihatannya sedikit namun jika kita mempertimbangkan jumlah kasus
baru TB yang mencapai 10 juta hanya pada tahun 2017 dan fakta bahwa penyakit ini berjalan
kronis, kemungkinan seorang pelayan kesehatan menemukan pneumothorax spontan sekunder
akibat TB paru cukup sering.
• Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang calon dokter untuk memahami infeksi M. Tb
beserta seluruh komplikasinya.
BAB II STATUS PASIEN
IDENTIFIKASI

• Nama : Tn. R B Z • Status : Menikah


• Usia : 53 tahun • Pekerjaan : Supir Gudang
• Jenis kelamin : Laki-laki • Pendidikan Terakhir : SMP
• Alamat : Palembang • MRS : 30 Oktober 2018
• Agama : Islam • Nomor rekam medik : RD 18004777
ANAMNESIS
AUTOANAMNESIS (TANGGAL 30 OKTOBER 2018)

KELUHAN UTAMA

Sesak bertambah berat sejak 1 minggu yang lalu

KELUHAN TAMBAHAN
Batuk berdahak
Nafsu makan berkurang
Berat badan berkurang
Nyeri dada
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

4 BULAN SMRS
Batuk berdahak
Dahak warna putih seperti air liur kental
Batuk tidak dipengaruhi emosi atau cuaca
Batuk biasanya lebih berat pada malam hari
Penurunan nafsu makan (-)
Penurunan berat badan (-)
Keringat pada malam hari (+)
Pasien sering merasa panas pada dada terutama saat malam hari
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

3 BULAN SMRS
Rasa sesak, seperti “mengas”, rasa tertindih (-)
Sesak timbul ketika mengangkat barang, hilang setelah beristirahat
sebentar
Sesak tidak dipengaruhi emosi dan cuaca
Saat tidur, tidak semakin sesak bila tidur tanpa bantal, namun lebih
nyaman menghadap kiri
Tidak pernah terbangun malam hari karena sesak
Sebelumnya belum pernah sesak
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

1 MINGGU SMRS
Sesak menjadi semakin sering sehingga mengganggu aktivitas
Sesak muncul ketika berjalan (mencari barang di sekitar gudang) dan
bertambah berat saat bekerja atau melakukan aktivitas seperti mandi
Sesak juga mengganggu makan sehingga pasien menjadi kurang nafsu
makan
Sesak menghilang bila istirahat
Pasien ke RS Bunda untuk meminta rontgen dan langsung di rujuk ke
IGD RSMH
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

• Riwayat minum obat yang membuat kencing menjadi merah (-)


• Riwayat darah tinggi disangkal
• Riwayat sakit gula disangkal
• Riwayat sakit paru disangkal
• Riwayat sakit jantung disangkal
• Riwayat penyakit tumor disangkal
• Riwayat pernah terjatuh atau dada/punggung tertindih atau terhantam disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DAN
LINGKUNGAN
• Riwayat penyakit kencing manis disangkal
• Riwayat darah tinggi disangkal
• Riwayat keluarga yang pernah dikatakan sakit paru disangkal
• Riwayat keluarga minum obat yang membuat kencing jadi merah disangkal
• Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal
• Riwayat sakit jantung disangkal
• Riwayat sakit tumor disangkal
• Riwayat kontak dengan orang yang dikatakan dokter sakit paru dan minum obat lama (+)  teman kerja
pasien
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI, PEKERJAAN DAN
KEBIASAAN
• Pasien adalah supir gudang spare part yang mengantar dan menjemput sparepart dari
Gudang.
• Pasien merokok sudah 10 tahun dan baru berhenti semenjak sesak dimulai sejak 3 bulan
yang lalu. Dalam satu hari pasien menghabiskan rata-rata 2 bungkus rokok (isi 12 batang),
rokok tsb merupakan rokok filter.
RIWAYAT GIZI

