You are on page 1of 36

TUTORIAL KLINIK MATI

KELOMPOK UMY WEEK 3


PEMBIMBING : DR YUDHA NURHANTARI, PH.D., SP.F.
IDENTITAS KORBAN

Nama : Tn. YT

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 24 tahun

Agama : Kristen

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Sleman

Tanggal Pemeriksaan : 17 Agustus 2018


IDENTITAS PENYIDIK
 Nama : Tn. MFP

 Pangkat : AKP

 Jabatan : Kasat Lantas

 Jenis kelamin : Laki-laki

 NRP : xxx

 Asal : Resor Sleman

 Nomor surat : 5/17/VIII/2018/lantas

 Tanggal : 17 Agustus 2018

 Kejadian : Kecelakaan Lalu Lintas


KELENGKAPAN ADMINITRASI

Administrasi Ada Tidak Ada


Surat permintaan visum 
Berita Acara Penerimaan Jenazah 
Berita Acara Persetujuan Keluarga 
Berita Acara Penyerahan Barang Bukti 
Surat Keterangan Kematian X ( Segera)
Laporan Wartawan 
Laporan Medis Sementara 
Permohonan Laboratorium 
Label Jenazah X
KRONOLOGI

Pada hari Jumat 17 Agustus 2018 pukul 03.30 awalnya korban melaju dari arah timur
ke barat dengan mengendarai sepeda motor Suzuki Satria yang bernomor plat AB
2147 ZE dengan kecepatan tinggi. Dikarenakan jalur jalan dari arah timur ke barat
agak menikung serta kendaraan melaju terlalu kekiri sehingga menabrak tiang
pembatas jalan kemudian pengendara dan kendaraannya terjatuh ke jurang dengan
kedalaman kurang lebih 9 meter.
IDENTIFIKASI
DNA

Primer Sidik Jari

Odontologi

Berat Badan
Identifikasi Antropometri
Tinggi Badan
Golongan
Medis Darah

Ciri-ciri
khusus
Sekunder
Properti

Non-Medis Dokumen

Ciri-ciri
khusus
IDENTIFIKASI SEKUNDER
(PROPERTI)
PEMERIKSAAN FISIK
Antropometri

• Berat Badan : 57 Kg
• Panjang Badan : 163 cm
SIKAP DAN KAKU JENAZAH

90° MENGHADAP
KE LUAR

MENGHADAP KE
DEPAN 10
°

MENGHADAP
KE BAWAH

70°

Keterangan: MENGHADAP
KE LUAR
50°
Tidak dapat dinilai

Mudah digerakkan Sulit digerakkan


BERCAK DAN PEMBUSUKAN JENAZAH
BERCAK JENAZAH

Berwarna merah keunguan yang


hilang dengan penekanan

Tanda-tanda pembusukan
jenazah tidak ada
PEMERIKSAAN LUAR

Luka robek
KANAN KIRI
Luka lecet geser

Luka memar

Patah tulang

Darah
KANAN KIRI KIRI KANAN Luka robek

Luka lecet geser

Luka memar

Patah tulang

Darah

Kebiruan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Alkohol dalam darah : Negative (-)
 Alkohol dalam urine : Positif (+)
 Golongan darah : O rhesus positif
KESIMPULAN
1. Telah diperiksa jenazah laki-laki dengan panjang badan 159 cm, berat badan 50,05 kg, golongan darah O
Rhesus positif

2. Terdapat keluar darah pada kedua lubang hidung dan lubang telinga kiri akibat kekerasan tumpul

3. Teraba derik tulang pada dahi kanan, sekitar mata kanan, pipi kanan, dan dagu kanan, serta patah tulang
terbuka pada sekitar mata kanan akibat kekerasan tumpul

