Professional Documents
Culture Documents
Peritonitis
Peritoneum
mikroba mengenai rongga steril
pada rongga organ di bereaksi
peritoneal dalamnya terhadap
stimuli
patologik
→inflamasi
tumpahnya isi
perforated Kontaminasi
lumen ke rongga
viscus bakteri
peritoneum
Peritoneal
Secondary
abcess
Chemical Tertiary
Infeksi melalui penyebaran hematogen
sering pada pasien dengan asites dan individu yang
menjalani dialisis peritoneal
infeksi biasanya monomikrobial & jarang
membutuhkan intervensi operasi
Diffuse tenderness, kultur cairan peritoneal →bakteri
Gram positif
Th/ antibiotik 14-21 hari, melepas kateter dialisis
Perforasi/inflamasi berat /infeksi organ intra-
abdominal
Diperlukan pengendalian sumber infeksi→laparotomi
eksplorasi
Th/ standar pemberian antibiotik →jika gagal dapat
muncul abses, peritonitis paskaoperasi dan peritonitis
tersier
CT abdomen & drainase perkutan→intervensi terbaru
Antibiotik yang memiliki aktivitas aerobik dan anaerobik
selama 3-7 hari
Peritonitis terjadi lebih sering pada pasien
imunokompromais
Bisanya dalam bentuk peritonitis tuberkulosa
Pembentukan abses →infeksi persisten
empedu, darah, barium dan zat lain
inflamasi transmural tanpa inokulasi bakteri
diagnostik & terapeutik sama dengan peritonitis
sekunder
Abses terbentuk sebagai kelanjutan peritonitis
sekunder
Komplikasi operasi
Penyebab utama terjadinya peritonitis tersier
operasi abdomen episode peritonitis
terakhir sebelumnya
adanya penyakit
(contoh inflammatory
penggunaan agen
bowel disease,
imunosupresif
diverticulitis, penyakit
ulkus peptikum)
Demam dan menggigil Awal nyeri tumpul dan
Nyeri abdomen atau sulit dilokalisasi →nyeri
perasaan tidak nyaman berat, terlokalisasi
Perburukan atau Gejala distensi abdomen
ensefalopati yang tidak dapat tidak kentara pada
dapat dijelaskan pasien dengan
Diare kortikosteroid, neuropati
lanjut pada pasien
Asites yang tidak membaik diabetes, pasien lansia dan
dengan pemberian obat anak-anak
diuretiK
Perburukan atau onset
baru gagal ginjal
Ileus
Suhu
mencapai Takikardia Hipovolemi
38◦C