• Sebelum sakit, pasien makan teratur sebanyak tiga hari sehari dengan porsi cukup dan
makanan yang bervariasi.
• Setelah mulai sesak pasien juga masih bisa makan seperti biasa dan makan mulai terganggu
1 minggu sebelum masuk rumah sakit.
PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan umum : sakit sedang • Suhu : 36,8o C (aksila)


• Kesadaran : compos mentis • Berat Badan : 54 kg
• Tekanan Darah : 160/80 mmHg (lengan • Tinggi Badan : 168 cm
kanan, posisi tidur) • IMT : 19.1
• Nadi : 92 x/menit, reguler, isi • VAS :0
dan tegangan cukup
• Pernafasan : 24 x/menit, regular,
abdominotorakal
KEADAAN SPESIFIK

Kepala Mata
• Bentuk : Normocephali • Eksoftalmus : (-)
• Ekspresi : Wajar • Endoftalmus : (-)
• Rambut : hitam, lurus, pendek dan • Palpebral : edema (-)
tidak mudah dicabut • Konjungtiva palpebra : pucat (-)
• Alopesia : (-) • Sklera : ikterik (-)
• Deformitas : (-) • Kornea : jernih, cincin senilis (-)
• Perdarahan temporal : (-) • Pupil : bulat, isokor, diameter
• Nyeri tekan : (-) 3mm/3mm, reflek cahaya
• Wajah sembab : (-) (+/+)
KEADAAN SPESIFIK

Hidung Mulut
• Sekret : (-) • Higiene : baik
• Epistaksis : (-) • Bibir : cheilitis (-), rhagaden (-),
• Septum : deviasi (-) sianosis (-)
• Lidah : kotor (-), atrofi papil (-), pucat (-)
Telinga • Tonsil : T1-T1
• Meatus akustikus eks : lapang • Mulut : basah, stomatitis (-), ulkus (-)
• Nyeri tekan : processus mastoideus (-/-), • Gusi : hipertrofi (-), berdarah (-),
tragus (-/-) stomatitis (-)
• Nyeri tarik : aurikula (-/-) • Faring hiperemis : (-)
• Sekret : (-) • Gigi : (-)
• Pendengaran : baik • Bau Pernapasan : tidak ada bau pernapasan
KEADAAN SPESIFIK

Leher
• Inspeksi : benjolan (-)
• Palpasi : pembesaran kelenjar tiroid/struma (-)
• Auskultasi : bruit (-)
• Tekanan vena jugularis : (5+2) cmH2O

Dada
• Inspeksi : asimetris, saat dinamis dinding dada kiri tertinggal, sela iga melebar (+)
pada dada kiri, retraksi dinding dada (-), spider nevi (-), venektasi (-)
• Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
KEADAAN SPESIFIK

Paru-paru (anterior)
Inspeksi:
• Statis : retraksi iga (-), cembung pada dada kiri
• Dinamis: kiri tertinggal
Palpasi : nyeri tekan (-), sela iga melebar pada dinding dada kiri(+), stem fremitus kiri hilang
Perkusi:
• Kanan : nyeri ketok (-), sonor pada paru kanan, batas paru hepar ada di ICS 6
• Kiri : nyeri ketok (-), hipersonor pada lapang paru kiri
Auskultasi:
• Kiri : vesikuler menghilang
• Kanan : vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
KEADAAN SPESIFIK

Paru-paru (posterior)
Inspeksi:
• Statis : kanan = kiri
• Dinamis: kanan tertinggal
Palpasi : stem fremitus kanan menghilang
Perkusi:
• Kanan : nyeri ketok (-) ,sonor pada paru kanan
• Kiri : nyeri ketok (-), hipersonor pada paru kiri
Auskultasi:
• Kanan : vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-)
• Kiri : vesikuler menghilang
KEADAAN SPESIFIK

Jantung
• Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat, venektasi (-)
• Palpasi : ictus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba
• Perkusi : batas atas ICS III linea parasternalis dextra
batas kiri tidak dapat dinilai
batas kanan kira-kira 2 jari melewati linea parasternalis dextra
• Auskultasi : HR 92 x/menit, reguler, BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
KEADAAN SPESIFIK

