You are on page 1of 18

Pembimbing :

dr. Hj. Yanti Daryanti, Sp.B-KBD


Oleh :
Handinata Indrawan
2016.061.068
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA JAKARTA
RSUD SYAMSUDIN, SH SUKABUMI
PERIODE 6 AGUSTUS 2018 – 8 SEPTEMBER 2018
kontaminasi Dapat merupakan
Peritonitis

Peritonitis

Peritoneum
mikroba mengenai rongga steril
pada rongga organ di bereaksi
peritoneal dalamnya terhadap
stimuli
patologik
→inflamasi
tumpahnya isi
perforated Kontaminasi
lumen ke rongga
viscus bakteri
peritoneum

Pelepasan Kerusakan sel,


endotoksin & syok septik,
sitokin MODS
Primary

Peritoneal
Secondary
abcess

Chemical Tertiary
 Infeksi melalui penyebaran hematogen
 sering pada pasien dengan asites dan individu yang
menjalani dialisis peritoneal
 infeksi biasanya monomikrobial & jarang
membutuhkan intervensi operasi
 Diffuse tenderness, kultur cairan peritoneal →bakteri
Gram positif
 Th/ antibiotik 14-21 hari, melepas kateter dialisis
 Perforasi/inflamasi berat /infeksi organ intra-
abdominal
 Diperlukan pengendalian sumber infeksi→laparotomi
eksplorasi
 Th/ standar pemberian antibiotik →jika gagal dapat
muncul abses, peritonitis paskaoperasi dan peritonitis
tersier
 CT abdomen & drainase perkutan→intervensi terbaru
 Antibiotik yang memiliki aktivitas aerobik dan anaerobik
selama 3-7 hari
 Peritonitis terjadi lebih sering pada pasien
imunokompromais
 Bisanya dalam bentuk peritonitis tuberkulosa
 Pembentukan abses →infeksi persisten
 empedu, darah, barium dan zat lain
 inflamasi transmural tanpa inokulasi bakteri
 diagnostik & terapeutik sama dengan peritonitis
sekunder
 Abses terbentuk sebagai kelanjutan peritonitis
sekunder
 Komplikasi operasi
 Penyebab utama terjadinya peritonitis tersier
operasi abdomen episode peritonitis
terakhir sebelumnya

adanya penyakit
(contoh inflammatory
penggunaan agen
bowel disease,
imunosupresif
diverticulitis, penyakit
ulkus peptikum)
 Demam dan menggigil  Awal nyeri tumpul dan
 Nyeri abdomen atau sulit dilokalisasi →nyeri
perasaan tidak nyaman berat, terlokalisasi
 Perburukan atau  Gejala distensi abdomen
ensefalopati yang tidak dapat tidak kentara pada
dapat dijelaskan pasien dengan
 Diare kortikosteroid, neuropati
lanjut pada pasien
 Asites yang tidak membaik diabetes, pasien lansia dan
dengan pemberian obat anak-anak
diuretiK
 Perburukan atau onset
baru gagal ginjal
 Ileus
Suhu
mencapai Takikardia Hipovolemi
38◦C

Nyeri tekan Distensi +,


Muntah
abdomen BU (-)
 Parasentesis diagnostik sebaiknya dilakukan pada
semua pasien yang tidak memiliki kateter peritoneal
yang terpasang dan dicurigai mengalami SBP
 USG membantu prosedur paracentesis
 Cairan asites dievaluasi untuk glukosa, protein, LDH,
hitung sel, pewarnaan Gram, kultur aerobik dan
anaerobik
 Kontrol sumber infeksi→tindakan operatif&non-
operatif
 Mengembalikan anatomi fungsional→membersihkan
kontaminasi, memperbaiki gangguan anatomik dan
fungsional yang menyebabkan infeksi
 Non-operatif → drainase abses perkutaneus, serta
penempatan percutaneus and endoscopic stent
Resusitasi volume

Koreksi abnormalitas elektrolit dan koagulasi

Antibiotik spektrum luas


• mencegah penyebaran dan komplikasi
• seperti cefotaxime, gentamicin, ampicillin, dan
sulfamethoxazole

You might also like