You are on page 1of 53

KANKER PAYUDARA

IZZATUL AZMI – 1310311044


Preseptor : Dr. dr. Daan Khambri, SpB(K)Onk, MKes
LATAR BELAKANG

Kasus baru :
Kanker 20.000 per
terbanyak tahun
pada wanita 80% 
stadium lanjut

Kurangnya
SUMBAR : pengetahuan
5,6% masyarakat tentang
penyakit dan
Nasional : terhambat
4,3% mendapat
pengobatan medis
Tujuan penulisan

Meningkatkan pengetahuan dan


pemahaman mengenai Kanker
Payudara, terutama mengenal faktor
risiko dan pencegahannya, terutama
di pelayanan kesehatan primer
DEFINISI
■ tumor ganas pada jaringan payudara berasal :
– epitel epitel duktus laktiferus (70 %)
– epitel lobulus (10%)
– sisanya sebagian kecil mengenai jaringan otot dan kulit
payudara.
■ kanker pada payudara bermula dari sel epitelial, sehingga
kebanyakan kanker payudara dikelompokkan sebagai
karsinoma (keganasan sel epitelial).
■ sarkoma, yaitu keganasan yang berasal dari jaringan
penghubung jarang dijumpai pada payudara.
■ ditandai : gumpalan yang biasanya terasa sakit pada payudara (sering)
– sakit pada bagian payudara
– Erosi
– Retraksi
– Pembesaran
– rasa gatal pada bagian puting,
– timbul kemerahan
– pembesaran dan kemungkinan penyusutan ukuran payudara.
■ Tanda metastasis : nyeri tulang, penyakit kuning atau bahkan pengurangan
berat badan.
■ Sel kanker payudara dapat tumbuh menjadi benjolan sebesar 1 cm2 dalam
waktu 8-12 tahun.
EPIDEMIOLOGI
■ Angka kejadian kanker payudara di negara
berkembang : 40 dari 100.000 penduduk
■ Indonesia : 4,3%, prevalensi 1,4/1000 penduduk
■ Sumatera Barat : 5,6%  urutan ke 6 dari 33
provinsi
■ Jenis kanker terbanyak pada wanita
■ Pria : wanita adalah 1:100
■ Jarang pada <20 tahun, tertinggi pada 45-66 tahun
Klasifikasi
■ Klasifikasi kanker :
– yang belum menembus membran basal (noninvasif)
– kanker yang sudah menembus membran basalis (invasif)
■ Non-invasif
– Karsinoma duktus in situ (DCIS, karsinoma intraduktus)
– Karsinoma lobulus in situ (LCIS)
■ Invasif
– Karsinoma duktus invasif (not otherwise specified; NOS), merupakan jenis
tersering
– Karsinoma lobulus invasif
– Karsinoma medularis
– Karsinoma koloid (karsinoma musinosa)
– Karsinoma tubulus
– Tipe lain
Etiologi
■ mutasi pada salah satu atau beberapa gen.
– Dua diantaranya terletak pada kromosom 17
– Gen paling sering : BRCA-1 (pada lokus 17q21) dan gen p53
(pada lokus 17p13).
– BRCA-2 yang terletak pada kromosom 13.
– gen reseptor androgen pada kromosom Y (mutasi gen ini
berhubungan dengan insiden kanker payudara pada pria).
■ Mutagen berupa :
– mutagen endogen yaitu radikal bebas seperti lipid peroksidase
dan malyondyaldehida (MDA)
– mutagen eksogen yaitu radiasi.
■ Virus juga diduga sebagai penyebab, namun belum dapat dibuktikan
pada manusia.
Faktor Risiko
■ Usia
– Jarang dijumpai pada usia di bawah 30 tahun, tetapi insiden meningkat
tajam hingga usia sekitar 50 tahun (30,35%).
– >50 tahun, frekuensinya tetap meningkat tetapi perlahan.
– Perbedaan insiden berdasarkan usia → efek dari hormon ovarium pada
perkembangan penyakit.
■ Jenis kelamin
– 100 kali lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki.
– Hal ini disebabkan karena pada perempuan sel-sel payudara lebih sering
terpapar oleh hormon estrogen dan progesteron yang mempengaruhi
pertumbuhan sel-sel pada payudara.
– Angka kejadian kanker payudara pada laki-laki hanya sekitar 1%.
■ Menstruasi
– Menarche pada usia dini dan menopause yang terlambat dapat meningkatkan risiko
kanker payudara.
– Menarche sebelum usia 12 tahun mempunyai risiko kanker payudara 20% lebih besar