4. Terdapat derik tulang pada tungkai bawah kanan akibat kekerasan tumpul

5. Terdapat luka memar, luka lecet geser, dan luka robek di berbagai bagian tubuh lain akibat kekerasan
tumpul

6. Kelainan pada nomor dua dan nomor tiga dapat berhubungan dengan sebab kematian korban

7. Waktu kematian diperkirakan dua sampai delapan jam dari sebelum saat pemeriksaan
MASALAH YANG DIKAJI

1. Apakah dokter boleh melakukan otopsi bila jenazah tidak berlabel?


2. Mengapa masih diperlukan identifikasi meskipun identitas korban sudah diketahui?
3. Kapankah perkiraan waktu kematian korban?
4. Bagaimana mekanisme dan penyebab kematian pada kasus tersebut?
5. Mengapa pada pasien tampak bitnik merah pada kedua matanya?
6. Mengapa alkohol perlu dicek di darah dan di urin?pada kasus tersebut? Bagaimana
pengaruh alkohol pada korban ini?
7. Bagaimana pengaruh alcohol pada pasien tersebut?
8. Bagaimana apabila persetujuan otopsi belum didapatkan dari keluarga? Sampai
kapankah otopsi bisa ditunda?
9. Apakah korban pada kasus ini berhak mendapat klaim asuransi?
1. APAKAH BOLEH DOKTER MELAKUKAN PEMERIKSAAN PADA
JENAZAH YANG TIDAK BERLABEL?

Berdasarkan Pasal 133 KUHAP Ayat 3 yang berbunyi “mayat yang dikirim
kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus
diperlakukan baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat diberi cap jabatan yang dilekatkan pada
ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat” maka dokter tidak boleh melakukan
otopsi sebelum jenazah diberi lebel terlebih dahulu. Hal ini untuk memastikan
bahwa jenazah yang akan diotopsi memang sesuai dengan identitas pada surat
permintaan otopsi dari penyidik.
Adapun syarat – syarat pelaksanaan otopsi yakni :
 Surat permintaan dari penyidik
 Ada persetujuan tertulis dari keluarga / ahli waris korban
Akan tetapi pada kenyataan dilapangan, yang terjadi adalah terkadang dokter
tetap melakukan otopsi pada jenazah yang tidak berlabel tapi pada kondisi
dimana terdapat konfirmasi dari pihak penyidik untuk menyusulkan label pada
keesokan harinya atau beberapa hari berikutnya, pada saat otopsi hadir keluarga
serta penyidik, serta hanya terdapat 1 mayat pada kamar otorpsi sehingga bisa
memastikan bahwa jenazah sesuai identitas.

Widagdo, H. 2010. Otopsi Forensik dan Ekhsumasi. Departemen forensik Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Tim Penyusun Panduan Belajar FK UGM, 2014. Panduan Belajar Ilmu Kedokteran forensik dan Medikolegal. Departemen forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
2. MENGAPA MASIH DIPERLUKAN IDENTIFIKASI
MESKIPUN IDENTITAS KORBAN SUDAH DIKETAHUI?

Identifikasi adalah penentuan atau pemastian identitas orang yang hidup maupun mati, berdasarkan ciri
khas yang terdapat pada orang tersebut. Identifikasi forensik merupakan usaha untuk mengetahui
identitas seseorang yang ditujukan untuk kepentingan forensik, yaitu kepentingan proses peradilan.

Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang
telah membusuk, rusak, hangus terbakar dan pada kecelakaan massal, bencana alam atau huru-hara
yang mengakibatkan banyak korban mati, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu
identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi yang tertukar
atau diragukannya orang tuanya.
Tujuan Identifikasi Forensik:
a. Kebutuhan etis dan kemanusiaan.
b. Pemastian kematian seseorang secara resmi dan yuridis.
c. Pencatatan identitas untuk keperluan administratif dan
pemakaman.
d. Pengurusan klaim di bidang hukum publik dan perdata.
e. Pembuktian klaim asuransi, pensiun dan lain-lain.
f. Upaya awal dalam suatu penyelidikan kriminal.

Referensi :
Idris. A.M. Identifikasi Pada Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi Pertama, Jakarta: Binarupa Aksara, 1997.
Ilmu Kedokteran Forensik, 1997. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3. KAPANKAH PERKIRAAN KEMATIAN?