Abdomen
• Inspeksi : datar, venektasi (-), scar (+) 2 buah pada kuadran kiri bawah, caput
medusae (-)
• Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), defans muskuler (-), ballottement, ginjal (-), hepar
dan lien tidak teraba
• Perkusi : timpani, shifting dullness (-), nyeri ketok CVA (-)
• Auskultasi : bising usus normal
KEADAAN SPESIFIK

Ekstremitas Palpasi:
Inspeksi:
• Superior: akral hangat (+/+), edema (-/-),
• Superior: deformitas (-), kemerahan (-), edema
(-/-), koilonikia (-), sianosis (-), jari krepitasi (-/-)
tabuh (-), palmar eritem (-), kulit • Inferior: akral hangat (+/+), edema pretibial
lembab, flapping tremor (-), (-/-), krepitasi (-/-)
onikomikosis (-)
ROM:
• Inferior: deformitas (-), kemerahan (-), edema
pretibial (-/-), koilonikia (-), sianosis (-), • Superior: kekuatan 5, rom aktif pasif luas
jari tabuh (-), onikomikosis (-) • Inferior: kekuatan 5, rom aktif pasif luas
KEADAAN SPESIFIK

Kulit
• Kulit : sawo matang
• Efloresensi : (-)
• Pigmentasi : (-)
• Jaringan parut : (-)
• Turgor : baik
• Keringat : cukup
• Pertumbuhan rambut : dalam batas normal
• Lapisan lemak : kurang
• Ikterus : (-)
• Lembab/kering : lembab
PEMERIKSAAN SPESIFIK

Kelenjar getah bening (KGB) Pembuluh darah


• Tidak terdapat pembesaran KGB pada • a.temporalis, a.carotis, a.brakhialis,
regio periauricular, submandibula, cervical a.femoralis, a.poplitea, a.tibialis posterior,
anterior dan posterior, supraclavicula, a.dorsalis pedis: teraba
infraclaviculla, axilla, dan inguinal
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin 14.3 g/dL 13,48-17,40 g/dL
RBC 4.63x106/mm3 4,40-6,30x106/mm3
PEMERIKSAAN
Leukosit 6,8x103/mm3 4.73-10.89x103/mm3
LABORATORIUM
Hematokrit 43% 41 - 51%
Trombosit 220 x103/ µL 170-396x103/µL
Diff. count 0/6/56/31/7 0-1/1-6/50-70/20-40/2-8
Metabolisme Karbohidrat
GDS 84 mg/dL <200 mg/dL
Fungsi Hepar
SGOT 19 U/L 0-38 U/L
SGPT 21 U/L 0-41 U/L
Ginjal
Ureum 41 mg/dL 16,6-48,5 mg/dL
Kreatinin 0,73 mg/dL 0,50-0,90 mg/dL
Elektrolit
Kalsium 9.0 mg/dL 8,4-9,7 mg/dL
Natrium 145 mEq/L 135-155 mEq/L
Kalium 4.1 mEq/L 3,5-5,5 mEq/L
RONTGEN THORAX
DIAGNOSIS

Pneumothorax spontan sinistra et causa suspek TB paru

DIAGNOSIS BANDING
Pneumothorax spontan sinistra et causa PPOK
Pneumothorax spontan sinistra primer
PENATALAKSANAAN

NON FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI


• Istirahat • IVFD Asering gtt X/m
• Monitoring vital sign • Start therapy TB setelah hasil
pemeriksaan BTA keluar
• Diet biasa
• Konsul ke TS bedah untuk pemasangan
Chestube + Water seal Drainage
RENCANA PEMERIKSAAN

