You are on page 1of 19

Rahasia Kedokteran

(Permenkes No.36/2012)

• Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan


praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia
kedokteran;

• Setiap orang berhak atas rahasia kondisi


kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.

2
Ruang Lingkup Rahasia
Kedokteran
• Rahasia kedokteran mencakup data dan informasi
mengenai:
a. identitas pasien;
b. kesehatan pasien meliputi hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
penegakan diagnosis, pengobatan dan/atau tindakan
kedokteran; dan
c. hal lain yang berkenaan dengan pasien;
• Data dan informasi tersebut dapat bersumber dari
pasien, keluarga pasien, pengantar pasien, surat
keterangan konsultasi atau rujukan, atau sumber lainnya.

3
Pihak Yang Wajib
Menyimpan Rahasia
Kedokteran
• Semua pihak yang terlibat dalam pelayanan
kedokteran dan/atau menggunakan data dan
informasi tentang pasien wajib menyimpan rahasia
kedokteran;

• Kewajiban menyimpan rahasia kedokteran berlaku


selamanya, walaupun pasien telah meninggal
dunia.

4
Pembukaan Rahasia
Kedokteran (RK)
• Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk
kepentingan:
a. kesehatan pasien;
b. memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum;
c. permintaan pasien sendiri; atau
d. berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
• Pembukaan rahasia kedokteran dilakukan terbatas sesuai
kebutuhan;
• Pembukaan rahasia kedokteran harus didasarkan pada
data dan informasi yang benar dan dapat
dipertanggungjawabkan.

5
a. Pembukaan RK Untuk
Kepentingan Kesehatan Pasien
• Pembukaan rahasia kedokteran untuk kepentingan
kesehatan pasien, meliputi:
a. kepentingan pemeliharaan kesehatan,
pengobatan, penyembuhan, dan perawatan
pasien; dan
b. keperluan adminstrasi, pembayaran asuransi
atau jaminan pembiayaan kesehatan;
• Pembukaan rahasia kedokteran tersebut di atas
dilakukan dengan persetujuan pasien baik secara
tertulis maupun sistem informasi elektronik pada
saat pendaftaran pasien di fasyankes.
6
b. Pembukaan RK Dalam
Rangka Penegakan Hukum (1)
• Pembukaan rahasia kedokteran untuk memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum, dapat dilakukan pada
proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan
sidang pengadilan;
• bentuk pembukaan rahasia kedokteran diatas dapat
berupa pemberian data dan informasi visum et
repertum, keterangan ahli, keterangan saksi,
dan/atau ringkasan medis;

7
b. Pembukaan RK Dalam
Rangka Penegakan Hukum (2)
• permohonan untuk pembukaan rahasia kedokteran
diatas harus dilakukan secara tertulis dari pihak
yang berwenang —> PMK No.269/2010 ttg Rekam
Medis Psl.10 ay.(2) huruf b. menyebutkan ”atas
perintah pengadilan”;
• Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran
dilakukan atas dasar perintah pengadilan atau
dalam sidang pengadilan, maka rekam medis
seluruhnya dapat diberikan.

8
c. Pembukaan RK Atas Dasar
Permintaan Pasien Sendiri

• Pembukaan rahasia kedokteran atas dasar


permintaan pasien sendiri dapat dilakukan
dengan pemberian data dan informasi kepada
pasien baik secara lisan maupun tertulis;
• keluarga terdekat pasien dapat memperoleh data
dan informasi kesehatan pasien, kecuali
dinyatakan sebaliknya oleh pasien yang diberikan
pada waktu penerimaan pasien.

9
d. Pembukaan RK Atas Dasar
Ketentuan Peraturan Per-UU-an (1)
• Pembukaan rahasia kedokteran atas dasar
ketentuan peraturan per-UU-an dilakukan tanpa
persetujuan pasien dalam rangka kepentingan
penegakan etik atau disiplin, serta kepentingan
umum;
• Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka
kepentingan penegakan etik diberikan atas
permintaan tertulis Majelis Kehormatan Etik Profesi
dan kepentingan disiplin atas permintaan Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia;

10
d. Pembukaan RK Atas Dasar
Ketentuan Peraturan Per-UU-an (2)
• Pembukaan rahasia kedokteran atas dasar kepentingan
umum dilakukan tanpa membuka identitas pasien;
• Kepentingan umum yang dimaksud meliputi:
a. audit medis;
b. ancaman kejadian luar biasa/wabah penyakit menular;
c. penelitian kesehatan untuk kepentingan negara;
d. pendidikan atau penggunaan informasi yang akan
berguna di masa yang akan datang; dan
e. ancaman keselamatan orang lain secara individual
atau masyarakat;
• Khusus huruf b dan e, identitas dapat dibuka kepada
institusi yang berwenang untuk ditindaklanjuti.

11
Pihak Yang Berwenang
Membuka RK
• Pembukaan atau pengungkapan RK dilakukan oleh
penanggungjawab pelayanan pasien;

• Dalam hal pasien ditangani/dirawat oleh tim, maka


ketua tim yang berwenang membuka RK, namun
jika berhalangan dapat dilakukan oleh salah satu
anggota tim yang ditunjuk;

• Dalam hal tidak ada penanggungjawab pelayanan


pasien maka pimpinan fasyankes dapat membuka
RK.
12
Hak Ingkar
Pembukaan/Pengungkapan
RK

• Penanggungjawab pelayanan pasien atau pimpinan


fasyankes dapat menolak membuka rahasia
kedokteran apabila permintaan tersebut
bertentangan dengan ketentuan peraturan per-UU-
an.

13
Pelepasan Hak RK
• Pasien atau keluarga terdekat pasien yang telah meninggal
dunia yang menuntut tenaga kesehatan dan/atau fasyankes
serta menginformasikannya melalui media massa, dianggap
telah melepaskan hak rahasia kedokterannya kepada umum;

• Penginformasian melalui media massa memberikan


kewenangan kepada tenaga kesehatan dan/atau fasyankes
untuk membuka atau mengungkap rahasia kedokteran yang
bersangkutan sebagai hak jawab;

• Dalam hal pihak pasien menggugat tenaga kesehatan dan/atau


fasyankes, maka rahasia kedokteran dapat dibuka dalam
rangka pembelaan dimuka sidang pengadilan.

14
Perekaman di
Lingkungan RS
• Pasal yang relevan dengan larangan pengambilan
rekaman audio, audio visual/video dan/atau foto adalah:

1. UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


Pasal 53 huruf c;

2. UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 44


ayat (1); dan

3. Permenkes No. 69 tahun 2014 tentang Kewajiban


Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien Pasal 28 huruf a.

15
UU No. 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran Pasal 53 huruf c

• Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran,


mempunyai kewajiban :

a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang


masalah kesehatannya;

b. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;

c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan


kesehatan; dan

d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

16
UU No. 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit Pasal 44 ayat (1)

• Rumah Sakit dapat menolak mengungkapkan


segala informasi kepada publik yang berkaitan
dengan rahasia kedokteran.

17
Permenkes No. 69 tahun 2014 tentang
Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban
Pasien Pasal 28 huruf a.
• Dalam menerima pelayanan dari Rumah Sakit, pasien mempunyai kewajiban:
a. mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
b. menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggungjawab;
c. menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di rumah sakit;
d. memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
e. memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang
dimilikinya;
f. mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di rumah
sakit dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana
terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi
petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit
atau masalah kesehatannya; dan
h. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

18

You might also like