Waktu 0.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 24 25++


Livor Mortis Muncul Hilang Tidak hilang dengan penekanan
dengan
penekanan

Rigor Mudah digerakkan Sulit Hilang


Mortis

Dekomposi Tidak ada Ada


si

Saat Kematian 2-8 jam sebelum pemeriksaan

Ilmu Kedokteran Forensik FK UI


4. APAKAH PENYEBAB DAN MEKANISME KEMATIAN PADA KASUS
TERSEBUT?

SEBAB

PENYAKIT TRAUMA KERACUNAN

MEKANISME

KERUSAKAN REFLEKS
ASFIKSIA PERDARAHAN EMBOLI
ORGAN VITAL VAGAL

Ilmu Kedokteran Forensik FK UI


CARA

Tidak Wajar Wajar Tidak Diketahui

Pembunuhan Kecelakaan Bunuh diri Penyakit, Penuaan

Ilmu Kedokteran Forensik FK UI


5. MENGAPA DIDAPATKAN BINTIK MERAH PADA KELOPAK MATA
BAGIAN DALAM PADA JENAZAH?

 Bintik merah pada konjungtiva palpebral jenazah disebut juga sebagai pethecie
hemorrhagic yang disebabkan oleh asfixia. Nama lainnya adalah Tardieu’s spot.
Bintik merah tersebut terjadi karena adanya perubahan tekanan intra abdomen
dan tekanan intra thorak yang menyebabkan adanya bendungan aliran darah
yang menyebabkan peningkatan tekanan pembuluh vena dan pembulu kapiler
pada region kepala dan leher. Peningkatan tekanan pembuluh darah tesebut
menyebabkan terjadinya pelebaran dan pecahnya pembuluh darah yang akan
tampak sebagai pethecie terutama pada jaringan longgar seperti konjungtiva
palpebra.

Lasczkowski, G et all. Pathogenesis of Conjunctival Petechiae. Forensic Science Internasional 147 (2005) 25-29
6. MENGAPA ALCOHOL PERLU DICEK DI DARAH DAN DI URIN?PADA
KASUS TERSEBUT?

Metabolisme alcohol : Ketika alcohol dikonsumsi sekitar 20 % diserap oleh


lambung dan 80% diserap oleh usus halus. Alkohol jika di konsumsi dalam keadaan
perut kosong akan mencapai kadar puncak dalam darah setelah 15-90 menit.
Penyerapan alcohol akan menjadi lebih lambat dan lebih sedikit bila dikonsumsi
alcohol dilakukan bersama makanan. Sekitar 85-98% etanol yang diserap oleh
tubuh di metabolime oleh hati, sisanya dikeluarkan oleh paru dan ginjal. Kadar
alcohol bertahan dalam darah antara 10-12 jam setelah konsumsi. Sementara
kadar alcohol dalam urin dapat bertahan dalam urin sekitar 3-5 hari.
Maka dari itu pemeriksaan alcohol tidak dapat di lakukan hanya pada salah satu
sample saja terkait dengan keterbatasan alcohol dapat bertahan dalam darah dan
kadar alcohol tidak dapat diketahui segera dalam urin.

Wardlaw, GM, Smith, AM, Lindeman, AK. 2012. Contemporary Nutrition : A functional approach. MC Graw Hill. P 672-677
Reference: http://www.drugs.ie/drugs_info/about_drugs/how_long_do_drugs_stay_in_your_system/
7. BAGAIMANA PENGARUH ALCOHOL PADA KORBAN TERSEBUT?

Efek alcohol terhadap system saraf pusat tergantung pada kadar alcohol dalam
darah. Efek alcohol dalam otak disebabkan oleh daya kerjanya yang mempengaruhi
reseptor otak, terutama reseptor GABA. Alkohol dapat mempengaruhi perilaku,
pengaruh alcohol terhadap perilaku disebabkan oleh efeknya terhadap sitem saraf
pusat.

Dasgupta, A. 2011. The Science of Drinking: How Alcohol affects your body and mind. Landham : Rowman and littlefield
LANJUTAN …

Dasgupta, A. 2011. The Science of Drinking: How Alcohol affects your body and mind. Landham : Rowman and littlefield
LANJUTAN …

Pada korban ini kandungan alcohol dalam darahnya negative (O mg%).