• BTA sputum
• Rontgen ulang setelah pemasangan chest tube
PROGNOSIS

• Quo ad vitam: dubia ad bonam


• Quo ad functionam: dubia ad bonam
• Quo ad sanationam: dubia ad bonam
P
S: Sesak ada jika aktivitas saja Thorax: Non farmakologi:
O: Paru-paru Istirahat
Sensorium: compos mentis Inspeksi: Diet biasa
TD: 150/90 mmHg Statis: retraksi iga (-), kiri cembung Hentikan merokok
Nadi: 98 x/m Dinamis: kiri tertinggal Monitoring vital sign
RR: 24 x/m Palpasi: nyeri tekan (-), sela iga melebar terutama di kiri, stem fremitus kiri Pemasangan chest tube
Temp: 36,5ºC menghilang dan Water Seal Drainage
VAS: 0 Perkusi: kanan: nyeri ketok (-), sonor
kiri: nyeri ketok (-), hipersonor pada seluruh lapangan paru Farmakologi:
Kepala: konjungtiva palpebra Auskultasi: kanan: vesikuler (+) menurun, ronkhi (-), wheezing (-) IVFD Asering gtt X/m
pucat (-), sklera ikterik (-) kiri: vesikuler menghilang FCD TB (RHZE) 4 tablet
per hari selama 2 bulan
Leher: JVP (5+2) cmH2O, Cor: HR 92 kali/menit, reguler, BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
pembesaran KGB (-)
Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal,
nyeri tekan (-)

Ekstremitas: akral hangat (+/+), palmar eritem (-/-), edema (-)

A: Pneumothorax kiri spontan ec suspek TB paru Pro pemasangan chest-


tube dan water seal drainage.

1 NOVEMBER 2018
P
S: Sesak sudah tidak ada,Thorax: Non-Farmakologi:
rasa nyeri pada lokasi Paru-paru Isitrahat
pemasangan WSD Inspeksi: Diet biasa
Statis: retraksi iga (-), kiri masih agak cembung Hentikan merokok
O: Dinamis: simetris Penilaian terhadap WSD
Sensorium: compos mentis Palpasi: nyeri tekan (-), sela iga melebar terutama di kiri, stem fremitus
TD: 130/80 mmHg kiri lebih lemah dari kanan. Farmakologis:
Nadi: 86 x/m Perkusi: kanan: nyeri ketok (-), sonor IVFD Asering gtt X/m
RR: 20 x/m kiri: nyeri ketok (-), hipersonor pada bagian bawah paru kanan FCD TB (RHZE) 4 tablet per
Temp: 36.8ºC Auskultasi: kanan: vesikuler (+) menurun, ronkhi (-), wheezing (-) hari selama 2 bulan
VAS: 1 kiri: vesikuler menurun, rh(-), wh (-) Ketorolac
N-asetylsistein
Kepala: konjungtiva Cor: HR 86 kali/menit, reguler, BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
palpebra pucat (-), sklera
ikterik (-) Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+)
normal, nyeri tekan (-)
Leher: JVP (5+0) cmH2O,
pembesaran KGB (-) Ekstremitas: akral hangat (+/+), palmar eritem (-/-), edema (-)

A: Pneumothorax kiri spontan ec suspek TB paru dd/ PPOK post


pemasangan chest-tube dan water seal drainage.

3 NOVEMBER 2018
Post pemasangan chest tube: Rontgen post pemasangan chest tube:
• undulasi masih > 2 cm dan masih ada
expiration bubble
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
TUBERCULOSIS PARU (TB PARU)

• Disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis


• Biasanya menginfeksi paru
• Transmisi melalui saluran nafas yaitu melalui droplet yang dihasilkan oleh pasien yang
terinfeksi TB paru
• Menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak termasuk pleura dan kelenjar pada hilus
EPIDEMIOLOGI

• Indonesia berada pada


peringkat ke lima negara
dengan Tb tertinggi di dunia.
• Pada tahun 2012 tercatat
450.000 kasus Tb telah
ditemukan dan lebih dari
170.000 diantaranya terdeteksi
BTA positif.
• Sekitar 75% pasien Tb adalah
kelompok usia paling produktif
secara ekonomi (15-50 tahun).
FAKTOR RISIKO