dari setelah usia 15 tahun.
– Risiko kanker payudara berkurang sekitar setengahnya jika menopause terjadi sebelum
usia 45 tahun dibandingkan setelah usia 55 tahun.
– Hal ini mungkin disebabkan karena paparan hormon estrogen dan progesteron yang
mempengaruhi pertumbuhan sel-sel payudara.
■ Reproduksi
– Status reproduksi juga mempengaruhi risiko terkena kanker payudara.
– Perempuan yang tidak pernah melahirkan (nullipara) atau yang pertama kali melahirkan
anak usia lebih dari 31 tahun mempunyai risiko 3-4x lebih besar dibandingkan
perempuan yang melahirkan anak pertamanya setelah berusia 18 tahun.
– Perempuan yang memiliki banyak anak (multipara) diasosiasikan dengan berkurangnya
risiko kanker payudara, tentunya setelah memperhatikan usia saat melahirkan anak
pertama.
– Menyusui lebih lama juga dianggap dapat menurunkan risiko kanker payudara.
■ Diet
– tingginya konsumsi kalori, lemak, daging dan alkohol meningkatkan
risiko
– tingginya konsumsi serat, sayur, buah, vitamin dan fitoestrogen
menurunkan risiko
■ Ukuran tubuh
– Pada usia dewasa, tubuh yang kurus dapat meningkatkan risiko kanker
payudara sebelum menopause
– obesitas dapat meningkatkan risiko setelah menopause.
– Lemak tubuh merupakan situs konversi androstenedione menjadi
oestradiol, satu-satunya sumber endogenik estrogen setelah
menopause. Mungkin inilah yang memediasi efek berat badan
terhadap risiko kanker payudara pada perempuan post-menopause.
■ Riwayat keluarga
– Risiko meningkat 2x pada anak perempuan yang ibu atau saudara mengidap kanker
– Kanker familial ini cenderung terjadi pada usia muda dan bilateral.
– Kanker payudara familial juga sering berhubungan dengan keganasan pada organ lain
seperti kolon, ovarium, dan uterus.
■ Hormon
– Hormon seks mempengaruhi proliferasi sel dan jaringan payudara serta meningkatkan
sifat karsinogenesis payudara pada hewan percobaan.
– hormon seks eksogen : terapi pengganti hormon dan kontrasepsi oral juga
berpengaruh terhadap risiko kanker payudara.
– Terapi pengganti hormon meningkatkan risiko kanker payudara pada orang yang baru
atau sedang menggunakan (dalam jangka waktu lima tahun).
– Risiko meningkat sekitar 2% untuk setiap satu tahun penggunaan.
■ Radiasi
– terbukti adanya peranan sinar radiasi sebagai faktor penyebab kanker payudara.
– Pada penelitian epidemiologi setelah terjadinya ledakan bom atom atau penelitian
pada orang setelah pajanan sinar rontgen, peran sinar ionisasi sebagai faktor
penyebab pada manusia lebih jelas.1
Patogenesis
Proses jangka panjang terjadinya kanker terdiri dari 4 fase:
■ Fase induksi (15-30 tahun)
– Sampai saat ini belum dapat dipastikan penyebab terjadinya kanker, tetapi lingkungan
mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia.
– Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai bisa merubah
jaringan displasia menjadi tumor ganas.
– Hal ini tergantung dari sifat, jumlah dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang
dikenai zat karsinogen tersebut, lamanya terkena, adanya zat karsinogen atau ko-karsinogen
lain, kerentanan jaringan dan individu.
■ Fase in situ (1-5 tahun)
– Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pra-cancerous yang bisa
ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan
payudara.
■ Fase invasi
– Sel-sel menjadi ganas, berkembangbiak dan menginfiltrasi melalui membran sel ke jaringan
sekitarnya, ke pembuluh darah serta jaringan limfatik.
– Waktu antara fase ke-3 dan ke-4 berlangsung antara beberapa minggu sampai beberapa
tahun.
Manifestasi Klinik