Berdasarkan literature diatas dikatakan bahwa gangguan pada kemampuan
berkendara adalah jika kandungan alcohol dalam darah sudah mencapai 60-80
mg% dan menyebabkan kematian jika > 300 mg%.
Sehingga tidak ada pengaruh antara efek alcohol yang dikonsumsi korban terhadap
kemampuan korban dalam berkendara maupun terhadap penyebab kematian
(Dosis Lethal).
8. BAGAIMANA APABILA PERSETUJUAN OTOPSI BELUM
DIDAPATKAN DARI KELUARGA? SAMPAI KAPANKAH OTOPSI
BISA DITUNDA?
Pasal 222 KUHP

Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 134 KUHAP

(1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi diindari, penyidik wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.

(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib dengan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya
pembedahan tersebut.

(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang diberi tahu tidak diketemukan,
penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagimana dimaksud dalam Pasal 133 ayat (3) Undang-Undang ini.

- KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP) UU No. 8 Tahun 1981 BAB XIV Bagian II Penyidikan Pasal 134 ayat 1-3
- KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) BAB VIII Pasal 222
LANJUTAN …

Berdasarkan dasar-dasar hukum yang ada, sebelum dilakukannya otopsi, keluarga


atau wali pasien harus tetap diberikan penjelasan dan dimintai persetujuan
mengenai tindakan tersebut dengan batas waktu dua hari. Jika keluarga korban
tetap menolak penyidik berhak menetapkan apakah akan tetap dilakukan tindakan
otopsi dengan catatan bahwa pihak keluarga tidak setuju atau hanya dilakukan
pemeriksaan luar saja.
9. APAKAH PASIEN BERHAK
MENDAPATKAN KLAIM ASURANSI?
Asuransi oleh jasa raharja :

Korban kecelakaan lalu lintas jalan raya yang berhak mendapatkan santunan asuransi
kecelakaan lalu lintas jalan raya adalah (UU Nomor 33 Tahun 1964) :
1. Korban angkutan umum
2. Penumpang mobil plat hitam, yang mana kendaraan mobil plat hitam tersebut mendapat izin
resmi
3. Korban yang mayatnya tidak diketemukan (didasarkan kepada Putusan Pengadilan Negeri)

Korban kecelakaan lalu lintas jalan raya yang berhak mendapatkan santunan asuransi
kecelakaan lalu lintas jalan raya (UU Nomor 34 Tahun 1964):
a. Setiap orang yang berada di luar angkutan lalu lintas jalan yang menimbulkan
kecelakaan yang menjadi korban
b. Setiap orang atau mereka yang berada di dalam suatu kendaraan bermotor dan
ditabrak

Referensi : UU Nomor 33 Tahun 1964


UU Nomor 34 Tahun 1964
Korban yang tidak berhak mendapatkan santunan asuransi kecelakaan lalu lintas jalan raya:
a. Bunuh diri, percobaan bunuh diri atau sesuatu kesengajaan lain pada pihak korban atau ahli waris
b. Kecelakaan saat korban sedang dalam keadaan mabuk atau tak sadar.
c. Dinyatakan bahwa pengemudi yang mengalami kecelakaan merupakan penyebab terjadinya kecelakaan

Pada kasus yang dialami oleh pasien, maka pasien tidak bisa meng claim asuransi jasa raharja dikarenakan
pasien mengalami kecelakaan tunggal
PR :

 Apakah konsekuensi dari otopsi yang tetap dilakukan pada jenazah tidak
berlabel?
KONSEKUENSI

Konsekuensi dari otopsi yang dilakukan pada jenazah yang tidak berlabel
adalah terputusnya chain of custody (CoC), yakni kronologis pendokumentasian
barang bukti dari mulai ditemukan di TKP hingga penduplikasian dan
penyimpanannya baik secara fisik dan digital. Chain of Custody harus dijaga tingkat
keasliannya sesuai dengan kondisi ketika pertama kali ditemukan.
Beberapa hal yang dilakukan untuk menjamin CoC :
 Selalu mendokumentasikan semua kondisi yang terjadi pada barang bukti
 Dokumentasi dilengkapi dengan foto dan video untuk menjami bahwa semua
proses penanganan barang bukti sesuai dengan ketentuan
 Selalu memberikan label segel pada barang bukti untuk menjami authonetifikasi
barang bukti, demikian juga ketika harus membuka segel prosesnya
terdokumentasi dengan baik
 Mencatat dalam log setiap individu yang bersinggungan dengan barang bukti
 Form untuk dokumentasi dibuat rangkap

You might also like