Faktor host:
• Kebiasaan dan paparan (merokok)
• Status nutrisi (berat badan kurang, defisiensi vitamin D)
• Penyakit sistemik (keganasan, gagal ginjal, diabetes, ulkus peptikum)
• Immunocompromised (HIV, obat-obatan seperti kortikosteroid dan TNF-
inhibitor)
• Usia (orang tua)
FAKTOR RISIKO

Faktor lingkungan:
• Orang yang tinggal serumah dengan seorang penderita TB
• Selain itu orang yang tinggal di lingkungan yang banyak terjadi kasus TB
• Sosioekonomi rendah
• Pada anak, tempat tinggal anak yang terpajan dengan orang dewasa dengan TB aktif (kontak TB
positif), daerah endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (higiene dan sanitasi tidak
baik), dan tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara, atau panti perawatan lain), yang
banyak terdapat pasien TB dewasa aktif
• Bayi dari seorang ibu dengan BTA sputum positif, Semakin erat bayi tersebut dengan ibunya,
semakin besar pula kemungkinan bayi tersebut terpajan percik renik (droplet nuclei) yang
infeksius
KLASIFIKASI

• TB Paru BTA positif


• Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan BTA positif.
• Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologi menunjukkan gambaran tuberculosis aktif.
• Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif.
• TB Paru BTA negatif
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan
kelainan radiologi menunjukkan tuberculosis aktif.
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan menunjukkan
tuberculosis positif.
KLASIFIKASI

Kasus baru Kasus setelah gagal (Failure)


• Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan • Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang tetap positif atau kembali menjadi positif pada
dari satu bulan (4 minggu). bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

Kasus kambuh (Relaps) Kasus Pindahan (Transfer In)


• Adalah pasien tuberculosis yang sebelumnya • Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang
pernah mendapat pengobatan tuberculosis dan memiliki register TB lain untuk melanjutkan
telah dinyatakan sembuh atau pengobatan pengobatannya.
lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif
(apusan atau kultur). Kasus Lain
• Adalah semua kasus yang tidak memenuhi
Kasus setelah putus berobat (Default) ketentuan di atas. Dalam kelompok ini termasuk
• Adalah pasien yang telah berobat dan putus kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil
berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif. pemeriksaan masih BTA (+) setelah selesai
pengobatan ulangan.
GEJALA KLINIS

GEJALA RESPIRATORI GEJALA SISTEMIK


Gejala respiratori sangat bervariasi dari Gejala sistemik yang timbul dapat berupa:
mulai tidak bergejala sampai gejala yang • Demam
cukup berat bergantung dari luas lesi. • Keringat malam.
Gejala respiratori terdiri dari:
• Anoreksia.
• Batuk produktif > 2 minggu.
• Berat badan menurun.
• Batuk darah.
• Sesak nafas.
• Nyeri dada.
DIAGNOSIS

Pada pemeriksaan fisis:


• Kelainan biasanya di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior,
serta daerah apeks lobus inferior
• Dapat ditemukan suara nafas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-
tanda penarikan paru, diafragma, dan mediastinum
• Pada TB paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi
otot-otot intercostal
• Bagian paru yang sakit jadi menciut dan menarik isi mediastinum atau paru lainnya
DIAGNOSIS

Pada pemeriksaan radiologi, gambaran yang dicurigai sebagai lesi TB aktif adalah:
• Bayangan berawan atau nodular disegmen apical dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah.
• Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular.
• Bayangan bercak milier.
• Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).
PEMERIKSAAN BTA

• Dikatakan BTA (+) jika ditemukan dua atau lebih dahak BTA (+) atau 1 BTA (+) disertai
dengan hasil radiologi yang menunjukkan TB aktif.
• Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-
sewaktu (SPS).
• Penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
INTERPRETASI