■ Pasien datang dengan keluhan :


– benjolan atau massa di payudara
– rasa sakit
– keluar cairan dari puting susu
– timbulnya kelainna kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi, peau de’orange)
– pembesaran kelenjar getah bening atau tanda metastasis jauh.
– Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas sampai dibuktikan
tidak.
Manifestasi Klinik
Perubahan kulit yang biasa terjadi adalah
■ Tanda dimpling
– Ketika tumor mengenai ligamentum Cooper, ligamentum tersebut akan memendek hingga
kulit setempat akan menjadi cekung yang biasa disebut sebaga skin dimple.
■ Perubahan kulit menyerupai kulit jeruk (peau de’orange)
– Ketika vasa limfatik subkutis tersumbat oleh sel kanker, hambatan drainase limfe
menyebabkan udem kulit, folikel rambut tenggelam ke bawah dan tampak gambaran
menyerupai kulit jeruk (peau de’orange).
■ Nodul satelit kulit
– Sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masing-masing akan membentuk nodul
metastasis, di sekitar lesi primer dapat muncul banyak nodul tersebar yang secara klinis
disebut sebagai nodul satelit.
■ Invasi, ulserasi kulit
– Ketika tumor menginvasi kulit tampak perubahan berwarna merah atau merah gelap. Bila
tumor bertambah besar lokasi tersebut dapat menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga
terbalik yang disebut sebagai kembang kol.
■ Perubahan inflamatorik
– Secara klinis disebut sebagai karsinoma mammae inflamatorik, tampak sebagai
keseluruhan kulit mammae berwarna merah bengkak, mirip peradangan dapat disebut
sebagai tanda inflamatorik. Tipe ini sering ditemukan pada kanker payudara ketika hamil
atau laktasi.
Manifestasi Klinik

Perubahan papilla mammae pada kanker payudara dapat berupa:


■ Retraksi, distorsi papilla mammae, disebabkan oleh tumor yang menginvasi
jaringan subpapilar
■ Sekret papilar (niplle discharge)

Gejala metastasi jauh berupa:


■ Otak : nyeri kepala, mual, muntah, epilepsi, ataksia, paresis, paralisis
■ Paru-paru : efusi, sesak nafas
■ Hati : kadang tanpa gejala, massa, ikterus obstruksi
■ Tulang : nyeri, patah tulang
Staging Ca Mamae
Staging Ca Mammae
Diagnosis

