You are on page 1of 27

KONTEN PEMBAHASAN

1. URTIKARIA DAN ANGIOEDEMA (4A)


2. ERUPSI OBAT MAKULOPAPULA (4A)
3. FIX DRUG ERUPTION (4A)
4. STEVENS JOHNSON SYNDROME(3B)
5. TOXIC EPIDERMAL NECROLITIC(3B)
1. URTIKARIA & ANGIOEDEMA
(Hives, nettle rush, biduran, kaligata)
 Definisi
 Reaksi vaskular pada kulit yang ditandai dengan edema
setempat yang cepat timbul dan hilang perlahan-lahan,
berwarna pucat atau kemerahan, meninggi di permukaan kulit,
disekitar di kelilingi halo dan bersifat gatal.
 Angioedema : urtika yang mengenai lapisan yang lebih dalam
daripada dermis atau pada jaringan subkutan atau submukosa
 Etiologi
 Kebanyakan tidak diketahui (80%)
 Dapat berupa reaksi hipersensitif terhadap :
 Obat - Suhu, inhalan - Genetik
 Makanan - Infeksi - dsb
 Epidemiologi
 Sering dijumpai pada semua umur, terbanyak pada dewasa
 Gejala
◦ Gatal yang hilang timbul dan jarang persisten dengan durasi
waktu > 24-48 jam. Bersifat akut (4-6 minggu), kronik (>6 minggu)
atau berulang. Dapat juga berupa keluhan rasa terbakar, tertusuk
◦ Urtikaria akut : dewasa muda dan laki-laki
◦ Urikaria kronik: wanita usia pertengahan
◦ Urtikaria berbentuk : papular dan girata. Anular atau asinar
◦ Luasnya : lokal, generalisata, angioedem
 Pemeriksaan Fisik
◦ Efloresensi :
 Edema : Papul, plak, pembengkakan jaringan pada kelopak
mata, mukosa bibir, wajah, tubuh, genitalia, ekstremitas
 Lesi kemerahan yang mengelilingi edema (eritema)
• Pemeriksaan Penunjang
• Darah, urin, feses rutin.
• Kadar Ige total dan eosinophil
• Uji tusuk kulit
• Uji serum autolog pada urtikaria kronis
• Histopatologis kulit
• Diagnosis Banding
• Purpura anafilaktoid
• Pitiriasis rosea
• Erithema multiforme
• Dermatitis kontak
• Dermatitis alergi
• Erupsi obat
• Penanganan
• Antihistamin, kortikosteroid
1. Identifikasi dan menghindari pencetus
2. Sistemik
a. Deksamethasone injeksi intravena 5 mg @ 24 jam
(pagi) selama 1 hari, lalu diganti dengan
methyprednisolon oral 8 mg @ 8 jam selama 3 hari
b. Anti histamin :
loratadin 10mg @ 24 jam
dosis : anak (1-2 tahun) 250 µg/kgBB @ 12 jam
( 2-6 tahun) 5 mg @ 24 jam
( 6-12 tahun) sama dengan dewasa
3. Topikal
Bedak salisilat 1%
ERUPSI OBAT
 Definisi
 Reaksi alergi pada kulit atau daerah
mukokutan yang terjadi akibat reaksi
hipersensitivitas terhadap obat dengan
cara sistemik.
 Jenis morfologi :
◦ Urtikaria dan angioedema
◦ Eritema
◦ Erupsi obat eksantematosa
◦ Fixed Drug Eruption
◦ Pustular Eruption
◦ Bullous Eruption
◦ Stevens Jonshon Syndrome
2. ERUPSI OBAT Eksantematosa
(Morbiliform/Erupsi makulopapuler)