Apa yang dilihat Apa yang dilaporkan


Tidak ditemukan BTA minimal dalam 100 lapangan
BTA negative
pandang
Tuliskan jumlah BTA yang
1-9 BTA dalam 100 lapang pandang
ditemukan / 100 lapang pandang
10-99 BTA dalam 100 lapang pandang 1+
1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, periksa minimal 50
2+
lapang pandang
Lebih dari 10 BTA dalam 1 lapang pandang, periksa
3+
minimal 20 lapang pandang
RONTGEN THORAX
• Bayangan berawan/nodular di segmen
apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah
• Kaviti, terutama lebih dari satu
dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau noduler
• Bayangan bercak milier
• Efusi pleura unilateral (umumnya) atau
bilateral
ALUR DIAGNOSIS TB
DIAGNOSIS BANDING

• Hemothorax
• Pneumothorax
• Bronkiektasis
• Abses Paru
• Kanker Paru
TAHAP PENGOBATAN TB

Tahap Awal (Intensif)


• Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung
untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan
secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.

Tahap Lanjutan
• Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang
lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persistent sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
OAT KATEGORI I

• TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks terdapat lesi luas.
• Paduan obat yang dianjurkan adalah 2 RHZE/4RH atau 2RHZE/6HE atau
2RHZE/4R3H3.
OAT KATEGORI II

TB paru kasus kambuh


• Paduan obat yang dianjurkan adalah 2RHZES/1RHZE sebelum ada hasil uji resistensi. Bila
hasil uji resistensi telah ada, berikan obat sesuai dengan hasil uji resistensi.

TB paru kasus gagal pengobatan


• Paduan obat yang dianjurkan adalah obat lini 2 sebelum ada hasil uji resistensi (contoh: 3-
6 bulan kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin dilanjutkan 15-18 bulan ofloksasin,
etionamid, sikloserin).
• Dalam keadaan tidak memungkinkan fase awal dapat diberika 2RHZES/1RHZE.
• Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi.
• Bila tidak terdapat hasil uji resistensi, dapat diberikan 5 RHE.
OAT KATEGORI II

TB Paru kasus putus berobat.


• Berobat > 4 bulan
• BTA saat ini negatif. Klinis dan radiologi tidak aktif atau ada perbaikan maka pengobatan
OAT dihentikan. Bila gambaran radiologi aktif, lakukan analisis lebih lanjut untuk
memastikan diagnosis TB dengan mempertimbangkan juga kemungkinan penyakit paru
lain. Bila terbukti TB, maka pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih
kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama (2RHZES/1RHZE/5R3H3E3).
• BTA saat ini positif. Pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat
dan jangka waktu pengobatan lebih lama.
• Berobat < 4 bulan
• Bila BTA positif, pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan
jangka waktu pengobatan lebih la,a (2RHZES/1RHZE/5R3H3E3).
• Bila BTA negatif, gambaran foto toraks positif TB aktif, pengobatan diteruskan.
OAT KATEGORI III

• TB paru (kasus baru), BTA negatif atau pada foto toraks terdapat lesi
minimal.
• Paduan obat yang diberikan adalah 2RHZE/4R3H3.
OAT KATEGORI IV

• TB paru kasus kronik. Paduan obat yang dianjurkan bila belum ada hasil uji
resistensi, berikan RHZES. Bila telah ada hasil uji resistensi, berikan sesuai
hasil uji resitensi (minimal OAT yang sensitive ditambah obat lini ,
pengobatan minimal 18 bulan).
OAT KATEGORI V

• MDR TB, paduan obat yang dianjurkan sesuai dengan uji resistensi
ditambah OAT lini 2 atau H seumur hidup.
PNEUMOTHORAX