■ Anamnesis
■ Pem fisik
■ Pem Penunjang
Pemeriksaan Fisik
■ Status generalis, selain tanda vital perlu dicantumkan performance status
■ Status lokalis :
– Payudara kanan dan kiri harus diperiksa
– Masa tumor, terdiri dari: lokasi, ukuran, konsistensi, permukaan, bentuk dan
batas tumor, jumlah tumor, terfiksasi atau tidak ke jaringan mama sekitar,
kulit, otot dinding dada.
– Perubahan kulit: kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit, peau d’orange,
ulserasi.
– Nipple tertarik, erosi, krusta, discharge.
– Status KGB aksila, infraklavikula, dan supraklavikula: Jumlah, ukuran,
konsistensi, terfiksir satu sama lain atau jaringan sekitar.
■ Pemeriksaan pada daerah yang dicurigai metastasis: lokasi organ (paru, tulang,
hepar, dan otak)
■ Agar pasien nyaman instruksikan pasien menunjuk di daerah mana benjolan
dirasakan pasien.
Palpasi : meraba massa (ukuran,
Inspeksi : simetris, kelainan batas, konsistensi, mobilisasi,
lain di payudara permukaan)
Pem KGB : aksila, infraklavikula dan supra
klavikula
Imaging (penunjang)
Diharuskan (recommended)
■ USG payudara dan Mamografi untuk tumor diameter < 3 cm
– USG berguna terutama untuk membedakan lesi padat atau kistik juga untuk memandu
FNAB dan core needle biopsy.
– Mammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft tissue technic mendeteksi 85%
kanker payudara.
– 45% kanker payudara dapat dilihat pada mammografi sebelum dapat diraba.
– Adanya proses keganasan akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder
– Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, mikrokalsifikasi, deposit kalsium baik
dalam pola mullberry atau curvilinear dan distorsi duktus mammaria.
– Tanda-tanda sekunder berupa bertambahnya vaskularisasi, adanya bridge of tumor dan
jaringan fibroglandular tidak teratur.
– Sensitifitas mamografi sekitar 75% dan spesifisitasnya hampir 90%.
■ Foto Toraks
– Metastasis di parenkim paru : gambaran coin lession multipel dengan ukuran yang
bermacam-macam.
– Metastasis dapat juga mengenai pleura yang akan menimbulkan efusi pleura
– Metastasis ke tulang vertebrae akan terlihat pada foto rontgen sebagai gambaran
osteolitik/ destruksi yang dapat menyebabkan fraktur patologis.
■ USG Abdomen
Optional (atas indikasi)
■ Bone scanning atau dan bone survey (bilamana sitologi dan atau klinis sangat mencurigai
pada lesi > 5 cm)
■ CT scan
Histopatologik (Gold Standard)

■ Core Biopsy
■ Biopsi eksisi (BE) untuk tumor < 3 cm
■ Biopsi insisi (BI) untuk tumor operable > 3 cm sebelum operasi definitif dan untuk
tumor yang inoperable
■ Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan kelenjar getah bening.
Screening Ca Mammae
Metode screening pada kanker payudara perlu dilakukan pada wanita yang masih
mengalami menstruasi dan berisiko tinggi, yaitu dengan cara:
■ SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Dilaksanakan pada wanita mulai usia
subur, setiap 1 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir.
■ Pemeriksaan Fisik dilakukan oleh dokter secara lige-artis.
■ Mamografi
– Pada wanita 35-50 tahun: setiap 2 tahun.
– Pada wanita > 50 tahun: setiap 1 tahun.
■ Pada daerah yang tidak ada mamografi ataupun fasilitas USG, untuk deteksi dini
cukup dilakukan dengan SADARI dan pemeriksaan fisik saja.
Terapi