Definisi
Salah satu bentuk erupsi obat
Ditandai dengan adanya erupsi generalisata
dan simetris yang teridiri atas eritema,
disertai gejala pruritus
Etiologi
Reaksi hipersensitivitas terhadap obat
Ampisillin, NSAID, Sulfonamid, fenitoin,
karbamazepin
Epidemiologi
Jarang pada anak
• Anamesis
• Riwayat penggunaan obat-obatan
• Gatal, panas, lemas, dan kemerahan yang
dirasakan diseluruh tubuh setelah
mengkonsumsi obat
• Erupsi muncul pertama kali pada tubuh,
lalu menyebar ke ekstremitas
• Pemeriksaan Fisik
• Efloresensi :
• Lesi eritema yang simetris disertai adanya
makula dan papula yang terbagi pada
beberapa area tubuh
Pemeriksaan Penunjang :
◦ Pada kasus ringan-sedang : hasil anamesis dan
temuan pemeriksaan sudah cukup
◦ Pada kasus berat :
 CBC
 Biopsi
 Skin prick test
Diagnosis Banding
◦ Dermatitis kontak alergi
◦ Dermatitis kontak iritan
◦ Urtikaria
Tatalaksana
1. Sistemik
Metilprednisolon 8 mg @ 8 jam selama 3 hari, diturunkan
menjadi 8 mg @ 12 jam selama 3 hari dilanjutkan dengaN 8
mg @ 24 jam selama 1 hari, dosis anak : 1 mg/kgBB/hari
terbagi 3 dosis
Antihistamin: loratadin 10 mg @ 24 jam atau setirizin 10 mg
@ 24 jam, dosis anak : 1-2 tahun (1-2 tahun) 250 µg/kgBB @
12 jam, (2-6 tahun) 5 mg @ 24 jam, (6-12 tahun) sama dengan
dewasa
Eliminasi obat yang dicurigai
3. FIXED DRUG ERUPTION
3. FIX DRUG ERUPTION
 Definisi
◦ Salah satu bentuk erupsi obat
◦ Ditandai dengan lesi soliter, eritema, makula yang
berwarna kemerahan terang atau kehitaman, yang
dapat berkembang menjadi plak edema; lesi tipe
bulosa dapat ditemukan
◦ Kelainan akan muncul berulang kali ditempat yang
sama
 Etiologi
◦ Reaksi hipersensitivitas pada obat
◦ Tetrasiklin, naproxen, metamizol
 Epidemiologi
◦ Jarang pada anak
Anamesis
◦ Riwayat penggunaan obat-obatan
◦ Demam, mual, lemas,
◦ Kemerahan, benjolan berisi cairan yang
kemudian meninggalkan bercak kehitaman
yang muncul berulang pada satu tempat (di
sekitar mulut, didaerah bibir, area genital)
Pemeriksaan Fisik
◦ Efloresensi :
 Lesi soliter
 Eritema
 Makula yang berwarna merah terang atau
kehitaman yang dapat berkembang menjadi plak
edema
 Vesikel atau bulosa dapat ditemukan
• Diagnosis Banding
• TEN
• Eritema multiforme
• Tatalaksana
1. Sistemik
• Metilprednisolon 8 mg @ 8 jam selama 7 hari, dosis
anak : 1 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis
• Antihistamin: loratadin 10 mg @ 24 jam atau setirizin
10 mg @ 24 jam, dosis anak : 1-2 tahun (1-2 tahun)
250 µg/kgBB @ 12 jam, (2-6 tahun) 5 mg @ 24 jam,
(6-12 tahun) sama dengan dewasa
2. Topikal
• Kompres NaCl 0,9% ( untuk lesi basah)
• Hidrokortison krim 2,5% dicampurkan dengan
kloramfenikol 2% (bila ada erosi)
• Triamsinolon asetonid pada bibir
• Eliminasi obat yang dicurigai
STEVEN-JOHNSON SYNDROME &
TOXIC EPIDERMAL NECROLYSIS
• Reaksi mukokutaneus akut yang mengancam nyawa
yang ditandai dengan nekrosis dan pelepasan
epidermis yang luas

STEVENS-JOHNSON SYNDROME <10%


TOXIC EPIDERMAL NECROLYTIC >30%

Epidermolysis: loosening of epidermis,


dengan blistering ekstensif dari kulit
dan membrane mukosa
Blistering: kumpulan cairan dibawah
epidermis
 Penyakit yang jarang
 Insiden SJS 1-6 kasus/juta penduduk/tahun
 Insiden TEN 0,4-1,2 kasus/juta penduduk/tahun
EPIDEMIOLOGI
 Angka kematian SJS: 5-12%
 Angka kematian TEN: 25-35%
 Reaksi Hipersensitivas terhadap obat (paling sering)
oAntibiotik: Sulfonamid, klorampenikol, makrolid, penisilin,
quinolone
oAntikonvulsan: Phenobarbital, Phenytoin, carbamazepine
oNSAID: Phenylbutazone, oxybutazone, ibuprofen, indomethasin
 SJS: 50% diasosiasikan dengan paparan obat
 TEN: 80% diasosiasikan dengan paparan obat, <5% pasien tidak
melaporkan penggunaan obat
 Mekanisme pasti belum sepenuhnya diketahui
 Terjadi reaksi sitotoksik terhadap keratinosit sehingga
mengakibatkan apoptosis luas
 Melibatkan sel NK dan sel limfosit T CD8+
4. STEVENS-JOHNSON SYNDROME
 Pengertian
◦ Kelainan kulit, selaput lendir, mata yang akut bahkan fatal,
ditandai dengan pengelupasan kulit.
◦ Penyebab utamanya alergi obat (antipiretik, karbamazepine,
jamu)
◦ Trias: lesi kulit, lesi mukosa, kelainan pada mata