• Pneumothoraks adalah suatu kondisi dimana terjadi akumulasi udara pada


cavum pleura yang dapat terjadi secara spontan atau pasca traumatik.
KLASIFIKASI

Pneumothoraks spontan Pneumothoraks traumatik


• Pneumothoraks yang terjadi tiba-tiba • Pneumothoraks yang terjadi akibat suatu
tanpa adanya suatu penyebab trauma trauma, baik trauma penetrasi atau
atau kecelakaan. Terdiri dari kontusio yang dapat menyebabkan
pneumothoraks spontan primer, dimana robeknya pleura, dinding dada, ataupun
pneumothoraks terjadi tanpa adanya paru. Berdasarkan kejadiannya,
penyakit paru yang mendasari dan pneumothoraks traumatik dibedakan
pneumothoraks spontan sekunder, menjadi pneumothoraks traumatik non
dimana pneumothoraks disebabkan oleh iatrogenik yang disebabkan oleh jejas
adanya penyakit paru yang mendasari kecelakaan dan pneumothoraks traumatik
seperti TB paru, PPOK, asma bronkiale, artifisial yang disebabkan adanya tindakan
pneumonia, tumor paru, dll. tertentu atau memang disengaja dilakukan
untuk tujuan tertentu.
KLASIFIKASI

BERDASARKAN LOKASI BERDASARKAN DERAJAT KOLAPS


• Pneumothoraks parietalis • Pneumothoraks totalis
• Pneumothoraks mediastinalis • Pneumothoraks parsialis
• Pneumothoraks basalis Derajat kolaps paru pada pneumothoraks
dapat dinyatakan dalam persen dan dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
KLASIFIKASI
Pneumothoraks terbuka Pneumothoraks tertutup Tension pneumothoraks
Pneumothoraks terbuka Pada pneumothoraks tertutup, Tension pneumothoraks merupakan
merupakan suatu pneumothoraks rongga pleura dalam kondisi pneumothoraks dengan tekanan intrapleura
dimana terdapat hubungan antara tertutup sehingga udara di yang positif dan semakin lama semakin
rongga pleura dengan bronkus dalam rongga pleura tidak membesar karena adanya fistel di pleura
yang merupakan bagian dari dunia mempunyai hubungan dengan visceralis yang bersifat ventil. Pada saat
luar. Dalam keadaan ini tekanan dunia luar. Pada awalnya, inspirasi, udara masuk melalui bronkus dan
intrapleura sama dengan tekanan tekanan intra pleura dapat percabangannya selanjutnya terus menuju
udara luar, sesuai dengan positif, namun lama kelamaan cavum pleura melalui fistel yang terbuka.
perubahan tekanan yang dapat menjadi negatif akibat Akan tetapi, pada saat ekspirasi udara di
disebabkan oleh gerakan udara yang mengandung oksigen dalam rongga pleura tidak dapat keluar
pernafasan. Pada saat inspirasi diserap oleh jaringan paru. Pada sehingga berakibat tekanan intrapleural
tekanan menjadi negatif dan pada saat inspirasi maupun ekspirasi, meningkat. Kondisi ini merupakan kondisi
waktu ekspirasi tekanan menjadi tekanan intrapleural tetap gawat darurat yang harus segera ditangani.
positif. negatif.
DIAGNOSIS

Pada pemeriksaan fisik pasien dengan pneumothoraks akan muncul tanda berikut:
• Tampak sesak ringan sampai berat, tergantung pada kecepatan udara yang masuk serta
ada tidaknya klep. Penderita bernapas tersengal, pendek-pendek dengan mulut terbuka.
• Sesak nafas dengan atau tanpa sianosis
• Badan tampak lemah dan dapat disertai syok, pada pneumothoraks dengan onset akut
dapat pula disertai keringat dingin.
• Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik pada sesak nafas ringan. Pada sesak nafas
berat, nadi menjadi cepat dan lemah disebabkan waktu pengisian kapiler berkurang.
PEMERIKSAAN FISIK THORAX