■ Modalitas terapi kanker payudara meliputi: operasi,


radiasi, kemoterapi, hormonal, dan molecular
targeting therapy (biology therapy).
Operasi
Simpel mastectomy
Modified radical mastectomy
■ Operasi ini hampir sama dengan operasi radikal mastektomi.
■ Perbedaannya hanya pada m.pectoralis mayor atau dan minor.
■ Pada modifikasi radikal mastektomi cara Patey: m.pectorali mayor tetap dipertahankan, dan m.pectoralis
minor diangkat. Dengan cara Auchincloss (Madden) m.pectoralis mayor dan minor ditinggalkan.
■ Cara ini dalam upaya tetap mempertahankan lokal kontrol yang baik dengan mutilasi yang tidak sehebat
pada radikal mastektomi. Tapi operasi ini lebih sukar dibandingkan dengan radikal mastektomi.19
Radical mastectomy
■ Pertama kali diperkenalkan oleh Halsted (1884) dan merupakan metode paling tua.
■ Operasi ini berupa operasi en-bloc dengan mengangkat seluruh tumor dengan jaringan payudara dan
kulit diatasnya, mengangkat m.pectoralis mayor dan m.pectoralis minor, diseksi aksila LI, II dan III, dan
biasanya disertai dengan skin grafting untuk penutupan luka.
■ Metode ini sudah jarang dilakukan kecuali tumor sangat besar dan melekat ke otot pektoralis.19
Radiasi
Radioterapi mempunyai 3 tujuan:
■ Radioterapi murni kuratif :
– Radioterapi murni terhadap kanker hasilnya kurang ideal, survival 5 tahun 10-37%.
Terutama digunakan untuk pasien dengan kontraindikasi atau menolak operasi.
■ Radioterapi adjuvan :
– Radioterapi pra operasi terutama untuk pasien stadium lanjut, dapat membuat
sebagian kanker non operabel menjadi operabel.
– Radioterapi pasca operasi adalah radioterapi seluruh mamae pasca BCS maupun
mastektomi.
– Indikasi radioterapi pasca mastektomi adalah diameter tumor primer ≥5 cm, fasia
pektoral terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksilanmetastatik lebih dari 4 buah dan
tepi irisan positif.
– Area target radiasi harus mencakup dinding toraks dan regio supraklavikular.
■ Radioterapi paliatif
– Terutama untuk terapi paliatif kasus stadium lanjut dengan rekurensi, metastasis
Dalam meredakan nyeri, efeknya sangat baik
Kemoterapi
■ Kemoterapi pra operasi
– Kemoterapi sistemik untuk membuat sebagian kanker mammae lanjut non
operabel menjadi kanker operabel.
■ Kemoterapi adjuvan pasca operasi
– Indikasi kemoterapi adjuvan pasca operasi relatif luas terhadap semua pasien
karsinoma invasif dengan diameter tumor lebih besar atau sama dengan 1
cm.
– Hanya terhadap pasien lanjut usia dapat dipertimbangkan hanya diberikan
terapi hormonal.
■ Kemoterapi terhadap kanker stadium lanjut atau rekuren dan metastatic.
– Obat lini pertama adalah obat golongan antrasiklin dan golongan taksan.
– Obat lini kedua yang sering dipakai adalah novelbin, vinblastin, gemsitabin,
cisplatin, xeloda, dan lain lain.
Prognosis
■ Faktor prognostik utama dari kanker payudara menurut AJCC ialah stadium klinis,
sedangkan faktor prognostik minor antara lain subtipe histologi, gradasi histologi
dan lain-lain.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. F
Umur : 46 tahun
Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Nomor RM : 01000411
Tanggal Pemeriksaan : 19 Desember 2017
Alamat : Batusangkar
Status Perkawinan : Sudah Menikah
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan dipayudara kanan yang semakin membesar
sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang
■ Benjolan dirasakan membesar secara progresif sejak 1 bulan yang lalu pada
payudara kanan, berukuran sebesar telur ayam.
Awalnya benjolan dirasakan sejak 1 tahun yang lalu berukuran sebesar telur
puyuh.
Pasien juga mengeluhkan perubahan warna kulit menjadi merah kemudian
berwarna kecoklatan pada payudara kanan sejak 1 bulan ini.
Nyeri pada benjolan (+).
Riwayat keluar cairan dari puting susu (+).
Pasien belum pernah berobat untuk benjolan tersebut.
■ Tidak ada keluhan benjolan maupun nyeri pada ketiak kanan dan kiri.
■ Sesak napas sejak 15 hari sebelum masuk rumah
sakit, sesak bertambah jika posisi terlentang, pasien
lebih senang miring ke kanan, sesak tidak dipengaruhi
aktivitas. Sesak sudah dirasakan sejak 1 bulan terakhir
dan memberat dalam 15 hari ini.
■ Batuk (+), berdahak warna putih.
■ Nyeri punggung (-)
■ Nyeri kepala (-)
■ Mual (-), Muntah (-)
■ Rasa penuh pada perut (-)
■ Demam (-)
■ Penurunan nafsu makan (+)
■ Penurunan berat badan (+) kurang lebih 8 kg
■ BAB dan BAK tidak ada kelainan
■ Pada pasien telah dilakukan biopsi insisi + WSD
pada tanggal 12 Desember 2017.
Riwayat Penyakit Dahulu

■ Riwayat tumor / keganasan di tempat lain tidak ada


■ Diabetes Melitus (-)
■ Hipertensi (-)
■ Penyakit Jantung (-)
Riwayat Penyakit Keluarga

■ Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita tumor


payudara ataupun keganasan di tempat lain
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan
Kebiasaan
■ Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga
■ Pasien menarche pada usia 12 tahun dan belum menopause.
■ Pasien memiliki 4 orang anak, melahirkan pertama saat usia 22
tahun dan terakhir melahirkan usia 35 tahun.
■ Riwayat menyusui lebih dari 6 bulan untuk masing – masing anak.
■ Riwayat menggunakan kontrasepsi suntik dan mengkonsumsi pil
KB selama 14 tahun pada tahun 1992 - 2006.
■ Riwayat radiasi di dinding dada tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah: 140/80
mmHg
Kesadaran: Kompos mentis Keadaan umum: Tampak Nadi : 102 x/menit
Kooperatif sakit sedang
Nafas : 28 x/menit
Suhu: 36,5oC

Mata: konjungtiva tidak Leher: tidak tampak


anemis, sklera tidak pembesaran KGB,
ikterik JVP 5+0 cmH2O
Pemeriksaan Fisik
Jantung Abdomen Ekstremitas

• Inspeksi: iktus kordis tidak •Tidak ada distensi, •Akral hangat, CRT <
terlihat Supel, hepar dan 2 detik, tidak ada
• Palpasi: iktus kordis teraba di 1 lien tidak teraba edema
jari medial LMCS RIC V
• Perkusi : tidak dilakukan membesar, perkusi
• Auskultasi: S1-S2 reguler, tidak timpani, bising
ada murmur dan tidak ada usus normal
gallop
Paru :
■ Inspeksi : tampak benjolan pada payudara kanan berukuran 12 x
10 cm, bentuk dinding dada normal, pergerakan dinding dada
kanan tertinggal. Terpasang WSD di dinding dada kanan, undulasi
(+), bubble (+), cairan (+).
■ Palpasi : fremitus kanan melemah
■ Perkusi : kiri : sonor, kanan : redup
■ Auskultasi : kiri: suara napas vesikular, wheezing (-/-), rhonki (-
/-)
■ Kanan : suara napas melemah
STATUS LOKALIS
Regio Mammae Dekstra
■ Inspeksi : massa ukuran 12 x 10 cm, kulit sekitar berwarna
keccoklatan, skin dimple (+), peau de’orange (+), nipple
retraction (+), nipple discharge (-) scar biopsi insisi (+)
■ Palpasi : teraba massa pada kuadaran lateral atas dengan
permukaan tidak rata, konsistensi keras, terfiksir, batas tegas,
nyeri tekan (+), ukuran diameter terbesar ± 12 cm
KGB Regio Aksila Dekstra
■ Inspeksi: tidak tampak benjolan
■ Palpasi : teraba massa ukuran 2x2x2 cm,
permukaan licin, konsistensi keras, mobile, nyeri
tekan (-)
KGB Regio Infraklavikula
■ Inspeksi: tidak tampak benjolan
■ Palpasi : teraba massa ukuran 1x1x1cm,
permukaan licin, konsistensi keras, mobile, nyeri
tekan (-)
Pemeriksaan Laboratorium (18-12-2017)
Angka Normal
■ Hb 11 gr/dL 12-16 gr/dL
■ Ht 37% 37-43%
■ Leukosit 12.670 mm3 5.000-10.000/mm3
■ Trombosit 569.000/mm3 150.000-400.000/mm3
■ SGOT 32 u/l
■ SGPT 25 u/l

Kesan : Leukositosis + Trombositosis


Ro Thorax

Perselubungan homogen di
hemithorax dextra

Kesan : Efusi Pleura Dekstra


DIAGNOSIS
Ca mammae dextra T4N3M1
Efusi Pleura Dekstra
Terapi

■ IVFD RL 20 tetes/i
■ Inj. Ceftriaxon 2x1gr iv
■ Inj Ranitidine 2x50 mg iv
■ Ketorolac 3x30 gr iv
■ Rencana Kemoterapi

You might also like