 Anamnesis
o Dapat didahului demam, lemas, sakit kepala
o Kemerahan dan lepuh pada kulit
o Mata merah disertai kotoran, luka pada bibir, genitalia, anus,
lubang hidung
o Riwayat minum obat (rentang 1-8 minggu) atau infeksi

 Pemeriksaan Fisik
o Gejala kulit: eritema, papul, vesikel, purpura, atau bula yang
kemudian pecah sehingga terjdi erosi (<10%). Nikolsky sign (+)
o Keterlibatan mukosa minimal 2: vesikel, bula, erosi, ekskoriasi,
ditutupi krusa hitam
• Gejala non spesifik seperti demam, sakit kepala, batu/pilek malaise selama 1-3
hari. Lesi kulit tersebar secara simetris pada wajah, badan dan bagian proksimal
esteremitas berupa macula eritematosa atau purpurik, dapat pula dijumpai lesi
target.
• Seiring berjalannya waktu lesi kulit meluas dan berkembnag menjadi nekrotik
sehingga bula kendur.
• Prodromes: morbiliform (dusky red macule and papule), atau diffuse eritema
• Early: necrotic epidermis pertama muncul sebagai area macula dengan dgn
permukaan berkerut dimana epidermis lepas seperti sprei. Nikolsky sign. Lalu
epidermis yang lepas melihatkan dermis yang merah dan berair, seperti second
degree thermal burn.
• Scalp, palm, soles mgk tidak terlalu parah
• Mukosa: eritema, erosi nyeri(bibir, buccal, conjuc, genital, anal)
• Mata: 85% hv conjuctival lesion: hiperemi, pseudo membrane formation, keratitis,
corneal erosions
• Gejala sistemik: demam, Pulse>120, Acute renal failure, Respi dan GI tract slouging
of epitel with erosi
• Purpura: perdarahan di kulit berupa titik-titik, boleh cek pake tes diaskopi dgn
objek glass ditekan pada bercak, purpura harusnya tdk hilang.
• Bula: Peninggian kulit terbatas di epidermis atau di bawahnya dan berisi cairan
oleh krn eksudasi di kulit
Diagnosis Banding
◦ TEN
◦ Eritema multiforme mayor
◦ Fixed drug eruption bulosa generalisata
◦ Acute generalized exanthematous pustulosis (AGEP)
◦ Staphylococcal scalded skin syndrome