Inspeksi: Auskultasi:
• Hemithoraks yang sakit dapat lebih cembung • Pada bagian yang sakit, suara dasar nafas melemah
dibandingkan hemithoraks sehat, gerakan nafas sampai menghilang, suara nafas terdengar amforik
tertinggal pada bagian thoraks yang sakit, trakhea dan bila ada fistel bronkopleura yang cukup besar pada
jantung terdorong ke sisi yang sehat. pneumothoraks terbuka, suara vokal melemah dan
Palpasi: tidak menggetar serta bronkofoni negatif, dapat
• Pada sisi yang sakit, SIC dapat normal atau melebar, pula dilakukan coin test dengan menggunakan
iktus cordis terdorong ke arah sisi thoraks yang sehat, ketukan 2 koin logam yang satu ditempelkan di
vocal fremitus melemah atau menghilang pada sisi yang dada dan yang lain diketokkan pada koin pertama,
sakit. kemudian akan terdengar bunyi metalik pada
Perkusi: punggung.
• Pada sisi yang sakit didapatkan suara hipersonor dan
tidak menggetar, batas jantung terdorong ke arah
thoraks yang sehat, apabila tekanan intrapleural tinggi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto rontgen thoraks PA yang memperlihatkan gambaran:


• Hiperlusen
• Corakan bronkovaskuler menghilang
• Paru mengempis
• Trakhea terdorong ke arah hemithoraks yang sehat
TATALAKSANA

British Thoracic Society dan American College of Chest Physicians telah memberikan
rekomendasi untuk penanganan pneumothoraks, yaitu:
• Observasi dan pemberian tambahan oksigen
• Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi dengan atau tanpa
pleurodesis
• Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya bleb atau bula
• Torakotomi
KOMPLIKASI

• Kegagalan respirasi akut


• Empyema
• Hidro-pneumothoraks
• Hematothoraks
• Pneumomediastinum
• Emfisema subkutis
• Henti jantung paru
• Kematian
PROGNOSIS

• Pasien dengan pneumothoraks spontan hampir separuhnya akan mengalami kekambuhan,


baik setelah sembuh dari observasi maupun setelah pemasangan tube thoracostomy. Pasien-
pasien yang penatalaksanaannya cukup baik, umumnya tidak dijumpai komplikasi. Pasien
pneumothoraks spontan sekunder prognosisnya tergantung dari penyakit paru yang
mendasarinya.
ANALISIS KASUS
GEJALA KLINIS TB

• Pada pasien TB paru biasanya memiliki gejala klinis yaitu :


• batuk berdahak selama lebih dari atau sama dengan 2-3 minggu
• dapat disertai dengan dahak bercampur darah,
• batuk darah,
• nyeri dada,
• sesak nafas.
• Gejala lain biasanya berupa gejala sistemik seperti :
• berat badan menurun, berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik, malaise, demam
meriang lebih dari 1 bulan.
GEJALA KLINIS TB

• Pada pasien TB paru biasanya memiliki gejala klinis yaitu :


• batuk berdahak selama lebih dari atau sama dengan 2-3 minggu
• dapat disertai dengan dahak bercampur darah,
• batuk darah,
• nyeri dada,
• sesak nafas.
• Gejala lain biasanya berupa gejala sistemik seperti :
• berat badan menurun, berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik, malaise, demam
meriang lebih dari 1 bulan.
DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
BATUK BERDAHAK SEJAK 4 BULAN SMRS DAN
SESAK SEJAK 3 BULAN SMRS
• TB Paru
• PPOK
• Bronkitis Kronik
• Bronkiektasis
• Asma
• Gangguan jantung (dekompensasi kordis atau Gagal jantung)
• Keganasan paru
DD/
SESAK MEMBERAT TIBA-TIBA SAAT MENGANGKAT
BARANG/KERJA
• Trauma
• Pneumothorax sekunder ec TB paru
• Pneumothorax sekuner ec PPOK
• Pneumothorax primer
• Adanya cairan  kilothoraks, efusi pleura
PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan umum : Tampak sakit sedang


• Tanda-tanda vital
• TD : 160/80
• HR : 92x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
• RR : 24x/menit, regular, abdominotorakal
• T : 36.8
• SpO2 : 96%

• Keadaan spesifik : Pada leher dan thoraks


PEMERIKSAAN PENUNJANG
JADI DIAGNOSISNYA…

Pneumothorax spontan sekunder ec Susp TB paru dd/ PPOK dengan bronkitis kronik

You might also like