Pemeriksaan Penunjang
oPemeriksaan lab darah lengkap : infeksi
(leukositosis). Alregi (eosinofili)
oJika disebabkan curiga infeksi dapat
dilakukan kultur
• Walaupun jarang bias terjadi keterlibatan organ dalam seperti paru, GI tract, ginjal.
• Histopatologis kullit dapat menyingkirkna diagnosis banding, dan umumnya diperlukna tuk
kepentingan medikolegal
• Eritema multiform: sering di ekstremitas dan mucus, onset sering <20thn, lebih sering di laki,
etiology berbagai antigenic stimuli plg sering herpes simplex bisa jg mikoplasma, obat jg bisa
seperti sulfonamide, phenytoin, barbiturate, penicillin, atau idiopatik. Sering rekuren, gatal,
sakit. Bisa jg dengan fever, malaise. Tampilannya macula, menjadi papul, lalu muncul vesikel
atau bula di tengah, merah tua. Target like lesions. Bilateral dan sering simetrik. Yg mayor
sering krn obat, selalu mukosa kena, nikolsky jg positif pd lesi eritematosa. Kendalian herpes
simplex dgn oral valaciclovir dan tambahkan glukokortikoid. Histo: Spongiform subcorneal/
intraepidermal pustule, eosinophils, focal necrosis keratinocyte
• Fixed drug eruption: Di gunakan obat yg sama dalam hitungan jam muncul lesi di lokasi yang
identi. Biasanya asimptomatik walau bisa gatal, nyeri, terbakar. Onset 30 min-8 jam setelah
konsumsi obat. Jika obat dihentikan dalam hari-minggu sudah menghilang. Tampilann macula
batas tegas, bentuk bulat atau oval. Warna awal eritema lalu berubah jd merah tua, biasa
soliter, dan dpt menyebar menjadi besar, bisa juga multipel dgn distribusi bervariasi. Bisa
menjadi bulla dan kemudian erosi Mukosa bisa kena erosi, sering genital, bisa jg perioral
periorbital. Dermatopatologi sama dgn eritema multiform atau ten
• AGEP: 1-3 minggu sebelum muncul. Kalo sudah pernah, 2-3 hari. Nonfollicular sterile pustule
dgn eritema dan diffuse edema. Fever dan neutrophil naik, . Pustule hilang sendirie <15 hari
dan terjadi desquamasi generalized +-2 minggu kemudian
• Stapilokokal scalded skin: etiologi S.aureus, terjadi pada neonates dan anak-anak, Flaccid
purulent bullae, cluster. Ruptur bula memperlihatkan erosi merah lembab atau berkrusta
(localized). Generalized: diffuse, batas tidak tegas eritema, dengan tampilan seperti wet tissue
paper,. Atau mirip scarlet fever, strawberry tounge, (krn group A B-hemolytic streptococcus).
Dlm 24 jam eritema mendalam dan jd tender. Nikolsky sign positif dgn epidermyolisis. Kultur
bakteri.
Tindakan
oStop konsumsi obat yang dicurigai
oInfus NaCL 0,9% dan dextrose 5% (1:1) 20
tetes/menit
Sistemik
oDeksametason injeksi intravena 10mg@12 jam
(1 hari), 10 mg pagi dan 5 mg siang (1hari),
5mgk pagi 5 mg siang (3 hari), 5 mg pagi (3hari),
kemudian ganti metilprednisolon oral
oAntibiotik: Levofloksasin 1x500 mg per drip
intravena, bila ada infeksi
Topikal:
oTriamsinolon asetonid pada lesi mukosa
oKompres NaCL 0,9% pada lesi basah
oHidrokortison 2,5% krim + Kloramfenikol 2%
pada lesi kering
oObservasi Vital Sign
5. TOXIC EPIDERMAL NECROLYSIS
Pengertian
◦ Kelainan kulit dan mukosa bersifat akut, berat dan fatal,
ditandai dengan pengelupasan kulit yang luas (>30%), dengan
lesi mukosa minimal 2, dan gejala sistemik.
 Anamnesis
oDapat didahului demam, lemas, sakit kepala
oKemerahan dan lepuh pada kulit
oMata merah, luka pada bibir, genitalia, anus, lubang hidung
oRiwayat minum obat (rentang 1-8 minggu) atau infeksi
Pemeriksaan Fisik
oGejala kulit: eritema, papul, vesikel, purpura, atau bula yang
kemudian pecah sehingga terjdi erosi (<10%). Nikolsky sign (+).
Epidermolisis
oKeterlibatan mukosa minimal 2: vesikel, bula, erosi, ekskoriasi,
ditutupi krusa hitam
Diagnosis Banding
◦ Fixed drug eruption bulosa
generalisata
◦ Acute generalized
exanthematous pustulosis
(AGEP)
◦ Staphylococcal scalded
skin syndrome

Pemeriksaan Penunjang
oTidak ada
pemeriksaan lab untuk
menunjang diagnosis
oPemeriksaan lab untuk
evaluasi keparahan
dan tatalaksana
Tindakan
oStop konsumsi obat yang dicurigai
oInfus NaCL 0,9% dan dextrose 5% (1:1) 20 tetes/menit
Sistemik
oDeksametason injeksi intravena 10mg@8 jam (1 hari), 10
mg @12jam(1hari), 10 mg pagi 5mg siang (1hari), 5mg
pagi 5 mg siang (3 hari), 5 mg pagi (3hari), kemudian ganti
metilprednisolon oral
oAntibiotik: Levofloksasin 1x500 mg per drip intravena, bila
ada infeksi
Topikal:
oTriamsinolon asetonid pada lesi mukosa
oKompres NaCL 0,9% pada lesi basah
oHidrokortison 2,5% krim + Kloramfenikol 2% pada lesi
kering
oObservasi Vital Sign

You might also like